Está en la página 1de 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Dalam dunia keperawatan banyak teori-teori yang mendasari dan mengaplikasikan beberapa pelaksanaan proses keperawatan. Salah satunya adalah teori Dorothe Orem dan Florence Nightingale. Dari teori Orem dapat diaplikasikan bahwa proses keperawatan dimulai dari diri sendiri atau Self Care. Dalam bentuk pelayanan keperawatan yang dipandang sehingga pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan konsep sehat sakit. Sedangkan teori Florence Nightingale lebih mengaplikasikan proses keperawatan itu terhadap lingkungan. Dari konsep tersebut teori ini mempunyai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses yang merupakan upaya awal untuk pemecahan masalah. Konsep lingkungan pada teori Nightingale lebih berorientasi pada pemberian oksigen,ventilasi,pencahayaan,kebisingan,nutrisi,kebersihan,kelembapan dan lain-lain. Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan secara mandiri untuk mengatur kebutuhannya. Dalam konsep praktek keperawatan Orem membagi bentuk teori Self Care menjadi tiga bagian,yaitu Self Care, Self Care Defisit, dan Nursing System. Kesimpulan dari teori Orem adalah pada dasarnya manusia dapat merawat diri sendiri secara mandiri. Prinsip yang dipegang oleh Florence Nightingale itu sendiri juga memegang peranan penting baik dari segi eksternal maupun hal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme serta kemampuan dalam hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit,kecelakaan dan kematian. Nightingale hanya menggunakan istilah agar bisa menggambarkan secara detail konsep tentang ventilasi,suhu,pencahayaan,diet dan kebisingan yang merupakan komponen lingkungan. Nightingale menspesifikasikan komponen tersebut agar dapat membaca situasi di berbagai kondisi.

1.2 Tujuan 1. Untuk menambah pengetahuan tentang beberapa teori-teori keperawatan 2. Untuk menerapakan Teori Dorothea Orem dan Teori Florence Nightingale dalam proses keperawatan 3. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari kedua teori

1.3 Manfaat 1. Memahami teori Doronthea Orem dan Florence Nightingale 2. Mengembangkan pelayanan kesehatan berdasarkan teori Doronthea Orem dan Florence Nightingale 3. Mengembangkan pengetahuan tentang keilmuan keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Teori keperawatan menurut Barnum tahun 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan dan menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya. Pandangan beberapa ahli tentang model konsep dan teori keperawatan. Pandangan model konsep teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yang memiliki keyakinan yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta pengetahuan dan keterampilan yang ada. Beberapa model konsep keperawatan tersebut antara lain:

2.1

Model konsep menurut Dorothea Orem

Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan model Self Care memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,kesehatan,kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Orem membagi bentuk-bentuk Self Care menjadi : 2.1.1 SELF CARE Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang mempunyai kekuatan untuk dikembangkan, atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan self care digunakan untuk

mengontrol atau meregulator factor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk berfungsi dan mengembangkan proses yang berkontribusi terhadap kesejahteraannya. 2.1.2 SELF CARE DEFISIT

Sel care deficit merupakan hubungan antara self care agency dan therapeutic self care demand dari individu individu yang kemampuan self carenya terbatas atau tidak dapat memenuhi semua komponen therapeutic self care demand. Self care deficit dapat berbentuk komplek atau parsial . Self care defisit komplek berarti tidak ada kapasitas untuk menemukan satu atau beberapa self care defisit partial
3

adalah keterbatasan kapasitas untuk menemukan satu atau beberapa self care requisite melalui therapeutic self care demand. 2.1.3 NURSING SYSTEM

Teori ini merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien,dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Di samping itu, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan di antaranya : a) Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensantory System) Merupakan tindakan memberikan bantuan secara penuh kepada pasien dikarenakan ketidakamampuannya dalam memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga memerlukan bantuan dalam pergerakan, ambulasi, mobilisasi. Dilakukan pada pasien yang : Koma Sadar : fraktur vertebrae Pasien yang tidak dapat melakukan penilaian dan keputusan tentang kebutuhannya sendiri Pasien RM b) Sistem Bantuan sebagian ( partially compensatory system ) Merupakan pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan minimal Contoh : Pasien pasca operasi abdomena butuh bantuan dalam ambulasi, perawatan luka. Tetapi memiliki kemampuan dalam personal hygiene dan makan. c) Sistem suportif dan edukatif Merupakan sistem bantuan yang diberikan kepada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran. 2.2 Model konsep menurut Florence Nightingale

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Florence Nightingale
4

tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986 ). Nightingale mendefinisikan konsep secara tepat dan tidak memisahkan lingkungan pasien dalam hal kondisi fisik, emosional dan aspek-aspek sosial. Dia mengasumsikan semua aspek tersebut termasuk dalam lingkungan. Isu yang spesifik diidentifikasi dan dijadikan landasan untuk peningkatan dan membenarkan berbagai macam situasi contohnya, lingkungan pada saat perang dan lingkungan rumah tangga. Perhatian dia tentang kesehatan tidak hanya pada lingkungan rumah sakit tetapi juga memperhatikan kondisi rumah pasien. Dia percaya bahwa area kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

Florence Nightingale mengungkapkan 5 komponen penting kesehatan lingkungan yaitu : a. Ventilasi Ventilasi merupakan perhatian yang paling besar dari teori nightingale. Dasarnya adalah ventilasi merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai pemulihan penyakit. b. Pencahayaan Konsep pencahayaan juga penting dalam teori Nightingale, dia mengidentifikasi secara langsung bahwa sinar matahari merupakan kebutuhan pasien. Menurut dia pencahayaan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat dari sinar matahari, perawat diinstruksikan untuk mengkondisikan agar pasien terpapar dengan sinar matahari. c. Kebersihan Kebersihan merupakan komponen penting yang lain dari teori lingkungan Florence Nightingale. Lingkungan yang kotor seperti lantai, karpet, dinding dan sprei tempat tidur merupakan sumber infeksi karena banyak mengandung mikroorganisme. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari lingkungan dia menganjurkan agar pasien mandi secara teratur, demikian juga dengan perawat harus mandi secara teratur, mengganti baju dan mencuci tangan secara teratur. Konsep ini tidak hanya untuk perawatan individual pasien tetapi juga merupakan hal penting dalam meningkatkan status kesehatan bagi masyarakat miskin kelas ekonomi bawah dan pada komunitas yang memiliki keterbatasan akses air bersih.

d. Suhu Nightingale mendeskripsikan pengukuran temperatur tubuh melalui palpasi ekstremitas dilakukan untuk mengkaji kehilangan panas, kemudian perawat

menginstruksikan memanipulasi lingkungan untuk memelihara ventilasi dan suhu tubuh pasien dengan cara penghangatan, membuka jendela dan penempatan posisi pasien di ruangan. Dalam konsep ini juga perlu dikaji tentang ketenangan lingkungan. e. Makanan (diet) Nightingale menginstruksikan perawat tidak hanya mengkaji pemasukan makanan tetapi juga mengkaji jadwal makan dan pengaruh makanan terhadap pasien. Dia juga percaya bahwa pasien dengan penyakit kronis dapat mengalami kelaparan, kematian untuk itu perawat perlu berfikir tentang kebutuhan nutrisi pasien. f. Kebisingan Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau ruangan. Hal tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu pasien. Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya. Surat Nightingale dan tulisannya tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian, dan pendidikan.Hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan (marriner tomey, 1994). Nightingale berpikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien sehingga perlu diperhatikan.

Teori Nightingale memandang pasien dari segi lingkungan yang berbeda-beda,yaitu : Lingkungan fisik Psikologis Sosial Individu dalam usaha perbaikannya saat menghadapi penyakit. Keperawatan adalah lingkungan. Sehat atau Sakit merupakan proses perbaikan untuk kesehatan. Masyarakat atau lingkungan untuk mempengaruhi perkembangan kehidupan individu. kondisi terbaik individu dalam mempengaruhi

BAB III TINJAUAN KASUS

Faisal masuk rumah sakit dikarenakan menderita demam berdarah yang sudah sangat parah. Sebelum masuk ke rumah sakit Faisal mengalami gejala seperti panas tinggi selama 3 hari, ia menduga itu hanya panas biasa dan hanya diberi obat dari apotek. Selama beberapa hari panas yang dideritanya sempat turun, namun panas tubuhnya naik lagi disertai timbulnya bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. Faisal langsung dilarikan ke rumah sakit oleh orang tuanya dan didiagnosa dokter menderita demam berdarah. Pada awalnya faisal bisa terkena demam berdarah dikarenakan kondisi lingkungan tempat tinggalnya sangat tidak sehat. Di rumahnya, terutama kamarnya dekat dengan selokan yang tersumbat oleh sampah selain itu ventilasi dan pencahayaan sangat kurang, hal ini membuat suhu di kamarnya menjadi pengap dan membuat nyamuk terutama nyamuk aedes aegepty dapat berkembang dengan pesat. Hal ini diperparah dengan kebiasaanya yang tidak pernah merapikan tempat tidurnya sewaktu bangun tidur. Demam berdarahnya dapat bertambah parah dikarenakan kurang tanggapnya pihak keluarga saat mengetahui faisal panas tinggi selama tiga hari. Faisal juga mempunyai pola makan yang tidak teratur ditambah dengan daya tahan tubuh yang lemah karena kurang istirahat karena ia sibuk dengan organisasi di sekolah. Di rumah sakit Faisal mengalami ketergantungan sebagian, maksudnya Faisal hanya bisa makan dan tidak bisa menjaga kebersihan dirinya sendiri. Dengan kata lain Faisal hanya meminta bantuan perawat saat mandi, itu pun di lakukan di atas ranjang, karena orang yang menderita demam berdarah dilarang melakukan aktivitas berat, walaupun hanya turun dari ranjang. Karena aktivitas yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh lagi dan membuat tubuhnya panas lagi yang nantinya akan berakibat fatal terhadap kesehatannya sendiri.

3.1 Aplikasi Kasus menurut Teori Doronthea Orem Saat di Rumah Sakit Faisal tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) selain dengan bantuan perawat. Dia hanya bisa makan tetapi kesulitan dalam melakukan kegiatan yang behubungan dengan kebersihan dirinya sendiri seperti mandi,gosok gigi,dan cuci tangan. Akan tetapi Faisal masih dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti Oksigenasi dan nutrisi. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa Faisal menganut sistem ketergantungan sebagian (Partially Compensatory System). Dimana sistem ketergantungan sebagian ini adalah sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Dengan kemampuan
8

Faisal yang masih mampu memenuhi kebutuhan oksigenasi dan nutrisinya maka Faisal masih dapat melakukan Self Care. Self Care itu sendiri merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang dilaksanakan oleh individu itu sendiri. Dalam kasus ini berarti Faisal telah melakukan Self Care secara Universal,dimana aktivitas sehari-hari dikelompokan ke dalam kebutuhan dasar manusia. Yang dalam hal ini termasuk dalam kebutuhan fisiologis.

3.2 Aplikasi Kasus Menurut Teori Florence Nightingale Aplikasi Teori Lingkungan: 1. Cleanliness Pada kasus Faisal kurang memperhatikan kebersihan lingkungan terbukti Faisal membiarkan sampah yang berada di selokan dekat kamarnya tetap menyumbat aliran air sehingga nyamuk yang berkembang biak di selokan tersebut masuk dan bersarang di kamarnya dan menyerang tubuhnya. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya. 2. Kimiawi Faisal juga tidak pernah memikirkan bagaimana caranya membasmi nyamuk yang bersarang di selokan depan kamarnya. Padahal jika diteliti lagi masih banyak cara untuk menanggulangi nyamuk aeedes aegepty, di antaranya : Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna

untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air

seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

3. Ventilation Pada kamar Faisal juga kurang adanya sirkulasi udara sehingga udara di kamar Faisal pengap. Dengan itu seharusnya Faisal menambah ventilasi yang dilengkapi
9

dengan kawat nyamuk sehingga udara di kamarnya menjadi segar tetapi nyamuk tidak bisa masuk ke dalam kamar.

4. Light Dengan banyaknya ventilasi di kamar Faisal juga membuat Intensitas cahaya yang masuk cukup akan mengurangi jumlah nyamuk, karena nyamuk lebih suka dengan penerangan yang kurang.

5. Bedding Faisal mempunyai kebiasaan yang tidak baik yaitu tidak pernah menata kembali tempat tidurnya setelah bangun tidur padahal seharusnya tempat tidur harus ditata rapi agar tidak menjadi sarang nyamuk, karena nyamuk suka dengan tempattempat yang tidak rapi.

6. Drainage Saluran air di dekat kamar Faisal yang tersumbat sampah sehingga aliran air tidak lancar dan akan mengakibatkan genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk.

3.3 Proses Keperawatan Pengkajian Data Subyektif : pasien gelisah,mual,tidak nafsu makan karena sakit saat menelan,dan tubuh terasa lemah. Data Obyektif : perdarahan bawah kulit akibat pecahnya pembuluh darah di lengan dan kaki,epistaksis,perdarahan gusi dan muntah darah. Berdasarkan uji Laboratorium yang telah dilakukan oleh Faisal di Rumah Sakit didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari ( 38-40 derajat celsius ). 2. Perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung pada awal gejala. 3. Tampak bintik- bintik merah ketika diperiksa dengan metoda uji torniquet. 4. Terjadi pembesaran hati ( hepatomegali ). 5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

10

6. Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000/m dan terjadi peningkatan hematokrit diatas 20 %. 7. Pada tingkat lanjut terjadi mimisan dari hidung dan gusi. 8. Terjadinya melena ( buang air dengan kotoran berupa lendir yang bercampur darah ). 9. Tampak bintik-bintik merah sebagai bentuk dari pecahnya pembuluh darah. 10. Demam yang dirasakan menyebabkan pegal dan sakit pada sendi. Diagnosa Penyakit demam berdarah didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, seperti demam tinggi dan munculnya bintik-bintik merah di kulit. Namun, karena gejala penyakit demam berdarah kadangkala sulit dibedakan dengan penyakit malaria, leptospirosis, maupun demam tifoid maka biasanya pekerja medis atau dokter akan terlebih dahulu mengecek sejarah kesehatan dan perjalanan pasien untuk mencari informasi kemungkinan pasien tergigit nyamuk. Selain itu untuk mendapatkan ketepatan diagnosis yang lebih tinggi umumnya dilakukan berbagai uji laboratorium. Beberapa tes yang biasanya dilakukan adalah studi serologi untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue di tubuh pasien, menghitung titer antibodi terhadap virus dengue, dan penghitungan sel darah lengkap (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit). Selain itu, uji laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah uji inhibisi hemaglutinasi, uji elisa, dan reaksi berantai polimerasi reverse transcriptase untuk mendeteksi

antigen,antibodi, atau asam nukleat spesifik terhadap virus dengue. Uji-uji tersebut dapat memakan waktu beberapa hari. Implementasi Dari kasus yang Faisal alami,kita dapat melakukan tindakan sebagai berikut : 1. Pemberian Infus dan beri makan sesuai dengan kebutuhan. 2. Observasi tanda vital tiap tiga jam sekali. 3. Pengambilan darah untuk memantau kadar Trombosit dalam darah tiap jamjam tertentu. 4. Melakukan kompres hangat yang bertujuan mempercepat terjadinya

penguapan sehingga mempercepat turunnya suhu tubuh.

11

Evaluasi Dari implementasi tersebut dapat kita evaluasikan sebagai berikut : Evaluasi Formatif

1. Dengan pemberian infus, pemberian nutrisi pasien menunjukan kondisi yang mulai membaik ditandai dengan pasien mulai bisa melakukan kegiatan toiletingnya sendiri 2. Dari pemberian kompres hangat respon yang diberikan oleh pasien adalah mulai menurunya suhu tubuh pasien dan keadaannya tetap stabil (tidak mengalami fluktuasi) 3. Setelah dilakukan pengambilan darah, didapatkan kadar trombosit dalam darah mulai meningkat yaitu diatas 100.000/m3 Evaluasi Sumatif Dengan adanya Evaliasi Formatif yang menunjukkan keadaan pasien yang semakin membaik maka pasien disarankan untuk rawat jalan atau pasien diperbolehkan untuk pulang.

12

BAB IV PEMBAHASAN

Penyakit yang menyerang Faisal banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kebersihan, ventilasi, suhu pencahayaan, drainase dan lain-lain yang banyak dibahas dalam teori Florence Nightingale. Jadi dalam pengaplikasian kedua teori ini. Teori Florence Nightingale yang lebih dominan dibanding teori Dorothea Orem walaupun kedua teori itu juga saling mempengaruhi terhadap perkembangan kesehatan Faisal. Jika salah satu dari kedua teori tersebut tidak di terapakan, hal ini tentu akan menggangu kesehatan individu yang bersangkutan. Namun segala sesuatu tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan kedua teori diatas, yaitu teori Florence Nightingale dan teori Dorothea Orem. Teori Orem lebih mengacu pada kebersihan diri sendiri (Self Care) dan kurang memperdulikan kebersihan lingkungannya. Sehingga individu cenderung egois karena lebih mempedulikan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan apakah lingkungan tempat tinggalnya sudah memenuhi kriteria kebersihan atau tidak. Sedangkan pada teori Florence Nightingale lebih mengacu pada kebersihan lingkungan dan kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. Hal ini membuat seakanakan individu tersebut tidak peduli dengan dirinya sendiri apakah sudah memenuhi kriteria kebersihan atau belum dan lebih memperhatikan kebersihan lingkungannya.

13

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan Teori Florence N dan Teori Dorenthea Orem saling berhubungan dan saling melengkapi. Bila salah satu komponen dari masingmasing teori tidak terpenuhi maka individu yang menderita sakit akan bertambah parah sakitnya. Hal tersebut dikarenakan teori Florence N lebih mengacu pada keadaan lingkungan penderita sedangkan pada teori Doronthea Orem lebih mengacu kepada self care yang kedua teori tersebut sangat mempengaruhi terhadap kesehatan individu. Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa teori yang paling dominan adalah teori Florence Nightingale karena dalam kasus tersebut lebih banyak menekankan tentang faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan Faisal. 5.2 SARAN Pada pasien Demam Berdarah disarankan untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri salah satunya dengan metode self care yang dikemukkan oleh Dorothea Orem. Selain memperhatikan diri sendiri yang perlu mendapat perhatian khusus juga adalah lingkungan sekitar kita yang juga berperan penting dalam peyebaran penyakit.

14

También podría gustarte