Está en la página 1de 7

PENDAHULUAN.

Sampai saat ini Gonorrhea masih merupakan problem di seluruh dunia, bahkan di negara-negara yang sudah sangat maju sekalipun. Suburnya prostitusi, kurangnya kesadaran berobat sampai sembuh; kurangnya pengertian masyarakat serta adanya phenomena pingpong mempersulit pemberantasan gonorrhea. Malangnya penyakit ini bisa menyebar ke mata, bahkan juga mengenai mata bayi-bayi yang baru lahir. Penyakit ini termasuk golongan oculo-genital disease yakni penyakit dari tractus genitalis yang dapat menyebar ke mata. Lebih lanjut dapat merusak cornea dan lebih ke dalam lagi menyebar ke rongga orbita berakibat menurunnya visus bahkan kebutaan total. Berbagai usaha telah diambil guna melindungi mata bayibayi yang baru dilahirkan dari penyakit ini, namun masih didapatkan beberapa kegagalan. GEJALA KLINIK Gonoblennorrhea neonatorum adalah conjunctivitis purulenta yang disebabkan Neisseriagonorrhoeae. Kuman-kuman yang berada pada jalan lahir menyebabkan infeksi pada mata bayi yang baru dilahirkan. Masa inkubasi menurut MAY adalah 12 jam sampai tiga hari, sedang menurut DUKE ELDER adalah satu sampai tiga hari. Pada penyakit ini dikenal beberapa stadium : q Stadium infiltrasi. -- Setelah masa inkubasi, mata terlihat bengkak dan merah, palpebra sangat oedematous dan tegang. Untuk dapat melakukan pemeriksaan sering mata harus kita buka dengan spatula. Dari rima palpebra keluar sekret serous/sero-sanguinus, sedikit purulent. Kelenjar lymphe preauriculair dapat pula membengkak, bahkan dapat sampai timbul supurasi. Suhu tubuh naik. Pada preparat hapus sekret mata yang dicat dengan pewarnaan Gram, didapatkan kuman N gonorrhoeae dan erythrocyt. q Stadium blennorrhea . -- Setelah lima hari supurasi makin menghebat dan sekret menjadi purulent. Pada saat ini mudah timbul ulkus cornea karena epitel cornea rusak disana-sini disertai tanda-tanda nekrosis. Bila keadaan ini dibiarkan tanpa pengobatan, terjadilah ulkus cornea perforatus dan kuman mulai masuk ke dalam bola mata dan mengakibatkan endophthalmitis. Kuman bahkan dapat menjalar ke jaringan rongga orbita dan menimbulkan tanda-tanda panophthalmitis. Ini merupakan komplikasi terberat. Pada stadium ini pemeriksaan preparat hapus sekret mata akan dijumpai kuman N gonorrhoeae serta leucocyt p m n. Stadium penyembuhan.-- Pembengkakan mulai berkurang, nyeri berkurang, discharge akan menghilang dalam waktu dua sampai tiga minggu akan tetapi cornea sudah mengalami kehancuran total dan timbul jaringan parut sedangkan conjunctiva tetap merah dan tebal sampai beberapa minggu. Diagnosa gonoblenorrhea neonatorum ditegakkan dengan adanya gejala klinik yang tersebut diatas dan pemeriksaan preparat hapus sekret mata yang mengandung kuman N gonorrhoeae. DIFFERENTTAL DIAGNOSA q Inclusion conjunctivitis. -- Suatu conjunctivitis purulenta yang disebabkan oleh Chlamidya oculo-genitale. Radang ini sering menyerang bayi-bayi yang lahir dari ibu yang menderita urethritis nonspecificans. Keadaan penyakitnya tidak sehebat gonoblenorrhea. Terjadi conjunctivitis yang diffus dan dapat sembuh sendiri tanpa jaringan parut atau rusaknya

cornea. Masa inkubasi adalah sekitar tujuh hari dan pemeriksaan hapus sekret mata tidak ditemukan kuman gonococcus. Pada pemeriksaan scraping epithel conjunctiva didapatkan inclusion bodies. q Dacryostenosis/dacryocystitis. Pada kelainan ini yang menonjol adalah keluarnya sekret serous (D D dengan gonoblenorrhea stadium infiltrasi). Mata nrocos terus menerus dan terlihat kotor. Keadaan ini juga sering mengenai bayi. Pada pemeriksaan hapus sekret mata tidak ditemukan kuman gonococcus, pada spoeling canalis lacrimalis hasilnya buntu. KOMPLIKASI q Ulkul cornea. -- Letak ulkus umumnya di marginal, akan tetapi dapat juga disentral. Ulkus corneae sentralis inilah yang paling cepat mengalami nekrosis dan terjadi perforasi. q Endophthalmitis , Panophthalmitis. Kedua hal ini dapat berakhir dengan kebutaan total. PROGNOSA Apabila penderita mendapat pengobatan yang baik pada minggu pertama(masih dalam stadium infiltrasi), biasanya akan 8 Cermin Dunia Kedokteran No. 1 3. 1978

A PENGERTIAN. Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, clamida, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia. B PATOFISIOLOGI. Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

Tanda klinik: Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokok. Konjungtivitis Kataral Sub Akut. Penyebab: Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza.

2. Konjungtivitis Purulen. Dapat Disebabkan : Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok, meningokok, stafilokok, dsb.

Tanda Klinik : Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen. Pengertian : Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika. Patofisiologi : Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva. Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :

Stadium Infiltrat. Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-kadang beradarah. Stadium Supuratif atau Purulenta. Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa. Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil. Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. Gejala / Gambaran Klinis : Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur darah. Pemeriksaan Laboratorium : Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop. Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus gram negatif yang berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar dan didalam sel.

Diagnosis : Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinik. Pengobatan : Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea. Topikal : Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal 4 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi. Sebelum memberikan salep mata, mata harus dibersihkan terlebih dahulu. Sistemik : Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra muskuler dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1 gram per-oral, atau Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada neonatus dan anak-anak diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 100.0000 IU/Kg BB. Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea. Topikal : Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam atau Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin konjungtiva. Sistemik : Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa ulkus kornea. Streptokokus beta hemolitik eksogen maupun endogen. Steven Johnson Syndrome. Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma Tracoma) D PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. E DIAGNOSIS. Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva. F PENGOBATAN. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

ASUHAN PADA

KLIEN

DENGAN

KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

A. BIODATA. Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat, penanggung jawab. B. 1. RIWAYAT KESEHATAN . Riwayat Kesehatan Sekarang. Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat Keluhan : Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai : Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe. 2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu. Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.

Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic. Rasionalisasi : o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti. o Berguna dalam intervensi selanjutnya. o Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan. o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri. Evaluasi : Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri. Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu. Menunjukkan perasaan rileks. 2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, ditandai dengan : Klien mengatakan tentang kecemasannya. Klien terlihat cemas dan gelisah. Kriteria hasil : Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang. Intervensi : Kaji tingkat ansietas / kecemasan. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien. Rasionalisasi : o Bermanfaat dalam penentuan intervensi. o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya o Memberikan perasaan tenang kepada klien.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga. Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis). C. PEMERIKSAAN FISIK. Data Fokus : Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe). Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan : Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan. Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri). Kriteria hasil: Nyeri berkurang atau terkontrol. Intervensi : Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien. Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur. Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.

Evaluasi : Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas. Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit. 3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan. Kriteria hasil : Penyebaran infeksi tidak terjadi. Intervensi : Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi). Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur. Pertahankan tindakan septik dan aseptik. Rasionalisasi : o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih. o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.

o Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien. Evaluasi : Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit. 4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema). Intervensi : Kaji tingkat penerimaan klien. Ajak klien mendiskusikan keadaan. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang. Jelaskan perubahan yang terjadi. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan. Evaluasi : Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri. Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan. 5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Kriteria hasil : Cedera tidak terjadi. Intervensi : Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tibatiba, menggaruk mata, membungkuk. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan bendabenda yang dapat menimbulkan kecelakaan. Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas. Rasionalisasi : o Menurunkan resiko jatuh (cedera). o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian. o Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien. o Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.

Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan penyebabnya. a.Konjungtivitis akut Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Disebabkan oleh gonococcus virus, clamidia, alergi,toksik atau moluskum kontagiosum. Manifestasi yang muncul adalah hiperemi pada kongjungtiva, lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata dipagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, mata seperti ada benda asing. Konjungtivitis bakterial akut Konjungtivitis bakterial akut merupakan bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphilococcus, streptococuss pnemonie, gonococcus, haemofiluss influenza, dan pseudomonas Konjungtivitis blenore Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus Konjungtivitis gonore Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda tanda infeksi umum. Konjungtiva difteri Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva Konjungtivitis mukopurulen Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo). Blefarokonjungtivitis Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak d.Konjungtivitis alergik Konjungtivitis alergik merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap obat atau bahan toksik

Evaluasi : Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. B.KONJUGTIVITIS 1.PENGERTIAN Konjugtivitis adalaah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Konjungtiva dan kornea merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar 2.ETIOLOGI Peradangan konjugtiva diakibatkan oleh bakteri dan virus dan dapat pula disebabkan oleh asap, angin dan alergi

KONSEP DASAR Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system penglihatan, terutama konjungtivitis. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis dapat menyerang pada semua tingkat usia. ETIOLOGI Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya : Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral. Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic. Konjungtivitis akut jamur Konjungtivitis akut alergik Konjungtivitis kronis, mis: trakoma. Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga merupakan etiologi dari konjungtivitis.

PATOFISIOLOGI Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing

PENATALAKSANAAN Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksipada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yangs ehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah kelopak mata dan sekitarnya ada udem, keadaan konjungtingva hiperemis dan ada secret mukopurulen, keadaan kornea hiperemis dan ada peradangan. Data subjektif, klien mengatakan matanya terasa nyeri, gatal dan rasa ada benda asing. Pemeriksaan kultur dan sitologik secret konjungtiva untuk mengetahui kemungkinan penyebab infeksi, seperti: Sel eosinofil umumnya merupakan akibat atopi , terutama konjungtivitis vernal Sel polimorfonuklear leukosit, merupakan akibat infeksi bakteri atau chlamydia. Sel limfosit, merupakan gambaran karakteristik infeksi akibat virus atau suatu infeksi kronis Sel epitel dengan multinukleus dengan atau tanpa badan inklusi intraseluler, merupakan gambaran yang dapat ditemukan pada infeksi virus DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Nyeri b.d proses peradangan Intervensi : Kaji tingkat nyeri R/ mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutnya Jelaskan penyebab nyeri R/ untuk menambah pengetahuan pasien Kompres mata dengan air hangat R/ untuk mengurangi rasa nyeri Mata istirahatkan R/ menurunkan radang, mengurangi aktivitas Kolaborasi dalam pemberian obat mata (AB) R/ menghilangkan peradangan Gangguan pola tidur b.d nyeri

Intervensi : Ciptakan lingkungan yang tenang R/ Klien dapat beristirahat Kurangi rasa nyeri dengan mengompres mata R/ Klien dapat beristirahat H.E kebutuhan tidur berhubungan dengan penyembuhan penyakit R/ klien tahu tentang fungsi tidur berhubungan dengan proses penyembuhan. Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang Intervensi : Kaji kemampuan melihat R/ untuk mengetahui sejauh mana kemampuan melihat Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dan aktifitas Menjelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan R/ untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi ansietas pasien Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana Anjurkan pasien untuk memakai kacamata redup Gangguan interaksi social ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi matanya Intervensi : Jalin hubungan baik dengan klien R/ agar klien tidak merasa asing Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya R/ klien akan menerima keadaannya. Libatkan dengan kegiatan lingkungan R/ klien akan merasa punya teman dalam lingkungan. Resiko injury b.d penurunan ketajaman penglihatan Intervensi : Orientasikan lingkungan dan situasi lain R/ untuk meningkatkan pengenalan tempat sekitar Anjurkan klien untuk mempelajari kembali ADL R/ meningkatkan respon stimulus dan semua ketergantungannya Anjurkan klien/keluarga meletakkan peralatan yang dibutuhkan pada tempat yang mudah dijangkau. R/ mengurangi pecahnya alat yang dapat mencederai klien Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.?Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita?seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular.?Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.? Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya.? Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.

agaimana penularan pink eye? - Bila bersentuhan dengan si penderita atau sesuatu yang telah dipakai oleh penderita, seperti tisu. - Penggunaan handuk secara bersama dengan penderita atau berenang bersama penderita. - Cairan dari mulut atau hidung penderita (seperti ketika batuk dan bersin). Pencegahan pink eye - Ingatkan anak untuk selalu mencuci tangan dengan air hangat dan sabun terutama setelah bersentuhan dengan penderita atau menyentuh benda yang telah dipakai penderita. - Tidak menggunakan barang pribadi (seperti tetes mata, tisu, make up mata, pakaian, handuk atau sarung bantal) secara bersama dengan orang lain. - Jika si kecil memiliki alergi, maka pastikan pintu dan jendela dalam kondisi tertutup terutama pada siang hari dimana sebuk bunga sedang bertebaran atau saat vacuum cleaner sedang digunakan. - Pada ibu hamil yang menderita STDs, dilakukan dengan tindakan skrining dan pengobatan di bawah pengawasan dokter ahli. Pengobatan pink eye Pink eye yang disebakna oleh virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan apapun. Jika pink eye yang terjadi karena infeksi bakteri maka dokter akan memberikan salep mata atau obat tetes mata, Jika anak anda memiliki alergi konjungtivitis, maka dokter akan memberikan obat anti alergi dalam bentuk pil/cairan/ tetes mata. Pemberian kompres dingin atau hangat serta asetaminofen atau ibuprofen dapat membantu si kecil yang sedang pink eye merasa nyaman. Anda juga dapat membersihkan matanya dengan air hangat dan bola kapas sehingga pada saat si kecil bangun di pagi hari, matanya tidak lengket.

También podría gustarte