Está en la página 1de 17

ASKEP HIPOPARATIROID (Stikes Wira Husada semester.

6)

ASKEP HIPOPARATIROID I. TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN lHipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone (PTH). lHipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui. B. KLASIFIKASI Ada empat kategori dari hipoparatiroidisme:1) Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: o Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi. o Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).2) Hipomagnesemia.3) Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.4) Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme) C. ETIOLOGI 1. Penyebab hipoparatiroidisme paling serin terjadi adalah skresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu atau setelah jaringan kelenjar paratiroid di angkat pada saat dilakukan tiroidektomi atau diseksi radikal leher. Atrofi kelenjar paratiroid yang etiologinya tidak diketahui merupakan penyebab hipoparatiroiddisme yang jarang dijumpai. 2. Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-

kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher. Kelenjar-kelenjar paratiroid adalah kelenjar-kelenjar endokrin yang kecil yang berlokasi di leher dibelakang kelenjar tiroid. D. FAKTOR RESIKO congenital, genetic atau autoimun Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. E. PATOFISOLOGI 1. Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%). 2. Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. F. MANIFESTASI KLINIS 1. Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent. 2. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi Dalam titanic aequivalent: 1) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis 2) Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian 3) Parestesia 4) Hipestesia 5) Disfagia dan disartria 6) Kelumpuhan otot-otot 7) Aritmia jantung Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis: 1) Erbs sign 2) Chvosteks sign: 3) Trousseaus sign: 4)Peroneal sign Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih. Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapatpula vesikula dan bulla. Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas. G. KOMPLIKASI 1. Hipokalsemia.

Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut 2. Insufisiensi ginjal kronik Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi). H. DIAGNOSTIK - Laboratorium: 1.Kalsium serum rendah 2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi 3. Fosfatase alkali normal atau rendah - Foto Rontgen: 1. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak 2. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid 3. Density dari tulang bisa bertambah 4. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang I. PENATALAKSANAAN a) Konservatif 1. Terapi bagi hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium, rendah fosfor dianjurkan. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya yang tinggi. b) Pembedahan 1. Dilakukan tindakan Trakeostomi C) Farmakologi 1 Pemberian vit D 2. Pemberian preparat hormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme disertai tetanus. II. PROSES KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1 Riwayat penyakit 1.Sejak kapan klien menderita penyakit 2. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama 3. Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau kelenjar tiroid 4. Apakah ada riwayat penyinaran radiologi daerah leher 2 Keluhan utama 1. Kelainan bentuk tulang 2. Perdarahan yang sulit berhenti 3. Kejang kejang, kesemutan dan lemah 3. Pemeriksaan Fisik

a) Sistem integrumen 1. Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan kasar b) Sistem muskuluskeletal 1. Kelainan bentuk tulang 2. Tetani (kejang otot) 3. Tanda Chvosteks atau Trousseaus 4. keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan keram pada eksrmitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki 5. Kesemutan di bibir, jari-jari tangan, an jdari-jari kaki 6. Kejang dan nyeri otot di muka, tangan dan kaki c) Sistem persyarafan 1. Katarak-katarak di mata-mata 2. Kehilangan memori (daya ingat) 3. Sakit kepala d) Sistem pernapasan 1. tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, e) Sistem endokrin 1. Delirium f)Sistem kardiovaskuler 1. aritma jantung 2. Perubahan pada EKG 3. hipotensi 4. Pemeriksaan penunjang a) Laboratorium 1.Kalsium serum rendah 2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi 3. Fosfatase alkali normal atau rendah b) Diagnostik 1. Foto Rontgen: 2. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak 3. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid 4. Density dari tulang bisa bertambah 5. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang B. DIAGNOSA KEPERAWATAN A) Preoperative 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkus spasme 2. Nyeri akut b/d agen injury biologis 3. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen. B) Postoperative 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler/bronkospasme 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme 3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif 4. Pola Nafas tidak efektif b/d hipoventilasi

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang. 6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya paparan informasi

Asuhan Keperawatan hipoparatiroid

Posted: 13 November 2011 in Kumpulan Askep Tag:kelenjar, paratiroid, sekresi

2.3 Definisi a. Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama (Haznam). b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton). c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone (PTH). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani. Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). 2.4 Etiologi Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain : 1)

Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired) Hipomagnesemia Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)

2) 3) 4)

Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.

Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal. Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.

2.5 Patofisiologis Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 12,5 mgr %). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi. Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

2.6 Manifestasi Klinis Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic aequivalent: 1) 2) 3) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian Parestesia

4) 5) 6) 7) 8) 9)

Hipestesia Disfagia dan disartria Kelumpuhan otot-otot Aritmia jantung Gangguan pernapasan Epilepsi

10) Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil 11) Gangguan ingatan dan perasaan kacau 12) Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata 13) Kulit kering dan bersisik 14) Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang 15) Kuku tipis dan rapuh 16) Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis: 1. Erbs sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere) 2. Chvosteks sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka. 1. Trousseaus sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal. 2. Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki Pada 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ektoderm: 1. Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih. 2. Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla. 3. Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas. Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.

2.7 Klasifikasi Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah. 2.7.1 Hipoparatiroid neonatal

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia. 2.7.2 Simpel idiopatik hipoparatiroid

Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis. 2.7.3 Hipoparatiroid pascabedah

Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

2.8

Pemeriksaan Diagnostik 1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang. 2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah. 3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.

2.9

Penatalaksanaan Medis 1. Hipoparatiroid akut

Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.

1. Hipoparatiroid menahun Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus. Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk menurunkan kadar kalsium serum.

2.10 Komplikasi 1. Hipokalsemia Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut. 1. Insufisiensi ginjal kronik Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi). 3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia. 2. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang. 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output. 4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. 3.4 Intervensi 1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia. Tujuan: Klien tidak mengalami cedera dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal. Intervensi:

Intervensi a. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2 jam sampai 4 jam. b. Pantau fungsi jantung secara terus menerus/gambaran EKG. c. Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan paga tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah. d. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan, singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu. e. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan parenteral dan kalsium. f. Pemberian kalsium dengan hatihati. g. Berikan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai program. h. Kaji ulang pemeriksaan kadar kalsium.

Rasional

a. untuk mengetahui kelainan sedini mungkin. b. Untuk mengetahui abnormalitas dari gambaran EKG. c. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh. d. Untuk menghindari cedera yang terjadi akibat benda yang terdapat di lingkungan sekitar klien dan mencegah kerusakan lebih berat akibat kejang. e. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan cara penanganan medis. f. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan mengakibatkan tromboflebitis hipotensi. g. Untuk membantu memenuhi kekurangan kalsium dalam tubuh. h. Untuk mengontrol kadar kalsium serum.

1. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang. Tujuan: Jalan nafas efektif dengan kriteria: a) Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal. b) Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih. Intervensi: Intervensi a. Siapkan peralatan penghisap dan Rasional a. Supaya memudahkan karena serangan bisa

Intervensi jalan nafas oral di dekat tempat tidur sepanjang waktu.

Rasional secara tiba-tiba.

b. Untuk memudahkan dalam tindakan apabila b. Siapkan tali tracheostomi, oksigen, terjadi sumbatan jalan nafas. dan peralatan resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu. c. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan nafas. Edema laring: d. Adanya stridor suatu tanda adanya oedema c. Kaji upaya pernafasan dan kualitas laring. suara setiap 2 jam. e. Kolaborasi dengan dokter untuk d. Auskultasi untuk mendengarkan mempertahankan jalan nafas tetap terbuka stridor laring setiap 4 jam. karena perawat terbatas akan hak dan wewenang. e. Laporkan gejala dini pada dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan f. Agar perawat bisa siap-siap untuk jalan nafas tetap terbuka. melakukan suatu tindakan. f. Intruksikan pasien agar menginformasikan pada perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan pada tenggorok atau sesak nafas. g. Untuk mencegah penekanan jalan nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap terbuka. h. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh termasuk pernafasan.

g. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan nafas, pertahankan kepala dalam posisi i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal kepala dalam posisi alamiah, garis tindakan wewenang dokter (pengobatan dan tengah. tindakan). Kejang: h. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan nafas, penghisapan orofaring sesuai indikasi, berikan O2 sesuai pesanan, pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda neurologis, periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat kesadaran, bagian tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas kejang. i. Siapkan untuk berkolaborasi dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya: intubasi, pengobatan. j. Lanjutkan perawatan untuk kejang. j. Untuk mencegah terjadinya serangan berulang.

1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output. Tujuan: Kien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dengan kriteria: a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah. b) Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah. Intervensi: Intervensi a. Kaji pola aktivitas yang lalu. b. Kaji terhadap perubahan dalam gejala muskuloskeletal setiap 8 jam. c. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat perubahan tensi, nadi, pernafasan, hentikan aktivitas bila terjadi perubahan, tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan peningkatan toleransi, ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap aktivitas dan untuk mengurangi, menghentikan atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan. Rasional a. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan. b. Untuk memantau keberhasilan perawatan. c. Untuk melihat suatu perkembangan perawatan terhadap aktivitas secara bertahap. d. Dengan merencanakan perawatan, perawat dengan klien dapat mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya kemauan dari klien. e. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.

d. Rencanakan perawatan bersama f. Untuk menghemat penggunaan energi klien. pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan dengan orang lain. e. Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat. f. Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien. 1. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi. Tujuan: Klien mengerti tentang diet dan medikasinya, dengan kriteria: Klien dan orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan.

Intervensi: Intervensi a. Jelaskan tentang konsep dasar tentang proses penyakit. b. Diskusikan alasan tentang terjadinya perubahan fisik dan emosional. Rasional a. Penyuluhan tentang penyakitnya sangat penting karena klien membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya. b. Agar klien mengerti akan keadaan dirinya sehingga klien tahu tentang penanggulangannya.

c. Ajarkan pasien untuk c. Agar klien bisa mengontrolkan dirinya secara memeriksakan dan melaporkan gejala berkala sehingga penyakitnya bisa tertanggulangi dini tetani, kesemutan, tremor, tanda dan tidak mengakibatkan lebih parah. chvosteks atau trusseaus positif perubahan dalam upaya pernafasan. d. Orang terdekat adalah orang yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga bila d. Ajarkan orang terdekat untuk terjadi sesuatu terhadap diri klien dia bisa mengenali aktivitas kejang pasien dan melakukan sesuatu dan apa yang tidak boleh menentukan cara yang harus dilakukan sehingga bisa memperingan dilakukan menghindari restrain atau penyakitnya. menghentikan prilaku, observasi dan mencatat prilaku yang diperlihatkan e. Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa sebelum dan selama kejang. melakukan ADLnya. e. Tekankan aktivitas sehari-hari dan f. Untuk mencegah cedra akibat dari lingkungan. latihan sesuai toeransi dan untuk melaporkan peningkatan keletihan g. Obat-obat tersebut penting untuk atau kelemahan otot. mempertahankan hidupnya. f. Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman. g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek smping dan toxik. h. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium rendah fosfat, seperti mengurangi susu dan keju karena banyak mengandung fosfor. h. Asupan diet yang seimbang akan meningkatkan kadar kalsium darah.

Hipotiroid
Mendiagnosis Hipotiroid
Suatu diagnosis hipotiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan kelelahan, tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan kulit yang kering dan mengeripik. Suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ketika hipotiroid hadir, tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan adalah biasanya berkurang. Bagaimanapun, pada hipotiroid awal, tingkat dari hormon-hormon tiroid (T3 and T4) mungkin adalah normal. Oleh karenanya, alat utama untuk mendeteksi hipotiroid adalah pengukuran TSH, thyroid stimulating hormone (hormon penstimulasi tiroid). Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu penurunan hormon tiroid terjadi, kelenjar pituitari bereaksi dengan memproduksi lebih banyak TSH dan tingkat darah TSH meningkat dalam suatu usaha untuk memajukan produksi hormon tiroid. Peningkatan TSH ini sebenarnya dapat mendahului penurunan hormon-hormon tiroid berbulan-bulan atau bertahun-tahun (lihat bagian hipotiroid subklinis dibawah). Jadi, pengukuran TSH harus ditingkatkan pada kasus-kasus hipotiroid. Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika penurunan hormon tiroid sebenarnya disebabkan oleh suatu kerusakkan dari pituitari atau hipothalamus, maka tingkat-tingkat TSH rendahnya abnormal. Seperti dicatat diatas, macam dari penyakit tiroid ini dikenal sebagai hipotiroid "sekunder" atau "tersier". Suatu tes khusus, dikenal sebagai tes TRH, dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh suatu kerusakkan di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan suatu suntikan dari hormon TRH dan dilakukan oleh seorang endocrinologist (spesialis hormon). Kerja darah yang disebutkan diatas mengkonfirmasikan diagnosis hipotiroid, namun tidak menunjuk pada suatu penyebab yang mendasarinya. Suatu kombinasi dari sejarah klinis pasien, screening antibodi (seperti disebutkan diatas), dan suatu thyroid scan dapat membantu mendiagnosis persoalan yang mendasari tiroid yang tepat lebih jelas. Jika penyebab pituitari atau hipothalamus dicurigai, suatu MRI otak dan studi-studi lain mungkin dibenarkan. Investigasi-investigasi ini harus dibuat pada suatu basis kasus per kasus.

Merawat Hipotiroid
Dengan pengecualian dari kondisi-kondisi tertentu, perawatan hipotiroid memerlukan terapi sepanjang umur. Sebelum synthetic levothyroxine (T4) tersedia, tablet-tablet tiroid yang dikeringkan dipakai. Tiroid yang dikeringkan didapat dari kelenjar-kelenjar tiroid hewan, yang kekurangan konsistensi potensinya dari batch ke batch. Sekarang ini, suatu sintetik T4 yang

murni tersedia secara luas. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk menggunakan ekstrak tiroid yang dikeringkan. Seperti digambarkan diatas, hormon tiroid yang paling aktif sebenarnya adalah T3. Jadi mengapa dokter-dokter memilih untuk merawat pasien-pasien dengan bentuk T4 dari tiroid? T3 [liothyronine sodium (Cytomel)] tersedia dan ada indikasi-indikasi tertentu untuk penggunaannya. Bagaimanapun, untuk mayoritas dari pasien-pasien, suatu bentuk dari T4 [levothyroxine sodium (Levoxyl, Synthroid)] adalah perawatan yang lebih disukai. Ini adalah suatu bentuk yang lebih stabil dari hormon tiroid dan memerlukan hanya satu kali dosis per hari, dimana T3 adalah kerjanya lebih pendek dan perlu dikonsumsi beberapa kali per hari. Pada sebagian besar mayoritas pasien-pasien, T4 sintetik secara alami telah siap dan secara tetap dirubah kedalam T3 didalam aliran darah, dan perubahan ini diatur secara memadai oleh jaringan-jaringan tubuh.

Dosis rata-rata dari penggantian T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6 mikrogram per kilogram per hari. Ini diterjemahkan kedalam kira-kira 100 sampai 150 mickograms per hari. Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar. Pada pasien-pasien yang muda dan sehat, jumlah yang penuh dari hormon pengganti T4 mungkin dimulai pada awalnya. Pada pasien-pasien dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya, metode dari pengganti hormon ini mungkin memperburuk kondisi jantung yang mendasarinya pada kira-kira 20% dari kasus-kasus. Pada pasien-pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung yang diketahuinya, memulai dengan suatu dosis penuh dari pengganti tiroid mungkin berakibat pada penemuan/pembongkaran penyakit jantung, berakibat pada sakit/nyeri dada atau suatu serangan jantung. Untuk sebab ini, pasien-pasien dengan suatu sejarah penyakit jantung atau mereka yang dicurigai berada pada risiko yang tinggi dimulai dengan 25 mikrogram atau kurang hormon pengganti, dengan suatu kenaikkan dosis yang berangsur-angsur pada interva-interval 6 minggu.

Idealnya, pengganti T4 sintetik harus dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan. Obat-obat lain yang mengandung zat besi atau antasid-antasid harus dihindari, karena mereka mengganggu penyerapan. Terapi hipotiroid dimonitor pada kira-kira interval-interval enam minggu sampai stabil. Selama kunjungan-kunjungan ini, suatu contoh darah diperiksa TSH-nya apakah jumlah yang memadai dari pengganti tiroid sedang diberikan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan TSH dalam batas-batas normal. Tergantung dari laboratorium yang dipakai, nilai-nilai absolut mungkin bervariasi, namun pada umumnya, suatu batas TSH yang normal adalah antara 0.5 sampai 5.0uIU/ml. Sekali stabil, TSH dapat diperiksa sekali setahun. Perawatan hipotiroid yang berlebihan dengan obat tiroid yang berlebihan adalah berpotensi berbahaya dan dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan palpitasi-palpitasi jantung dan kontrol tekanan darah dan juga dapat berkontribusi pada osteoporosis. Setiap usaha harus dibuat untuk mempertahankan TSH dalam batasan normal.

También podría gustarte