Está en la página 1de 17

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui dan memahami secara detail morfologi kelas Arachnida dan Hexapoda, dalam hal ini menggunakan preparat telur, larva, kepala nyamuk, Cimex hemiptera, pinjal, dan awetan kecoa/lipas, lalat, kalajengking, dan labalaba. Memenuhi tugas praktikum entomologi dasar 1.2 Manfaat Praktikum Mengetahui perbedaan morfologi nyamuk Aides, Anopheles, dan Culex dari mulai telur, larva dan kepala. Mengetahui perbedaan morfologi Cimex betina dan Cimex jantan Mengetahui berbagai jenis hewan yang termasuk Hexapoda dan ciri-cirinya Mengetahui morfologi pinjal dan perbedaan antara pinjal betina dan pinjal jantan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Telur Nyamuk 2.1.1 Telur Nyamuk Aides Telur sebanyak 30-300 butir diletakan satu persatu pada dinding pada tempat perkembangbiakannya dan akan menetas dalam 2-3 hari. Telur dapat bethan hidup dalam keadaan kering selama berbulan-bulan dan akan menetas jika terkontak air.Telur menetas akan menjadi larva instar-1, selanjutnya akan mengalami 3 kali moulting yang akan tumbuh dan berkembang sampai dengan instar-4. Larva instar-4 akan mengalami ekdisis atau pupotion selanjutnya kan berkembang menjadi pupa. Telur berwarna putih saat pertama kali di keluarkan, lalu menjadi coklat kehitaman. Telur berbenuk oval, panjang kurang lebih 0,5 mm, dan di letakan di dinding wadah. Telur menetas menjadi larva. Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di daerah urban dan suburban. Aedes albopictus juga demikian tetapi biasanya lebih banyak terdapat di luar rumah. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka mengigit pada dearah terlindung seperti di sekitar rumah. Aktivitas mengigit mencapai puncak pada saat perubahan intensitas cahaya tetapi bisa mengigit sepanjang hari dan tertinggi sebelum matahari terbenam. Jarak terbang pendek yaitu 50-100 meter kecuali terbawa angin. Nyamuk akan istirahat pada tempat-tempat yang gelap dan sejuk apabila sudah menghisap darah, sampai proses penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai. Nyamuk akan mencari tempat berair untuk meletakan telurnya, kemudian bertelur dan kemudian nyamuk akan mulai mencari darah lagi untuk siklus bertelur berikutnya. 2.1.2 Telur Nyamuk Anopheles Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya. Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus),

ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya. Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

2.1.3 Telur Nyamuk Culex Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21). Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran 0,08 mm (Ditjen PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988:22). Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 C, sementara pada suhu 16 C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2 C sampai 42 C (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).

2.2 Larva Nyamuk 2.2.1 Larva Nyamuk Aides Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna meliputi stadium telur-larva-pupadewasa selama pertumbuhan. Nyamuk mempunyai perbedaan morfologi yang jelas disertai perbedaan biologi (temapt hidup dan makanan) antara tingkat muda dan dewasa. Pupa merupakan stadium tidak makan dan sebagian besar waktunya dihabiskan dipeermukaan air untuk mengambil udara melalui terompet respirasinya. Periode pupa di daerah tropik selama 2-3 hari, sedangkan di daerah subtropik dapat mencapai 9-12 hari. Nyamuk dewasa setlah muncul dari pupa, beberapa hari kemudian akan mencari pasangan untuk melalukan perkawinan. Umur nyamuk betina 8-15 hari, nyamuk jantan 3-6 hari. Nyamuk betina menghisap darah manusia dan karbohidrat tumbuh-tumbuhan, sedangkan nyamuk jantan hanya menghisap sari tumbuh-tumbuhan saja. Diduga karbohidrat dari tumbuh-tumbuhan untuk sintesis energi untuk kehidupan sehari-hari, sedang darah manusia untuk reproduksi. Morfologi :

Toraks larva nyamuk lebih lebar dari kepalanya. Kepalanya berkembang baik dengan antena dan mata majemuk, serta sikat mulut yang menonjol. Abdomen terbagi dalam 10 ruas dan hanya 9 ruas yang jelas, dan ruas terakhir dilengkapi dengan tabung udara (sifon) yang bentunnya silinder. Pada sifon terdapat satu pasang Subventratuft, dan pada perut ruas terakhir mempunyai sederet comb (gigi sisir). Larva berubah menjadi pupa. Pupa nyamuk berbentuk koma, kepala dan torak menjadi satu membentuk sefalotoraks dengan sepasang trompet respirasi pada bagian dorsa. Jika ada gangguan pupa akan bergerak ke atas dan kebawah dengan gerakan yang menyentak-nyentak. Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Aedes aegypti dapat di bedakan dengan nyamuk lain dengan melihat ujung abdomen meruncing dan emmpunyai sersi yang menonjol. Bagian mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada dorsal dada Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih (WHO, 1999) sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus. Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang panjangnya melibih panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-bahan cair seperti cairan tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat dikiri ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk panjang dan langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.

2.2.2 Larva Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya zat kimia/biologisdi tempat hidup. Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dipermukaan . Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa. 2.2.3 Larva Nyamuk Culex

Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut: (1) Adanya corong udara pada segmen yang terakhir. (2) Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs). (3) Pada corong udara terdapat pectin. (4) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon). (5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3. (6) Bentuk individu dari comb scale seperti duri. (7) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala. Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain. Dewasa Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik - bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp. dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:218). Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25). Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).

2.3 Kepala Nyamuk 2.3.1 Kepala Nyamuk Aides dan Culex Nyamuk aedes lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (antropofilik). Darah diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh nyamuk jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari.

Nyamuk ini aktif pada siang hari dan menggigit di dalam dan diluar rumah. Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan petang hari yaitu antara 09.00 10.00 WIB dan 16.00 17.00 (Suroso, 2003). Nyamuk Aedes tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe-pilose ( berambut jarang), sedangkan nyamuk jantan tipe plumose ( berambut tebal). 2.3.2 Kepala Nyamuk Anopheles Nyamuk anopheles aktif menggigit pada malam hari. Anopheles bila menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung kedalam rumah. Palpus maksilaris nyamuk betina maupun nyamuk jantan sama panjang denganproboscis, namun pada yang jantan ujung palpus membesar seperti gada (club-shaped). Sedangkan pada antenanya jantan berambut lebat (plumose), yang betina berambut panjang (pilose). Sementara palpus maxilaris pada jantan segmen terakhir ujungnya membentuk seperti gada dan pada segmen terakhir ujungnya tidak membentuk seperti gada.

2.4 Cimex Hempiterus (Kutu Busuk) Kutu busuk (bedbug) tergolong ke dalam serangga penghisap darah yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama tinggi (bahasa Jawa), kepinding, tumbila (bahasa Sunda), atau bangsat. Adapun dalam bahasa latin, jenis kutu busuk di Indonesia adalah Cimex hemipterus, Famili Cimicidae, Ordo Hemiptera.

Kutu busuk di Indonesia sampai akhir tahun 1970an masih banyak ditemukan di rumah tinggal, gedung bioskop, hotel, losmen dan lainnya tempat manusia tidur dan duduk. Namun pada kurun waktu tahun 1980an hingga 2000 permasalahan kutu busuk nyaris tidak terdengar. Lalu sejak 5 tahun yang lalu permasalahan kutu busuk ini muncul kembali ke permukaan, tidak hanya di Indonesia tetapi di negara-negara maju seperti New York AS, Kanada, Eropa dan Australia, Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2007 dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak (kejadian luar biasa) kutu busuk di 50 negara bagian di Amerika Serikat.

Munculnya dan menyebarnya kembali permasalaha kutu busuk di berbagai belahan dunia ini, seiring dengan era global yang memudahkan manusia dan barang bergerak dari satu daerah atau negara ke daerah atau negara lain. Meningkatnya mobilitas ini memungkinkan kutu busuk turut terbawa bersama barang bawaan, koper, pakaian, tas, koper, ransel, kardus, dan lainnya ke seluruh dunia. Ditemukannya banyak kutu busuk di hotel, losmen, asramaasrama mahasiswa, apartemen, atau tempat-tempat orang datang dan pergi, merupakan indikasi ini bahwa kutu busuk mungkin terbawa bersama orang-orang tersebut. Kutu busuk dan telurnya bisa terbawa bersama tas, koper, pakaian dan lainnya.

Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, gepeng dorsoventral, berukuran 4-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap. Kepalanya mempunyai sepasang antena yang panjang, mata majemuk yang menonjol di lateral, dan alat mulut yang khas sebagai probosis yang dapat dilipat ke belakang di bawah kepala dan toraks bila tidak digunakan. Bila menghisap darah bagian mulut ini menjulur ke depan. Protoraks membesar dengan lekukan yang dalam di bagian depan tempat kepala menempel. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas yang jelas. Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar (seta) dan beberapa rambut halus. Tibia kaki panjang dan tarsinya mempunyai tiga ruas.

Yang dewasa mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen. Bagian mulut digunakan untuk menusuk dan menghisap. Labrumnya kecil dan tidak dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4 ruas, dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna untuk menusuk dan mengisap. Karena bentuk tubuhnya yang gepeng, kutu busuk ini mampu merayap dan menyusup ke dalam celah yang sangat sempit. Kutu busuk C. hemipterus ini sangat terkenal di Indonesia, dan orang akan segera mengenalinya karena baunya apabila kutu busuk tersebut dipencet. Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan, di rumahrumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan celah-celah kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau bambu. Kutu busuk ini aktif mengisap darah manusia dan hewan di malam hari. Tusukan bagian mulut kutu busuk ini sangat menyakitkan dan menimbulkan kegatalan serta bentol-bentol yang cukup mengganggu. Setelah mengisap darah biasanya kutu busuk ini akan bersembunyi di celah-celah tersebut selama beberapa hari, kemudian bertelur. Seekor betina mampu memproduksi sebanyak 150-200 butir telur selama hidupnya, dengan frekwensi bertelur setiap harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya satu mm dan mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23C, telur akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda tergantung jenis, makanan dan suhu. Rata-rata antara 5 sampai 6 kali. Pertumbuhan yang demikian termasuk ke dalam metamorfosis tidak sempurna. Laju perkembangan juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang sesuai, stadium dewasa dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas. Lama hidup (longevity) dewasa panjang yaitu 6-12 bulan, dan ia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 4 bulan.

Pemencaran kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya ialah melalui baju yang dipakai orang, tas, atau peralatan kandang yang mengandung kutu busuk. Biasanya yang potensial sebagai sumber pemencaran dan yang bertanggung jawab dalam proses ini ialah kutu busuk betina yang sudah mengandung telur (gravid). Penyebaran yang meluas dari satu tempat ke tempat lainnya berkaitan dengan mobilitas orang dan sanitasi lingkungan yang buruk. Sejauh ini kutu busuk secara alamiah belum pernah dilaporkan merupakan masalah dalam penularan penyakit. Kerugian yang nyata akibat infestasi kutu busuk ini adalah gangguan iritasi, bentol-bentol, dan anemia.

2.5 Arachnida dan Hexapoda 2.5.1 Lalat Lalat Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan darinyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan

ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang[1]. Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Beberapa jenis lalat lain, misalnyaOrmia ochracea, memiliki organ pendengaran yang sangat canggih. Siklus Hidup Lalat

Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 ( empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120130 telur dan menetas dalam waktu 816 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 13 C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva d an tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3 -7 hari pada temperatur 3035 C, Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2 -3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer. 2. Makanan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari.

Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan ,darah serta bangkai binatang Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasagi oleh lidahnya terlebih dahulu barudihisap air merupakan hal yang dalam hidipanya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja.

2.5.2 Kecoa/Lipas Jenis-jenis lipas yang paling banyak terdapat di lingkungan peternakan dan permukiman di Indonesia adalah Periplaneta americana dan Blatella germanica. Lipas tergolong serangga yang tidak disukai kehadirannya oleh penghuni daerah peternakan, permukiman dan perusahaan yang berkaitan dengan industri makanan. Selain itu sifatnya yang lincah, selalu berkeliaran mencari makan kesana kemari pada malam hari (nokturnal) baik di rumah maupun di tempat-tempat kotor di luar rumah. Cara mencari makan demikian juga menyebarkan penyakit manusia dengan meletakkan agen penyakit pada makanan, piring atau barang-barang lain yang dilaluinya. Lipas tumbuh dan berkembang dengan cara metamorfosis sederhana. Kehidupan lipas berawal dari telur, kemudian nimfa dan dewasa. Generasinya tumpang tindih, sehingga semua stadium dapat ditemukan pada setiap saat dalam satu tahun. Celah dan retakan merupakan tempat persembunyian dan perkembangbiakan yang disukainya. Betina meletakkan telurnya tidak satu persatu di alam akan tetapi sekumpulan telur (16-50 butir) secara teratur di dalam satu kantung yang disebut dengan ooteka. Ooteka ini bentuknya seperti dompet, warnanya coklat sampai hitam kecoklatan. Ooteka pada setiap jenis berbeda dan bisa digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan spesies apa dalam suatu tempat. Ooteka ini diletakkan pada sudut barang/perabotan yang gelap dan lembab. Pada beberapa jenis, ootheca menempel di bagian abdomen atau dibawa

kemana mana samapai saatnya menetas. Di daerah tropis telur menetas dalam periode 4281 hari tergantung pada suhu, kelembaban lingkungan. Telur menetas menjadi nimfa yang kecil, berwarna keputih-putihan dan belum bersayap. Nimfa berkembang agak lambat, tumbuh menjadi beberapa instar, setiap instar diakhiri dengan proses menyilih (ganti kulit) dan berukuran semakin membesar. Jumlah instar sangat spesifik untuk setiap jenis lipas, jumlahnya bervariasi 5-13 instar sebelum menjadi lipas dewasa. Stadium ini

berlangsung 6 bulan sampai dengan 3 tahun tergantung pada jenis lipas, suhu dan kelembaban lingkungan. Lipas dewasa berumur beberapa bulan bahkan sampai dengan dua tahun. Dalam stadium ini seekor betina dapat menghasilkan 4-90 ooteka. P. americana umumnya merupakan penghuni dinding bak septik dan saluran air limbah peternakan dan akan berkelana mencari makan padamalam hari. Adapun B.germanica umumnya hidup di dalam gedung hunian manusia yaitu pada celah-celah dinding dan plafon,

bergerombol, tidak senang berkelana. Kehidupan bergerombol pada lipas hanya berkait dengan habitat atau tempat huninya, yaitu berupa ruang atau rongga yang lembab, tertutup dan gelap. Lipas dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena kedekatannya dengan hewan, manusia dan umumnya berkembang biak dan mencari makan di daerah yang kotor, seperti tempat sampah, saluran pembuangan, dan septik teng. Makanan serangga ini dari makanan yang masih dimakan manusia sampai dengan kotoran manusia. Disamping itu lipas mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang baru dikunyah atau memuntahkan makanan dari lambungnya. Karena sifat inilah, mereka mudah menularkan penyakit pada manusia. Agen penyakit yang dapat ditularkan oleh lipas adalah berbagi jenis virus, bakteri, protozoa, cacing dan fungi (cendawan). 2.5.3 Laba-laba Laba-laba termasuk dalam kelas Arachnida. Laba-laba merupakan hewan berbukubuku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh,empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebutcephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut)

atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis dinamai pedicle atau pedicellus.

yang

Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis labalaba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:

Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.

Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga lancah maung. Araneomorphae adalah kelompok laba-laba modern. Kebanyakan laba-laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94% dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya

2.5.6 Kalajengking

Kalajengking termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen: cephalothorax dan abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan metasoma. Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian

adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam

keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus australis. 2.6 Pinjal Serangga ektoparasit ini bersifat semiobligat atau temporer, karena tidak seluruh siklus hidupnya berada pada tubuh inangnya. Hanya tahap dewasa yang menghisap darah, oleh karena itu sering dikatakan sebagai ektoparasit penghisap darah yang eksklusif. Tubuhnya berbentuk pipih bilateral dan mempunyai kaki-kaki yang panjang

terutama kaki belakang. Pinjal tidak memiliki sayap, hal ini merupakan bentuk adaptasi untuk tinggal dan menghisap darah di antara bulu-bulu inangnya. Sampai saat ini diketahui terdapat sekitar 2500 jenis pinjal dari 239 genera. Dari jumlah ini 94% di antaranya menyerang mamalia sedangkan sisanya merupakan parasit pada burung.

Ordo Siphonaptera terdiri atas beberapa famili, tetapi yang terpenting sebagai ektoparasit adalah famili Pulicidae. Dari famili ini, terdapat beberapa genus yang penting yaitu Tunga (pinjal chigoe), Ctenocephalides (pinjal kucing dan anjing), Echidnophaga (pinjal ayam), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus). Adapun jenis-jenis yang sering dijumpai sebagai ektoparasit utama dan menimbulkan masalah di Indonesia adalah Pulex irritans, Ctenocephalides felis, C. canis, dan Xenopsylla cheopis. Pinjal mengalami metamorfosis sempurna, yang didahului dengan telur, larva, pupa kemudian dewasa. Pinjal betina akan meninggalkan inangnya untuk meletakkan telurnya pada tempat-tempat yang dekat dengan inangnya, seperti sarang tikus, celah-celah lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran organik, atau kadang-kadang di antara bulu-bulu inangnya. Telurnya

menetas dalam waktu 224 hari tergantung jenis pinjal dan kondisi lingkungan. Larva pinjal sangat aktif, makan berbagai jenis bahan organik di sekitarnya termasuk feses inangnya. Larvanya terdiri atas 3-4 instar (mengalami 23 kali pergantian kulit instar) bisa mencapai panjang 4

dengan waktu berkisar antara 1021 hari. Larva instar terakhir

10 mm, setelah itu berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon. Kondisi pupa yang berada dalam kokon seperti itu merupakan upaya perlindungan terhadap sekelilingnya. Tahap dewasa akan keluar 714 hari setelah terbentunya pupa. Lamanya siklus hidup pinjal dari telur hingga dewasa berkisar antara 23 minggu pada kondisi lingkungan yang baik. Pinjal dewasa akan menghindari cahaya, dan akan tinggal di antara rambut-rambut inang, pada pakaian atau tempat tidur manusia. Baik pinjal betina maupun yang jantan keduanya menghisap darah beberapa kali pada siang atau malam hari. Gangguan utama

yang ditimbulkan oleh pinjal adalah gigitannya yang mengiritasi kulit dan cukup mengganggu. Selain itu dalam dunia kesehatan, pinjal tikus Xenopsylla cheopis

berperan sebagai vektor penyakit pes (sampar), yang disebabkan oleh Yersinia pestis dan

Ricketssia typhi. Pinjal anjing dan kucing, Ctenocephalides canis dan C. Felis berperan sebagai inang antara cacing pita Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta. Pinjal C. canis dan C. felis juga merupakan inang antara cacing filaria Dipetalonema reconditum. Adapun pinjal chigoe, Tunga penetrans betina dapat bersarang pada kulit manusia atau babi, terutama pada ujung-ujung jari kaki atau dibawah kukunya dan

menyebabkan pembengkakan berupa nodul-nodul abses yang menyakitkan .

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.2 Skema Kerja BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

También podría gustarte