Está en la página 1de 66

61

BAB I
LANDASAN TEORI

A. BRONKITIS.
1. Pengertian
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inIlamasi bronkus. Secara klinis pada
ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).
Bronkitis berarti inIeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari inIeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Santoso, 1994).
2. Anatomi Iisiologi
a. Saluran pernaIasan atas
1) Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus
menerus oleh sel sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasoIaring oleh gerakan silia. Hidung berIungsi sebagai
penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru paru.
2) Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasoIaring, oroIaring, dan
laringoIaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratoriun dan digestiI.
3) Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan Iaring dan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga
melindungi jalan naIas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
62

b.Saluran pernaIasan bagian bawah.
1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraI dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
2) Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.
Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya dilapisi oleh
rambut pendek yang disebut silia, yang berIungsi untuk mengeluarkan lendir
dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
3) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
4) Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
Sel alveolar tipe II sel sel yang aktiI secara metabolik, mensekresi surIactan,
suatu IosIolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar
tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makroIag yang merupakan sel sel
Iagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.




63

c. Fisiologi sistem pernaIasan
PernaIasan mencakup 2 proses, yaitu :
1) PernaIasan luar yaitu proses penyerapan oksigen dan pengeluaran
carbondioksida secara keseluruhan.
2) PernaIasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
d. Proses Iisiologi pernaIasan dalam menjalankan Iungsinya mencakup 3 proses
yaitu :
1) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosIir ke alveoli paru.
2) DiIusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler
paru.
3) Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh
3. KlasiIkasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis,
merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.
b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau batuk berulang adalah keadaan klinis yang disebabkan
oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya
selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya.
4. Etiologi
Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus
Sincytial Virus (RSV), InIluenza Virus, Para-inIluenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie
Virus. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat inIeksi sekunder oleh
bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan inIeksi saluran napas atas dapat memudahkan
terjadinya bronkitis akut.




64

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut:
a. SpesiIik
1) Asma
2) InIeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) InIeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, inIeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, Iungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas.
7) Benda asing.
8) Kelainan jantung bawaan.
9) Kelainan sillia primer.
10) DeIisiensi imunologis.
11) Kekurangan anIa-1-antitripsin.
12) Fibrosis kistik.
13) Psikis.
b. Non-spesiIik
1) Asap rokok.
2) Polusi udara.

5. PatoIisiologi
Asap mengiritasi jalan naIas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inIlamasi. Karena
iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet
meningkat jumlahnya, Iungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan.
Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang
berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk Iibrosis,
mengakibatkan perubahan Iungsi makroIag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap inIeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan Iibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi
perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emIisema dan
bronkiektasis.
63


6. Tanda dan Gejala
Menurut Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi renda
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak.
c. Mungkin disertai nasoIaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang
istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Ioto thoraks posterio-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktiI menahun.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinoIil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkulosis paru. Pemeriksaan kadar
gas dalam arteri untuk menentukan pH darah, tekanan CO2 (Pa CO2), tekanan
oksigen (Pa O2) dan prosentase saturasi oksihemoglobin (SaO2).








66

8. Penatalaksanaan
a. Perbaikan keadaan umum, istirahat dan jangan merokok.
b. Bila ada alergi berikan antihistamin
c. Bila ada bronkospasme berikan bronkodilator.
d. Bila batuk produktiI berikan ekspektoran untuk mempermudah pengeluaran riak.
e. Berikan terapi simtomatik bila perlu.
I. Obat analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, sakit punggung dan otot.
g. Terapi istirahat di tempat tidur diberikan sejak panas badan meninggi.
h. Cairan diberikan untuk membantu menurunkan panas dan mencegah dehidrasi.
i. Berikan diet lunak atau cair.
9. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang inIeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.
10.Pencegahan
a. Tidak tidur di kamar yang berAC atau gunakan baju dingin, bila ada gunakan baju
yang tertutup lehernya.
b. Hindari makanan yang merangsang.
c. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan
air hangat.
d. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
e. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.








67

B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering dan produktiI
dengan sputum purulen, deman dengan suhu tubuh dapat mencapai ~40
o
C dan
sesak naIas.
1) Riwayat Penyakit Saat ini
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis bervariasi tingkat
keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga
penyakit akut dengan maniIestasi klinis yang berat. Sebagai tanda-tanda
terjadinya toksemia, klien dengan bronkhitis sering mengeluh malaise,
demam, badan terasa lemah, banyak keringat, takikardia, dan takipnea.
Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas
batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret dan rasa sakit di bawah
sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai obat-obat yang telah
atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan
mengkaji kembali apakah obat-obat tersebut masih relevan untuk dipakai
kembali.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu sering kali klien mengeluh
pernah mengalami inIeksi saluran pernaIasan bagian atas dan adanya
riwayat alergi pada pernaIasan atas.
3) Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan klien sering
mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya dimana
adanya keluhan batuk, sesak naIas dan demam merupakan stresor penting
yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu memberikan dukungan
moral dan memIasilitasi pemenuhan inIormasi dengan tim medis untuk
pemenuhan inIormasi mengenai prognosis penyakit dari klien.
4) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan
(nama, cara kerja, Irekuensi, eIek samping dan tanda-tanda terjadinya
kelebihan dosis). Pengobatan nonIarmakologi (nonmedicinal
68

interventions) seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak
dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), sistem
pendukung (support system), kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga.
b. Pemeriksaan Iisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan bronkhitis biasanya
didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40oC, Irekuensi
naIas meningkat dari Irekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan Irekuensi pernaIasan, serta biasanya
tidak ada masalah dengan tekanan darah.
2) B1 (Breathing)
Inspeksi :
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan Irekuensi pernaIasan,
biasanya menggunakan otot bantu pernaIasan. Pada kasus bronkhitis
kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernaIasan
masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga
mengalami batuk produktiI dengan sputum purulen berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Palpasi : Taktil Iremitus biasanya normal.
Perkusi : Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan
pada seluruh lapang paru.
3) B2 (Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan Iisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
4) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada
komplikasi penyakit yang serius.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
69


6) B5 (Bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan naIsu
makan dan penurunan berat badan.
7) B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan Iisik, secara umum sering menyebabkan klien
memerlukan bantuian orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. KetidakeIektiIan pola napas yang berhubungan dengan proses peradangan,
sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk.
b. KetidakeIektiIan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus
yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/ Iaringeal.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
bakteremia/ viremia.
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan naIsu makan sekunder terhadap
demam.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan Iisik umum.
I. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
g. Kurangnya pemenuhan inIormasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan
sumber inIormasi.









70


3. Intervensi keperawatan
a. KetidakeIektiIan pola napas yang berhubungan dengan proses peradangan, sekresi
mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk.
1) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi, krekels,
ronki.
R : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan naIas dan
dapat dimaniIestasikan dengan bunyi naIas tambahan.
2) Kaji/ pantau Irekuensi pernaIasan.Catat rasio inspirasi/ ekspirasi.
R : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
pasien cemas dan adanya proses inIeksi akut.
3) Catat adanya/ derajat dispnea, misal keluhan 'lapar udara, gelisah, ansietas,
distres pernaIasan dan penggunaan otot bantu pernaIasan.
R : disIungsi pernaIasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di ruimah sakit.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
R : peninggian kepala tempat tidur mempermudah Iungsi pernaIasan dengan
menggunakan gravitasi.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
R : pencetus tipe reaksi alergi pernaIasan yang dapat meningkatkan episode
akut.
6) Dorong/ bantu latihan napas dalam.
R : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea danmenurunkan jebakan udara.
7) Observasi karakteristik batuk misal menetap, batuk pendek, atau basah. Bantu
tindakan untuk memperbaiki keeIektiIan upaya batuk.
R : batuk paling eIektiI pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah
perkusi dada.
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat :
Bronkodilator (misal epineIrin, albutenol, terbutalin)
71

R : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan
spasme jalan naIas, mengi, dan produksi mukosa.

9) Analgesik, penekan batuk/ antitusiI (misal dextrometorIan)
R : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi
dan memungkinkan pasien istirahat.
b. KetidakeIektiIan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus
yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/ Iaringeal.
1) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi, krekels,
ronki.
R : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan naIas dan
dapat dimaniIestasikan dengan bunyi naIas tambahan.
2) Kaji/ pantau Irekuensi pernaIasan.Catat rasio inspirasi/ ekspirasi.
R : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
pasien cemas dan adanya proses inIeksi akut.
3) Catat adanya/ derajat dispnea, misal keluhan 'lapar udara, gelisah, ansietas,
distres pernaIasan dan penggunaan otot bantu pernaIasan.
R : disIungsi pernaIasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di ruimah sakit.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
R : peninggian kepala tempat tidur mempermudah Iungsi pernaIasan dengan
menggunakan gravitasi.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
R : pencetus tipe reaksi alergi pernaIasan yang dapat meningkatkan episode
akut.
6) Dorong/ bantu latihan napas dalam.
R : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea danmenurunkan jebakan udara.

72

7) Observasi karakteristik batuk misal menetap, batuk pendek, atau basah. Bantu
tindakan untuk memperbaiki keeIektiIan upaya batuk.
R : batuk paling eIektiI pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah
perkusi dada.

8) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti
makan.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah
pengeluaran.
9) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat :
Bronkodilator (misal epineIrin, albutenol, terbutalin)
R : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan
10)spasme jalan naIas, mengi, dan produksi mukosa. Analgesik, penekan batuk/
antitusiI (misal dextrometorIan)
R : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi
dan memungkinkan pasien istirahat.
11)Kolaborasi dalam pengobatan pernaIasan misal IPPB, Iisioterapi.
R : drainase postural dan perkusi penting untuk membuang banyaknya
sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi segmen dasar paru.
12)Awasi/ buat graIik seri GDA, nadi oksimetri, Ioto dada.
R : membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/ kemunduran proses penyakit
dan komplikasi.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
bakteremia/ viremia.
1) Monitor status suhu tubuh, perhatikan bila klien menggigil atau terjadi
diaporesis secara periodik.
R : mengidentiIikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan.
2) Berikan kompres dingin di area kepala dan lipat ketiak.
R : terjadi penyaluran suhu dari dingin ke panas sehingga dapat membantu
penurunan panas.
73

3) Hitung dan ukur balance cairan selama 24 jam.
R : mengidentiIikasi apabila terjadi dehidrasi berkaitan dengan hipertermi.
4) Berikan asupan cairan 2000ml/hr jika tidak ada kontraindikasi.
R : mencegah terjadinya dehidrasi dan membantu menurunkan suhu tubuh.
5) Anjurkan menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.
R : keringat akan terserap oleh kain sehingga pasien merasa nyaman.
6) Jelaskan tanda awal hipertermi : kulit memerah, sakit kepala, keletihan, dan
kehilangan naIsu makan.
R : InIormasi yang adekuat kepada pasien akan membuat pasien mengerti dan
mengatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam hal :
Obat penurun panas
R : berguna untuk menurunkan panas.
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan naIsu makan sekunder terhadap
demam.
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
R : Pasien distres pernaIasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi
sputum dan obat.
2) Auskultasi bunyi usus.
R : penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan
konstipasi.
3) Berikan perawatan oral sering, buamg sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tisue.
R : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap naIsu
makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan
naIas.
4) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
R : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
74

5) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
R : dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas abdomen
dan gerakan diaIragma dan dapat meningkatkan dispnea.
6) Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
R : suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk.
7) Timbang berat badan sesuai indikasi.
R berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan,
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna.
R : meminimalkan pasien dalam penggunaan energi.
9) Kaji pemeriksaan laboratorium misal albumin serum, transIerin, proIil asam
amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, pemeriksaan
Iungsi hati, elektrolit. Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi.
R : mengevaluasi/ mengatasi kekurangan dan mengawasi keeIektiIan terapi
nutrisi.
















73

BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Pengkajian
tanggal :20 juni 2011 jam : 08 : 00 oleh : Dedik kurniawan
1. Identitas
a. Pasien
Nama (initial) : Tn. S
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Yogyakarta
Status : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pensiun Polisi
Tgl. masuk RS : 30 Mei 2011
No. RM : 01964XXX
Ruang : Ruang VI
Diagnosis kerja/medis : InIark Cerebri dengan Bronkhitis dan Ulkus Dekubitus



76

b. Keluarga / Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Hubungan : Istri
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Yogyakarta
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Kesehatan Pasien :
1) Keluhan utama saat dikaji : tidak terkaji karena pasien somnolent.
2) Keluhan tambahan saat dikaji : tidak terkaji karena pasien somnolent.
3) Alasan utama masuk Rumah Sakit : Tn.S mulai demam pada hari Sabtu
(tanggal 28 Mei 2011) dan pada minggu malam (tanggal 29 Mei 2011) Tn.S
diare cair sebanyak 2 kali.
4) Riwayat penyakit sekarang :
Tn.S pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2011 mulai demam, dan pada hari minggu
malamnya tanggal 29 Mei 2011 Tn.S mengalami diare sebanyak 2 kali. Karena
khawatir kemudian istrinya, Ny.S membawa Tn.S ke Rumah Sakit Bethesda.
Sesampainya di UGD dilakukan pengkajian dan didapati :
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Suhu : 38
0
C
Nadi : 60 x/menit
Napas : 16 x/menit
Kesadaran pasien apatis dan terdapat banyak luka dekubitus di daerah
punggung, pantat dan tungkai kaki.
6) Riwayat penyakit yang lalu :
a) Nama penyakit/waktu :Diabetes Melitus
b) Upaya pengobatan :Dengan obat dari Dokter
c) Hasil :pengobatan tidak maksimal, karena penyakit bertambah parah.
7) Alergi : Tn.S tidak ada alergi.
77

b. Kesehatan Keluarga :
Genogram :













Keterangan :
: laki-laki : pasien : Meninggal dunia
: perempuan : menderita kanker paru-paru
: menderita DM : menderita DMGagal Ginjal meninggal
: tinggal serumah



78

Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit :
Frekuensi makan : 3 x sehari
Jenis makanan/diet : nasi, sayur dan lauk pauk
Porsi yang dihabiskan : 15-20 sendok makan
Makanan yang disukai : makanan atau minuman yang manis (teh
manis)
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
Makanan pantang : tidak ada
Makanan tambahan/vitamin : tidak ada
Kebiasaan makan : di rumah
NaIsu makan : # baik, U sedang, U kurang.
Alasan : tidak ada keluhan dengan makannya.
Banyaknya minum : ( 800 cc/24 jam)
Jenis minuman : air putih dan teh manis
Minuman yang tidak disukai : tidak ada
Minuman pantang : tidak ada
Perubahan BB 6 bulan terakhir : berkurang : 8 kg.
2) Selama sakit
Jenis makanan : makanan cair
Frekuensi makan : 6 kali
Porsi makan yang dihabiskan : 250 cc
Banyaknya minum dalam sehari : 1200 cc
Jenis minuman : air putih
Keluhan : tidak terkaji karena pasien somnolent
Alat bantu untuk memasukan zat makanan (sonde, inIus, dll) : sonde
Terdapat gangguan menelan sehingga dipasang NGT.




79

b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Buang air besar (BAB)
- Frekuensi : 1 x sehari
- Waktu : pagi hari
- Warna : tidak terkaji
- Konsistensi : tidak terkaji
- Posisi waktu BAB duduk/jongkok : jongkok
- Penghantar untuk BAB, 2isal.202-aca,20744,/ll : merokok
- Pemakaian obat, 2isal.4-at50ncaha7,/ll : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada keluhan
b) Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi (dalam sehari) : tidak terkaji
- Jumlah (cc/24 jam) : tidak terkaji
- Warna : tidak terkaji
- Bau : tidak terkaji
- Keluhan : tidak ada
2) Selama sakit
a) Buang air besar (BAB)
- Frekuensi : 1 kali sehari
- Waktu : siang hari
- Warna : kuning
- Konsistensi : lembek
- Keluhan : tidak terkaji karena pasien somnolent
b) Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi (dalam sehari) : 1 kali
- Jumlah (cc/24 jam) : 100 cc
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : tidak bau
- Keluhan : tidak terkaji karena pasien somnolent
Alat bantu buang air kecil, kateter, kondom, dll : kondom / plastik,
digunakan sejak dirawat di RS.
80

c. Pola AktiIitas Istirahat-Tidur
1) Sebelum sakit
a) Keadaan aktiIitas sehari-hari
(1)Kebiasaan olahraga : (waktu, lama, teratur/tidak) : teratur
(2)Jenis olahraga : lari
(3)Lingkungan rumah/tempat kerja : lingkungan rumah maupun tempat
kerja luas.
(4)Alat bantu untuk memenuhi aktiIitas setiap hari: tidak ada
(5)Apakaaktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan alat, orang lain,
santergantung :


















Ket. 0 mandiri 3 perlu bantuan orang lani dan alat
1 dibantu sebagian 4 tergantung total
2 perlu bantuan orang lain
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi b
Berpakaian/berdandan b
Eliminasi b
Mobilisasi di tempat tidur b
Pindah b
Ambulasi b
Naik tangga b
Memasak b
Belanja b
Merapikan rumah b
81

b) Kebutuhan tidur
(1)Jumlah tidur dalam sehari : 1 x
(2)Tidur malam : 8 jam
(3)Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang diutamakan :
tidur malam
(4)Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
(5)Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri : dengan istri.
(6)Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut dan bantal
(7)Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
c) Kebutuhan istirahat
(1)Kapan : saat merasa lelah
(2)Berapa lama : 2-3 jam
(3)Kegiatan untuk mengisi waktu luang : bersantai di rumah
(4)Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu siang hari : tidak
(5)Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi waktu
luang : saat libur kerja
2) Selama sakit
a) Keadaan aktiIitas
02a25:an P07awatan Di7i 0 1 2 3 4
Makan/minum b
Mandi b
Toileting b
Berpakaian b
Mobilitas di TT b
Berpindah b
Ambulasi/ROM b

82

Ket. 0 mandiri
1 alat bantu
2 dibantu orang lain
3 dibantu orang lain dan alat
4 tergantung total
b) Kebutuhan Tidur
(1)Jumlah tidur dalam sehari : pasien dalam keadaan somnolent
(2)Penghantar untuk tidur : tidak ada
(3)Keluhan tidur : tidak terkaji karena pasien somnolent
(4)Apakah klien kesakitan atau sesak naIas, dll : pasien terlihat kesulitan saat
bernapas.
c) Kebutuhan Istirahat
Pasien sangat banyak membutuhkan istirahat selama sakit.
d. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)
1) Kebersihan kulit
a) Kapan kebiasaan mandi : pagi dan sore hari
b) Apakah mandi menggunakan sabun/kosmetik/krim : menggunakan sabun
c) Keluhan : tidak ada
2) Kebersihan rambut
a) Kebiasaan mencuci rambut menggunakan shampoo atau tidak : dengan shampo
b) Keluhan : tidak ada
3) Kebersihan telinga
a) Kapan merawat/membersihkan telinga : sekali sehari
b) Apakah menggunakan alat pendengar : tidak
c) Keluhan : tidak ada
4) Kebersihan mata
a) Kebiasaan membersihkan mata : tidak pernah
b) Keluhan : tidak ada
83

5) Kebersihan mulut
a) Berapa kali menggosok gigi tiap hari : 2 kali sehari
b) Apakah menggunakan pasta gigi : iya
c) Keluhan : tidak ada
6) Kebersihan kuku
a) Kapan memotong kuku : satu minggu sekali
b) Apakah anda biasa menggunakan cat kuku : tidak
c) Keluhan : tidak ada
e. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1) Penggunaan tembakau
a) Ya/tidak : ya
b) Berhenti kapan : berhenti sejak bedrest
c) Macam: pipa atau cerutu : rokok
d) Frekuensi : U 1 pack/hari, #1-2 pack/hari, U ~ 2 pack/hari.
2) NAPZA
Ya/tidak. Jika ya : tidak
3) Alkohol
Ya/tidak. Jika ya : tidak
4) Intelektual
a) Pengetahuan tentang penyakit yang diderita : keluarga mengetahui tentang
penyakit yang diderita pasien.
b) Pengertian tentang perawatan, pencegahan penyakit yang diderita : keluarga tidak
mengerti dengan perawatan penyakit pasien.
I. Pola Reproduksi-Seksualitas
1) Gangguan hubungan seksual : Ada/tidak. Jika Ada, karena: ada, karena penyakit
yang menyebabkan pasien mengalami gangguan mobilitas Iisik.
2) Pemahaman terhadap Iungsi seksual : kurang memahami



84

g. Pola KognitiI-Persepsi/Sensori
1) Keadaan mental : aIasia dan tidak ada respon
2) Berbicara : tidak mampu berbicara
3) Bahasa yang dikuasai : #ndon0sia, #Lain-lain: Jawa
4) Kemampuan membaca : tidak mampu membaca
5) Kemampuan berkomunikasi : tidak mampu berkomunikasi
6) Kemampuan memahami inIormasi : tidak mampu memahami inIormasi
7) Tingkat ansietas (dengan alasannya) : U ringan, #sedang, U berat, U panik
8) Ketrampilan berinteraksi : U memadai, # kurang memadai
9) Pendengaran : baik
10)Penglihatan : Pasien sulit membuka mata
11)Vertigo : tidak ada
12)Tak nyaman/nyeri : tidak terkaji
h. Pola Konsep Diri : tidak terkaji karena pasien somnolent
i. Pola Koping
1) Pengambilan keputusan : U sendiri, #dibantu orang lain, siapa: istri
2) Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah:
a) U Tidur
b) U Makan
c) U Minum obat
d) U Cari pertolongan
e) U Marah
I) # Diam
g) U Lain-lain (sebutkan) : ...........
j. Pola Peran-Berhubungan
1) Status pekerjaan :
a) U Bekerja
b) U Tidak mampu bekerja jangka pendek
c) U Tidak mampu bekerja jangka panjang
d) # Tidak bekerja
2) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat: Tidak pernah lagi setelah
sakit.
83

3) Sistem pendukung :
a) Ada / Tidak ada. Jika ada, siapa : ada
(1) # Pasangan
(2)U Tetangga/teman
(3)U Keluarga dalam rumah yang sama
(4)U Keluarga dalam rumah terpisah
(5)U Lain-lain, sebutkan: ...........
b) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : istri selalu setia menunggu pasien
selama di Rumah Sakit.
4) Kesulitan dalam keluarga : tidak ada gangguan atau kesulitan dalam hubungan
dengan saudara ataupun keluarga.
5) Selama sakit
a) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga : baik
b) Bagaimana hubungan dengan masyarakat : kurang
c) Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan lain : baik
k. Pola Nilai dan Keyakinan
1) Sebelum sakit
a) Agama : Islam
b) Larangan agama : tidak ada
c) Kegiatan keagamaan
Macam : sholat
Frekuensi : 5 waktu / kali sehari
2) Selama sakit
a) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah Sakit : tidak terkaji
karena pasien somnolent.







86

4. Pengkajian Fisik
a. Pengukuran TB : 170 cm.
b. Pengukuran BB : 45 kg.
c. Pengukuran Vital Sign :
1) Tekanan darah : 120/70 mmHg,
Diukur di : lengan kanan
Posisi pasien : semi Iowler
2) Nadi : 60 x/mnt.
Reguler/irregular : reguler
Diukur di : nadi radialis kanan
3) Suhu : 37
0
C
Diukur di : ketiak kiri
4) Respirasi : 16 x/mnt.
Reguler/irregular : irreguler
Karakter pernapasan : dalam
d. Tingkat Kesadaran (kuantitatiI & kualitatiI) : somnolent, GCS: 10
E : 3, V : 2, M : 5
e. Keadaan Umum:
Klien tampak sakit : U ringan U sedang, # berat
Alasan : pasien nampak lemah dan dalam keadaan somnolent.
I. Pemeriksaan Fisik:
1) Kepala
a) Bentuk kepala, kulit kepala, luka, ketombe : bentuk kepala lonjong, kulit kepala
kotor.
b) Pertumbuhan rambut: lebat, mudah rontok : pertumbuhan rambut jarang.
c) Kesan wajah (simetris/tidak, pembengkakan) : simetris, tidak ada pembengkakan
87

2) Mata
a) Kebersihan, gangguan pada mata: kemerahan, air mata, dll : kemerahan
b) Pemeriksaan celah mata, konjungtiva, dan sklera : pucat
c) Pemeriksaan pupil : isokor
d) Pemeriksaan visus dengan kartu snellen : tidak terkaji
e) Pemeriksaan tekanan bolamata (TIO) : tidak terkaji
I) ReIleks terhadap cahaya : positiI
3) Telinga
a) Fungsi pendengaran : tidak terkaji
b) Bentuknya : simetris antara bentuk telinga kanan maupun kiri.
c) Periksa lubang telinga dan membrana tympani : ada pantulan cahaya
d) Mastoid (nyeri, dll) : tidak terkaji
e) Apakah keluar cairan : tidak keluar cairan
I) Kebersihan : kotor
4) Hidung
a) Posisi septum : lurus/ simetris
b) Sekret hidung : ada sekret
c) Nyeri sinus, polip : tidak terkaji
d) Fungsi pembauan : tidak terkaji
e) Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak ada penggunaan aksesoris
I) Terpasang oksigen di lubang hidung sebelah kiri
g) Terpasang NGT di lubang hidung sebelah kanan
5) Mulut dan tenggorokan
a) Kemampuan berbicara : tidak mampu berbicara
b) Keadaan bibir: Seilosis, Seilisis, gusi dan selaput lendir dan lain-lain
: tidak ada kelainan bentuk bibir.
c) Warna lidah : putih
d) Keadaan palatum : kotor
e) Gigi gerigi, letak gigi, kondisi gigi : gigi bagian depan atas sabagian sudah tidak
ada.
88

I) Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak menggunakan aksesoris
6) Leher
a) Bentuk, gerakan : simetris, gerakan terbatas
b) Pembesaran thiroid : tidak ada pembesaran tiroid
c) Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
d) Kelainan lainnya : tidak ada
7) Dada
a) Inspeksi
(1)Perhatikan simetris atau tidak : simetris
(2)Kelainan bentuk dada : tidak ada kelainan bentuk dada
(3)Retraksi dada : tidak ada retraksi dada
(4)Ketinggalan gerak : tidak ada
(5)Karakter pernaIasan : dalam
(6)Ukuran (konIigurasi) dada anterio-posterior : 2:1
(7)Ictus cordis : ictus cordis terlihat
b) Palpasi
(1)Simetris atau tidak pada waktu bernaIas : simetris
(2)Adanya massa : tidak ada massa
(3)PernaIasan (kecepatan, kedalaman, jenis pernaIasan) : pernaIasan lambat dan
dalam, kusmaul.
(4)Ictus cordis : ictus cordis teraba
c) Perkusi
(1)Suara pekak pada seluruh lapang paru
(2)Bunyi dullness berkurang pada jantung
d) Auskultasi
(1)Suara napas : egophoni
(2)Bunyi tambahan : ronkhi basah
8) Punggung
Tidak ada kelainan bentuk punggung


89

9) Abdomen
a) Inspeksi
(1) Warna kulit : kuning langsat
(2)Bentuk/kontur : agak buncit
(3)Simetris atau tidak : simetris
(4)Ada luka di bagian kanan perutnya
b) Auskultasi
Suara bising usus : 25 x/menit
c) Perkusi
Suara timpani dan tidak ada ascites
d) Palpasi
(1)Tidak ada pembesaran hepar maupun lien
(2)Tidak ada distensi abdomen
10)Ekstremitas
Atas :
a) Terpasang inIus di tangan kiri
b) Terdapat luka dekubitus di lengan atas bagian kanan
Bawah :
a) Terdapat ulkus di tungkai kaki kanan
11) Integumen
a) Ulkus dekubitus di punggung, pantat
b) Turgor kulit tidak elastis
12) Genetalia
Terpasang plastik atau tampungan urin.
5. Rencana Pulang
a. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan :
1) U sendirian
2) # keluarga
3) U lainnya (sebutkan) :.............
90

b. Keinginan tinggal setelah pulang :
1) # di rumah
2) U tidak tahu
3) U lainnya (sebutkan) : .............
c. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya
1) # Home care
2) U Puskesmas
3) U Rumah Sakit
4) U lainnya (sebutkan) : ...............
d. Kendaraaan yang digunakan saat pulang :
1) # mobil
2) U ambulance
3) U us/taksi
e. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : bantuan untuk perawatan luka dan perawatan
pasien di rumah.

6. Diagnostik Test
a. Hematologi Rutin (tanggal :20 Juni 2011)
Darah Lengkap
Hemoglobin : L 8,2 gr/dL (13,5-17,5)
Lekosit : 9,38 ribu/mmk (4,50-11,00)
Hitung Jenis
EosinoIil : H 9,1 (0,0-5,0)
BasoIil : 0,1 (0,0-2,0)
Segmen : 64,5 (47,0-80,0)
LimIosit : 21,2 (13,0-40,0)
Monosit : 5,1 (2,0-11,0)
Hematokrit : L 27,4 (41,0-53,0)
Eritrosit : L 3,41 juta/mmk (4,50-5,90)
RDW : H 17,80 (11,60-14,80)
MCV : L 8,40 IL (92,00-121,00)
91

MCH : L 24,00 pg (31,00-37,00)
MCHC : 29,90 g/dL (29,00-36,00)
Trombosit : H 502 ribu/mmk (140-440)
MPV : 8,10 IL (4,00-11,00)
PDW : 8,4 IL
Karbohidrat
Glukosa sewaktu 95 mg/dL (70-140)
b. Rontgen Thorak (tanggal : 21 juni 2011)
Hasil : apikal paru tenang, corakan bronchovaskuler kasar dengan air bronchogram
minimal dan susp. Bronkhitis.
Besar cor dalam batas normal
Tanggal 15 Juni 2011
Hasil : gambaran Bronkhitis dengan vaskuler paru meningkat, bronchovaskuler kasar.
c. MSCT Head slices 5 mm axial (tanggal : 1 Juni 2011)
Hasil : mild atroIi cortex cerebri dengan susp.inIark Iokal perietal kanan.
d. EKG (tanggal : 30 Mei 2011)
Rate : 99
R-R : 606 ms
QRS : 73 ms
AXIS : 63
PR : 130 ms
QT : 330 ms
QT c : 426
RV 5 (15,7) S V 1 (8,2) 23,9 mm


92

7. program pengobatan
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi EIek Samping Implikasi
Kep.
1. Sistenol 80
mg
3x1
Terapi tambahan
untuk pasien dengan
sekresi mukus
abnormal / kental
pada kondisi
bronchopulmonary
HipersensitiI
terhadap asetil
sistein atau
komponen lain
dalam Iormula.
(4) Gangguan
hati. (2)
Reaksi
hipersensitivitas
(bronkospasme,
angioedema,
kemerahan, gatal),
hipotensi /
hipertensi (kadang-
Nebulasi (3,5)
: 3-5 mL
larutan 20
atau 6-10 mL
larutan 10,
diberikan
melalui Iace
mask atau
mouthpiece

2. Citirizine
250 mg
1x1
pengobatan perenial
rinitis, alergi rinitis
dan urtikaria
idiopatik kronis.
Rasa kantuk dapat
timbul pada
pemakaian 50 mg
secara dosis
tunggal.
Dapat terjadi agitasi
pada anak-anak.

Dewasa dan
anak _ 12
tahun : 1 x
sehari 1
kapsul
3. Claucot :
diamox 500
mg
2x
berbagai jenis
serangan epilepsy,
termasuk generalized
tonic-clonic (grand
mal seizures),
absence (petit mal)
seizures, dan
kebingunga
n
sering buang
air kecil
pusing
mati rasa
batu ginjal
Bentuk obat:
pil (tablet,
kapsul, dan
extended
release)
Dosis: 250
93

catamenial
(menstrual) seizures.
Obat ini juga
digunakan sebagai
terapi tambahan
untuk partial
seizures. Obat ini
juga digunakan
untuk mengobati
penyakit lain seperti
glaucoma dan
penyakit ketinggian.
kehilangan
perut naIsu
makan
kehilangan
energi
sakit kepala
gelisah
letih
mual
mg. 1000
mg per hari
4. Q-ten 250
mg
1x1
Katalis alami untuk
pembentukan energi
dari makanan &
antioksidan
1 kapsul 1x/hr
Kapsul 100
mg x 30

5. Damperidon
e 50 mg
3x1
Dispepsia
Iungsional, mual dan
muntah akut atau
mual-muntah karena
pemberian levodopa
dan bronmokritptin
~ 12 minggu
Prolaktinoma
tumor hipoIise
yang
mengeluarkan
prolaktin
Sedasi, Rx
ekstrapiramidal
distonik, parkinson
diskinesia tardiI,
galaktore,
ginekomastia,
mulut kering, sakit
kepala, diarem
ruam, kulit, rasa
haus, cemas, gatal
Dispepsia
Iungsional
Dewasa dan
lansia 10-20
mg 3x/hr dan
10-20 mg 1x
sebelum tidur
malam selama
maks: 12
minggu. Mual
muntah
(ternasuk
karena
levodopa dan
94

bromokriptin)
Dewasa dan
lansia 10-20
mg tiap 4-8
jam. Anak
0.2-0.4


6. Ambroxol
500 mg
3x1
penyakit saluran
pernapasan akut dan
kronis yong disertai
dengan sekresi
bronkial yang
abnormal, terutama
pada serangan akut
dan bronkitis kronis
asma bronkial,
bronkitis asmatik,
pengobatan sebelum
dan sesudah operasi
serta pada perawatan
intensiI untuk
menghindari
komplikasi paru-
paru.
EIek GI ringan. Tablet:
Dewasa dan
Anak ~ 10
tahun 1 tab, 5-
10 tahun
tab. Diberikan
3x/hr. Sirup:
Dewasa dan
Anak ~ 10
tahun 2 sdt
3x/hr, 5-10
tahun 1 sdt 2-
3 x/hr, 2-5
tahun sdt
3x/hr, 2
tahun sdt
2x/hr





93

Analisa Data

No Data Masalah Penyebab
1. DS : -
DO :
1. MSCT Head : mild atroIi cortex
cerebri dengan suspeet inIark Iokal
parietal kanan.
2. CT scan : atroIi cerebri, inIark
multiple (), hidrochepalus ex
vacvo.
3. Tekanan darah : 150/90 mmHg
4. Suhu 37,5
0
C
5. Nadi 87 x/menit.
6. Respirasi : 20 x/menit.
7. Abnormalitas bicara
8. Gangguan status mental
9. Kesadaran apatis
PerIusi jaringan otak
tidak eIektiI.
Gangguan transport
oksigen
2. DS : -
DO :
1. Cyanosis
2. Kesulitan berbicara
3. Batuk tidak eIektiI
4. Kelainan suara naIas (wheezing)
5. Perubaan Irekuensi dan irama
pernaIasan


Bersihan jalan naIas
tidak eIektiI
Penumpukan sekret
96

3. DS : -
DO :
1. Ulkus pada siku dextra, tumit dextra
sinistra
2. Ulkus pada bokong
3. Ulkus pada punggung
4. KlasiIikasi ulkus tingkat 4
Kerusakan integritas
kulit
Immobilitas Iisik
4. DS : -
DO :
1. ADLs dibantu total
2. Kesadaran apatis
Intoleransi aktivitas Imobilisasi












97

B. Diagnosa keperawatan
No Dianosa Keperawatan
1 Bersihan jalan naIas tidak eIektiI b.d penumpukan secret
DO : -
DS :
6. Cyanosis
7. Kesulitan berbicara
8. Batuk tidak eIektiI
9. Kelainan suara naIas (wheezing)
10.Perubahan Irekuensi dan irama pernaIasan
2. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI b.d. gangguan transport oksigen.
DO : -
DS :
10.MSCT Head : mild atroIi cortex cerebri dengan suspeet inIark Iokal parietal
kanan.
11.CT scan : atroIi cerebri, inIark multiple (), hidrochepalus ex vacvo.
12.TD : 150/90 mmHg
13.Suhu 37,5
0
C
14.Nadi 87 x/menit.
15.RR : 20 x/menit.
16.Abnormalitas bicara
17.Gangguan status mental
18.Kesadaran apatis




98

3 Kerusakan integritas kulit b. d. Immobilitas Iisik
DS : -
DO :
5. Ulkus pada siku dextra, tumit dextra sinistra
6. Ulkus pada bokong
7. Ulkus pada punggung
KlasiIikasi ulkus tingkat 4
4 Intoleransi aktivitas b. d. Imobilisasi
DS : -
DO :
3. ADL dibantu total
Kesadaran apatis






99

C. Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Bp S.
Ruangan : VI
No
.
Diagnosa
Keperawatan & Data
Penunjung
Tindakan Keperawatan
Rasional
Tujuan & Kriteria Tindakan
1









Bersihan jalan naIas tidak
eIektiI b.d penumpukan secret
DO : -
DS :
1. Cyanosis
2. Kesulitan berbicara
3. Batuk tidak eIektiI
4. Kelainan suara naIas
(wheezing)
5. Perubahan Irekuensi
dan irama pernaIasan


Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
menunjukan keeIektiIan
jalan naIas,dengan
criteria hasil :
a. Mendemonstrasi
kan batuk
eIektiI dan suara
naIas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu
a. Kaji Iungsi pernaIasan
seperti, bunyi naIas,
kecepatan, irama, dan
kedalaman penggunaan
otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa /
batuk eIektiI.
c. Berikan klien posisi semi
atau Iowler tinggi, bantu
klien untuk batuk dan
latihan untuk naIas dalam.
d. Bersihkan sekret dari
mulut dan trakea.

a. Penurunan bunyi naIas dapat
menunjukan atelektasis, ronkhi,
mengi menunjukkan akumulasi
sekret / ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan naIas yang
dapat menimbulkan penggunaan
otot aksesori pernaIasan dan
peningkatan kerja penaIasan.
b. Pengeluaran sulit jika sekret sangat
tebal sputum berdarah kental
diakbatkan oleh kerusakan paru
atau luka brongkial dan dapat
memerlukan evaluasi lanjut.
c. Posisi membatu memaksimalkan
ekspansi paru dan men urunkan
100






























b. Saturasi O2
dalam batas
normal
c. Foto thorak
dalam batas
normal










e. Pertahanan masukan
cairan seditnya 2500 ml /
hari, kecuali ada
kontraindikasi
I. Lembabkan udara
respirasi.
g. Berikan obat-obatan
sesuai indikasi : agen
mukolitik, bronkodilator ,
dan kortikosteroid
upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal meningkatkan gerakan
sekret kedalam jalan napas bebas
untuk dilakukan.
d. Mencegah obstruksi /aspirasi
penghisapan dapat diperlukan bila
klien tak mampu mengeluaran
sekret.
e. Pemasukan tinggi cairan
membantu untuk mengecerkan
sekret membuatnya mudah
dilakukan.
I. Mencegah pengeringan mambran
mukosa, membantu pengenceran
sekret.
g. Menurunkan kekentalan dan
perlengketan paru, meningkatkan
ukuran kemen percabangan
trakeobronkial berguna padu
adanya keterlibatan luas dengan
hipoksemia.
101





2 PerIusi jaringan otak tidak
eIektiI b.d. gangguan transport
oksigen.
DO : -
DS :
1. MSCT Head : mild
atroIi cortex cerebri
dengan suspeet inIark
Iokal parietal kanan.
2. CT scan : atroIi cerebri,
inIark multiple (),
hidrochepalus ex
vacvo.
3. TD : 150/90 mmHg
4. Suhu 37,5
0
C
5. Nadi 87 x/menit.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 perIusi
jaringan serebral eIektiI
dengan kriteria hasil :
a. kesadaran baik
b. Iungsi motorik
dan sensorik
kembali baik
c. tanda vital stabil
d. nyeri kepala
berkurang/hilan
g
e. tidak ada tanda
PTIK
a. Bedrest dengan posisi
kepala terlentang atau
posisi elevasi 15 - 45
sesuai indikasi
b. Monitor tanda-tanda vital
tiap 2 jam
c. Monitor status neurologik
secara tratur
d. Kaji adanya kaku kuduk,
twicting, iritabilitas dan
kejang
e. Kolaborasi cairan IV
I. Bantu klien untuk
menghindari batuk,
mengedan, muntah

g. Ciptakan lingkungan yang
a. Perubahan tekanan CSS mungkin
merupakan resiko tindaka medis
yang memerlukan tindakan segera
b. Normalnya autoregulasi mampu
mempertahankan aliran darah
serebral dengan konstan dampak
adanya Iluktuasi pada tekanan
darah sistemik
c. Pengkajian adanya perubahan
tingkat kesadaran penting dalam
penentuan lokasi, penyebaran dan
perkembangan dari kerusakan
serebral
d. Merupakan tanda adanya iritasi
meningeal dan mungkin dapat
terjadi pada periode akut atau
penyembuhan
102

6. RR : 20 x/menit.
7. Abnormalitas bicara
8. Gangguan status
mental
9. Kesadaran apatis
nyaman dan tenang
h. Kolaborasi pemberian
Oksigen

e. Meminimalkan Iluktuasi dalam aliran
vaskuler dan TIK
I. Aktivitas seperti ini akan
meningkatkan tekanan intra torak
dan intra abdomen yang dapat
meningkatkan TIK
g. Meningkatkan istirahat dan
menurunkan stimulasi yang
berlebihan
h. Membantu oksigenasi ke otak
3. Kerusakan integritas kulit b. d.
Immobilitas Iisik
DS : -
DO :
1. Ulkus pada siku dextra,
tumit dextra sinistra
2. Ulkus pada bokong
3. Ulkus pada punggung
4. KlasiIikasi ulkus
tingkat 4
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan integritas
kulit membaik dengan
kriteria hasil:
a. Ulkus dapat
sembuh dan
tidak meluas
b. Kulit tidak
kemerahan dan
terjadi iritasi
yang lebih parah
a. Lakukan mobilisasi
semaksimal mungkin
untuk menghindari
periode penekanan
yang terlalu lama
b. Ajarkan pada pasien
atau keluarga pasien
supaya mengerti
tindakan-tindakan yang
tepat untuk mencegah
penekenan,gesekan,per
a. Dengan dilakukan mobilisasi
secara rutin (alih posisi)
diharapkan kulit pasien tidak
terlalu lama tertekan sehingga
vaskularisasi menjadi lancar.
b. Memberikan dorongan pada pasien
dan keluarga untuk secara aktiI
ikut serta dalam proses
penyembuhan dan asuhan
keperawatan, sehingga dengan
begitu tujuan dapat segera tercapai.
c. Dengan menjaga kulit yang
103

geseran.
c. Ganti posisi sekurana-
kurangnya tiap 2 jam

senantiasa kering dan bersih hal ini
akan dapat mempercepat
penyembuhan dimana keadaan
kulit pasien terutama luka/vesikel
yang mudah pecah ( mencegah
penularan dan penyebaran luka.




4. Intoleransi aktivitas b. d.
Imobilisasi
DS : -
DO :
1. ADL dibantu total
2. Kesadaran apatis
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 hari
diharapkan mobilitas
Iisik kembali optimal
dengan kriteria hasil :
a. Pasien mampu
mempertahankan
kemampuan dan
meningkatkan
kekuatan dan Iungsi
umum
a. Kaji kemampuan
Iungsional, derajat
immobilisasi dengan
skala 0-4
b. Lakukan perubahan
posisi tiap 2 jam
c. Bantu pasien dalam
pemenuhan ADL
d. Bantu pasien dalam
program penggunaan
a. MengidentiIikasi kemungkinan
kerusakan secara Iungsional dan
menentukan intervensi yang akan
dilakuakn
b. Perubahan posisi yang teratur
meningkatkan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh
c. Klien memerlukan bantuan
perawat dalam pemenuhan ADL
d. Proses penyembuhan yang lambat
memerlukan penggunaan alat
bantu yang lama untuk aktivitas
104

b. Pergerakan normal
c. ROM meningkat
d. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
e. Tidak tremor
I. Terbebas dari
komplikasi akibat
immobilisasi
alat bantu mobilisasi
e. Bantu dalam latihan
ROM
I. Kolaborasi Iisioterapi

e. Mempertahankan mobilisasi dan
Iungsi sendi / posisi normal pada
ekstremitas dan menurunkan
terjadinya vena stasis Untuk
melakukan latihan ROM aktiI/pasiI
I. Untuk melakukan latihan ROM
aktiI/pasiI


104

D. Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Bp S
Umur : 67 tahun
Ruangan : VI
Diagnosis Medis : InIark Serebri dengan Bronkhitis dan Ulkus Dekubitus
No Diagnosa Keperawatan Tgl / Jam Perkembangan (SOAPIE)
Tanda
Tangan
1.



KetidakeIektiIan bersihan
jalan napas berhubungan
dengan sekresi yang tertahan
atau sisa sekresi, ditandai
dengan :
DS : -
DO :
a. Pasien tampak batuk
b. Suara napas tambahan
ronkhi basah
c. Rontgen thorak :
bronkhovaskuler kasar
20/06/2011
08.00








12.30
I :
Mengobservasi keadaan pasien :
Keadaan umum tampak sakit berat
Kesadaran somnolent
Napas dibantu dengan O2 binasal 3 Lpm
Terdapat suara napas tambahan : ronkhi
basah
Pasien tampak batuk-batuk berdahak
Pernapasan lambat dan dalam
Respirasi irreguler
Posisi baring semi Iowler
Mengukur tanda-tanda vital :
Suhu : 37
0
C


103

d. Pernapasannya lambat
dan dalam
e. Respirasi : 16 x/menit,
irreguler.
I. Saat di suction
terdapat banyak
dahak.
g. Terpasang oksigen
Binasal 3 Lpm



13.00
13.15
14.00

14.30




Respirasi : 20 x/menit
Melakukan skin test 'ceIoperazone
Hasil test : antibiotik cocok
Melakukan nebulizer dengan obat Ilixotide
dan combivent 0,5 mg/mL
Memberikan injeksi ceIoperazone 1 gr
E : keadaan pasien masih lemah dan
dengan kesadaran somnolent, napas masih
dibantu dengan O2 binasal 3 Lpm, suara
napas tambahan ronkhi basah dan pasien
masih batuk-batuk berdahak dan posisi
baringnya semi Iowler.
21/06/2011
14.00




S : -
O : pasien tampak lemah, kesadaran
somnolent, terpasang O2 binasal 3 Lpm,
dan pasien tampak batuk-batuk berdahak.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut

106


15.00



18.00

19.30

20.00
22/06/2011
14.30



19.00

I :
Mengobservasi keadaan pasien :
Pasien tampak lemah, kesadaran
somnolent
Napas dibantu dengan O2 binasal 3 Lpm,
dan masih batuk-batuk.
Melakukan nebulezer
Untuk mengencerkan dahak
Memberi obat parenteral
Primperan 1 amp
Mengeluarkan lendir dengan suction

Mengobservasi keadaan pasien :
Pasien tampak lemah, sedang tidur
Mengontrol pasien, sudah tenang dan
batuknya sudah sedikit mereda.
Mengukur tanda-tanda vital :
Suhu : 37,5
0
C
107




Respirasi : 26 x/menit
TD :138/90
E : keadaan umum pasien tenang,
batuknya sedikit mereda dan respirasinya
26 x/menit
.
23/06/2011
07.00

9.45


10.00




S : -
O : napas dibantu O2 binasal 2 Lpm,
respirasi : 22 x/menit, batuk berdahak
kadang-kadang. Suara napas tambahan
ronkhi basah dan pasien tidur
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi lanjut
I :
Mengobservasi keadaan pasien, lemah,
tenang dan pasien tidur.
Memberikan obat parenteral :
Primperan 1 amp
Mengobservasi pasien, tenang dan tidur

108

11.00

13.30
dan batuknya kadang-kadang.
Mengukur tanda-tanda vital :
Suhu : 36
0
C
Respirasi : 24 x/menit
E : pasien tampak tenang dan tidur,
batuknya kadang-kadang dan masih
terdengar suara napas tambahan (ronkhi
basah).
2. KetidakeIektiIan pola napas
berhubungan dengan
hiperventilasi, ditandai dengan
:
DS : -
DO :
a. Karakter pernapasan
dalam
b. R : 16 x/menit
c. Irreguler
20/06/2011
10.00


12.30
14.00

I :
Mengobservasi napas pasien :
Pernapasan pasien dalam dan irreguler.
Napasnya dibantu dengan O2 binasal 3
Lpm.
Mengukur Irekuensi napas : 20 x/menit
Mengukur Irekuensi napas : 20 x/menit
E : pernapasan pasien masih dalam dan
irreguler, Irekuensi napas : 20 x/menit

21/06/2011 S : -
109






15.00


19.00


1.00
15.05
16.00
O : pernapasan masih irreguler dan dibantu
dengan O2 binasal 3 Lpm
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut
I :
Mengobservasi napas pasien :
Napas irreguler dan dibantu dengan O2
binasal 3 Lpm.
Mengontrol pasien, pernapasan dalam dan
irreguler karena terdapat lendir yang
menyumbat, melakukan suction.

Mengontrol pasien, napasnya mulai
teratur.
Mengukur Irekuensi napas : 26 x/menit
E : Irekuensi napas : 26 x/menit dan
pernapasannya dalam dan agak cepat.
22/06/2011 S : -
110






14.00



15.00



17.00

19.00

O : pernapasan mulai teratur tapi masih
dalam, masih dibantu dengan O2
binasal 2 Lpm.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi lanjut
I :
Mengobservasi pernapasan pasien :
Napasnya mulai teratur tapi masih dalam
Masih dibantu dengan O2 binasal 2 Lpm
Pasien tenang.
Mengontrol pasien :
Pasien tenang dan napasnya teratur
Air oksigennya masih

Mengukur Irekuensi napas pasien : 22
x/menit
Memposisikan pasien dengan
Posisi kepala di tingnggikan
111

E : Irekuensi napas : 22 x/menit, pasien
tenang dan napasnya teratur.
3. Ketidakseimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan
makanan, ditandai dengan :
DS : -
DO :
a. BB berkurang 8 kg
b. Pasien nampak lemah
dan badannya kurus
c. Adanya diet cair
d. Terpasang NGT pada
lubang hidung sebelah
kanan
e. Terpasang inIus (RL)
di tangan sebelah
kanan.
20/06/2011
11.00





12.30







I :
Mengobservasi keadaan pasien :
Pasien dalam keadaan lemah, kurus dan
dalam kesadaran somnolent.
Terpasang NGT pada lubang hidung
sebelah kanan.
InIus (RL) lancar dan terpasang di tangan
sebelah kanan.
Memberi makan makanan cair lewat NGT
(sonde) sebanyak 150 cc dan obat :
Aspar K 1 tab.
E : pasien dalam keadaan lemah dan
somnolent, terpasang NGT pada
hidung sebelah kanan, dan terpasang
inIus (RL) di tangan sebelah kanan.

112

21/06/2011
14:30





16.00

17.45


S : -
O : terpasang NGT pada lubang hidung
sebelah kanan dan inIus pada tangan
sebelah kanan.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut
I :
Mengobservasi pasien: masih terpasang
NGT dan inIus di tempat yang sama.
Memberi makan makanan cair lewat NGT
(sonde) sebanyak 150 cc.
E : pasien masih terpasang NGT dan inIus.



22/06/2011



S : -
O : pasien terpasang NGT dan inIus
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut

113


14.20

17.30



I
Mengobservasi pasien : masih terpasang
NGt dan inIus di tempat yang sama.
Memberi makan makanan cair lewat NGT
(sonde) sebanyak 150 cc.
Memberi makan makanan cair lewat NGT
(sonde) sebanyak 200 cc.
E : pasien masih terpasang NGT dan inIus
4. Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan hambatan
mobilitas Iisik, ditandai
dengan :
DS : -
DO :
a. Terdapat luka
dekubitus di
punggung, pantat
b. Terdapat luka di
20/06/2011
08.00







I :
Mengkaji keadaan luka pasien :
Luka dekubitus di pungggung dan pantat,
karakteristik nya :
d. Warna : di punggung berwarna putih, di
pantat berwarna merah
a. Kedalaman : di punggung sampai
dermis, di pantat sampai subkutan
b. Keadaan luka : di punggung luka
mengering, di pantat lukanya basah
c. Bau : di punggung tidak bau, di pantat
bau

114

tungkai kaki kanan dan
kiri
c. Pasien bedrest total






12.30
13.00
20.00



Terdapat ulkus di tungkai kaki kanan dan
kiri, karateristiknya :
Warna : merah
Kedalaman : sampai tulang
Keadaan luka : luka basah
Bau : sedikit bau
Luka dibalut dengan kasa
Mengukur suhu : 37,1
0
C
Skin tes 'ceIoperazone secara intrakutan
Hasilnya : antibiotik cocok
E : luka terbalut dengan kasa dan suhu nya
37
0
C.
21/06/2011




14.00
S : -
O : luka terbalut dengan kasa
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut
I :
Mengobservasi luka pasien : luka dibalut

113



14.30

18.00

20.00
dengan kasa dan pada tungkai di ganjal
dengan sarung tangan yang berisi air untuk
mengurangi tekanan.
Memandikan pasien.
Klien nampak tenang
Observasi luka klien: luka di balut dengan
kasa
E : luka masih dibalut dengan kasa dan
pada tungkai kaki diganjal dengan
sarung tangan berisi air dan suhunya
37,5
0
C

22/06/2011
15.00




S : -
O : luka dibalut dengan kasa dan pada
tungkai kaki diganjal dengan sarung
tangan berisi air.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjut
I :

116


16.00



17.00


19.30
Melakukan perawatn luka, seluruh tubuh
Yg terdapat luka: punggung, dada, tangan,
Kaki bagian tungkai, bokong.
Dan mengganti kasa ppada bagian luka
Mengobservasi keadaan luka : luka dibalut
dengan kasa dan pada tungkai diganjal
dengan sarung tangan berisi air.
Mengukur suhu : 36
0
C
E : luka masih dibalut dengan kasa dan
pada tungkai masih di ganjal dengan
sarung tangan berisi air dan suhunya 36
0
C.

117

BAB III
PEMBAHASAN
Penulis telah memberikan asuhan keperawatan selama kurang lebih 3 (tiga) hari di Ruang VI,
RS.Bethesda Yogyakarta pada tanggal 20-22 Juli 2011 dengan kasus kelolaan pada Bpk.S
dengan bronkitis. Dalam memberikan asuhan keperawatan, penulis menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diare menggunakan
pendekatan pola Iungsi kesehatan Gordon dan pemeriksaan Iisik secara Head to Toe yaitu
pemeriksaan dari kepala sampai ujung kaki. Hasil yang diperoleh dari pengkajian tersebut
antara lain: asupan makanan cair menggunakna sonde, terpasang NGT,aktiIitas dibantu total
, BAB 1 kali sehari dengan konsisten lembek berwarna kuning, BAK 1 kali warna kuning
kecoklatan, klien memiliki kebiasaan meroko tapi sudah berhenti sejak bedrest.
Hasil yang diperoleh dalam pengkajian Iisik secara Iokus pada Tn. S pada tanggal 20 juni
22 juni 2011, tanda- tanda vital tekanan darah : 150/90 mmHg,suhu 37,5
0
C,nadi 87
x/menit,respirasi : 20 x/menit,abnormalitas bicara,Gangguan status mental,Kesadaran apatis
Cyanosis, Kesulitan berbicara,batuk tidak eIektiI,kelainan suara naIas (wheezing),Perubaan
Irekuensi dan irama pernaIasan,ulkus pada siku dextra, tumit dextra sinistra,ulkus pada
bokong,Ulkus pada punggung,KlasiIikasi ulkus tingkat,ADLs dibantu total, kesadaran
apatis. Tanda gejalan yang di temukan pada Tn. S yang sesuai teori antara lain : Batuk siang
dan malam terutama pada dini hari, daya tahan tubuh klien yang menurun, anoreksia
sehingga berat badan klien sukar naik. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan sekret
seringga terjadi reIleks batuk, terjadi penurunan daya tahan pasien karena melemahnya
keadaan pasien dan komplikasi yang di timbulkan dan asupan nutrisi yang tidak ade kuat
karena harus ada diit khusus cair.


118

Pada pemeriksaan diagnostik dalam teori menyebutkan bahwa pemeriksaan diagnostik pada
klien bronkitis meliputi pemeriksaan yaitu Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan
Radiologis selain itu pemeriksaan yang dilakukan pada Tn. S Hematologi Ruti,Rontgen
Thorak (tanggal : 21 juni 2011) Hasil : apikal paru tenang, corakan bronchovaskuler kasar
dengan air bronchogram minimal dan susp. Bronkhitis, MSCT Head slices 5 mm axial
(tanggal : 21 Juni 2011) Hasil : mild atroIi cortex cerebri dengan susp inIark Iokal perietal
kanan dan EKG (tanggal : 21 Mei 2011) . hal ini dilakukan untuk mengetahui bentuk torak
dan paru serta , sehingga pemeriksaan ini di anggap lebih eIektiI.
B. Diangnosa keperawatan
Menurut Doenges ( 2000 ), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus
bronkitis antara lain :
1. KetidakeIektiIan pola napas yang berhubungan dengan proses peradangan, sekresi
mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk.
2. KetidakeIektiIan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/ Iaringeal.
3. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
bakteremia/ viremia.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan naIsu makan sekunder terhadap demam.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan Iisik umum.
6. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
7. Kurangnya pemenuhan inIormasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber
inIormasi.
Selama kurang lebih 3 ( tiga ) hari, penulis memberikan asuhan keperawatan kepada klien
Bp.S, penulis menemukan 4 ( empat ) diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI b.d penumpukan secret, diangkat sebagai diagnosa
karena saat dilakukan pengkajian ditemukan adanya Cyanosis,kesulitan
berbicara,batuk tidak eIektiI, elainan suara naIas (wheezing), perubahan Irekuensi dan
irama pernaIasan.
2. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI b.d. gangguan transport oksigen, diangkat sebagai
diagnosa karena saat dilakukan pengkajian ditemukan adanya MSCT Head : mild
119

atroIi cortex cerebri dengan suspeet inIark Iokal parietal kanan, CT scan : atroIi
cerebri, inIark multiple (), hidrochepalus ex vacvo, tekanan darah 150/90 mmHg,
suhu 37,5
0
C, nadi 87 x/menit, respirasi 20 x/menit, abnormalitas bicara, gangguan
status mental,kesadaran apatis.
3. Kerusakan integritas kulit b. d. Immobilitas Iisik, diangkat sebagai diagnosa karena
saat dilakukan pengkajian diperoleh data Ulkus pada siku dextra, tumit dextra
sinistra,Ulkus pada bokong,Ulkus pada punggung,KlasiIikasi ulkus tingkat 4.
4. Intoleransi aktivitas b. d. Imobilisasi diangkat sebagai diagnosa karena saat dilakukan
pengkajian diperoleh data ADL dibantu total, kesadaran apatis.
C. Rencana keperawatan
Dari empat diagnosa keperawatan yang ditemukan, penulis membuat rencana
keperawatan dan tindakan keperawatan sebagai berikut :
1. Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan penumpukan sekret.
a. Rencana tindakan
1) Awasi Irekwensi, kedalaman,dan upaya pernaIasan
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi/ miring.
3) Ajarkan pasien untuk naIas dalam
4) Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Tindakan Keperawatan
1) Mengobservasi pernaIasan dan vital sign
2) Memberikan posisi yang tepat
3) Menganjurkan pasien untuk istirahat.
2. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI b.d. gangguan transport oksigen
a. Rencana tindakan
1) Bedrest dengan posisi kepala terlentang atau posisi elevasi 15 - 45 sesuai
indikasi
2) Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam
3) Monitor status neurologik secara tratur
4) Kaji adanya kaku kuduk, twicting, iritabilitas dan kejang
5) Kolaborasi cairan IV
6) Bantu klien untuk menghindari batuk, mengedan, muntah
120

7) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
8) Kolaborasi pemberian Oksigen

b. Tindakan keperawatan
1) Memberikan posisi yang tepat.
2) Mengobservasi pernaIasan dan vital sign.
3) Memberikan cairan IV
3. Kerusakan integritas kulit b. d. Immobilitas Iisik
a. Rencana tindakan
1) Lakukan mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode penekanan
yang terlalu lama
2) Ajarkan pada pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan
yang tepat untuk mencegah penekenan,gesekan,pergeseran.
3) Ganti posisi sekurana-kurangnya tiap 2 jam
b. Tindakan keperawatan
1) Memiringkan pasien.
2) Memberikan saleb.
3) Memindahkan posisi.
c. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari luka pasien terlihat sedikit
mengering, Masalah belum teratasi
4. Intoleransi aktivitas b. d. Imobilisasi
a. Rencana tindakan
1) Kaji kemampuan Iungsional, derajat immobilisasi dengan skala 0-4
2) Lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
3) Bantu pasien dalam pemenuhan ADL
121

4) Bantu pasien dalam program penggunaan alat bantu mobilisasi
5) Bantu dalam latihan ROM
6) Kolaborasi Iisioterapi
b. Tindakan keperawatan
1) Merubah posisi setiap 2 jam.
2) Membantu pasien dalam pemenuhan ADL
3) Kolaborasi Iiso terapi.
D. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan / implementasi asuhan keperawatan dilaksanakan selama tiga hari, 20
Juni - 22 Juni 2011 (20 Juni jam 07.00-14.00, 21 Juli 2011 jam 14.00-21.00, 22 Juni 2011
jam 14.00-21.00). Implikasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
untuk setiap diagnosa yang disusun sebelumnya, yaitu :
1. Mengobservasi pernaIasan dan vital sign
2. Memberikan posisi yang tepat
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat.
4. Memberikan posisi yang tepat.
5. Mengobservasi pernaIasan dan vital sign.
6. Memberikan cairan IV
7. Memiringkan pasien.
8. Memberikan saleb.
9. Memindahkan posisi.
10.Merubah posisi setiap 2 jam.
11.Membantu pasien dalam pemenuhan ADL
12.Kolaborasi Iiso terapi.
E. Evaluasi.
Untuk menentukan tingkat keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkitis,
penulis melakukan evaluasi proses yaitu setelah tindakan dilakukan dan evaluasi hasil yang
dilakukan sesuai kriteria yang telah ditentukan dan di dapatkan hasil sebagai berikut :
122

1. Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi
a. Bersihan jalan naIas, karena sudah tidak terdapat sekret.
2. Diagnosa keperawatan yang belum teratasi
a. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI, karena klien masih menggunakan bantuan selang
oksigen 3L.
b. Kerusakan integritas kulit, karena ulkus klien terlihat sedikit yang mengering,
masalah belum teratasi.
c. Intoleransi aktivitas, karena pasien terlihat masih lemah, belum bisa melakukan
aktivitas secara mandiri, masalah belum teratasi.
F. Pendokumentasian
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan, penulis menggunakan catatan
pasien yang disusun berdasarkan masalah kesehatan spesiIik yang dihadapi klien.Bentuk
catatan perkembangan diantaranya SOAPIE ( Subyek, Obyek, Analisa, Planning,
Implementasi, Evaluasi )
G. Faktor Iaktor pendukung dan penghambat
1. Faktor pendukung
a. Adanya kerja sama yang diberikan oleh pasien dan pihak keluarga pasien.
b. Adanya pembimbing yang sangat mendukung dan membantu dalam proses
penyusunan laporan.
c. Adanya kerja sama yang baik dengan kepala ruang dan perawat diruang VI dalam
melaksanakan praktik laboratorium klinik semester IV.
2. Iaktor penghambat
a. keterbatsan waktu dalam penyusunan laporan.







123

BAB IV
PENUTUB
A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Bpk.S selama 3 ( tiga ) hari pada tanggal
20-22 juni 2011, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian yang penulis lakukan selama 3 hari pada Bpk, S ditemukan 4 diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI b.d penumpukan secret
2. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI b.d. gangguan transport oksigen
3. Kerusakan integritas kulit b. d. Immobilitas Iisik
4. Intoleransi aktivitas b. d. Imobilisasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari terdapat 1 masalah yang teratasi,
yaitu.
1. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI b.d penumpukan secret
Masalah yang belum teratasi sebanyak 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1. PerIusi jaringan otak tidak eIektiI b.d. gangguan transport oksigen
2. Kerusakan integritas kulit b. d. Immobilitas Iisik
3. Intoleransi aktivitas b. d. Imobilisasi



124

B. Saran
1. Institusi STIKES Bethesda Yakum Yogyakarta
a. Melengkapi buku reIerensi dan menambah jumlah buku yang sudah ada.
b. Pelaksanaan ujian praktek labotorium dipertahankan sebagai tempat menguji
kesiapan mahasiswa menghadapi praktek klinik keperawatan.
c. Menambah jumlah ruangan praktik , supaya semua kompetensi dapat tercapai.
d. Responsi sebaiknya rutin dilakukan setiap hari, sebelum dan sesudah praktik.
e. Menyediakan Iasilitas perlengkapan praktik klinik seperti : handskun, dan masker.
2. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
a. Memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan tindakan keperawatan.
b. Mendampingi peserta didik dalam melakukan tindakan.
c. Member saran dan masukan bagi peserta didik.
d. Meningkatkan pelayanan dan komunikasi yang terapeutik sehingga pasien dan
keluarga merasa puas.












123

DAFTAR PUSTAKA


Aljeir. 2007. Asuhan Keperawatan dengan InIeksi dan InIlamasi Sistem PernaIasan.
Jakarta : EGC.

Anonim. |internet|. Hptt:/www.asuhankeperawatan.com.

Anonim. 2007. ISO Indonesia volume 42. Jakarta : Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia.

Bataone, Marosa. 2002. Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Yayasan Panti Rapih.

Doenges, Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

También podría gustarte