Está en la página 1de 3

PEMBEDAAN ILMU AKHIROT DAN ILMU DUNIA ITU SALAH Untuk apa engkau belajar ilmu umum karena

itu hanya berguna untuk duniamu saja dan tidak akan menambah ke taqwaanmu kepada Allah swt, dan belajarlah ilmu ilmu agama saja dengan baik karena itu akan menghantarkan kita dalam jalan mendekatkan diri pada Allah swt, begitulah ungkapan yang terkadang kita dengar dari sebagian dari saudara saudara kita dari golongan akhirot atau sebaliknya yang berjiwa jiwa dunia berasumsi bahwasannya belajar ilmu agama itu tidak bisa memberikan kebahagiaan secara financial terhadap diri kita, dan mereka beranggapan bahwa bila kita terlalu belajar ilmu ilmu agama maka tidak akan mendapatkan kemajuan kemajuan revormasi dan tekhnologi jaman sekarang karena itu semua ilmu itu bersifat akhirat. Itulah sebagian asumsi keyakinan yang secara sadar atau tidak terkadang tumbuh diri seseorang dalam segi mendikotomikan ilmu menjadi dua yaitu ilmu dunia dan ilmu akhirot yang secara garis besar semua ilmu hakikatnya bersumber dari Allah swt ( ilmunya Allah swt ) dan sebagian kecil di berikan oleh Allah melalui kalamullah berupa Al-quran dan ciptaan-Nya. Secara hukum islam mencari ilmu itu hukumnya wajib dan harus dikerjakan, kemudian pembedaan jenisnya ilmu itu hanya bersifat fardlu ain ( seperti ilmu salat, bersuci, dll ) dan ilmu ilmu yang fardlu kifayah ( fisika, astronomi/ falaq, faroid, biologi, dll),sehingga sudah dapat di pastikan semua ilmu hukumnya adalah fardlu dan tidak ada ilmu yang hukumnya ilmu dunia dan ilmu akhirat/ agama. Tetapi menurut penulis untuk zaman setelah penjajahan selama berabad abad yang telah menimpa bangsa Indonesia pernyataan itu telah tidak di hiraukan lagi khususnya bangsa Indonesia karena disebabkan adanya doktrin yang telah menancap hingga mendarah daging oleh colonial belanda terhadap kita yaitu berupa pemetaan ( mendikotomikan ) antara ilmu agama( akhirot ) dan ilmu dunia. Bahkan ironisnya ada yang beranggapan bahwa hanya orang orang yang belajar ilmu agamalah yang paling benar, bertaqwa, dan akan selamat di hari kelak karena mempunyai ilmu agama banyak, dan orang orang yang hanya memiliki ilmu dunia adalah orang orang yang hanya memikirkan duniawiynya saja dan ilmunya tidak akan kebawa ke akhirat dan sebaliknya orang orang ahli ilmu dunia berasumsi bahwa tatkala kita belajar dan mendalami ilmu akhirot itu akan menjadikan diri dan jiwa kita menjadi kolot tidak mengikuti perkembangan zaman dan lain lain. Sehingga dari asumsi mendikotomikan ilmu tersebut mempunyai banyak sekali imbas yang mengakibatkan terpecah belahnya pemikiran umat yang sebenarnya itu semua adalah satu tujuan dan muara, hingga pendikotomian tersebut telah menjalar ke dalam system dan semua perkara yang secara dhohir bersifat agama maka di namakan perkara akhirot dan yang bersifat dunia disebut perkara duniawy, seperti contoh pendidikan yang mendidik agama di sebut madrasah dan pendidikan yang mendidik ilmu umum di sebut sekolahan, toko toko yang menjual buku buku bersifat agama di sebut toko kitab dan yang menjual buku buku umum disebut toko buku, ulangan kalau pelajaran yang bersifat agama di sebut imtihan yang bersifat umum disebut ujian dan masih banyak lagi. Dan bahkan ironisnya lagi bahwasannya dosa dan pahala bersifat akhirot karena itu balasan di akhirot di anggap hanya milik para orang orang yang mempunyai pendidikan yang bersifat agama, sedangkan orang orang yang tidak mempunyai pendidikan agama seperti tidak menganggap adanya perkara itu di dalam dirinya, entah itu sadar maupun tidak. Sehingga tatkala ada murid sekolah melakukan pacaran, maksiat dan lain2 tidak merasa dosa karena bukan anak pondok atau bukan merupakan orang yang mendalami ilmu agama, dan orang orang yang duniawi menganggap karena pacaran, maksiat dll bersifat duniawy yang hanya dilakukan di dunia saja dan dianganggap wajar dan

maklum, tanpa memikir dosa dapat karena dalam pendidikan di dunia dosa tidak di tampakkan sebab itu adalah bersifat akherat ( agama), pejabat pejabat yang melakukan korupsi besar besaran beranggapan korupsi adalah hal wajar di dunia dan kesalahan itu bisa di tebus dengan uang hingga beres tanpa bekas, tetapi tatkala ada seorang yang ustad bermain mencuri walaupun hanya rokok satu bungkus maka seakan akan telah berbuat dosa yang sangat besar hingga seperti tidak bisa di hapus hingga semua stasiun televisi,surat kabar, radio, dll menyiarkan dengan kabar yang sangat jelek hingga di vonis ustad tak tau diri dll, padahal bila di bandingkan atara dosa mencuri satu batang rokok sekali dengan korupsinya para koruptor dengan jumlah 1000 kali lipat sudah jelas menyengsarakat yang koruptor dan masih gedean korupsi, tetapi kenapa dalam realitanya terbalik seperti ini? Hal ini dedasari karena adanya pendikotomian tersebut. Di era zaman globalisasi seperti ini banyak sekali orang - orang yang menganut ilmu akhirat selalu bermain di belakang layar barupa doa tanpa ada tindakan yang ikut serta mengatur jalan lintasnya Negara ini, karena banyak juga yang beranggapan bahwasannya ustad jadi DPR, polisi, presiden dll akan menjadi tersangka bahwa ustad doyan politik yang adanya politik itu di masyarakat adalah sangat hina sekali karena mana dari politik di zaman sekarang sudah terlanjur jelek, padahal politik itu bermakna luas, maka jangan heran bila para sesepuh ulama ulama di zaman dahulu yang sangat aktif di dalam perjuangan Indonesia telah tersingkirkan atau seperti tidak mempunyai peran sedikitpun, terbukti di setiap pelajaran sejarah kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia jarang di singgung atau malah tidak pernah disinggung tentang peran para ulama dan kiyai dalam perjuangannya. Dan hal ini semua telah merembet hingga sekarang yaitu menerima apa adanya para pemimpin kurang mempunyai benteng agama yang di jadikan sebagai pemimpin Negara ini sehingga akibatnya menjadi negaraku nerakaku atau negaraku lading uangku, dan hal ini tidak akan terhapuskan keculi dengan adanya peran para orang orang yang sudah mempunyai benteng agama yang kuat dan tidak mendikotomikan ilmu yang telah mempunyai banyak kemampuan kemampuan umum yang memadai, karena keduanya ilmu ilmu semua adalah sebuah kesatuan yang saling membutuhkan. Maka dengan itu semua dari penulis sendiri akan sedikit memberi argument bahwasannya semua ilmu adalah sama entah itu yang bersifat agama atau bukan, dan yang menbedakan ilmu adalah hanya fardlu kifayah atau ferdlu ain saja, sehingga tidak ada perbedaan antara ilmu agama(akhirot ) dan ilmu dunia, kitab dan buku, madrasah dan sekolah, ketua umum dan rois am, dan lain lain karena hakikat dari semua itu adalah sama. Dan penghormatan antara keduanya itu sama karena semua ilmu di dunia itu hanya milik Allah semata, dan Allah hanya sedikit menurunkan ilmu ilmu-Nya ke pada makhluk-Nya lewat kalamullah yang berupa Al- quran dan alam seisinya ini. Dan pemetaan antara ini dianggap ilmu yang bisa sampai keakhirat atau bukan hanyalah Allah lah yang berhak sedangkan kita hanya diberi kuasa untuk sekeder berniat dengan bertujuan ibadah. karena perkara dunia bisa jadi amal akhirot karena niat dan perkara akhirot bisa jadi perkara dunia juga karena niatnya, ilmu fiqih bisa menjadi ilmu sampai akhirot karena niat, ilmu matimatikan dan fisika juga bisa menjadi ilmu akhirat juga karena niat, dan niat itu di terima baik dan tidaknya hanyalah Allah yang berhak menentukannya. Ilmu yang langsung di praktekkan untuk kelangsungan di dunia itu butuh benteng berupa ilmu ilmu yang imbasnya di akhirot, dan ilmu ilmu yang berimbas di akhirot juga butuh pendukung secara rill dengan ilmu ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang langsung di praktekan di dunia, karena kita ini hidup di dunia bukan di akhirot. Penulia Dari : Irvan habibi : SMA Ar risalah

No.tlfn

: 08384656986

También podría gustarte