Está en la página 1de 6

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Sumber Hukum Islam Pertama)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 Agil Narendar Rosy Ayunda Kelas B (0910440230) (0910440193)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM (AL QURAN) Atas dasar bahwa hukum syara itu adalah kehendak Allah tentang tingkah laku manusia mukallaf, maka dapat dikatakan bahwa pembuat hukum (law gider) adalah Allah SWT. KetentuanNya terdapat dalam kumpulan wahyunya yang disebut Al Quran. Dengan demikian ditetapkan bahwa Al Quran itu sumber utama bagi hukum Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Quran itu membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukumhukum yang terkandung dalam sebagian ayat-ayatnya. Kedudukan Al-Quran itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penempatan hukum, maka bila seseorang ingin menemukan hukum untuk suatu kejadian, tindakan pertama yang harus ia lakukan adalah mencari jawab penyelesaiannya dari Al-Quran. Selama hukumnya dapat diselesaikan dengan Al-Quran, maka ia tidak boleh mencari jawaban lain di luar Al-Quran. Selain itu, sesuai dengan kedudukan Al-Quran sebagai sumber utama atau pokok hukum Islam, berarti al-Quran itu menjadi sumber dari segala sumber hukum. Karena itu juga akan menggunakan sumber hukum lain di luar Al-Quran, maka harus sesuai dengan petujuk Al-Quran dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Quran. Hal ini berarti bahwa sumber hukum selain Al-Quran tidak boleh menyalahi apa-apa yang telah ditetapkan Al-Quran. 1. Pengertian Al-Quran. Secara etimologis Al-Quran adalah bentuk mashdar dari kata qara-a ( ) sewazan dengan kata fulaan ( ,) artinya; bacaan, berbicara tentang apa yang ditulis padanya; atau melihat dan menelaah. Dalam pengertian ini, kata berarti ,yaitu isim maful (objek) dari .Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Qiyamah (75) : 17-18. 18-17 :) . ) Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya Al-Quran apabila disebut kami juga al telah kitab selesai membacanya maka ikutilah surah bacaan itu. sebagaimana tersebut dalam al-Baqarah.

2 :) . ) Kitab al-qur an itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Kitab Al-Quran secara terminologis ditemukan dalam beberapa rumusan defenisi sebagai berikut:

1. Menurut Syaltut, Al-Quran adalah lafaz Arabi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dinukilkan kepada kita secara mutawatir. 2. Al-Syaukani mengartikan Al-Quran dengan : kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushhaf, dinukilkan secara mutawatir. 3. Defenisi Al-Quran yang dikemukakan Abu Zahrah ialah : kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Menurut al-Sarkhisi, Al-Quran adalah : kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., ditulis dalam mushhaf, diturunkan dengan huruf yang tujuh yang masyhur dan dinulikan secara mutawatir. 5. Al-Amidi memberikan tarif Al-Quran : al-kitab adalah Al-Quran yang diturunkan. 6. Ibn Subki mendefenisikan Al-Quran : lafaz yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. mengandung mujizat setiap suratnya, yang beribadah membacanya. Dengan menganalisis unsur-unsur setiap defenisi di atas dan membandingkan antara satu defenisi dengan lainnya, dapat ditarik suatu rumusan mengenai defenisi Al-Quran, yaitu lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang dinukilkan secara mutawatir. Defenisi ini mengandung beberapa unsur yang menjelaskan hakikat Al-Quran, yaitu: 1. Al-Quran itu berbentuk lafaz. Ini mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk makna dan dilafazkan Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Quran. Umpamanya hadits qudsi atau hadits qauli lainnya, karenanya tidak ada ulama yang mengharuskan berwudhu jika hendak membacanya. 2. Al-Quran itu adalah berbahasa Arab. Ini mengandung arti bahwa Al-Quran yang dialih bahasakan kepada bahasa lain atau yang diibaratkan dengan bahasa lain bukanlah Al-Quran, karenanya salat yang menggunakan terjemahan Al-Quran, tidak sah. 3. Al-Quran itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini mengandung arti bahwa wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi-nabi terdahulu tidaklah disebut Al-Quran, tetapi yang dihikayatkan dalam Al-Quran tentang kehidupan dan syariat yang berlaku bagi umat terdahulu adalah Al-Quran. 4. Al-Quran itu dinukilkan secara mutawatir. Ini mengandung arti bahwa ayat-ayat yang tidak dinukilkan dalam bentuk mutawatir bukanlah Al-Quran. Karenanya ayat-ayat tidak mutawatir penukilannya tidak dapat dijadikan hujjah dalam istimbath hukum.

Disamping 4 unsur pokok tersebut, ada beberapa unsur sebagai penjelasan tambahan yang ditemukan dalam sebagian dari beberapa defenisi Al-Quran di atas, yaitu: a. Kata-kata mengandung mujizat setiap suratnya, memberi penjelasan bahwa setiap ayat AlQuran mengandung daya mujizat. Oleh karena itu hadits tidak mengandung daya mujizat. b. Kata-kata beribadah membacanya, memberi penjelasan bahwa dengan membaca Al-Quran berarti melakukan suatu perbuatan ibadah yang berhak mendapat pahala. Karenanya membaca hadits qudsi yang tidak mengandung daya ibadah seperti Al-Quran, tidak dapat disebut Al-Quran. c. Kata-kata tertulis dalam mushhaf (dalam defenisi Syaukani dan Sarkhisi), mengandung arti bahwa apa-apa yang tidak tertulis dalam mushhaf walaupun wahyu itu diturunkan kepada Nabi, umpamanya ayat-ayat yang telah dinasakhkan, tidak lagi disebut Al-Quran. (Quraish,2007) 2. Fungsi dan Tujuan Turunnya Al-Quran Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia bagi kemaslahatan mereka, khususnya umat mukminin yang percaya akan kebenarannya. Kemaslahatan itu dapat berbentuk mendatangkan manfaat atau keberuntungan, maupun dalam bentuk melepaskan manusia dari kemudaratan atau kecelakaan yang akan menimpanya. Bila ditelusuri ayat-ayat yang menjelaskan fungsi turunnya al-Quran kepada umat manusia, terlihat dalam beberapa bentuk ungkapan yang diantaranya adalah:
1. Sebagai hudan ( ) atau petunjuk bagi kehidupan umat. Fungsi hudan ini banyak sekali

terdapat dalam al-Quran, lebih dari 79 ayat, umpamanya pada surat al-Baqarah (2): 2: ) . ) Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
2. Sebagai rahmat ( )atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih

sayangnya. Al-Quran sebagai rahmat untuk umat manusia ini, tidak kurang dari 15 kali disebutkan dalam al-Quran, umpamanya pada surat Luqman (31): 2-3:

3:.) ) Inilah ayat al-Quran yang mengandung rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. 3. Sebagai Furqan ( ) yaitu pembeda antara yang baik dengan yang buruk; yang halal

dengan yang haram; yang salah dan yang benar; yang indah dan yang jelek; yang dapat dilakukan dan yang terlarang untuk dilakukan. Fungsi al-Quran sebagai alat pemisah ini terdapat dalam 7 ayat al-Quran. Umpamanya pada surat al-Baqarah (2): 185: 185:) .) Bulan Ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembela (antara yang hak dan yang bathil). 4. Sebagai mauizhah ( )atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Fungsi mauizhah ini terdapat setidaknya dalam 5 ayat al-Quran. Umpamanya pada surat al-Araf (7): 145: 145:.) ) Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lul-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu. 5. Sebagai busyra ( )yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik kepada Allah dan sesama manusia. Fungsi busyra itu terdapat dalam sekitar 8 ayat al-Quran, seperti pada surat al-Naml (27):1-2: 2-1:.)* ) Tha-siin. (Surat) ini adalah ayat-ayat al-Quran, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. Dari segi penjelasannya terhadap hukum, ada beberapa cara yang digunakan al-Quran, yaitu: 1. Secara Juzi (terperinci). Maksudnya, al-Quran menjelaskan secara terperinci. Allah dalam al-Quran memberikan penjelasan secara lengkap, sehingga dapat dilaksanakan menurut apa adanya, meskipun tidak dijelaskan Nabi dengan sunnahnya. Umpamanya ayatayat tentang kewarisan yang terdapat dalam surat an-Nisa (4):11 dan 12. Tentang sanksi terhadap kejahatan zina dalam surat an-Nur (24):4. Penjelasan yang terperinci dalam ayat seperti di atas, sudah terang maksudnya dan tidak memberikan peluang adanya kemungkinan pemahaman lain. Dari segi kejelasan artinya, ayat tersebut termasuk ayat muhkamat.
3. Secara Kulli (global). Maksudnya, penjelasan al-Quran terhadap hukum berlaku secara

garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan dalam pelaksanaannya. Yang paling berwenang memberikan penjelasan terhadap maksud ayat yang berbentuk garis besar itu adalah Nabi Muhammad dengan sunnahnya. Penjelasan dari Nabi sendiri di antaranya ada yang berbentuk pasti sehingga tidak memberikan kemungkinan adanya pemahaman lain. Disamping itu ada pula penjelasan Nabi dalam bentuk yang masih samar dan memberikan kemungkinan adanya beberapa pemahaman. 3. Secara Isyarah. Al-Quran memberikan penjelasan terhadap apa yang secara lahir disebutkan di dalamnya dalam bentuk penjelasan secara isyarat. Di samping itu, juga memberikan pengertian secara isyarat kepada maksud lain. Dengan demikian satu ayat alQuran dapat memberikan beberapa maksud. Umpamanya firman Allah dalam surat alBaqarah (2):233: . Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Ayat tersebut mengandung arti adanya kewajiban suami untuk memberi belanja dan pakaian bagi isterinya. Tetapi dibalik pengertian itu, mujtahid menangkap isyarat adanya kemungkinan maksud lain yang terkandung dalam ayat tersebut, yakni bahwa nasab seorang anak dihubungkan kepada ayahnya. (Ridwan, 2005)

DAFTAR PUSTAKA Ridwan. 2005. Sumber Sumber Hukum Islam. http://www.google.2005.sumber sumber
hukum islam.Ridwan.html/ Diunduh pada tanggal 27 maret 2012 Quraish. 2007. Al quran Sumber Hukum Pertama. Yogyakarta : Press

También podría gustarte