Está en la página 1de 11

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

PRESIDEN TRANSISI ORDE BARU MENUJU REFORMASI


2.1. Kehidupan BJ. Habibie
ProI. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin JusuI Habibie atau yang lebih dikenal sebagai BJ
Habibie merupakan Presiden ke 3 Republik Indonesia setelah Soekarno 'Sang Proklamator RI
dan Soeharto yang terkenal dengan 'dinasti cendana-nya. BJ. Habibie lahir di Pare-pare
Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau terlahir 'blaster antara orang Jawa (ibunya) dengan
orang Sulawesi Selatan (ayahnya). Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu
Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Sang Habibie muda harus kehilangan ayahnya yang meninggal
dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah ayahnya
meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare
School. Di sekolah yang setingkat SMA tersebut, beliau mulai tampak menonjol prestasinya,
Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya Fisika.
Pada tahun 1954 beliau menamatkan pendidikannya di Gouvernments Middlebare School dan
selanjutnya meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tepatnya di Institut Teknik
Bandung (ITB) di kota Bandung. Di Perguruan Tinggi yang berdiri pada tanggal 2 Maret 1959
yang sebelumnya bernama Technische Hoogeschool di mana presiden Indonesia pertama,
Soekarno meraih gelar Insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil dan merupakan sekolah tinggi
teknik pertama di Indonesia, BJ Habibie kuliah selama kurang lebih 6 bulan di jurusan Teknik
Mesin namun bukan berarti Habibie berhenti kuliah. Ini dikarenakan Habibie muda melanjutkan
studynya di Rhenisch WesIalische Tehnische Hochscule (RWTH) di kota Aachen, Jerman
jurusan Teknik Penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman,
menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat
summa cum laude. Keberhasilan Habibie dalam pendidikannya tak lain karena dukungan seorang
ibu yang yang bekerja keras dalam membiayai anaknya dengan usaha cateringnya karena habibie
kuliah keluar negeri bukan karena mendapatkan bea siswa.
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi
keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Blkow-
Blohm atau MBB di kota Hamburg, Jerman (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan
Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi
Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-
1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President
sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang
teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang
berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. Sebelum
memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
2.1.1. Habibie Bertemu Dengan Soeharto
Ada cerita menarik tentang bagaimana Habibie bertemu dengan Soeharto. Salah satu pertanyaan
umum dan masih banyak orang tidak mengetahui adalah bagaimana Habibie yang tinggal di
Pulau Celebes (Sulawesi) bisa bertemu dan akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di Pulau Jawa ? Pertemuan pertama kali Habibie dengan Soeharto terjadi pada
tahun 1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada saat itu, Soeharto (Letnan Kolonel) datang ke
Makasar dalam rangka memerangi pemberontakan / separatis di Indonesia Timur pada masa
pemerintah Soekarno. Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah keluarga Alwi
Abdul Jalil Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan orang Jawa, maka Soeharto pun (orang
Jawa) diterima sangat baik oleh keluarga Habibie. Bahkan, Soeharto turut hadir ketika ayahanda
Habibie meninggal. Selain itu, berkat jasa Soeharto adik Habibie menemukan jodohnya dengan
anak buah (prajurit) Letkol Soeharto. Kedekatan Soeharto-Habibie terus berlanjut meskipun
Soeharto telah kembali ke Pulau Jawa setelah berhasil memberantas pemberontakan di Indonesia
Timur.
2.1.2. Habibie Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri
pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas
rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM)
insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri
dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika Presiden Soeharto mengirim Ibnu
Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie
langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini
dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974
di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Ia pun diangkat menjadi penasihat pemerintah
(langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga
tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke
Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB. Habibie
mulai benar-benar Iokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman
MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri
Negara Riset dan Teknologi sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset
Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia
menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi
pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang
langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai
pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yang
dimulai dari Iokus investasi di bidang pertanian. Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik
oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk
pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Soeharto memberikan
'kekuasan lebih pada Habibie dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin
industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan IPTN yang sekarang berubah menjadi PT
Dirgantara Indonesia.
2.1.3. Habibie Menuju RI 1
BJ Habibie adalah seoarang sosok dimana disatu sisi ia begitu sangat dikagumi namun disisi lain
banyak pula yang tidak sependapat dengan pemikirannya. Setelah kurang lebih selama 20 tahun
Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dan jabatan strategis lainnya.
Pada tanggal 11 Maret 1997 beliau di pilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
sebagai Wakil Presiden mendampingi Soeharto yang untuk ketujuh kalinya sejak 12 Maret 1967
diangkat oleh MPR sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada tahun 1997, Indonesia dan negara
lainnya di Asia terkena krisis Iinancial yang berdampak sangat signiIikan dalam mengubah
kehidupan masyarakat. Indonesia baik dibidang ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum maupun
keamanan. Masyarakat Indonesia menginginkan adanya suatu perubahan disegala aspek
kehidupan dan puncaknya pada 12 Mei 1998 dengan dimotori oleh mahasiswa munculah
Gerakan ReIormasi yang merupakan suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan
perubahan, terutama perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. ReIormasi
merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan perikehidupan yang baru
dan secara hukum menuju ke arah perbaikan. Banyak hal yang mendorong timbulnya reIormasi
pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik,
ekonomi dan hukum. Perlu ditekankan Orde baru adalah sebutan dimana Soeharto menjadi
pucuk kekuasaan tertinggi di Indonesia. Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun
1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang
tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus
menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses
nagatiI, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945,
banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik.
Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di
pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa 'Kedaulatan
adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Keadaan seperti ini
mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR.
Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reIormasi. Gerakan reIormasi
menuntut untuk dilakukan reIormasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dan
MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN. Gerakan reIormasi juga menuntut agar
dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi
sumber ketidakadilan, di antaranya :
1. UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
2. UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR / MPR
3. UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
4. UU No. 5 Tahun 1985 tentang ReIerendum
5. UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan ketimpangan
ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu, konglomerasi,
tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Pemilihan
umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar yang meraih
kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden
dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 2003. Sedangkan di kalangan masyarakat yang
dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali
pencalonan Soeharto sebagai Presiden. Krisis Iinansial yang melanda Negara-negara di Asia
Tenggara sejak bulan Juli 1996, dan ternyata ekonomi Indonesia belum mampu untuk
menghadapi krisis global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin
bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan
dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk membantu bank-bank
yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Ternyata usaha yang dilakukan pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman
bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu
saja.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas dari
masalah utang luar negeri. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan
utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan
Negara hingga 6 Iebruari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika Serikat, utang pihak
swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat. Akibat dari utang-utang tersebut maka
kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia semakin menipis. Keadaan seperti ini juga
dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia yang di anggap tidak sehat karena adanya
kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet. Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa
bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan
pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di
Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi
kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana,
Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan HaIidhin Royan. Tragedi Trisakti itu telah mendorong
munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan
pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.
Pada saat kejadian Presiden Soeharto masih ada di Mesir dalam rangka kunjungan kenegaraan
dan sekembalinya dari Mesir tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto mengundurkan
diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk
melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar bebas
dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut sebelum tuntutan
reIormasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat demontrasinya agar
presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai
pimpinan DPR / MPR. Maka pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan
pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Akhirnya Pada tanggal 21 Mei 1998,
pukul 09.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai
presiden di hadapan Ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Dan Tepat pada pukul
09.10 wakil presiden B.J. Habibie mengucapkan sumpah sebagai presiden Republik Indonesia,
dengan disaksikan pimpinan Mahkamah Agung. Maka sejak saat itu, Presiden Republik
Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai Presiden yang ke-3.
2.2. Ekonomi Indonesia pada Masa Presiden BJ Habibie
Presiden BJ Habibie adalah presiden pertama di era reIormasi. Dalam periode awal menjabat
presiden beliau masing dianggap berbau rezim Orde Baru dan kepanjangan dari tangan Soeharto,
maklum dia adalah salah satu orang yang paling dekat dan di percaya oleh Soeharto. Habibie
mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto termasuk keadaan ekonomi
Indonesia yang mengalami keterpurukan yang otomatis menyebabkan kesejahteraan rakyat
makin menurun. Sebelum berpikir jauh, alangkah baiknya mengetahui dari deIinisi ekonomi itu
sendiri. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah
'ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani oikos yang berarti 'keluarga, rumah tangga dan
nomos, atau 'peraturan, aturan, hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai 'aturan rumah
tangga atau 'manajemen rumah tangga.. Menurut Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith (1723
1790) dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes oI the Wealth oI Nation, biasa
disingkat The Wealth oI Nation, yang diterbitkan pada tahun 1776 Ilmu ekonomi adalah Bahan
kajian yang mempelajari upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan. Jadi bagaimana kebijakan Habibie dalam kepemimpinannya untuk
meningkatkan dan memenuhi kebutuhan hidup rakyat Indonesia, inilah yang jadi pembahasan.
Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahgun 1997, perusahaan
perusahaan swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami
kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya. Keadaan seperti
ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami kerugaian yang
cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk
menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang
mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK. Kondisi perekonomian
semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di
pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Ini adalah kesalahan
Pemerintah Orde Baru yang mempunyai tujuan menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai
negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil di Masyarakat Indonesia yang
merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Dan
ujung-ujungnya masyarakat miskin Indonesia menjadi bertambah dan bertambah pula beban
pemerintah dalam mendongkrak perekonomian guna meningkatkan kesejehteraan rakyat.
Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang serba parah.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis
ekonomi dan untuk menjalankan pemerintahan, Presiden Habibie tidak mungkin dapat
melaksanakannya sendiri tanpa dibantu oleh menteri-menteri dari kabinetnya. Pada tanggal 22
Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang
dinamakan Kabinet ReIormasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para
menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
Langkah pertama yang dilakukan BJ Habibie dalam mengatasi krisis ekonomi Indonesia antara
lain mendapatkan kembali dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mulai positiI
pada Triwulan I dan II tahun 1999. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia
mengalami pemulihan. Untuk mewadahi reIormasi ekonomi telah diberlakukan beberapa
Undang-Undang yang mendukung persaingan sehat, seperti UU Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan usaha tidak sehat dan UU Perlindungan Konsumen. Praktek monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persai
ngan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Sedangkan Persaingan usaha
tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
atau menghambat persaingan usaha. Dan semuanya berdasarkan kepada asas Demokrasi
Ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum. Serta untuk mecapai tujuan menjaga kepentingan umum dan meningkatkan
eIisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
mewujudkan iklim usaha yang kondusiI melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar,
pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
Pengembangan ekonomi kerakyatan yang dalam rangka memberdayakan masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan dan memperkuat ketahanan ekonomi sosial penekanannya adalah
pada usaha kecil, menengah dan koperasi menjadi salah satu perhatian utama. Nilai tukar rupiah
terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 12.000-an per dolar pada awal terjadinya
krisis moneter dan utang luar negeri yang jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi
(penyusutan) rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan
likuiditas. InIlasi meroket diatas 50, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana. Ada
beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian
Indonesia antaranya :
1. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih Iokus
mengurusi perekonomian.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang merupakan 3 (tiga)
bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
O Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter
O Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
O Mengatur dan mengawasi Bank
2. Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau
utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Banyaknya utang perusahaan swasta
yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan pada akhirnya pemerintah mengambil alih
bank-bank yang bermasalah dengan tujuan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada
masa itu masih rapuh.
3. Menaikan nilai tukar rupiah
Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berIluktuasi.
Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp9200,- dan selanjutnya
menurun menjadi sekitar Rp8000 dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah
cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei. Kecenderungan meningkatnya
nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang bergejolak.
nilai tukar rupiah menguat hingga Rp. 6500 per dollar AS di akhir masa pemerintahnnya.
4. Mengimplementasikan reIormasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Pada tanggal 15 januari 1998 (masih orde baru ) Indonesia telah menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter oI intent atau Lol) dengan IMF. Salah satunya adalah memberikan bantuan
(pinjaman) kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas. Skema ini dilakukan
berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pemberian
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan konsekuensi diterbitkannya kebijakan
pemerintah yang tertuang dalam Kepres No.26/1998 dan Kepres No.55/1998. Keppres itu terbit
setelah sebelumnya didahului munculnya Surat Gubernur BI (Soedradjad Djiwandono, ketika
itu) tertanggal 26 Desember 1997 kepada Presiden dan disetujui oleh Presiden Soeharto sesuai
surat Mensesneg No.R 183/M.sesneg/12/19997. Atas dasar hukum itulah Bank Indonesia
melaksanakan penyaluran BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) kepada perbankan
nasional. Total BLBI yang dikucurkan hingga program penyehatan perbankan nasional selesai
mencapai Rp144,5 triliun, dana itu tersalur ke 48 bank. Pada tahun 1999 di zaman Presiden BJ
Habibie sebanyak 48 Bankir penerima BLBI melakukan penyelesaiaan settlement aset atas BLBI
yang diterimanya melalui berbagai macam perjanjian dengan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) yang terdiri dari lima bankir mengikat perjanjian dengan skema Master oI
Settlement Acquisition Agreement (MSAA) dimana nilai aset yang diserahkan kepada
pemerintah sama dengan total hutang BLBI yakni sebesar Rp89,2 triliun, tiga bankir
menyelesaikan utang dengan mengikat perjanjian Master oI ReIinancing and Notes Issuence
Agreement (MRNIA) dimana nilai aset lebih kecil dibandingkan hutang BLBI yang diterima
sehingga harus ditambah personal guarantee dengan total utang BLBI sebesar Rp22,7
triliun.Selain itu terdapat 25 bankir mengikat perjanjian penyelesaian hutang melalui skema Akte
Pengakuan Utang (APU) sebesar Rp20.8 triliun, sementara 15 bankir semua asetnya langsung
ditangani oleh Bank Indonesia yang sampai hari ini belum jelas pertanggung jawabannya sebesar
Rp11,8 triliun. Jadi untuk MSAA dan MRNIA saja sudah 77 mewakili penyelesaain BLBI.
Khusus untuk perjanjian APU tidak semua menandatanganinnya di era Presiden Habibie,
sebagian di era Presiden Abdurahman Gusdur` Wahid, sebagian lagi dimasa Presiden Megawati.
Sementara sebagian yang tidak kooperatiI dan diserahkan kepolisi pada masa pemerintahan
Megawati jumlahnya delapan orang, diantarannya Atang LatieI (Bank Bira), James Januardy
(Bank Namura), Ulung Bursa (Lautan Berlian).
Beberapa keberhasilan ekonomi di era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha kerja keras para
kabinetnya yang reIormis. Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-
benar reIormis dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau
terpaksa menjalani 50 butir kesepakatan (LoI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF,
sehingga penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya lebih pada penyembuhan
dengan 'obat generik, bukan penyembuhan ekonomi 'terapis ataupun 'obat tradisional.
Sehingga ketika meninggalkan tampuk kekuasaan, Indonesia masih rapuh. Disisi lain, Habibie
masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orde baru duduk di kabinetnya, padahal masyarakat
menuntut reIormasi. Dan tampaknya, Habibie memang menempatkan dirinya sebagai Presiden
Transisi, bukan Presiden yang ReIormis.
2.3. Politik Indonesia Pada Masa Presiden BJ Habibie
Apa sih yang di maksud dengan politik ? mungkin ini pertanyaan yang terbesit di otak kita ketika
pertama kita membicarakan politk di negeri ini. Secara etimologis, politik berasal dari bahasa
Yunani polis yang berarti kota yang berstatus negara. Secara umum istilah politik dapat
diartikan berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Menurut Miriam Budiardjo
dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang
perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik.
Beberapa deIinisi berbeda juga diberikan oleh para ahli , misalnya:
1. Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
2. Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam
menangani pemerintahan.
3. Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang
mengatur perkembangan negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini
didukung juga oleh R.N. Gilchrist.
Presiden Habibie mengadakan reIormasi dalam bidang politik dan berusaha menciptakan politik
yang transparan, yang selama orde baru Indonesia selalu diwarnai Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harIiah, korupsi adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Kolusi merupakan sikap
dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan
kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang atau Iasilitas tertentu sebagai
pelicin agar segala urusannya menjadi lancar kecenderungan untuk mengutamakan
(menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dl jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah.
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan
berdasarkan kemampuannya.
Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka umum.
Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik
dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demontrasi. Namun khusus demontrasi,
setiap organisasi atau lembaga yang ingin melakukan demontrasi hendaknya mendapatkan izin
dari pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk melakukan demontrasi tersebut. Untuk
menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa, pemerintahan bersama (DPR) berhasil
merampungkan perundang-undangan yang mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi. adalah
UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Adanya
undang undang tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memulai pelaksanaan sistem
demokrasi yang sesungguhnya. Agenda reIormasi yang disuarakan oleh mahasiswa yang antara
lain penghapusan Dwi Iungsi ABRI dan Otonomi daerah yang seluas-luasnya menjadi perhatian
BJ Habibie dalam kebijakan politiknya.
Pengertian DwiIungsi ABRI adalah Iungsi yang melekat dan dimiliki pada seluruh prajurit ABRI
sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sosial politik dalam rangka perjuangan nasional untuk
mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (SK. Menhankam Pangab No.
Skep 614/VI/1982). Memang Dwi Iungsi ABRI telah ada sejak masa Revolusi Kemerdekaan,
walaupun pada masa itu belum ada undang-undang yang mengatur tentang penetapan Dwi
Fungsi ABRI. Tetapi dalam masa rezim Orde Baru, Dwi Fungsi ABRI benar-benar menjelma
dalam setiap sendi-sendi dan unsur pemerintahan, ini menunjukan bahwa militer ingin lebih
berperan dalam menentukan hajat hidup rakyat Indonesia bukan hanya menjadi alat pertahanan
negara, tetapi juga berkecimpung dalam lembaga-lembaga legislatiI dan eksekutiI. Menanggapi
munculnya gugatan terhadap peran dwiIungsi ABRI menyusul turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan, ABRI melakukan langkah-langkah pembaharuan dalam perannya di bidang sosial-
politik.Setelah reIormasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi
secara bertahap yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang. Langkah lain yang di tempuh adalah ABRI
semula terdiri dari empat angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI,
namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama
menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pembangunan Indonesia pada masa orde baru yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian
besar disedot ke pusat dapat membawa negeri ini ke arah disintergrasi bangsa. Namun UU
Otonomi Daerah yang dilahirkan pada masa pemerintahan Habibie berhasil memberikan
landasan yang kokoh bagi Indonesia untuk tidak terjerumus kedalam nasib yang sama seperti
Negara Yugoslavia dan Uni Soviet. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Pemerintahan Habibie yang memerintah setelah jatuhnya rezim
Suharto harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas nasional dan dihadapkan
pada beberapa pilihan yaitu :
1. mengurangi peran pemerintah pusat dan memberikan otonomi kepada daerah
2. pembentukan negara Iederal; atau
3. membuat pemerintah provinsi sebagai agen murni pemerintah pusat.
Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum desentralisasi yang baru
untuk menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pada tahun 1999, Atas desakan publik, Pemilu yang baru segera dilaksanakan, sehingga hasil-
hasil Pemilu 1997 segera diganti Kemudian ternyata bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni
1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya
Pemilu adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia
internasional, karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan produk Pemilu
1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyelenggaraan
Sidang Umum MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden yang baru. Ini berarti bahwa
dengan pemilu dipercepat, yang terjadi bukan hanya bakal digantinya keanggotaan DPR dan
MPR sebelum selesai masa kerjanya, tetapi Presiden Habibie sendiri memangkas masa
jabatannya yang seharusnya berlangsung sampai tahun 2003, suatu kebijakan dari seorang
presiden yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebelum menyelenggarakan Pemilu yang
dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu dan
RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Setelah RUU disetujui DPR dan
disahkan menjadi UU, presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-
anggotanya adalah wakil dari partai politik dan wakil dari pemerintah. Satu hal yang secara
sangat menonjol membedakan Pemilu 1999 dengan Pemilu-pemilu sebelumnya sejak 1971
adalah Pemilu 1999 ini diikuti oleh banyak sekali peserta. Ini dimungkinkan karena adanya
kebebasan untuk mendirikan partai politik. Peserta Pemilu kali ini adalah 48 partai. Ini sudah
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaItar di Departemen
Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai. Meskipun masa persiapannya tergolong singkat,
pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal
7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya,
ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti.
Dengan terselenggaranya Pemilu 1999 yang dimenangkan oleh Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) Perjuangan pimpinan Megawati Soekarno Putri, BJ Habibie telah menunjukan dan
mengajari kita tentang pendidikan politik dalam arti demokrasi yang sebenarnya. Karena
'demokratis-nya Habibie, maka ia pun memberikan opsi reIerendum bagi rakyat Timor-Timur
untuk menentukan sikap masa depannya. Timor-timur menjadi bagian Indonesia pada 17 Juli
1976. Namun, perlu dicatat bahwa Habibie bukanlah orang yang bodoh dengan mudah
memberikan opsi reIerendum tanpa alasan yang jelas dan tepat. Habibie sebagai Presiden RI
memberikan opsi reIerendum kepada rakyat Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak
masuk dalam peta wilayah Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Secara yuridis, wilayah kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945 adalah
wilayah bekas kekuasaan kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Irian
Jaya/ Papua). Ketika Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan wilayah jajahan Portugis.
Setelah reIerendum yang diadakan pada tanggal 30 Agustus 1999, di bawah perjanjian yang
disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal, mayoritas penduduk Timor timur memilih
merdeka dari Indonesia dan menjadi Negara Timor Leste. Inilah yang dianggap sebagai
kebijakan yang salah oleh masyarakat Indonesia dan mendorong adanya usaha untuk
menjatuhkan Habibie dari kursi kepresidenan.
Pada sidang umum MPR tahun 1999, laporan pertanggungjawaban BJ Habibie sebagai Presiden
di tolak oleh MPR. Akibatnya Habibie tidak akan mencalonkan lagi sebagai Presiden sebagai
gantinya pada tanggal 20 Oktober 1999 KH. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden RI ke
4 dan Megawati Soekarno Putri sebagai pimpinan partai pemenang pemilu menjadi Wakil
Presiden RI ke 8. Dengan demikian berakirlah tugas sang Presiden Transisi dalam memimpin
Republik Indonesia. Meski diliputi lepasnya Timor Timur, transIormasi dari Orde Baru ke Era
ReIormasi berjalan relatiI lancer. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan
pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan jaman.

También podría gustarte