Está en la página 1de 5

TRI PRAMANA Dalam ajaran agama Hindu terdapat konsepsi ajaran yang disebut Tri Pramana.

"Tri" artinya tiga, "Pramana" artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak yang meliputi: Agama Pramana Agama Pramana adalah suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering mendengar petuahpetuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang suci lainnya. Ceritera- ceritera itu dipercayai dan diyakini karena kesucian batin dan keluhuran budi dari para Maha Resi itu. Apa yang diucapkan atau diceriterakannya menjadi pengetahuan bagi pendengarnya. Misalnya: Guru ilmu pengetahuan alam berceritera bahwa di angkasa luar banyak planet- planet, sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar. Setiap murid percaya kepada apa yang diceriterakan gurunya, oleh karena itu tentang planet dan bumi bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini kebenarannya, walaupun murid- murid tidak pernah membuktikannya. Demikianlah umat Hindu meyakini Sang Hyang Widhi Wasa berdasarkan kepercayaan kepada ajaran Weda, melalui penjelasan- penjelasan dari para Maha Resi atau guru- guru agama, karena sebagai kitab suci agama Hindu memang mengajarkan tentang Tuhan itu demikian.

Anumana Pramana Anumana Pramana adalah cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan menggunakan perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala- gejala yang dapat diamati. Dari tanda- tanda atau gejala- gejala itu ditarik suatu kesimpulan tentang obyek yang diamati tadi. Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut: YATRA YATRA DHUMAH, TATRA TATRA WAHNIH Di mana ada asap di sana pasti ada api. Contoh: Seorang dokter dalam merawat pasiennya selalu mulai dengan menanyakan keluhan- keluhan yang dirasakan si pasien sebagai gejala- gejala dari penyakit yang diidapnya. Dengan menganalisa keluhan- keluhan tadi dokter dapat menyimpulkan penyakit pasiennya, sehingga mudah melakukan pengobatan. Demikian pula jika memperhatikan keadaan dunia ini, maka banyak sekali ada gejala- gejala alam yang teratur. Hal itu menurut logika kita hanya mungkin dapat terjadi apabila ada yang mengaturnya. Contoh: Apabila kita memperhatikan sistem tata surya yang harmonis, di mana bumi yang berputar pada sumbunya mengedari matahari, begitu pula bulan beredar mengelilingi matahari pada garis edarnya, tidak pernah bertabrakan, begitu teratur abadi. Kita lalu menjadi kagum dan berpikir

bahwa keteraturan itu tentu ada yang mengatur, the force of nature yaitu Sang Hyang Widhi Wasa. Pratyaksa Pramana Pratyaksa Pramana adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu selain hanya harus meyakini. Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati. Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna.

HUBUNGAN TRI PRAMANA Masyarakat Bali mempunyai budaya yang sangat erat kaitannya dengan ajaran-ajaran dalam agama Hindu. Salah satunya adalah ajaran Tri Pramana. Tri Pramana dahulu kala memegang peranan penting dalam kehidupan hidup orang Bali dimana banyak orang tua yang mengajarkan anaknya berdasarkan konsep Tri Pramana (Sadra, 2007). Tri Pramana berasal dari Bahasa sansekerta yaitu "Tri" dan "Pramana". "Tri" artinya tiga dan "Pramana" artinya cara memperoleh pengetahuan. Jadi Tri Pramana artinya Tiga cara memperoleh pengetahuan. Ketiga Cara tersebut adalah Praktyaksa Pramana, Anumana Pramana, dan Agama Pramana. Sebenarnya konsep Tri Pramana dapat dilihat dari dua segi. Pertama, dapat dilihat dari hubungannya dengan cara memperoleh pengetahuan, dan kedua dapat dilihat dari hubungannya dengan hakikat manusia. 1). Hubungan Tri Pramana dengan Cara Memperoleh Pengetahuan. 1). Pratyaksa Pramana Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui pengetahuan langsung (memanipulasi langsung berbagai objek konkret) Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa dapat diajak untuk mempelajari suatu konsep melalui memanipulasi langsung berbagai media konkret, dengan melibatkan alat peraga yang sifatnya konkret. 2). Anumana Pramana Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui pengandaian atau ilustrasi gambar mengenai suatu fenomena konkret. Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa dapat diarahkan untuk memahami konsep matematika melalui visualisasi semi konkret yang berupa gambar-gambar seperti kartu himpunan (untuk pembelajaran bilangan), gambar model-model bangun geometri, dan gambar-gambar lainnya yang berhubungan dengan matematika. 3). Agama Pramana Pengertian : Cara memperoleh pengetahuan melalui membaca berbagai leteratur (kalau dulu

melalui membaca lontar-lontar) sehingga orang mendapatkan pengetahuan yang diinginkan. Aplikasi Dalam Pembelajaran Matematika : Siswa diarahkan untuk memahami konsep matematika dalam bentuk simbol-simbol. Untuk di Sekolah Dasar (SD) tentunya akan lebih baik jika dimulai dari Praktyaksa Pramana dan secara bertahap dirahkan untuk sampai kepada Agama Pramana. Dengan kata lain, untuk membantu siswa sampai kepada pemahaman symbol, perlu diawali dengan mengajak mereka memanipulasi objek konkret, kemudian ditingkatkan pada hal yang lebih abstrak berupa gambargambar atau media semi konkret, dan terakhir diarahkan kepada pemahaman simbol-simbol. Sebenarnya Tri Pramana ini dilakukan oleh para leluhur di Bali dalam menghayati keberadaan Tuhan yang merupakan objek abstrak serta memahami ajaran-ajaran Hindu yang penuh dengan makna-makna terselubung. Dalam hubungan ini kita tahu bahwa konsep-konsep dalam matematika semuanya merupakan objek yang sifatnya abstrak, sehingga dengan konsep Tri Pramana ini akan dapat membantu siswa untuk memahaminya dengan lebih jelas. Lebih-lebih untuk siswa SD yang menurut teori perkembangan dari Piaget masih berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak baru dapat memahami sesuatu kalau dihubungkan dengan fenomena konkret (Wardsworth, Barry, J. 1971). Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika di SD perlu dimulai dari mengajak siswa memanipulasi objek konkret (Praktyaksa Pramana). Berdasarkan gambaran di atas, penerapan pembelajaran matematika yang berorientasi pada Tri Pramana ini adalah melalui tiga tahap yaitu Praktyaksa Pramana yang berarti anak-anak diajak memahami konsep-konsep matematika melalui penggunaan alat peraga yang sudah biasa ditemukan siswa di lingkungan mereka, karena dengan penggunaan alat alat yang sudah biasa dikenal siswa akan dapat membuat siswa lebih terkonsentrasi dengan konsep matematikanya dibandingkan dengan keberadaan alat peraga tersebut. Kemudian dalam upaya memperdalam pemahaman siswa kea rah yang lebih abstrak, siswa diajak mempelajari konsep matematika lewat ilustrasi gambar-gambar. Dengan bantuan gambar-gambar yang mengilustrasikan fenomena konkret siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan matematika secara lebih abstrak. Dalam penggunaan ilustrasi gambar ini berarti siswa diajak belajar matematika melalui Anumana Pramana. Setelah siswa dapat memvisualisasikan konsep matematika secara lebih abstrak melalui bantuan gambar-gambar, kemudian siswa diajak mempelajari konsep matematika tersebut dengan menggunakan symbol-simbol. Pada waktu siswa diajak belajar matematika lewat penggunaan simbol-simbol berarti siswa diajak belajar matematika lewat Agama Pramana. Perlu disadari bahwa dalam belajar matematika siswa harus sampai pada pemahaman konsep dalam bentuk simbolik karena seperti kita tahu bahwa semua konsep matematika adalah abstrak. Kalau anak belum memahami konsep matematika secara simbolik berarti mereka belum memahami konsep matematika yang sebenarnya. 2). Hubungan Konsep Tri Pramana dengan Hakikat Manusia. Dalam hubungannya dengan konsep Tri Pramana sebagai hakikat manusia, dikatakan bahwa

manusia memiliki tiga sifat utama. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa makhluk hidup dapat digolongkan menjadi tiga yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia. Tumbuhan yang digolongkan ke dalam "Eka Pramana" memiliki satu sifat yaitu sifat untuk hidup atau sifat bayu (yaitu makan dan berkembang biak). Kemudian hewan digolongkan ke dalam "Dwi Pramana" yang memiliki dua sifat yaitu sifat untuk hidup atau sifat bayu (makan dan berkembang biak) dan sifat sabda (yaitu sifat untuk bersuara dan bergerak). Terakhir adalah manusia yang digolongkan ke dalam "Tri Pramana" memiliki tiga sifat yaitu sifat hidup atau bayu, sifat sabda, dan sifat idep (yaitu sifat untuk mampu berpikir). Tumbuhan dan hewan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir. Makhluk yang memiliki kemampuan berpikir hanyalah manusia sehingga manusia dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa manusia memiliki tiga sifat atau kemampuan untuk hidup yang didukung oleh kepemilikan tenaga atau bayu, kemampuan bersuara yang didukung oleh sifat sabda, dan kemampuan berpikir yang didukung oleh sifat idep. Dengan demikian manusia dapat dikatakan memiliki tiga sifat utama yaitu bayu, sabda, idep. Tiga sifat yaitu bayu, sabda, idep ini sering disebut dengan "Tri Guna" (Panitya Tujuh Belas, 1986). Dalam hubungan penerapan Tri Pramana (sebagai hakikat manusia) dalam pembelajaran matematika, siswa hendaknya diajak berlatih berpikir secara matematis, berkomunikasi secara matematis, dan berlatih menerapkan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika melalui kegiatan ceramah harus dikurangi seminimal mungkin karena kegiatan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah tidak akan mampu untuk mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, berkomunikasi, dan menerapkan pengetahuan dalam pemecahan masalah secara simultan. Dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah tidak akan mampu mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia. Dalam hubungan dengan pelaksanaan kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kompetensi dasar, tentunya pelaksanaan pembelajaran matematika yang berorientasi pada penerapan Tri Pramana sebagai hakikat manusia merupakan suatu pembelajaran yang sangat relevan. Kalau dicermati lebih dalam akan terlihat bahwa semua jabaran kompetensi dasar yang mesti dicapai lewat pembelajaran matematika tidak akan keluar dari ketika hakikat manusia di atas yaitu kemampuan berpikir matematis, berkomunikasi matematis, dan kemampuan menerapkan konsep-konsep matematika dalam pemecahan masalah. Bagaimanapun juga pengembangan kompetensi dasar manusia pasti akan berorientasi pada hakikat manusia itu sendiri. Secara singkat dapat digambarkan bahwa penerapan Tri Pramana sebagai hakikat manusia dalam pembelajaran matematika hendaknya berupaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikir, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menerapkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari dalam pemecahan masalah. Untuk aspek pengembangan berpikir, dalam pembelajaran matematika siswa diberi kesempatan mengekplorasi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki melalui pemberian tugas dalam

bentuk pemecahan masalah. Hasil-hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan eksplorasi kemudian dikomunikasikan oleh siswa kepada temannya (termasuk guru) sehingga mereka mendapat kesempatan berlatih berkomunikasi secara matematis. Dari kesempatan komunikasi ini diharapkan siswa sampai kepada pemahaman mengenai konsep yang mereka pelajari. Terakhir, setelah siswa memperoleh pemahaman konsep, mereka diharapkan untuk sampai pada latihan menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam pemecahan masalah. Hal terakhir ini dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah yang tidak hanya terbatas pada keterampilan mental tetapi juga keterampilan fisik. Demikianlah selintas mengenai gambaran tentang Tri Pramana dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Tri Pramana dalam hubungannya dengan cara memperoleh pengetahuan dan Tri Pramana dalam hubungannya dengan hakikat manusia. Kepada para guru diharapkan untuk mencoba menerapkan konsep di atas agar pembelajaran matematika menjadim lebih bermakna.

También podría gustarte