Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Arsitektura l (Estetika)
Penghasilan
1.2.
PEMBAHASAN 2.1. Aksi Pembebanan pada Bangunan Tinggi 1. Pembebanan pada Bangunan
a. Beban Mati Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta peralatan tetap (fixed equipment) yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu. b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akiba penghunian atau penggunaan suatu bangunan, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan dan dapat diganti selama masa hidup dari bangunan itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap bangunan tersebut. Khusus untuk atap yang dianggap beban hidup termasuk beban yang berasal dari air hujan akibat tekanan jatuh butiran air. Beban hidup tidak termasuk beban angin dan beban gempa. c. Beban Angin Beban angin adalam semua beban yang bekerja pada bangunan, atau bagian bangunan, yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Tekanan tiup diambil minimum 25 kg/m, dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m. d. Beban Gempa Beban gempa adalah semua beban static ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
(Sumber : Sistem Bangunan Tinggi, hal.25)
2.
hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Struktur lantai merupakan
bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga pemilihan lantai harus diteliti dengan baik, diantaranya :
a. 3.
Pertimbangan terhadap berat sendiri latai, makin ringan beban lantai makin
3.2.
b.
c. Sistem dua arah, terdiri dari peletakan dinding-dinding pada kedua arah.
Susunan ini dapat terlihat jelas pada bangunan dengan denah persegi, tetapi sulit untuk yang berbentuk lebih rumit. Reaksi struktur dinding pendukung terhadap pembebanan bergantung pada bahan yang digunakan serta jenis interaksi yang terjadi antara bidang lantai horizontal dengan bidang dinding vertikal. Dalam konstruksi batu dan sebagian sistem beton pracetak kita menggambarkan struktur lantai disendikan pada dinding menerus, sedangkan pada bangunan beton cor setempat, plat dan dindingnya benar-benar menerus. Jelaslah bahwa bangunan beton lebih kaku daripada system struktur batubersendi; hal ini menjadikan beton lebih ekonomis untuk struktur bangunan yang lebih tinggi. Beban vertikal diteruskan sebagai momen melalui struktur lantai langsung ke dinding. Bentang lantai yang lazim berkisar antara 12-25 kaki dan antara lain bergantung pada kapasitas bawa dan kekauan lateral dari system lantai. Karena dinding menahan menahan beban bagaikan kolon tipis memanjang, kestabilannya harus diperiksa terhadap tekuk. Bukaan dinding hendaknya ditempatkan pada sumbu vertikal yang sama untuk menghindari tegangan beban yang diakibatkan oleh hubungan eksentris lantai terhadap dinding.
langsung Inti dapat terbuat dari baja, beton ataupun gabungan keduanya. Inti dari rangka baja bisa menggunakan prinsip kuda-kuda vierendeel untuk mencapai kestabilan lateral. Sistem virendeel ini cukup fleksibel sehingga hanya digunaan untuk bangunan bertingkat relative sedikit. Keuntungan penggunaan rangka baja adalah karena relative cepatnya perakitan batang-batang prefab.
Inti beton menghasilkan ruang selain juga memikul beban, dan pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak diperlukan. Ketiadaan pelenturan pada bahan beton merupakan kelemahannya. Terutama beban gempa. Inti geser dapat dibayangkan sebagai penahan lateral bagaikan balok besar yang terkantilever dari tanah. Oleh karena itu, tegangan geser dan lentur yang bekerja pada inti menyerupai balok berpenampangan persegi. Terdapat dua perkembangan sistem inti geser, yaitu : 1. Sistem Bangunan Terkantilever Sistem bangunan terkantilever sebenarnya bukanlah jenis yang lazim digunakan karena fleksibilitas struktur lantai terkantilever dan besi tulangan yang diperlukan untuk menahan momen negative dari plat harus banyak sekali. Namun pemiklan sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran ruang. 2. Sistem Bangunan Gantung Sistem ini memungkinkan penggunaan bahan secara efisien dengan menggunakan penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kabel-kabel akan meneruskan beban gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkanlever dari inti pusat.
3. 4.
Perbedaan gambar denah membuat penerapan sistem-sistem struktur menjadi berbagai jenis pola grid, diantaranya: 1. Rangka melintang sejajar
a. Pada grid persegi tipikal b. Pada grid persegi dengan grid interior offset c. Pada grid radial d. Pada grid lengkung e. Pada dua sumbu 2. Rangka luar
a. Rangka luar dengan rangka inti melintang b. Rangka luar dan dalam pada grid persegi c. Rangka dua arah : grid persegi 3. Rangka pada grid polygon ; bentuk kompleks bersifat hamper oganik
Kapasitas beban rangka rangka sangat bergantung pada kekuatan balok dan kolom individual: kapasitasnya menurun sebanding dengan kenaikan tinggi lantai dan jarak antarkolom.
4.
Rangka digunakan pada lantai antara serta mendukung bagian atas dan bagian bawah plat lantai. Ruang bebas yang tercipta pada lantai antara sangat menguntungkan untuk jenis bangunan tertentu yang memerlukan fleksibilitas dalam perencanaan. b. Staggered Strukstur ini lebih kuat disbanding struktur interspasial. Di sini rangka digunakan pada setiap lantai, dan disusun menurut pola berselang-seling. Dengan membuat rangka berselang-seling pada suatu lantai dengan lantai lainnya, dapat dihasilkan ruang bebas yang cuup besar, sedangkan plat lantai digunakan untuk membentang separuh dari jarak rangka tersebut. Plat-plat lantai ini menumpu pada bagian atas salah satu rangka dan menggantung pada bagian bawah lantai di atasnya. Sistem ini menghemat 40 % bahan baja dibandingkan dengan rangka kaku konvensional untuk bangunan tinggi dan memerlukan lebih sedikit sambungan lapangan karena prinsip membuat rangka yang berselang-seling. Sistem ini telah diterapkan pada bangunan dengan ketinggian sampai 30 lantai.