Está en la página 1de 17

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ilmu Al-Qur'an Tafsir al-Qur'an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami

dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur-an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur-an dan isinya, Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an, terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsr bi al- matsr dan at-tafsr bi- ar-rayi, dengan empat metode, yaitu ijmli, tahlli, muqrin dan maudhi. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan. Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Usaha menafsirkan Al-Quran sudah dimulai semenjak zaman para sahabat Nabi sendiri. Ali ibn Abi Thlib (w. 40 H), Abdullah ibn Abbs (w. 68 H), Abdullah Ibn Masd (w. 32 H) dan Ubay ibn Kaab (w. 32 H) adalah di antara para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain. [1] Daftar isi [sembunyikan] 1 Urgensi Tafsir Al-Qur'an dalam Islam 2 Sejarah Tafsir Al-Qur'an 3 Bentuk Tafsir Al-Qur'an 3.1 Tafsir bi al-Matsur 3.2 Tafsir bi ar-Rayi 3.3 Tafsir Isyari 4 Metodologi Tafsir Al-Qur'an 4.1 Metode Tahlili (Analitik) 4.2 Metode Ijmali (Global) 4.3 Metode Muqarin 4.4 Metode Maudhui (Tematik) 5 Macam Tafsir Al-Qur'an 6 Perkembangan

7 Tafsir terkenal antara lain 8 Ilmu yang terkait dengan Ilmu Tafsir 9 Referensi 10 Pranala luar [sunting]Urgensi Tafsir Al-Qur'an dalam Islam

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dalam bahasa Arab dengan segala macam kekayaan bahasanya. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku, menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan beramal. Namun, Allah SWT tidak menjamin perincian-perincian dalam masalahmasalah itu sehingga banyak lafal Al-Quran yang membutuhkan tafsir, apalagi sering digunakan susunan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafazh yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah diperlukan penjelasan yang berupa tafsir Al-Qur'an [sunting]Sejarah Tafsir Al-Qur'an

Sejarah ini diawali dengan masa Rasulullah SAW masih hidup seringkali timbul beberapa perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat. Untuk itu mereka dapat langsung menanyakan pada Rasulullah SAW. Secara garis besar ada tiga sumber utama yang dirujuk oleh para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur'an : Al-Qur'an itu sendiri karena kadang-kadang satu hal yang dijelaskan secara global di satu tempat dijelaskan secara lebih terperinci di ayat lain. Rasulullah SAW semasa masih hidup para sahabat dapat bertanya langsung pada Beliau SAW tentang makna suatu ayat yang tidak mereka pahami atau mereka berselisih paham tentangnya. Ijtihad dan Pemahaman mereka sendiri karena mereka adalah orang-orang Arab asli yang sangat memahami makna perkataan dan mengetahui aspek kebahasaannya. Tafsir yang berasal dari para sahabat ini dinilai mempunyai nilai tersendiri menurut jumhur ulama karena disandarkan pada Rasulullah SAW terutama pada masalah azbabun nuzul. Sedangkan pada hal yang dapat dimasuki rayi maka statusnya terhenti pada sahabat itu sendiri selama tidak disandarkan pada Rasulullah SAW. Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan Al-Qur'an antara lain empat khalifah , Ibn Masud, Ibn Abbas, Ubai bin Kab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asyari, Abdullah bin Zubair. Pada masa ini belum terdapat satupun pembukuan tafsir dan masih bercampur dengan hadits. Sesudah generasi sahabat, datanglah generasi tabiin yang belajar Islam melalui para sahabat di wilayah masing-masing. Ada tiga kota utama dalam pengajaran Al-Qur'an yang masing-masing melahirkan madrasah atau madzhab tersendiri yaitu Mekkah dengan madrasah Ibn Abbas dengan murid-murid antara lain Mujahid ibn Jabir, Atha ibn Abi Ribah, Ikrimah Maula Ibn Abbas, Thaus ibn

Kisan al-Yamani dan Said ibn Jabir. Madinah dengan madrasah Ubay ibn Kaab dengan murid-murid Muhammad ibn Kaab al-Qurazhi, Abu al-Aliyah ar-Riyahi dan Zaid ibn Aslam dan Irak dengan madrasah Ibn Masud dengan murid-murid al-Hasan al-Bashri, Masruq ibn al-Ajda, Qatadah ibnDiamah, Atah ibn Abi Muslim al-Khurasani dan Marah al-Hamdani. Pada masa ini tafsir masih merupakan bagian dari hadits namun masing-masing madrasah meriwayatkan dari guru mereka sendiri-sendiri. Ketika datang masa kodifikasi hadits, riwayat yang berisi tafsir sudah menjadi bab tersendiri namun belum sistematis sampai masa sesudahnya ketika pertama kali dipisahkan antara kandungan hadits dan tafsir sehingga menjadi kitab tersendiri. Usaha ini dilakukan oleh para ulama sesudahnya seperti Ibn Majah, Ibn Jarir at-Thabari, Abu Bakr ibn alMunzir an-Naisaburi dan lainnya. Metode pengumpulan inilah yang disebut tafsir bi al-Matsur. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah menuntut pengembangan metodologi tafsir dengan memasukan unsur ijtihad yang lebih besar. Mekipun begitu mereka tetap berpegangan pada Tafsir bi al-Matsur dan metode lama dengan pengembangan ijtihad berdasarkan perkembangan masa tersebut. Hal ini melahirkan apa yang disebut sebagai tafsir bi al-ray yang memperluas ijtihad dibandingkan masa sebelumnya. Lebih lanjut perkembangan ajaran tasawuf melahirkan pula sebuah tafsir yang biasa disebut sebagai tafsir isyarah. [sunting]Bentuk Tafsir Al-Qur'an

Adapun bentuk-bentuk tafsir Al-Qur'an yang dihasilkan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga: [sunting]Tafsir bi al-Matsur Dinamai dengan nama ini (dari kata atsar yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya terus sampai kepada Nabi SAW. Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, AlQur'an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi'in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat. Contoh tafsir Al Qur'an dengan Al Qur'an antara lain: "wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswadi minal fajri...." (Surat Al Baqarah:187) Kata minal fajri adalah tafsir bagi apa yang dikehendaki dari kalimat al khaitil abyadhi. Contoh Tafsir Al Qur'an dengan Sunnah antara lain: "alladziina amanuu wa lam yalbisuu iimaanahum bizhulmin......" (Surat Al An'am: 82) Rasulullah s.a.w.menafsirkan dengan mengacu pada ayat : "innasy syirka lazhulmun 'azhiim" (Surat Luqman: 13)

Dengan itu Beliau menafsirkan makna zhalim dengan syirik. Tafsir-tafsir bil ma'tsur yang terkenal antara lain: Tafsir Ibnu Jarir, Tafsir Abu Laits As Samarkandy, Tafsir Ad Dararul Ma'tsur fit Tafsiri bil Ma'tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi), Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Baghawy dan Tafsir Baqy ibn Makhlad, Asbabun Nuzul (karya Al Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja'far An Nahhas). [sunting]Tafsir bi ar-Rayi Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Contoh Tafsir bir ra'yi dalam Tafsir Jalalain: khalaqal insaana min 'alaq (Surat Al Alaq: 2) Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah yang berarti segumpal darah yang kental. Beberapa tafsir bir ra'yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As Sayuthi),Tafsir Al Baidhawi, Tafsir Al Fakhrur Razy, Tafsir Abu Suud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al Khatib, Tafsir Al Khazin. [sunting]Tafsir Isyari Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur'an inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat: '.......Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah..... (Surat Al Baqarah: 67) Yang mempunyai makna zhahir adalah ......Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina... tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan ....Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah.... Beberapa karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain: Tafsir An Naisabury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, Tafsir Ibnu Araby. [sunting]Metodologi Tafsir Al-Qur'an

Metodologi Tafsir dibagi menjadi empat macam yaitu metode tahlili, metode ijmali, metode muqarin dan metode maudlui. [sunting]Metode Tahlili (Analitik) Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering digunakan. Menurut Muhammad Baqir ashShadr, metode ini, yang ia sebut sebagai metode tajzi'i, adalah metode yang mufasir-nya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat al-Qur`an sebagaimana tercantum dalam al-Qur`an. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al-Qur'an. Dia menjelaskan kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur Ijaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syari, arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya. Menurut Malik bin Nabi, tujuan utama ulama menafsirkan Al-Qur'an dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur'an, sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah . Kelemahan lain dari metode ini adalah bahwa bahasan-bahasannya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat mereka, sehingga mengesankan bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur'an untuk setiap waktu dan tempat. Hal ini dirasa terlalu mengikat generasi berikutnya. [sunting]Metode Ijmali (Global) Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur'an secara singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili namun memiliki perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada pada penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. [sunting]Metode Muqarin Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan perbedaan tertentu dari obyek yang diperbandingkan itu. *sunting+Metode Maudhui (Tematik) Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas

topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebabsebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya. [sunting]Macam Tafsir Al-Qur'an

Setiap penafsir akan menghasilkan corak tafsir yang berbeda tergantung dari latar belakang ilmu pengetahuan, aliran kalam, mahzab fiqih, kecenderungan sufisme dari mufassir itu sendiri sehingga tafsir yang dihasilkan akan mempunyai berbagai corak. Abdullah Darraz mengatakan dalam an-Naba al-Azhim sebagai berikut: Ayat-ayat Al-Qur'an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat. Di antara berbagai corak itu antara lain adalah : Corak Sastra Bahasa: munculnya corak ini diakibatkan banyaknya orang non-Arab yang memeluk Islam serta akibat kelemahan orang-orang Arab sendiri di bidang sastra sehingga dirasakan perlu untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Qur'an di bidang ini. Corak Filsafat dan Teologi : corak ini muncul karena adanya penerjemahan kitab-kitab filsafat yang memengaruhi beberapa pihak serta masuknya penganut agama-agama lain ke dalam Islam yang pada akhirnya menimbulkan pendapat yang dikemukakan dalam tafsir mereka. Corak Penafsiran Ilmiah: akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka muncul usahausaha penafsiran Al-Qur'an sejalan dengan perkembangan ilmu yang terjadi. Corak Fikih: akibat perkembangan ilmu fiqih dan terbentuknya madzhab-mahzab fikih maka masingmasing golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiranpenafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum. Corak Tasawuf : akibat munculnya gerakan-gerakan sufi maka muncul pula tafsir-tafsir yang dilakukan oleh para sufi yang bercorak tasawuf. Corak Sastra Budaya Kemasyarakatan: corak ini dimulai pada masa Syaikh Muhammad Abduh yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, usaha-usaha untuk menanggulangi masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti dan enak didengar. [sunting]Perkembangan

Ilmu tafsir Al Qur'an terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini merupakan suatu keharusan agar Al Qur'an dapat bermakna bagi umat Islam. Pada perkembangan terbaru mulai diadopsi metode-metode baru guna memenuhi tujuan tersebut. Dengan mengambil beberapa metode dalam ilmu filsafat yang digunakan untuk membaca teks AlQur'an maka dihasilkanlah cara-cara baru dalam memaknai Al-Qur'an. Di antara metode-metode tersebut yang cukup populer antara lain adalah Metode Tafsir Hermeneutika dan Metode Tafsir Semiotika. [sunting]Tafsir terkenal antara lain

'Abdullah bin Abbas, dilahirkan di Syibi tiga tahun sebelum hijrah, ada yang mengatakan lima tahun sebelum hijrah, dan wafat di kota Thoif pada tahun 65 H, dan ada yang mengatakan tahun 67 H, dan Ulama Jumhur mengatakan wafat pada tahun 68 H., banyak melahirkan beberapa tafsir yang tidak terhitung jumlahnya, dan tafsiran beliau dikumpulkan dalam sebuah kitab yang diberi nama Tafsir ibnu Abbas. Di dalam kitab ini terdapat beberapa riwayat dan metode yang berbeda-beda, namun yang paling bagus adalah tafsir yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah Al Hasyimi. Mujahid bin Jabr, dilahirkan pada tahun 21 H, pada masa ke pemimpinan Umar bin Khattob, dan wafat pada tahun 102/103 H. sedangkan menurut Yahya bin Qhatton, beliau wafat pada tahun 104 H., termasuk tokoh tafsir pada masa tabiin sehingga beliau dikatakan tokoh paling alim dalam bidang tafsir pada masa tabiin, dan pernah belajar tafsir kepada Ibnu Abbas sebanyak 30 kali. Atthobari, bernama lengkap Muhammad bin Jarir, di lahirkan di Baghdad pada tahun 224 H, dan wafat pada tahun 310 H. karangan-karangannya adalah Jamiul Bayan Fi Tafsiril Quran, Tarikhul Umam Al muluk dan masih banyak lagi yang belum disebutkan. Ibnu Katsir, bernama lengkap Ismail bin Umar Al Qorsyi ibnu Katsir Al Bashri. Di lahirkan pada tahun 705 H. dan wafat pada tahun 774 H. termasuk ahli dalam bidang fiqih, hadist, sejarah, dan tafsir, karangan-karangannya adalah Al Bidayah Wan Nihayah Fi Tarikhi, Al Ijtihad Fi Tholabil jihad, Tafsirul Quran, dan lain-lainnya. Fakhruddin Ar Rozi, bernama lengkap Muhammad bin Umar bin Al Hasan Attamimi Al Bakri Atthobaristani Ar Rozi Fakhruddin yang terkenal dengan sebutan Ibnul Khotib As Syafii, lahir di Royyi pada tahun 543 H. dan wafat pada tahun 606 H. di harrot, mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmuilmu pasti, dan juga mendalami ilmu filsafat dan mantiq, karangannya adalah mafatihul Ghoib fi Tafsirul Quran, Al Muhasshol fi Ushulil Fiqh, Tajizul Falasifah dan lain-lainya. [sunting]Ilmu yang terkait dengan Ilmu Tafsir

Lughat (fitologi), yaitu ilmu untuk mengetahui setiap arti kata Al-Qur'an. Mujahid rah.a., berkata, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, ia tidak layak berkomentar tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang ilmu lughat tidak cukup karena kadangkala satu kata mengandung berbagai arti. Jadi hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Dapat terjadi, yang dimaksud kata tersebut adalah arti yang berbeda.

Nahwu (tata bahasa). Sangat penting mengetahui ilmu nahwu, karena sedikit saja i'rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti kata tersebut. Sedangkan pengetahuan tentang i'rab hanya di dapat dalam ilmu nahwu. Sharaf (perubahan bentuk kata) Isytiqaq (akar kata) Ma'ani (susunan kata) Bayaan Badi' Qira'at Aqa'id Ushul Fiqih Asbabun Nuzul. Asbabunnuzul adalah sebuah ilmu yang menerangkan tentang latar belakang turunnya suatu ayat. Atau bisa juga keterangan yang menjelaskan tentang keadaan atau kejadian pada saat suatu ayat diturunkan, meski tidak ada kaitan langsung dengan turunnya ayat. Tetapi ada konsideran dan benang merah antara keduanya. Seringkali peristiwa yang terkait dengan turunnya suatu ayat bukan hanya satu, bisa saja ada beberapa peristiwa sekaligus yang menyertai turunnya suatu ayat. Atau bisa juga ada ayat-ayat tertentu yang turun beberapa kali, dengan motivasi kejadian yang berbeda. Nasikh Mansukh 'Fiqih Hadits Wahbi [sunting]Referensi

^ as-Suythi, al-Itqn fi Ulm al-Qurn, Dr al-Fikr, hlm. 187. [sunting]Pranala luar

Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 97995526-1-3

Surat An-Nur: 30-31 "Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat." "Katakanlah kepada wanita yang beriman :"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka meukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Batasan Aurat antara Pria dan Wanita Sababun Nuzul

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata : Seorang sahabat pada masa Rasulullah Saw. berjalan di suatu jalan Madinah, lalu Ia melihat seorang wanita dan begitupun sebaliknya. Lalu setan membisikkan kepada keduanya dengan berapologi bahwa mereka tidak saling melihat kecuali hanya karena kagum semata.

Kejadian berikutnya, lelaki itu berjalan di pinggir dinding tanpa berkedip melihat wanita tersebut, akhirnya ia menabrak dinding itu dan patah tulangnya. Atas peristiwa yang menimpanya, lelaki itu berkata: "Demi Allah , aku tidak akan mengelap darah ini kecuali setelah menghadap Rasulullah Saw. dan mengajarkan kepadaku tentang hal ini." Maka ia mendatangi Rasulullah Saw dan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya, Maka Nabi bersabda :"Ini balasan dari perbuatanmu dan turunlah ayat tersebut diatas."

Aspek Hukum dan Sosial

Ayat di atas menjelaskan tentang dua aspek kehidupan manusia, yaitu aspek sosial dan aspek hukum. Dalam aspek hukum, Allah Swt. menjelaskan tentang disyari'atkannya hijab, dan berbicara

Tentang hal-hal lain yang berkaitan dengan seluk beluk wanita, mulai dari soal aurat, batasan yang boleh dilihat dan yang tidak boleh. Termasuk apakah wajah termasuk aurat yang berimplikasi diwajibkannya niqab (cadar) atau wajah tidak termasuk aurat sehingga tidak wajib niqab. Hal lain adalah tentang siapa saja yang boleh melihat, dan hukum melihat lawan jenis. Dalam aspek sosial, ayat ini berbicara tentang aturan hubungan lawan jenis dan akibat-akibat yang ditimbulkan jika aturan itu dilanggar.

Hukum Melihat Lawan Jenis

Dalam ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa seorang Muslim atau Muslimah tidak boleh (haram) melihat lawan jenisnya yang bukan muhrim, kecuali orang-orang yang dikecualikan dalam ayat tersebut. Meskipun demikian melihat atau memandang dapat diperbolehkan (halal) jika pandangan tersebut hanya satu kali dan tidak disengaja, karena ketidaksengajaan merupakan perbuatan di luar kemauan manusia dan dilakukan tanpa kesadaran. Lain halnya jika pandangan pertama itu diikuti dengan pandangan yang berikutnya maka pandangan yang kedua itu pada dasarnya berasal dari setan dan akan menimbulkan fitnah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. kepada Ali ra :" Hai Ali, janganlah mengikuti setiap pandangan, sesungguhnya yang pertama itu (tidak sengaja) untukmu dan yang berikutnya dari setan."

Atas dasar itulah, maka tak aneh jika ayat di atas mewajibkan setiap mukimin dan mukminah untuk menundukkan pandangan sebagai solusi dari terbukanya pintu setan dan fitnah.

Aurat Wanita dan Pria

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa setiap Muslim dan Muslimat hendaknya menjaga kemaluan mereka. Perintah menjaga kemaluan menunjukkan adanya perintah menutup aurat. Hukumnya sama dengan perintah menundukkan pandangan Ustadz Muhamad Ali Ash Shabuni mengatakan bahwa "Para Fuqaha sepakat wajibnya menutup aurat bagi setiap muslim dan Muslimat, akan tetapi mereka berbeda dalam menentukan batasannya." Lalu beliau menguraikanya sebagai berikut :

Aurat laki-laki bagi laki-laki

Menurut mayoritas ulama, batasan aurat laki-laki bagi laki -laki adalah antara pusar dan lutut, sebagaimana sabda Nabi Saw. Ketika duduk-duduk bersama para sahabatnya dan salah seorang sahabat ada yang terbuka pahanya lalu Rasulullah bersabda :"Yang aku tahu paha itu adalah aurat".

Dengan demikian maka seorang laki-laki dilarang melihat aurat laki-laki, sebagaimana sabda Nabi Saw: "Tidak boleh seorang laki-laki melihat aurat laki-laki yang lain, dan wanita melihat aurat wanita lainnya."

Aurat laki-laki bagi wanita

Muhammad Ali Ash Shabuni menggatakan bahwa aurat laki-laki bagi wanita ialah antara pusar dan lutut baik yang muhrim maupun yang tidak muhrim. Adapun bagi para istri maka tidak ada batasan aurat, sebagaimana Firman-Nya:". Kecuali bagi istri-istri mereka."

Aurat wanita bagi wanita

Aurat wanita bagi wanita batasannya sama dengan aurat laki-laki bagi Laki-laki, yaitu antara pusar dan lutut, dan boleh melihat selain dua tempat itu, kecuali dengan wanita kafir, kafir dzimmi atau wanita musyrik, para ulama berbeda pendapat, muara perbedaan itu terdapat pada penafsiran firman Allah Swt. Dalam surat ini : . Kelompok pertama, mereka berpendapat yang dimaksud dengan ialah wanita-wanita muslim/muslimah saja, adapun selain muslimah baik ia kafir, kafir dzimmi atau musyrik tidak boleh bagi wanita Muslimah untuk menampakkan sesuatu dari tubuhnya kecuali jika wanita kafir itu buta. Kelompok kedua mengatakan, dalam ayat ini tidak ada perbedaan antara wanita Muslim atau bukan muslim semuanya sama, makna di sana umum.

Sementara kelompok ketiga berbendapat, yang dimaksud dengan di sana ialah wanita-wanita khusus yang telah dekat, sudah kenal baik, tidak membedakan Muslim atau kafirnya, dan maksud dari ayat tersebut adalah wanita "asing" yang tidak dikenal akhlak, adat kebiasaan dan adabnya. Ibrahnya bukan karena perbedaan agama tetapi karena perbedaan akhlak.

Ustadz Muhammad Ali Ash Shabuni di akhir keterangannya setelah mengutip beberapa pendapat tadi mengatakan : Pendapat ini (yang terakhir) merupakan yang syarat akan kemuliaan, kalaulah para muslimah pada masa sekarang memegang teguh pendapat ini, niscaya akan mengurangi kebobrokan moral yang terjadi saat ini.

Aurat wanita bagi laki-laki

Asy-Syafi'iyyah dan Al Hanabilah berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat termasuk kukunya, Imam Ahmad berkata:" Seluruh yang ada pada tubuh wanita adalah aurat termasuk kukunya". Sedangkan Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berpendapat: "Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan."pendapat ini adalah pendapat jumhur ulama sebagimana yang dikatakan oleh DR. Yusuf al Qardhawi, dan permasalahan ini merupakan hal sudah diketahui sejak masa sahabat.

Dalil-dalil Imam Malik dan Abu Hanifah Imam Malik dan Abu Hanifah mengambil dalil firman Allah swt.

dalam ayat itu disebutkan tidak boleh menampakkan perhiasan mereka kecuali yang tampak, yaitu wajah dan telapak tangan. Said bin Jabir dalam menafirkan ayat ini berkata :"makna "kecuali yang tampak" ialah wajah dan telapak tangan, pendapat ini dikuatkan dengan sabda Nabi saw. Dari Aisyah ra. Ia berkata:"Sesungguhnya Asma bin Abi Bakar masuk ke kamar Rasulullah saw. sedang mengenakan pakaian tipis, maka Rasulullah memalingkan wajahnya seraya berkata :"Hai Asma sesungguhnya wanita jika telah berhaid, maka tidak boleh nampak darinya kecuali ini dan ini", sambil mengisyaratkan kepada wajah dan telapak tangan. Mereka juga menggunakan dalil aqli, yaitu dengan mengatakan: yang menunjukkan wajah dan telapak tangan bukan aurat ialah ketika shalat wanita menampakkan wajah dan telapak tangan padahal dalam shalat wajib menutup aurat, kalaulah wajah dan telapak tangan itu aurat pasti dalam shalat harus ditutup. Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang lain.

Dalil Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal dalam firman Allah ta'ala

ditegaskan tidak boleh bagi wanita menampakkan "zina" mereka, zina itu terbagi kepada dua bagian. Pertama, zina yang berasal penciptaan dan kedua, zina yang dapat dicapai oleh manusia. Yang pertama ialah wajah, karena asalnya adalah indah dan sumber fitnah, sedangkan yang kedua ialah yang dapat dicapai dengan mempercantik diri, seperti make up dan lain sebagainya. Dalam ayat itu haram bagi wanita menampakkan zinanya dan ia harus menutup seluruh perhiasan yang ada padanya, termasuk wajah dan telapak tangan. Wallahu a'lam.

Istighfar dan Taubat sebagai Salah Satu Kunci Dibukanya Pintu Rezeki General category

Barangsiapa yg bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. . Hal yg paling penting dalam perhatian sebagian besar manusia adl masalah rezeki. Menurut pengamatan sejumlah umat Islam memandang bahwa berpegang dgn Islam akan mengurangi rezeki mereka. Tidak hanya sebatas itu bahkan lbh parah dan menyedihkan lagi bahwa ada sejumlah orang yg masih mau menjaga sebagian kewajiban syariat Islam tetapi mereka mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan dibidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari sebagian hukum-hukum Islam terutama yg berkenaan dgn halal dan haram. Benarkah demikian? Mereka itu lupa atau pura-pura lupa bahwa Sang Khaliq tidaklah menyariatkan agama-Nya hanya sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam perkara-perkara akhirat dan kebahagiaan mereka di sana saja. Tetapi Allah menyariatkan agama ini juga utk menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan kebahagiaan mereka di dunia. Bahkan doa yg sering dipanjatkan Nabi kita kekasih Tuhan Semesta Alam yg dijadikan-Nya sebagai teladan bagi umat manusia adalah Wahai Tuhan kami karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api neraka. Allah dan rasul-Nya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam kegelapan berada dalam keraguan dalam usahanya mencari penghidupan. Tetapi sebaliknya sebab-sebab rezeki itu telah diatur dan dijelaskan. Seandainya umat ini mau memahaminya menyadarinya berpegang teguh dengannya serta menggunakan sebab-sebab itu dgn baik niscaya Allah Yang Maha Pemberi rezeki dan memiliki kekuatan akan memudahkannya mencapai jalan-jalan utk mendapatkan rezeki dari tiap arah serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi. Di antara sebab terpenting diturunkannya rezeki adl istighfar dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi . Untuk itu pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua pembahasan

Hakikat istighfar dan taubat. Dalil syari bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rezeki. Hakikat Istighfar dan Taubat Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dgn lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Tetapi kalimat itu tidak membekas di dalam hati juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adl perbuatan orangorang dusta. Para ulama semoga Allah memberi balasan yg sebaik-baiknya kepada mereka telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat. Imam ar-Raghib al-Ashfahani menerangkan Dalam istilah syara taubat adl meninggalkan dosa krn keburukannya menyesali dosa yg telah dilakukan berkeinginan kuat utk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yg bisa diulangi . Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna. Imam an-Nawawi dgn redaksionalnya sendiri menjelaskan Para ulama berkata Bertaubat dari tiap dosa hukumnya adl wajib. Jika maksiat itu antara hamba dgn Allah yg tidak ada sangkut pautnya dgn hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua ia harus menyesali

perbuatan nya. Ketiga ia harus berkeinginan utk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang maka taubatnya tidak sah. Jika taubat itu berkaitan dgn manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat seperti di atas dan keempat hendaknya ia membebaskan diri hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan utk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah maka ia harus meminta maaf. Adapun istighfar sebagaimana diterangkan Imam ar-Raghib al-Ashfahani adl Meminta dgn ucapan dan perbuatan. Allah SWT berfirman Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia Maha Pengampun. . Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dgn lisan semata tetapi dgn lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan memohon ampun hanya dgn lisan saja tanpa disertai perbuatan adl pekerjaan para pendusta.

Dalil Syari bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rezeki Beberapa nash Alquran dan hadis menunjukkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rezeki dgn karunia Allah. Di bawah ini beberapa nash dimaksud

Apa yg disebutkan Allah tentang Nuh yg berkata kepada kaumnya Maka aku katakan kepada mereka Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia adl Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dgn lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untukmu sungai-sungai. . Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dgn istighfar. Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya Sesungguhnya Dia adl Maha Pengampun. Diturunkannya hujan yg lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata Adalah yg turun dgn deras. Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat Atha berkata Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian. Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun. Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai. Imam al-Qurthubi berkata Dalam ayat ini juga disebutkan dalam adl dalil yg menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rezeki dan hujan. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata Maknanya jika kalian bertaubat kepada Allah meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa menaati-Nya niscaya Ia akan membanyakkan rezeki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit mengeluarkan utk kalian berkah dari bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan utk kalian melimpahkan air susu perahan utk kalian membanyakkan harta dan anak-anak utk kalian menjadikan kebun-kebun yg di dalamnya bermacammacam buah-buahan utk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu . Demikianlah dan Amirul mukminin Umar bin Khaththab juga berpegang dgn apa yg terkandung

dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah. Muthrif meriwayatkan dari asy-Syabi Bahwasanya Umar keluar utk memohon hujan bersama orang banyak. Beliau tidak lbh dari mengucapkan istighfar lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya Aku tidak mendengar Anda memohon hujan. Maka ia menjawab Aku memohon diturunkannya hujan dgn majadih langit yg dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia adl Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dgn lebat. . Imam al-Hasan al-Bashri juga menganjurkan istighfar kepada tiap orang yg mengadukan kepadanya tentang kegersangan kefakiran sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun. Imam al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih bahwasanya ia berkata Ada seorang laki-laki mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang kegersangan maka beliau berkata kepadanya Beristighfarlah kepada Allah! Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya Beristighfarlah kepada Allah! Yang lain lagi berkata kepadanya Doakanlah kepada Allah agar ia memberiku anak! Maka beliau mengatakan kepadanya Beristighfarlah kepada Allah! Dan yg lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan kepadanya Beristighfarlah kepada Allah! Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yg mengalami hal yg sama. Dalam riwayat lain disebutkan Maka ar-Rabi bin Shabih berkata kepadanya Banyak orang yg mengadukan bermacam-macam dan Anda memerintahkan mereka semua utk beristighfar. Maka al-Hasan al-Bashri menjawab Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia adl Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dgn lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untukmu sungai-sungai. . Allahu Akbar! Betapa agung besar dan banyak buah dari istighfar! Ya Allah jadikanlah kami termasuk hambahamba-Mu yg pandai beristighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus Makhluk-Nya.

Ayat lain adl firman Allah yg menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar beristighfar. Dan Hai kaumku mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya niscaya Dia menurunkan hujan yg sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dgn berbuat dosa. . Al-Hafizh Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat yg mulia di atas menyatakan Kemudian Hud memerintahkan kaumnya utk beristighfar yg dengannya dosa-dosa yg lalu dapat dihapuskan kemudian memerintahkan mereka bertaubat utk masa yg akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini niscaya Allah akan memudahkan rezekinya melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman Niscaya Dia menurunkan hujan yg sangat lebat atasmu. Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yg memiliki sifat taubat dan istighfar dan mudahkanlah rezeki-rezeki kami lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Amin wahai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan. Ayat yg lain adl firman Allah Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. niscaya Dia akan memberi kenimatan yg baik kepadamu sampai kepada waktu yg telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yg mempunyai keutamaan keutamaannya. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat. . Pada ayat

yg mulia di atas terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa kenimatan yg baik kepada orang yg beristighfar dan bertaubat. Maksud dari firman-Nya Niscaya Dia akan memberi kenimatan yg baik kepadamu sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas adalah Ia akan menganugerahi rezeki dan kelapangan kepada kalian. Sedangkan Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan Inilah buah dari istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberi kenimatan kepada kalian dgn berbagai manfaat berupa kelapangan rezeki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yg dilakukan-Nya terhadap orang-orang yg dibinasakan sebelum kalian. Janji Tuhan Yang Maha Mulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dgn syaratnya. Syekh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi berkata Ayat yg mulia tersebut menunjukkan bahwa beristighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adl sebab sehingga Allah menganugerahkan kenimatan yg baik kepada orang yg melakukannya sampai pada waktu yg ditentukan. Allah memberikan balasan atas istighfar dan taubat itu dgn balasan berdasarkan syarat yg ditetapkan. Dalil lain bahwa beristighfar dan taubat adl di antara kunci-kunci rezeki yaitu hadis yg diriwayatkan Imam Ahmad Abu Dawud an-Nasai Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata Rasulullah bersabda Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah menjadikan utk tiap kesedihannya jalan keluar dan utk tiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangka. Dalam hadis yg mulia ini Nabi yg jujur dan terpercaya yg berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang tiga hasil yg dapat dipetik oleh orang yg memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu bahwa Allah Yang Maha Memberi rezeki yg Memiliki kekuatan akan memberikan rezeki dari arah yg tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya. Karena itu kepada orang yg mengharapkan rezeki hendaklah ia bersegera utk memperbanyak istighfar baik dgn ucapan maupun perbuatan. Dan hendaknya tiap muslim waspada sekali lagi hendaknya waspada dari melakukan istighfar hanya sebatas dgn lisan tanpa perbuatan. Sebab itu adl pekerjaan para pendusta. Sumber Kunci-Kunci Rizki menurut Alquran dan as-Sunnah Dr. Fadhl Ilahi Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm

f pintu rizki bagi kekasih allah doa banyak rezeki taubat dalam islam makna hujan dalam islam mohon ampun kepada allah ayat2 al quran tentang mendapatkn keturunan hadits tentang sebaikbaik muslim adalah menjaga lisan dan perbuatan nya hadist tentang rejeki doa memudahkan rezeki doa memudahkan rejeki doa dibukakan pintu rezeki

También podría gustarte