Está en la página 1de 11

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

KONTRIBUSI PENDIDIKAN AKUNTANSI DALAM PENGUATAN PEREKONOMIAN BANGSA (MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI MELALUI TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG AMANAH) Whedy Prasetyo Fakultas Ekonomi Universitas Jember, Jurusan Akuntansi Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp. 0331-337990 HP.

Abstract

The accounting education given to the governmental organization plays important role to improve the law enforcement and the reduction of corruption through adjustment, clarity, good disclosure and accountability in presenting financial information in the financial statement based on accountant ethical code. The objective of governmental financial statement is to provide the financial information to the interested parties for their decision making base in the economical, social and political matters in order to prevent and to detect the corruption or criminal commitment against finance. There are six factors to consider, i.e. accountability, value for money, honesty in managing public finance (probity), transparence, control, and free of conflict of interest (independence). These are required to realize amanah governance which is in turn facilitating the creation of civil society. The article is aimed at describing the role of accounting education in empowering the national economic. Indeed, some discussions have been made in this article about the contribution of accounting education in realizing amanah governance, in creating the civil society from this amanah governance, and in presenting the best financial statement based on accountant ethical code. Keywords: Accounting education, financial statement, civil society, amanah governance, and accountant ethical code.

1. Pendahuluan Kajian Penulis yang terinspirasi dari hasil pernyataan Krueger dan Lindahl (2001), yang menyatakan bahwa: Each additional year of schooling appears to raise earnings by about 10 percent in the United States, although the rate of return varies over time as well as across country Pendidikan akuntansi sebagai salah satu keilmuan yang membahas kajian ekonomi, mampu memberikan peran di dalam menyajikan informasi yang berdasarkan keuangan. Informasi keuangan yang didapatkan dari pendidikan akuntansi tidak hanya bermanfaat dalam pengendalian sumber daya ekonomik, tetapi juga bermanfaat dalam pengendalian alokasi kemakmuran masyarakat sebagai tujuan sosial ekonomik suatu negara. Warsono, Darmawan dan Ridha (2009:2), menyatakan bahwa sepanjang 77

Whedy Prasetyo, Kontribusi Pendidikan Akuntansi dlm Penguatan Perekonomian

perekonomian menggunakan uang (money) sebagai alat pembayaran, maka peran akuntansi selalu krusial karena akuntansi mencatat peristiwa bisnis yang bersifat keuangan baik bagi individu maupun organisasi. Keberadaan pendidikan akuntansi bagi organisasi, khususnya organisasi pemerintahan yaitu mempunyai peran di dalam upaya efektifitas penegakan hukum dan penurunan tindakan korupsi melalui peningkatan kesesuaian, kejelasan, pengungkapan yang baik, dan pertanggungjawaban. Peran pendidikan akuntansi yang dapat diwujudkan dan dibuktikan melalui catatan peristiwa yang terekam pada laporan pemeriksaan (audit) maupun laporan akuntansi bank, sehingga akan secara mudah menelurusi dan membuktikannya peristiwa atas laporan keuangannya. Fungsi utama dari laporan keuangan pemerintah, yaitu untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Lebih lanjut menurut Mahmudi (2010: 2), menyatakan terdapat dua alasan utama mengapa pemerintah perlu laporan keuangan; pertama, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja bagi pemerintah secara keseluruhan maupun unitunit kerja di dalamnya, artinya laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban internal (internal accountability). Kedua, laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban eksternal (external accountability), artinya pertanggungjawaban kepada masyarakat, investor, kreditor, lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pengguna laporan keuangan dituntut untuk mampu memahami informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan pemerintah tersebut, namun meskipun laporan keuangan sudah bersifat general purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pihak memahami akuntansi yang merupakan informasi yang terdapat didalam laporan keuangan tersebut. Ketidakmampuan memahami dan mengintepretasikan informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi utama dalam pembuatan keputusan, akan berdampak terhadap kesalahan pengambilan keputusan, atau risiko minimalnya keputusan yang diambil kurang berkualitas meskipun tidak salah baik ekonomi, sosial dan politik. Ketidakmampuan memahami dan mengintepretasikan laporan keuangan tersebut, berakibat keputusan yang diambil kurang berkualitas maka akan berakibat terhadap tata kelola pemerintahan menjadi buruk (bad governance). Dampak selanjutnya para pengguna laporan yang kritis dan rasional akan bereaksi dengan memberikan kritik atau bahkan menuntut pemerintah selaku penyaji laporan keuangan telah memberikan informasi yang salah dan menyesatkan, sehingga pengguna laporan tersebut dirugikan secara material akibat terlalu percaya pada laporan tersebut. Jika pemerintah mengabaikan reaksi pengguna laporan tersebut atau cenderung membela diri, maka pemerintah akan terus membuat laporan keuangan yang buruk kualitasnya. Laporan keuangan pemerintah sebagai informasi keuangan yang didapatkan pada kajian pendidikan akuntansi mampu untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan atau tindak kejahatan korupsi maupun penyalahgunaan keuangan untuk mencapai tata kelola pemerintahan amanah.

2. Tujuan Kajian Tujuan kajian ini adalah untuk menentukan kebijakan : (a) pemerintahan yang amanah; (b) kontribusi pendidikan akuntansi dalam mewujudkan pemerintahan yang 78

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

amanah; (c) kontribusi pendidikan akuntansi terdapat perwujudan masyarakat madani melalui pemerintahan yang amanah; dan (d) mewujudkan laporan keuangan terbaik berdasarkan kode etik akuntan. 3. Pembahasan Hasil Kajian 3.1 Pemerintahan yang Amanah Istilah pemerintahan yang amanah, agaknya kalah populer dibandingkan dengan pemerintahan yang baik atau yang secara populer dikenal sebagai good governance. Padahal kalau didalami maknanya kedua istilah itu bermuara pada substansi yang sama. Istilah pemerintahan yang amanah secara kesejarahan sebenarnya lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan good governance itu sendiri. Hanya saja, karena istilah itu datang dari barat dan memang diakui saat ini orientasi kita lebih condong ke barat, maka istilah good governance menjadi jauh lebih akrab ditelinga kita terutama dikalangan praktisi pemerintahan, maupun dikalangan para akademisi maupun praktisi pemerintahan. United Nation Development Program (UNDP) memberikan beberapa ciri yang menandai pelaksanaan good governance, adalah: a) Participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. b) Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa kompromi. c) Transparency, transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan pemerintah secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. d) Responsiveness, lembaga-lembaga pemerintah harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder. e) Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. f) Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. g) Efficiency and Effectiveness, pengelolaan sumber daya dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). h) Accountability, pertanggungjawaban atas setiap aktivitas yang dilakukan. i) Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi ke depan. Dari sembilan karakteristik tersebut, menurut Soleh dan Rochmansjah (2010:4), menyatakan bahwa minimal ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah atas pelaksanaan informasi laporan keuangan, yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas, penerapan prinsip ke-efisienan dan ke-efektifan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini penting karena lembaga pemerintah sering dianggap sebagai lembaga yang boros, lamban dan salah urus dalam berbagai hal. Konsep dan ciri-ciri dari perwujudan pencapaian good governance sebagaimana dijelaskan di atas, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan pemerintahan yang amanah. Kata amanah berasal dari bahasa arab bahkan sudah dikenal sebelum nabi Muhammad SAW diangkat sebagai nabi atau rosul. Amanah artinya dapat dipercaya. Predikat ini disandang nabi Muhammad SAW, karena beliau pada waktu itu dikenal sebagai orang yang jujur atau orang yang dapat dipercaya. Setiap ucapan yang beliau sampaikan selalu konsisten dengan perbuatannya. Hal ini bukan saja berlaku kepada para sahabat dan orang-orang yang dekat serta bersimpati kepadanya, melainkan juga kepada orang-orang yang secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan memusuhinya. Maka 79

Whedy Prasetyo, Kontribusi Pendidikan Akuntansi dlm Penguatan Perekonomian

wajarlah kiranya jika kemudian tidak ada seorangpun yang berkeberatan atas pemberian gelar tersebut, karena memang gelar itu tidak diberikan oleh pemegang kekuasaan, melainkan diberikan oleh publik sendiri. Jika suatu pemerintahan sudah dipercaya oleh rakyat, karena memang mampu menunjukkan bukti-bukti laporan atas pengelolaan keuangannya yang dapat dipercaya, maka ciri-ciri seperti yang ditunjukkan oleh UNDP sebagai ciri-ciri good governance sebagaimana diuraikan di atas dengan sendirinya juga akan terwujud. Laporan keuangan yang dapat dipercaya akan menumbuhkan suatu pemerintahan yang amanah, artinya mekanisme pemerintahan yang selalu berorientasi pada pengelolaan keuangan yang jujur, akuntabel, transparan. Terwujudnya pengelolaan keuangan dari pemerintahan yang amanah, akan berdampak kepada pelaksanaan dan pertanggungjawaban pada setiap kebijakan, program dan kegiatan untuk berupaya mencapai kepemerintahan yang baik (cara-cara mengurus yang benar) atau amanah, yaitu kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang baik, bertanggungjawab, sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan mekanisme pasar yang efisien, menghindari salah alokasi, mencegah praktik-prakik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), baik secara politik maupun administratif, dengan upaya yang menjadikan perhatian melalui disiplin pembuatan laporan keuangan. Pemerintahan yang dipimpin oleh pelaksana (seseorang) yang amanah menurut Penulis disebut sebagai pemerintahan yang amanah. Lebih lanjut menurut Hamim (2003: 8) dan Azra (2004: 9-10), menyatakan bahwa pemerintahan yang amanah ditandai dengan kecakapan seorang pemimpin dalam; (1) Kecakapan merespon kebutuhan / aspirasi masyarakat, (2) Bertutur kata yang baik dan menyejukkan, (3) Memiliki kecerdasan dalam memecahkan masalah, (4) Jujur (satunya kata dan perbuatan), (5) Mencintai dan berpegang pada kebenaran, (6) Bertindak adil dan memuliakan masyarakat, (7) Teguh dan konsisten terhadap cita-cita (visioner), (8) Tidak berbuat zalim terhadap rakyatnya, dan (9) Berorientasi terhadap pemecahan masalah yang dihadapi rakyatnya. Kesembilan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang amanah, berarti lebih menekankan pada pemegang kekuasaan atau pemerintah. Sementara good governance atau yang sering dikenal sebagai tata kelola pemerintahan yang baik, lebih menekankan pada sifat atau cara yang harus dilakukan dalam mengelola sebuah pemerintahan. Dengan demikian, sistem pemerintahan yang amanah akan diciptakan oleh pemimpin yang amanah, artinya hanya pemimpin yang amanah yang mampu dan dapat membangun sebuah sistem pemerintahan yang amanah. Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat adanya kesamaan antara konsep pencapaian good governance dengan pemerintahan yang amanah, sementara itu perbedaan antara keduanya terletak pada penekanannya, yaitu good governance menekankan tentang bagaimana seharusnya pemerintahan dijalankan, sedangkan pemerintahan yang amanah lebih menekankan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan dalam menjalankan pemerintahan yang diamanahkan. Pencapaian respon masyarakat atas pelaksanaan jalannya pemerintahan yang amanah khususnya atas tanggung jawab pelaporan informasi keuangan, haruslah didukung terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang adil dalam kemakmuran dan makmur yang berkeadilan melalui keswasembadaan, keswadayaan dan kesukarelaan, ketiga aspek yang mencerminkan adanya kemandirian (Soleh dan Rochmansjah, 2010: 6). Lebih lanjut menurut menurut Norton (2002), Hamim (2003: 10) dan Azra (2004: 30), menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani haruslah mensyaratkan; (1) tingkat pendidikan masyarakat yang memadai (tinggi), (2) reformasi politik, (3) supremasi hukum, (4) ekonomi yang kuat, dan (5) media 80

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

komunikasi yang independen. Lebih lanjut berkenaan dengan reformasi politik dinyatakan, bahwa reformasi politik tidak lain merupakan demokrasi yang secara operasional diwujudkan dalam; (1) membatasi kekuasaan presiden dengan konstitusi, (2) pengembangan saling percaya diantara warga negara dan warga negara dengan negara (pemerintah), (3) menciptakan kinerja pemerintahan yang transparan dan akuntabel terhadap rakyat. Berdasarkan uraian di atas, terdapat keterkaitan antara perwujudan masyarakat madani (civil society) dengan good governance atau pemerintahan yang amanah, yaitu bahwa untuk dapat mewujudkan masyarakat madani menuntut adanya pemerintah yang amanah agar kekuasaan yang diamanahkan rakyat kepadanya dikelola dengan baik berdasarkan tata kelola yang disepakati bersama. 3.2 Kontribusi Pendidikan Akuntansi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Amanah Sebagaimana dikemukakan Mardiasmo (2006), menyatakan bahwa salah satu agenda reformasi total di Indonesia yaitu menciptakan good governance dalam rangka membentuk Indonesia baru. Harus diakui bahwa sampai saat ini good governance masih merupakan mimpi besar bagi bangsa Indonesia yang hanya dalam bentuk ungkapan ataupun slogan (retorika) yang belum sepenuhnya dijalankan. Jika dilihat dari kajian pendidikan akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan, terdapat tiga permasalahan utama mengapa good governance belum sepenuhnya dijalankan di Indonesia; Pertama, pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan belum dilaksanakan dengan baik sebagai upaya untuk mendukung pelaksanaan pencatatan dan pelaporan secara handal. Belum dilaksanakannya sistem akuntansi yang handal tersebut, menyebabkan lemahnya pengendalian intern (internal control) pemerintahan. Kedua, terbatasnya jumlah personel pemerintah yang mempunyai keahlian dalam pendidikan akuntansi, sehingga mereka tidak begitu peduli ataupun mungkin tidak mengerti dengan permasalahan akuntansi tersebut. Ketiga, belum dipahaminya standar akuntansi pemerintahan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 yang sudah diganti lagi dengan pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang pencatatan berbasis akrual, artinya bahwa pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Ritonga, 2010: 7). Atas pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, pada tahun 2011 ini sudah disosialisasikan dan diharapkan tahun 2015 sudah wajib dilaksanakan. Sedangkan pada saat pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 2005 belum seperti yang diharapkan, hal ini terindikasi dengan pernyataan BPK yang menyatakan masih banyak laporan keuangan yang dinilai tidak wajar, padahal standar akuntansi pemerintahan tersebut sangat penting sebagai pedoman untuk pembuatan laporan keuangan dan juga sebagai salah satu mekanisme pengendalian keuangan (Kompas, 20 Mei 2010). Lebih lanjut menurut Nordiawan, Putra dan Rahmawati (2008: 7-8), menyatakan bahwa akuntansi pemerintahan memiliki tiga tujuan pokok, yaitu pertanggungjawaban, manajerial, dan pengawasan. Dengan mendasarkan pada penjelasan di atas, menurut Penulis bahwa kendala yang menghambat terwujudnya pemerintahan yang amanah yaitu lebih disebabkan faktor utamanya ketidakamanahan pemerintah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa persoalannya terletak pada unsur manusianya dan bukan pada sistemnya. Sistem yang baik kiranya belum cukup, sistem yang baik memerlukan juga pelaksana-pelaksana yang amanah. 81

Whedy Prasetyo, Kontribusi Pendidikan Akuntansi dlm Penguatan Perekonomian

Sebaik apapun sistem yang diciptakan tetap saja dijumpai celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Dengan demikian, jelaslah bahwa perubahan sistem memerlukan pula perubahan dalam pola rekruitmen dalam pengisian jabatan yang didasarkan pada kompetensi jabatan, bukan didasarkan pada unsur kedekatan baik secara politik maupun secara kekeluargaan ataupun pertimbangan subyektif lainnya. Sebaliknya pemerintah yang tidak amanah akan berusaha untuk mengganti sistem yang baik menjadi tidak baik, dan akan mengisi setiap jabatan dengan orang-orang setia dari para kroninya. Pemerintahan yang tidak amanah akan merasa nyaman dengan sistem yang buruk, karena dengan sistem tersebut mereka dapat melakukan apa saja demi memperkaya diri, bahkan jika perlu mereka membuat kebijakan yang dengan kebijakan itu dapat mengambil kekayaan negara secara legal, atau yang dikenal sebagai korupsi declaration atau korupsi yang berlindung dibalik kebijakan (Indrayana, 2007). 3.3 Kontribusi Pendidikan Akuntansi Terdapat Perwujudan Masyarakat Madani Melalui Pemerintahan yang Amanah Perwujudan masyarakat madani melalui pemerintahan yang amanah dalam kontribusi atas pendidikan akuntansi, memberikan kemampan di dalam pengelolaan keuangan yang mampu meningkatkan kesesuaian, kejelasan, pengungkapan yang baik, dan pertanggungjawaban dengan mendasarkan pada enam pilar. Kelima pilar yang Penulis dasarkan pada Soleh dan Rochmansjah (2010: 10-11), dan satu pilar hasil pengembangan ide pemikiran Penulis adalah: a) Akuntabilitas, b) Value for Money, c) Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), d) Transparansi, e) Pengendalian, dan f) Bebas konflik kepentingan (independence). Penjelasan terperinci keenam pilar di atas tersebut, adalah: 1) Akuntabilitas Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berperilaku sesuai dengan amanah yang diterimanya. Untuk itu, baik dalam proses perumusan kebijakan, caracara untuk mencapai keberhasilan atas kebijakan yang telah dirumuskan berikut hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara horizontal kepada masyarakat. 2) Value for Money Value for Money dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan dana publik (public money) melalui sistem pengelolaan keuangan yang baik untuk mencapai terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, dan pemerataan. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintah memiliki sistem akuntansi yang baik. 3) Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity) Pengelolaan keuangan harus dipercayakan kepada pelaksana yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan. 4) Transparansi Transparansi yaitu keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh pihak legislatif, pengawas dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga tercipta 82

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

pemerintahan yang bersih, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. 5) Pengendalian Pengelolaan keuangan harus sering dievaluasi, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap pengelolaan keuangan, agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian dilakukan tindakan antisipasi ke depan. 6) Bebas konflik kepentingan (independence) Pengelolaan keuangan haruslah didukung dengan struktur organisasi pelaksana tanggungjawab dan sistem prosedur yang memungkinkan terjadinya situasi yang bebas konflik kepentingan dalam upaya pencapaian tujuan yang ditetapkan, serta adanya pembentukan atau penggunaan auditor independen. Keenam pilar yang akan memberikan suatu perubahan positif di dalam pengelolaan keuangan bagi pemerintah di dalam upaya untuk mewujudkan pertanggungjawabnya, karena selama ini informasi atau data tentang pengelolaan keuangan menjadikan sesuatu yang sangat sulit diperoleh dan dianalisis. Bagi para birokrat data keuangan dipandang sebagai rahasia negara yang tidak semua orang boleh mengetahuinya, bahkan jika perlu dilaporkan secara berkala kepada pemilik dana tersebut yaitu masyarakat. Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik diperlukan informasi pendidikan akuntansi yang hasilnya berupa laporan keuangan. Laporan keuangan untuk mendukung pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk; (1) membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, (2) menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, (3) membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta (4) membantu dalam mengevaluasi tingkat efektifitas dan efisiensi. Lebih lanjut menurut Mahmudi (2010: 1112), menyatakan bahwa laporan keuangan atas pengelolaan keuangan yang disajikan pemerintah dinilai berkualitas apabila memenuhi keempat ciri, yaitu; relevan, andal (reliability), dapat dibandingkan (comparability), dan dapat dipahami (understandability). Pengelolaan keuangan dalam laporan keuangan pada pemerintahan yang amanah dalam perwujudan masyarakat madani sebagai pertanggungjawaban harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya. Atas dasar hal tersebut, pemerintahan yang amanah harus memiliki sistem informasi akuntansi yang handal. Jika sistem informasi akuntansi yang dimiliki masih lemah, maka kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut juga kurang hadal. Sebagaimana dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010, bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk: a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran, b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan, c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil yang telah dicapai, 83

Whedy Prasetyo, Kontribusi Pendidikan Akuntansi dlm Penguatan Perekonomian

d) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman, e) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Di samping itu, penyajian laporan keuangan juga bermanfaat dalam memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan kinerja organisasional, yaitu: a) Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain, b) Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan fungsi terutama di unit pemerintah, c) Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target, d) Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity). Lebih lanjut menurut Soleh dan Rochmansjah (2010: 19), menyatakan bahwa tujuan umum laporan keuangan bagi organisasi pemerintah adalah: a) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship), b) Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, maka terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintahan yang amanah dalam mewujudkan masyarakat madani perlu membuat laporan keuangan. Di lihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja pemerintahan. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka laporan keuangan pemerintah perlu dilengkapi dengan pengungkapan atau penjelasan yang memadai (disclosure) mengenai informasiinformasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut. 3.4 Mewujudkan Laporan Keuangan Terbaik Berdasarkan Kode Etik Akuntan Pelaksanaan otonomi daerah, mengharuskan aparatur daerah harus bisa mengelola keuangan secara transparan. Semua uang yang diperoleh negara dan dikelola penyelenggara negara harus transparan. Penyelenggara negara adalah pemegang amanat rakyat. Karena itu, setiap sen uang negara yang dikelola pengelola negara harus dipertanggungjawabkan. Tuntutan terhadap pemerintahan yang amanah merupakan suatu keharusan agar terwujud pengelolaan negara yang bersih. Kalangan parlemen (DPR) menilai, salah satu pengerak utama yang bisa menarik upaya transparansi adalah mengoptimalkan peran audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK juga terus melakukan kerja sama dengan berbagai instansi terkait untuk kepentingan audit keuangan. Kerjasama tersebut akan memudahkan seluruh rangkaian proses, terutama jika pihak auditee (yang diaudit) sudah menyajikan laporan pengelolaan dan pertanggungjawabanya sesuai format laporan pada saat auditor melakukan pemeriksaan. Untuk mampu menghasilkan pemeriksaan yang tepat untuk meningkatkan transparansi 84

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

dan akuntabilitas keuangan, para auditor BPK berpegang pada standar akuntansi keuangan, standar pemeriksaan keuangan negara dan sistem akuntansi pemerintah dengan menjunjung tinggi pelaksanaan etika melalui kode etik akuntan (Jawa Pos, 11 Januari 2007). Kode etik akuntan sebagai upaya untuk penetapan nilai dan prinsip yang menjadi pedoman bagi akuntan sebagai norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku dan tatakrama, yang sangat ditentukan oleh kesadaran dan disiplin secara individual untuk berusaha mengetahui, memahami dan mengamalkan kaidah-kaidah etika dengan mendasarkan kepada delapan pilar kode etik akuntan, adalah: a) Tanggung Jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya, b) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme, c) Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin, d) Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan (independen) dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, f) Kerahasiaan, g) Prilaku Profesional, dan h) Standar Teknis. Penerapan kode etik akuntan, berarti menyangkut juga penerapan dari standarstandar profesi yang telah dimiliki Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) seperti Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) dan standar-standar lain yang diberlakukan (termasuk peraturan perundang-undangan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang). Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan tidak timbul dengan sendirinya. Ia hanya akan terbentuk jika dalam melaksanakan tugasnya akuntan senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional, melayani kepentingan publik dan menghormati kepercayaan publik, serta bertindak dengan integritas yang tinggi dan menjaga obyektivitas serta mematuhi standar-standar teknis yang relevan. Dengan demikian, diharapkan profesi akuntan akan menghasilkan tingkat kualitas kinerja yang diharapkan masyarakat. Semoga dengan upaya kajian tulisan yang dilakukan Penulis, keberagaman kekayaan intelektual akan mampu sedikit memberikan pencerahan akan kehadiran pendidikan akuntansi di dalam kontribusinya sebagai penguatan perekonomian Indonesia.

4. Kesimpulan Pendidikan akuntansi memberikan pemahaman dan intepretasi informasi keuangan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi utama keuangan dalam pembuatan keputusan, sehingga ketidakpahaman atas informasi keuangan di dalam laporan keuangan akan berdampak terhadap kesalahan pengambilan keputusan, atau risiko minimalnya keputusan yang diambil kurang berkualitas meskipun 85

Whedy Prasetyo, Kontribusi Pendidikan Akuntansi dlm Penguatan Perekonomian

tidak salah baik ekonomi, sosial dan politik namun berakibat terhadap tata kelola pemerintahan menjadi buruk (bad governance). Laporan keuangan pemerintah sebagai informasi keuangan yang didapatkan pada kajian pendidikan akuntansi memberikan kontribusi dalam penguatan perekonomian bangsa untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan atau tindak kejahatan korupsi, maupun penyalahgunaan keuangan untuk mencapai perwujudan masyarakat madani melalui pemerintahan yang amanah, dengan memberikan kemampan di dalam pengelolaan keuangan yang mampu meningkatkan kesesuaian, kejelasan, pengungkapan yang baik, dan pertanggungjawaban dengan mendasarkan pada enam pilar, yaitu akuntabilitas, value for money, kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), transparansi, pengendalian, dan bebas konflik kepentingan (independence) yang didasarkan pada kode etik akuntan.

Daftar Referensi Terpilih Anonim. 2007. Laporan Khusus Jurus Baru BPK Memperbaiki Pengelolaan Keuangan Daerah: Daerah Terbaik Pakai Akuntansi Swasta. Harian Jawa Pos. 11 Januari. Anonim. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Anonim. 2010. Laporan WTP, Itu yang Harus Dicapai. Harian Kompas. 20 Mei. Azra, A. 2004. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan. Cetakan Ketiga. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hamim, M. 2003. Model Masyarakat Madani. Penerbit Inti Media. Indrayana, D. 2007. Korupsi Declaration. Paper. Krueger and Lindahl. 2001. Education and Economic Growth:From the 19th Century to the 21st Century. Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Panduan Bagi Eksekuif, DPRD, dan Mayarakat Dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial dan Politik. Edisi Kedua. Penerbit Sekolah Tinggi Manajemen YKPN. Yogyakarta. Mardiasmo. 2006. Membudayakan Akuntansi Dan Akuntabilitas Publik Dalam Tata Kelola Pemerintahan Di Indonesia. Paper. Nordiawan, D., I.S. Putra, dan M. Rahmawati. 2008. Akuntansi Pemerintahan. Cetakan Kedua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Norton, A.R. 2002. Civiel Society in the Middle East. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd. Ritonga, I.T. 2010. Akuntansi Pemerintahan Daerah. Cetakan 1. Penerbit Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta. 86

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

Warsono, S., A. Darmawan, dan M.A. Ridha. 2009. Akuntansi Itu Ternyata Logis dan Mudah. Edisi Kedua. Penerbit Asgard Chapter. Yogyakarta.

87

También podría gustarte