Está en la página 1de 2

Bentrok Ormas Simbol Demokrasi Anarkis

Marieska Harya Virdhani - Okezone


Sabtu, 21 Januari 2012 09:09 wib

Rumah Bang Cane (Foto: Fahmi Firdaus/okezone)

DEPOK Pertikaian antarormas menunjukan perkembangan demokrasi saat ini yang bersifatanarkis. Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan bentrok yang terjadi di kalangan ormas menjadikan keprihatinan bagi sistem demokrasi yang tumbuh di Indonesia. Sebab, kata Devie, demokrasi yang tumbuh saat ini justru demokrasi yang bersifat anarkis. Ini bentuk demokrasi anarkis, kita belum terlatih untuk bisa membentuk demokrasi ala Indonesia. Perjalanan budaya tiap kontur negara berbeda, dan Indonesia masih terlalu bayi butuh pembelajaran, ujarnya kepada Okezone, Jumat malam (20/01/12). Devie meyakini saat ini masyarakat sudah dalam tahap titik jenuh menghadapi permasalahan yang dilatarbelakangi oleh kepentingan ormas. Semangat Pancasila dan spirit Undang Undang Dasar (UUD) 1945 kini semakin luntur saat budaya kekerasan terus dipakai di Indonesia. Ketika korban banyak, bukan nyawa saja, tetapi waktu dan ekonomi, ini bikin masyarakat jenuh, kita inginnya semua permasalahan dapat diselesaikan dengan duduk tenang atau musyawarah, ini yang sudah hilang, malah budaya tonjok tonjokan, tegas penulis buku 69 Panduan Humanis Menghadapi Wartawan ini. Devie menilai generasi saat ini perlu mempelajari kembali bagaimana proses bernegara. Salah satunya bisa dilakukan mulai dari kalangan elit. Namun saat ini, lanjutnya, banyak pula kalangan elit yang melakukan kekerasan verbal. Generasi sekarang perlu belajar kembali, bukan konteks formal P4, bisa dimulai bagaimana elit berikan peran, contoh. Kekerasan ada dua, yakni kekerasan fisik, dan kekerasan verbal, elit juga jangan sering

contohkan saling tonjolkan kekerasan verbal di media, contohnya di Inggris mereka memiliki budaya debat yang baik, yang diwadahi untuk menyampaikan aspirasinya, tandas Devie. (crl)

También podría gustarte