Está en la página 1de 5

1.

SYARAT WA1IB HA1I


Syarat wajib haji adalah siIat-siIat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia diwajibkan untuk
melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah satu dari syarat-syarat tersebut, maka
dia belum wajib menunaikan haji. Syarat-syarat tersebut ada lima perkara:
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Ibnu Qudamah (dalam Al-Mughni 3/218 adn Nihayah Al-Muhtaj 2/375) berkata: "Kami tidak
melihat adanya perbedaan pendapat mengenai lima perkara tersebut".
"Islam" dan "Berakal" adalah dua syarat sahnya Haji, karena haji tidak sah jika dilakukan oleh orang
kaIir atau orang gila.
"Baligh" dan "Merdeka" merupakan syarat yang dapat mencukupi pelaksanaan kewajiban tersebut,
tetapi keduanya tidak termasuk syarat sahnya haji. Karena apabila anak kecil dan seorang budak
melaksanakan haji, maka haji keduanya tetap sah sesuai dengan hadits dari seorang wanita yang -pada
saat melaksanakan haji bersama Rasulullah shallallahu alayhi wasalam- mengangkat anak
kecilnya kehadapan Nabi dan berkata: "Apakah ia mendapatkan (pahala) haji ?" beliau shallallahu
alayhi wasalam menjawab: "Ya, dan kamu pun mendapatkan pahala"(Shahih HR Muslim 1336,
Abu Dawud 1736, dan an-Nasa`i 5/120).
Akan tetapi haji yang dilakukan oleh anak kecil dan budak tidak menggugurkan kewajiban hajinya
sebagai seorang Muslim, menurut pendapat yang lebih kuat, berdasarkan hadits:
"Barang siapa (seorang budak) melaksanakan haji, kemudian ia dimerdekakan, maka ia
berkewajiban untuk melaksanakan haji lagi, barang siapa yang melaksanakan haji pada usia
anak-anak, kemudian mencapai usia baligh, maka ia wajib melaksanakan haji lagi"(Dishahihkan
oleh Al-Albani HR Ibnu Khuzaimah 3050, Al-Hakim 1/481, Al-Baihaqi 5/179 dan lihat Al-Irwa`
4/59). Adapun "Mampu" hanya merupakan syarat wajib haji. Apabila seorang yang "tidak mampu"
berusaha keras dan menghadapi berbagai kesulitan hingga dapat menunaikan haji, maka hajinya
dianggap sah dan mencukupi. Hal ini seperti shalat dan puasa yang dilakukan oleh orang yang
kewajiban tersebut telah gugur darinya. Maka shalat dan puasanya tetap sah dan mencukupi. (Al-
Mughni 3/214).
APAKAH YANG DIMAKSUD ~MAMPU~
"Kemampuan" yang menjadi syarat wajib haji hanya akan terwujud dengan hal-hal berikut:
1. Kondisi badan yang sehat dan bebas dari berbagai penyakit yang dapat menghalanginya dalam
melaksanakan berbagai macam ritual dalam haji. Sesuai hadits Ibnu Abbas, bahwa seorang wanita
dari Khats`am berkata: "Wahai Rasulullah, bapak ku memiliki kewajiban haji pada saat dia sudah
sangat tua dan tidak dapt menanggung beban perjalanan haji, apakah aku bisa menghajikannya
?" beliau shallallahu alayhi wasalam menjawab: "1unaikanlah haji untuknya
(menggantikannya)"(Shahih HR Bukhari 1855 dan Muslim 1334).
Barangsiapa telah memenuhi seluruh syarat haji, tetapi dia menderita penyakit kronis atau lumpuh,
maka dia tidak wajib melaksanakan haji, sesuai kesepakatan ulama.
hanya saja ada perbedaan pendapat mengenai perwakilannya kepada orang lain, apakah wajib atau
tidak ?.
Madzhab SyaIi`i, Hanbali dan dua orang pengikut madzhab HanaIi berpendapat wajib, atas dasar
bahwa kesehatan badan merupakan syarat untuk menunaikan haji dan bukan syarat wajib haji. Dan
inilah pendapat yang terkuat berdasarkan hadits Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu alayhi wasalam
bersabda: "Bagaimana jika ayahmu memiliki tanggungan utang, apakah kamu akan melunasinya
?" Wanita itu menjawab "Ya" beliau shallallahu alayhi wasalam lalu bersabda "Maka utang
kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi" (HR Bukhari 5699, An-Nasa`i 5/116).
Adapun Imam Abu HaniIah danImam Malik berpendapat tidak wajib mewakilkannya kepada orang
lain. (Nihayah Al-Muhtaj 2/385, Al-KaIi 1/214 dan Iath al-Qadir 2/125).
2. Memiliki perbekalan yang cukup dalam perjalana, masa mukim (menginap) dan saat kembali
kepada keluarganya, diluar kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti tanggungan utang dan naIkah untuk
keluarga dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Ini menurut pendapat Jumhur Ulama
(Al-Majmu` 7/56) -selain madzhab Maliki-, karena naIkah merupakan hak manusia dan harus
diutamakan, sesuai sabda Rasulullah shallallahu alayhi wasalam:
"Cukuplah seseorang (dianggap) berdosa dengan menelantarkan orang yang berada dalam
tanggungannya"(Shahih HR Abu Dawud 1676 dan Al-Irwa` 989).
3. Amannya perjalanan. Ini meliputi aman bagi jiwa dan harta pada saat orang-orang ramai keluar
menunaikan haji, karena kategori '2,25: tidak dapat terlepas dari kondisi ini.
2. RUKUN HA1I

1. Niat ikhlas karena Allah


Allah SWT berIirman, Padahal mereka tidak diperintah, kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan keta'atan kepada-Aya dalam (menjalankan) agama-Aya dengan lurus. (Al-
Bayyinah:5).
Dan sabda Nabi saw, $esungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnya."
2. WuquI di `AraIah.
Berdasarkan sabda Rasulullah saw. , "Haji adalah 'Arafah (Wukuf)."
Dari `Uwah ath-Thai r.a. bertutur, Aku pernah datang menemui Nabi saw. di MusdaliIah sewaktu
beliau pergi untuk shalat, lalu aku berkata, a Rasulullah, sejatinya aku datang dari dua gunung
Thai; sangat letih untukku dan telah wuquI disana, lalu apakah ibadah haji saya sah? Maka jawab
Rasulullah saw., "Barangsiapa yang mengikuti shalat kami ini dan wuquf bersama kami hingga
kami bertolak (dari sini) dan sebelumnya telah wuquf di 'Arafah pada siang atau malam hari,
maka sempurnalah ibadah hajinya dan hilanglah kotorannya (Artinya dia telah melaksanakan apa
yang menjadi kewajibannya berupa manasik, pent.)"
3. Mabit di MuzdaliIah hingga terbit matahari dan shalat shubuh di sana. Sebagaimana yang
termaktub dalam hadits di atas:
"Barangsiapa yang mengikuti shalat kami dan wuquf bersama kami hingga kami bertolak (dari
sini menuju Mina), dan sebelumnya telah wuquf di :Arafah pada siang atau malam hari maka
sempurnalah ibadah hajinya dan hilanglah kotorannya."
4. Melakukan ThawaI IIadhah.
Allah $W1 berfirman, "Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang mulia
(Baitullah)." (Al-Hajj :29).
Dari Aisyah r.a. bertutur, ShaIiyah binti Huyay datang bulan setelah sebelumnya saya inIormasikan
kepada Rasulullah saw, maka beliau bertanya, apakah ia menyebabkan kita tertahan atau terhalang
dalam perjalanan kita sekarang ini (dengan sebab tidak dapat mengerjakan thawaI iIadhah karena
halnya itu, pent.)? Saya jawab, "Ya Rasulullah, bahwa $hafiyah sudah mengerjakan thawaf
ifadhah dan sudah thawaf di sekeliling Baitullah, kemudian setelah melakukan thawaf ifadhah ia
haidh." Maka sabda Beliau, "Kalau begitu hendaklah dia keluar [pulang bersama kamij!"
Jadi, sabda Nabi saw., 'Apakah ia menyebabkan kita tertahan, ini menunjukkan bahwa thawaI iIadhah
merupakan suatu kemestian yang harus dilaksanakan, dan ia menjadi penghalang dan penahan bagi
orang yang belum mengerjakkannya.
5. Melakukan sa`i antara ShawaI dan Marwah, karena Rasulullah saw. melakukannya, bahkan beliau
juga memerintahkannya: "Bersa'ilah; karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian
melakukan sa'i.
3. SUNAH HA1I
Sunnah artinya hal-hal yang dilakukan akan mendapat pahala dan di tinggalkan rugi(tidak berdosa),
tidak dikenakan dam dan hajinya sah dan tidak batal:
1. Mandi
2. Shalat dua raka`at di Miqat
3. MelaIadzkan niat haji
4. Memakai wangi-wangian sebelum haji
5. Membaca Talbiyah
6. Qurban
4. YANG MEMBATALKAN HA1I
Ibadah haji bisa batal disebabkan oleh salah satu dari kedua hal berikut.

a. Jima`, senggama, bila dilakukan sebelum melontar jamrah `aqabah.
Adapun jima` yang dilakukan pasca melontar jamrah `aqabah dan sebelum thawaI iIadhah, maka
tidak dapat membatalkan ibadah haji, sekalipun yang bersangkutan berdosa. Namun sebagian di
antara mereka berpandapat bahwa ibadah haji tidak bisa dianggap batal karena melakukan jima`,
sebab belum didapati dalil yang menegaskan kesimpulan ini.
b. Meninggalkan salah satu rukun haji.
Manakala ibadah haji kita batal disebabkan oleh salah satu dari dua sebab ini, maka pada tahun
berikutnya masih diwajibkan menunaikan ibadah haji, bila mampu, sebagaimana yang telah penulis
jelaskan pada pembahasan pengertian istitha`ah. Jika tidak, maka pada waktu-waktu yang kita mampu
melaksanakannya; karena ibadah ini wajib segera dilaksanakan bila kita sudah mampu.






















I, Definisi Umruh
Umrah di ambil dari kata i`timar yang berarti berziarah. aitu Menziarahi baitullah (Ka`bah)
untuk semata mata hanya beribadah kepada allah dengan memenuhi seluruh syarat, rukun,
dan wajibnya.
Karena seluruh syarat, rukun dan kewajiban pada ibadah umrah sama dengan syarat, rukun
dan wajib pada ibadah haji, maka ibadah umrah ini sering disebut dengan haji kecil. Tetapi,
berbeda dengan ibadah haji, ibadah umrah bisa dilaksanakan kapan pun sepanjang tahun.
Sedangkan ibadah haji harus dilakukan pada bulan haji.
Dalam prakteknya, orang yang menjalankan urutan-urutan ibadah haji berarti ia sudah
melakukan praktek umrah. Karena umrah hanya` terdiri: niat, thawaI dan sa`i, memotong
rambut/tahallul. Sedangkan haji, meliputi semua tata cara umrah ditambah dengan (dan inilah
perbedaan mendasarnya) wuquI di AraIah, menginap di MuzdaliIah dan di Mina, serta
melempar jumrah.

II, Syurut Wugib dun Rukun Umruh

u,Syurut Umruh
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal Sehat
4. Merdeka
5. Istitha`ah (Mampu)
b, Rukun Umruh
1. Ihram
2. ThawaI
3. Sa`i
4. Tahallul (mencukur/memotong rambut)
5. Tertib
c, Wugib Umruh
Wajib Umrah hanya satu yaitu Berihram dari miqat, bila melanggar (tidak melaksanakan)
wajib umrah, umrahnya tetap sah tapi harus bayar dam.

También podría gustarte