Está en la página 1de 6

Dalam didaktika umum dipelajari aturan umum bagi seorang guru untuk dapat mengajar dengan sebaik mungkin

dalam suatu bahasan


tertentu. Beberapa hal yang secara umum perlu diketahui diantaranya tentang motif anak dalam belajar, evaluasi dan penilaian,
penggunaan media pembelajaran, desain pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Dalam hal ini, pendidikan ditunjang
oleh psikologidan pedagogi. Selain itu dalam didaktik juga dibahas mengenai berbagai peran guru, antara lain sebagai perancang,
pelaku, peneliti, sekaligus sebagai pelajar dalam suatu proses belajar mengajar.
[sunting]Didaktik khusus
Di sini dipelajari tentang bagaimana mengajarkan suatu materi khusus dengan sebaik-baiknya. Bimbingan tentang waktu dan tempat
yang tepat serta persiapan dan pengajaran yang cocok oleh teman sejawat dalam suatu pelatihan merupakan metodologi pengajaran
yang digunakan.
Didaktik dan metodik adalah dua hal penting dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorangguru di kelas. Dua hal ini
memiliki keterkaitan yang harus dimengerti dengan baik, agar pengaplikasiannya dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan tanpa
adanya kendala yang berarti. Didaktik berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran
sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh siswa (Zakiah Daradjat, 2004: 3).
Lalu, apa korelasinya dengan metodik? Ilmu mengajar ini tentu merupakan suatu ilmu yang didasari bagaimana seorang guru dapat
menyampaikan bahan pelajaran dengan baik. Jadi, didaktik itu berada dalam lingkup penyampaian materi pada saat
kegiatan belajar berlangsung, sedangkan metodik merupakan kumpulan sebuah teknik yang direncanakan untuk diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran.
Seorang guru hendaknya benar-benar menyadari hubungan didaktik dan metodik ini. Penyampaianpembelajaran sebaiknya dilakukan
dengan metode yang tepat, yang sebelumnya telah dilakukan dan mempunyai hasil yang baik, dalam tataran ruang lingkupnya
mengajar. Setiap tempat, setiap suasana, setiap kelas, mempunyai karakter sendiri, oleh sebab itu selalu terdapat metode yang berbeda
dalam kondisi yang berbeda. Tugas berat bagi seorang guru, dalam memilih metode untuk kegiatan pembelajaran yang dilakukannya,
sebagai motor penggerak utama dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas, banyak hal yang bergantung kepada
keputusan yang diambil oleh seorang guru.
Menurut pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar yang
menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang ini, didaktik mengandung dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan
kegiatan belajar. Baik murid maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud kegiatan mengajar dan kegiatan belajar
bersama-sama. Agar proses belajar mengajar dimaksud membuahkan hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru perlu
memiliki sikap, kemampuan dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu.
Prinsip-prinsip dalam aktivitas mengajar disebut juga dengan azas-azas didaktik.
Azas-azas didaktik tidak berdiri sendiri malainkan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, saling isi
mengisi dan saling melengkapi satu sama lain.
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak.
Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Kedua penguasaan ini baru tercermin pada kompetensi seorang tukang.
Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang guru juga harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian
serta tahap tugasnya itu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada setiap
tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya, yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang mau
dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua keputusan serta perbuatan
instruksional serta non-instruksional dalam rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan harus selalu dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dancivic) yang dengan sendirinya melihatnya dalam perspektif yang lebih
luas dari pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus.
Perlu digarisbawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat. Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya
adalah bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada
penerbitan prasarana dan sarana sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik
yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih belum dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi.
Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didik akan melahirkan anarki,sedangkan pemberian
bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan menghasilkan
pembudayaan manusia.
2) Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak
mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan
sebagimaana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan
pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.
Hal tersebut dikemukakan tanpa samasekali didasari oleh anggapan bahwa belum ada diantara kita yang memikirkan masalah pendidikan guru itu.
Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan sebagi bersifat fragmentaris, tidak
menyeluruh. Misalnya, ada yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program pendidikan guru yang lebih
pendek terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan perlunya ditingkatkan mekanisme seleksi calon
guru dan tenaga kependidikan; ada yang menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada pula yang memusatkan perhatian
kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru sehingga bisa bersaing dengan jabtan-jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran tersebut
di atas memilikikesahihan, sekurang-kurangnya secara partial, akan tetapi apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum tentu dapat
dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang efektif.
Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai di dalam merancang serta
mengimplementasikan program pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas keguruan di dalam
konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang
diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang
dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritis itu, seperti telah diutarakan di dalam
bagian uraian dimuka, dirumuskan ke dalam perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta
implementasi program yang dimaksud. Dengan demikian, perangkat rambu-rambu yang dimaksud merupakan batu ujian di dalam menilai perancang
dan implementasi program, maupun di dalam mempertahankan program dari penyimpngan-penyimpangan pelaksanaan ataupun dari serangan-
serangan konseptual (Fadli, 2010).
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama
hakekatnya, tanpa melupakan metodenya.
Tujuan filsafat pendidikan :
1. Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri
2. Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan
4. Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan
terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri
5. Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik
Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku
individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi
berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan
pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan
layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari
psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator,
masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap
orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut
memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,terutama perilaku
peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa diantara pengetahuan-
pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar
mengajar peserta didik
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan
perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang
taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan
memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat.
Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan
untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang
memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar
dengan nyaman dan menyenangkan.
6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh
empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang
lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Dulum pendldlkun terduput uspek-uspek soslologl kurenu dlsebubkun sltuusl pendldlkun uduluh sltuusl berhubungun dengun perguulun soslul. Hubungun dun
perguulun soslul yung udu dulum pendldlkun (sekoluh) unturu luln ter|udl unturu pendldlk dengun pendldlk, pendldlk dengun unuk dldlk, unuk dldlk dengun unuk dldlk,
pendldlk dengun peguwul, unuk dldlk dengun peguwul.
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak8. Kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil
belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik mata pelajaran tertentu sebagai rujukan menyusun indikator
kompetensi dasar dalam silabus terutama RPP sangat penting. Hal ini berguna
untuk mengingatkan guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang
harus dicapainya. Didalam komponen KD ini juga dimuat hasil belajar, yakitu
pernyataan unjuk kerja yang diharapkan setelah peserta didik mengalami
pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Dari penjelasan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan ketercapaian KD adalah pencapaian sejumlah kemampuan
oleh peserta didik yang harus dimiliki sebagai rujukan bahwa peserta didik
tersebut telah menguasai materi yang telah diberikan untuk bekal
kehidupannya dalam bermasyarakat.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2139260-pengertian-ketercapaian-kompetensi-dasar/#ixzz1jgexsLJm
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum semula berarti a running course, or race course, especially a chariot race course dan dapat pula
dalam bahasa prancis, corier artinya to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan
lama dan pandangan baru.
Dalam pandangan lama atau klasik, lebih menekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran
dan materi-materi yang harus ditempuh disekolah, dalam artian sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh murid untuk memperoleh ijazah, itulah
kurikulum.(Dr. Oemar Hamalik, kurikulum dan pembelajaran. Jakarta;Bumi Aksara, 2007) sedangkan dalam pandangan baru atau modern, pengertian
kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi didalam proses pebndidikan.
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu hingga dewasa ini.
Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan pandangan dan pendapat masing-masing.
Di luar itu sebenarnya makna dari kurikulum itu sendiri sangat luas, kurikulum tidak mesti harus tertulis, yang terpenting bagaimana langkah-langkah
untuk mencapai tujuan akhir terpenuhi. Dari langkah-langkah itulah sebenarnya tersirat(tidak tertulis) adanya kurikulum.
Hal yang mendasar dari sebuah kurikulum itu sendiri yaitu didalamnya terdapat isi, metode, tujuan dan evaluasi. Dan kurikulum itu tidak terbatas oleh
sistem pada lembaga formal, akan tetapi seseorang yang memiliki prinsip yang kuat dan jelas dalam memaknai kehidupan, maka ia mempunyai
kurikulum tersendiri untuk memperoleh sebuah tujuan yang hendak dicapai. Dengan adanya Visi dan Misi, motivasi dan tujuan hidup itu merupakan
kurikulum setiap orang yang pastinya berbeda-beda meskipun tidak tertulis namun melekat dalam jiwa yang kemudian dijalaninya langkah demi
langkah untuk memperoleh sesuatu/tujuan akhir.
Inilah definisi kurikulum bila ditinjau dari segi filsafat. Pembahasannya sangat luas, kurikulum tidak hanya terbatas dan terpaku pada pendidikan di
sekolah maupun lembaga-lembaga formal akan tetapi lebih kepada proses dalam menjalani kehidupan yang tentunya setiap orang, sebuah keluarga,
organisasi, bangsa dan Negara memiliki kurikulum tersendiri dalam proses memperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.
Aplikasi dari kurikulum itu sendiri bisa dilihat dari langkah-langkah menuju tujuan yang hendak dicapai. Langkah-langkah tersebut sama halnya dengan
metode/ cara bagaimana ia bisa mencapai tujuan, dengan berbagai cara dan usaha apapun, yang terpenting ialah bagaimana ia sampai pada tujuan itu
sendiri. Dan dalam proses itu terdapat banyak hambatan-hambatan, oleh karenanya perlu adanya evaluasi untuk mencari jalan keluar yang terbaik dan
agar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.

Komponen-komponen CTL adalah
Konstruktivisme : Pengetahuan seseorang dapat dibangun oleh diri sendiri bukan hanya dari orang lain. Pengetahuan dibangun (construct) oleh
siswa. Siswa terlibat aktif dalam perolehan pengetahuan, tidak sekedar menerima dan menghafal pengetahuan dari guru.
Menemukan (inquiry) : Belajar meliputi tahap mengamati, menemukan dan merumuskan, mengajukan hipotesis, mengumpul data, menganalisis
dan menyimpulkan. Pengetahuan diperoleh melalui kegiatan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Melalui proses penemuan tersebut, maka belajar
akan menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Bertanya : Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu berawal dari kegiatan bertanya. Bertanya dilakukan guru untuk mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sementara itu bagi siswa, bertanya dilakukan untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang telah
diperoleh, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
Masyarakat belajar: Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Hasil belajar diperoleh dari proses berbagi baik dengan teman, antar-
kelompok, maupun antar-pihak yang sudah tahu dengan yang belum tahu. Pihak yang sudah tahu, bukan hanya guru, tetapi dapat pula teman sebaya,
siswa dari kelas yang lebih tinggi, atau ahli yang didatangkan dari luar lingkungan sekolah, seperti petani, mekanik, montir, dan sebagainya.
Pemodelan : Proses belajar-mengajar dapat dilakukan dengan pemberian contoh, baik berupa benda, atau cara kerja. Pemodelan dalam hal ini
berarti dalam proses pembelajaran ada model yang dapat ditiru siswa. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep,
atau aktivitas belajar. Guru bukan satu-satunya model. Siswa yang telah menguasai pengetahuan tertentu dapat dijadikan model untuk teman-
temannya. Guru juga dapat mendatangkan model lain dari luar lingkungan sekolah
Penilaian authentic: Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat menunjukkan perkembangan belajar siswa.
Penilaian authentic atau penilaian sebenarnya adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menilai siswa dengan menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil belajar siswa. Penilaian melibatkan berbagai instrumen. Penilaian bukan hanya berdasar pada hasil tes tertulis, tetapi
dapat didasarkan pada portofolio, laporan kegiatan atau proyek siswa, karya siswa, presentasi, jurnal, hasil wawancara, dan sebagainya. penilaian
dilakukan dengan mengkombinasi hasil ulangan harian, pekerjaan rumah, hasil diskusi, hasil tes, dan sebagainya.
Refleksi : Refleksi berarti berpikir ke belakang tentang apa yang telah dilakukan. Siswa mengendapkan pengetahuan yang baru diterimanya sebagai
struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran guru membantu siswa melakukan refleksi, dan
memastikan bahwa pengetahuan baru benar-benar mengendap di benak siswa. meninjau apa yang telah dipelajari, apabila salah maka diadakan revisi.

a. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin di capai,oleh karena itu,fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau media
untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa
Sebagai organisasi belajar ( lerning organsatior ) yang tersusun dengan cermat,kurikulum selalu
di siapkan dan di rancangbagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan di konsumsi siswa.Oleh
karena itu, merancang kurikulumakan amat penting artinya bagi upaya pembentukan dan
pembinaan karakter siswa agar mereka mandiri dan n\menjadi sosok yang yang bermanfaat
bagi dirinya dan masyarakat.
c. Fungsi kurikulum bagi para pendidik
Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai:
- Pedoman kerja dalammenyusun dan mengorganisirpengalaman belajar siswa.
- Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan siswa dalam kerangka
menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka.
- Pedoman dalam megatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
d. Fungsi kurikulum bagi pimpinan
- Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni memperbaiki situasi belajar
agar lebih kondusif.
- Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar
yang menunjang situasi belajar siswa kea rah yang lebih baik.
- Sebagai pedoman dalammelaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan pada
kepada para guru dalam menjalankan tugas kependidikan mereka.
- Sebagai seorang administrator maka kurikulum dapat di jadikan pedoman dalam
mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya.
- Sebagai acuan bagi pelaksanan evaluasi agar proses belajar mengajar dapat lebih baik.
e. Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat berperan serta dalam
membantuh sekolah melakukan pembinaan terhadap putra putri mereka.Dengan mengacuh pada
kurikulum sekolah di mana anak-anak mereka di bina, maka orang tua dapat memantau
p


A. Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik

Guru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan.
dipundak orang tua. Para orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggungjawab pendidikan
anaknya kepada guru, tentunya orang tua mengharapkan agar anaknya akan menemukan guru yang baik, berkompetensi dan berkualitas.

Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah;
y Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak didik.
y Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
B. Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik, anak didik diharapkan dapat dikembangkan
seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.


Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh
berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dsdengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain,
untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid
dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan
Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
c. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.

C. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya
1) Fungsi Kesinambungan
Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya.
2) Fungsi Peniapan Tenaga
Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara
mengajar.

D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka pelaksanaan
kurikulum tersebut.

E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk
menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau
perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak
dengan kuri-kulum suatu sekolah.

H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan
Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

También podría gustarte