Está en la página 1de 14

SOSIOLOGI

Anak Gelandangan dan Pengemis

Yayat Saputra 1010.411.065

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Komunikasi 2010/2011
[1]

DAFTAR ISI

Daftar Isi1 Kata Pengantar..2 Pendahuluan BAB I...3 Latar Belakang...3 Permasalahan BAB II.....4 Pembahasan BAB III..5 Faktor Ekonomi.5 Faktor pendidikan.6 Faktor pola asuh8 Penutup BAB IV..11

Daftar Pustaka..12

[2]

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas izin-NYA makalah pengantar ilmu sosiologi ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi kami dan Mahasiswa/I yang lain. Tugas makalah ini kami buat dengan tujuan agar mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengetahui tentang apa saja yang melatar belakangi anak gelandangan dan pengemis, agar dapat mengetahui dan dapat tahu tentang apa itu anak gelandangan dan pengemis yang mungkin selama ini menjadi sesuatu permasalahan social yang belum bisa teratasi. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Angela Efianda, MSi. selaku Dosen pembimbing dari tugas makalah yang kami buat ini dan saya beri judul ini dapat terselesaikan dengan baik. kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Bila ada kesalahan dalam hal penulisan, bahasa, kata-kata maupun susunan dalam makalah ini kami mohon di maafkan dan terima kasih.

[3]

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah social gelandangan danpengemis merupakan masalah yang sangat kompleks karena masalah gelandangan dan pengemis mencakup berbagai aspek sosial,aspek budaya, aspek psikologi, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek keamanan. Banyak gelandangan dan pengemis menimbulkan banyaknya masalah pada

kebersihan,keindahan,kesusilaan,keamanan, dan ketentraman bagi masyarakat.gelandangan dan pengemis tidak mempunyai tempat tinggal serta penampilan dirinya yang tidak layak pada dasarnya itu semua perwujudan dari kemiskinan ekonomi,sosialdanbudaya.Oleh sebab itumasalah ini harus ditanggulangi dengan program bimbingan sikap mental,bimbingan sosial,bimbingan keterampilan kerja.Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 tahun 1980 tentang penanggulangan gelandangan dan pengemis yang dimaksud dengan gelandangan ialah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Masalah gelandangan dan pengemis berkaitan pula dengan ketidak mampuan anak memperoleh haknya sebagaimana diatur oleh konvensi hak anak juga di sebabkan kurangnya aksebilitasanak,akibat berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang ada baik dirumah dan lingkungan sekitarnya,untuk dapat berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya.Terkait dengan kondisi tersebut,permasalah anak gelandangan dan pengemis sudah merupakan permasalahan krusial yang harus ditangani sampai keakarakarnya.Sebab jika permasalahan ditangani di permukaannya saja,maka permasalah tersebut akan terus muncul,bahkan dapat menimbulkan permasalahn yang lain yang lebih kompleks seperti munculnya orang dewasa jalanan dan kriminalitas, premanisasi, eksploitasitenaga, eksploitasi seksual, penyimpangan prilaku dll.

[4]

BAB II PERMASALAHAN

Kami meyakini naluri personal seseorang manusia pasti tidak akan mengingikan menjadi seseorang gelandangan dan pengemis ,tentunya hal tersebut tak lepas dari factor-factor tertentu yang ada didalamnya yang bisa mendorong seseorang menjadi seperti itu.Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi/menyebabkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis antara lain : 1 .Faktor Ekonomi. 2 .Faktor Pendidikan. 3 .Faktor Pola Asuh. Untuk mengetahui lebih pasti tentang factor penyebab sesorang menjadi gelandangan dan pengemis,maka makalah ini akan memaparkan penjelasan terperinci tentang masing-masing factor yang ada Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul Anak Gelandangan dan Pengemis.

[5]

BAB III PEMBAHASAN A. Faktor Ekonomi.


Berkembangnya anak jalanan tidak dapat dipisahkan dengan aktifitas ekonomi masyarakat pada umumnya krisis ekonomi terjadi sejak 1997 telah memporak porandakan seluruh aspek perekonomian diIndonesia,terutama ekonomi rakyat kecil.Krisis yang

berkepanjangan saat ini juga telah mengakibatkan krisis multi dimensional yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat,krisis perbankan,masalah kemiskinan menjadi topic menarik karena jumlah penduduk yang jatuh dibawah garis kemiskinan meningkat sekali.Kehadiran anak jalanan dan pengemis tidak bisa dilepaskan dari keberadaaan kota-kota besar.Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja semakin cepat perkembangan sebuah kota semakin cepat pula peningkatan anak jalanan.Aalasan ekonomis selalu menjadi prioritas untuk diungkapkan jika ditanya apa sebabnya menjadi anak jalanan.Banyaknya anak jalanan dan pengemis yang menempati fasilitas umum diJakarta disebabkan oleh factor penarik kota itu sendiri.dengan ada krisis ekonomi yang melanda Indonesia,semakin banyak keluarga miskin yang terpinggirkan.Dalam keadaan seperti ini sangatlah mudah bagi anak untuk terjerumus kejalanan.Berbagai tindakanpun dilakukan seseorang anak untuk mendapat kanuang.Secara tidak langsung. Tindak kekersan yang diterima anak merupakan follow up dari eksploitasi ekonomi.Prinsip Tidak ada uang tidak makan,Tak ada uang pukulan bersarang,membua tanak-anak seolah trauma dan takut pulang jika tidak membawaoleh oleh(uang).Hubungan anak dan orang tua kian renggang.Hak anak mendapatkan kasih saying orang tua sirna sudah.Masa kecil seharusnya indah menjadi suram dan membunuh benih-benih asa dimutiara hati bangsa.Meski selalu diusir,Para gelandangan dan pengemis selalu kembali lagi.sebagian besar dari gelandangan dan pengemis menekuni itu karena dianggap sebagai jalan paling menguntungkan.

[6]

Gelandangan dan pengemis merupakan suatu indikator kemiskinan yang berat dipedesaan.Jumlah gelandangan dan pengemis dari tahun ketahun selalu meningkat menunjukkan bahwa didesa mengalami persoalan kemiskinan.Lapangan kerja yang

sempit,secara jumlaha ngkatan kerja selalu meningkat sehingga menciptakan kelompok masyarakat yang tidak berpengahasilan Tujuan gelandangan dan pengemis semata mata untuk mencukupi kebutuhan ekonomi,semakin layaknya orang lain mereka juga memiliki kebutuhan seperti pendidikan anak ,kesehatan , dan sebagainya yang harus di penuhi. Ada dugaan bahwa ada mafia dibalik gelandangan dan gepeng yang menyerbu daerahdaerah perkotaan.mereka dikoordinasikan oleh segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan sebelah pihak.Sehingga hal tersebutlah yang membuat banyaknya profesi gelandangan dan pengemis dikota-kotabesar.Solusi dari semua itu adalah adanya perbaikan dalam dunia perekonomian indonesia. Sebab sebab ekonomi seperti : 1) Kesulitan menanggung hidup, lebih- lebih yang mempunyai keluarganya besar. 2) Kecilnya pendapatan perkapita sehingga lambat laun tak dapat berkerja terus. 3) Kegagalan di bidang pertanian (area tanah tidak dapat diperluas lagi untuk pertanian). Belum berkembangnya industry yang bisa mensejahterakan pegawainya secara total sehingga tidak dapat menampung tenaga kerja lebih banyak lagi.

B. FaktorPendidikan.
Ternyata factor pendidikan juga turut mempengaruhi responden untuk melakukan kegiatan gelandangan dan mengemis. Pada tingkat umur yang masih di kategorikan anak-anak semestinya mereka sedang mengikuti kegiatan pendidikan formal di sekolah. Namun mereka memilih menjadi gepeng di bandingkanbersekolah karena tidak memiliki kemampuan financial untuk kebutuhan sekolah sebagai akibat dari kemiskinan orang tua. Tidak berpendidikan responden menyebabkan mereka tidak memperoleh pengtahuan dan pemahaman tentang budi

[7]

pekerti,agama, dan ilmu pengetahuan lainnya yang mampu mengunggah hati mereka untuk tidak melakukan kegiatan sebagai gepeng. Seperti diketahui di negeri ini banyak sekali di temukan anak yang tidak mendapatkan kehidupan yang layak apa lagi pendidikan yang cukup. Meski sudah sering terdengar bahwa pemerintah member janji untuk meningkatkan kehidupan dan pendidikan pada anak-anak, khususnya kepada merka yang kurang mampu di dalam ekonomi. Dan yang lebih memprhatinkan akhir-akhir ini terjadi beberapa tindak kekerasan baik yang di lakukan anak-anak maupun yang terjadi pada mereka. Kejadian pembunuhan juga sering melibatkan anak di bawah umur.Pendidikan merupakan usaha yang di jalankan oleh seorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Sedangkan menurut UU 20 tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terancam untuk mewujudkan suasana dalam proses pembelajaran agar pesdik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,kepribadian,kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan Negara. Beberapa pengertian dasar batas-batasan yang perlu dipahami sebagai berikut : 1. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik langsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila 2. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi 3. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik 4. Tindakan tujuan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap YME dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani,,kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarkatan dan kebangsaan.

[8]

Funsi tujuan pendidikan : a. Sebagai arah pendidikan b. Tujuan sebagai titik akhir c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain d. Member nilai pada usaha yang di lakukan Lembaga hukum perlindungan anak yang menangani kasus-kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak tidak menyelesaikan persoalan terhadap mereka karena kejadian-kejadian tersebut sesungguhnya lebih banyak diakibtkan oleh kehidupan mereka yang layak serta tidak adanya pendidikan.Ini semestinya tidak terjadi bila mana mereka mendapatkan hidup dan pendidikan yang layak seperti yang lainnya. Karena kehidupan pendidikan yang cukup akan membuat mereka berperilaku yang pantas dan terhormat. Salah satu upaya untuk mencegah upaya kejadian putus sekolah maka pemerintah melakukan program dan kebijakan pokok pendidikan dasar sebagai berikut : meningkatkan akses dan perluasan keempatan belajar bagi anak pendidikan dasar, meningkatkan kualitas dan relevensi pendidikan dasar, meningkatkan akses pendidikan dasar dan melaksanakan gerakan nasional penuntasan program pendidikan dasar (anonymous,2009).

C. FaktorPolaAsuh. 1. pengertian Orang Tua


Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,mengawasi,dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Factor-faktor penting yang berpengaruh terhadap proses perkembangan anak yaitu : factor

lingkungan,pengetahuan dan latar belakang pendidikan. Pengasuhan didefinisikan sebagai perilaku yang di praktikkan oleh ibu,bapak,nenek,atau orang lain dalam memberikan makanan pemeliharaan kesehatan. Pengertian pola asuh dalam keluarga bisa di telusuri dari pedoman

[9]

yangdikeluarkan Tim penggerak PKK puast(1955)yakni: usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa(18 tahun). Secara garis besar pola asuh yang ditetapkan orang tua kepada anaknya dapat di golongkan menjadi : Pola asuh otoriter. Yang di maksud adalah setiap orang tua dalam mendidik anak mengharuskan setiap anakpatuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Pola asuh demokratis. Sikap orang tua yang mau mendengarkan pendapat anaknya kemudian dilakukan musyawarah antara pendapat orang tua dan pendapat anak. Pola asuh permisif. Orang tua dalam mendidik anak memberikan kebebasan secara mutlak kepada anak dalam bertindak tanpa ada pengarahan dari orang tua.

2). Keluarga.
Secara sosiologis keluarga di tuntut berpean dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu keluarga yang bahagia dan sejati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya dan sosiologis fungsi keluarga adlah sebagai berikut : Fungsi biologis Bagi pasangan suami istri fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberikan kesempatan hidup bagi setiap anggotanya.

[10]

Fungsi pendidikan Funsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan sehingga terhadap proses saling belajar di antara anggota keluarga. Fungsi beragama Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk

mengenalkan,membimbing,member teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan.

Fungsi perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya. Fungsi sosialisasi anak Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyrakat yang baik Fungsi ekonomiFungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis Funsi status keluarga Fungsi ini dapat di capai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi ini dapai di capai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjukan pada kadar kedudukan (status) keluarga yang di bandingkan dengan keluarga lainnya.

[11]

Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus-kasus kekerasn terhadap si anak baik yang di tayangkan di televise maupun di media cetak. Jenis kekerasan yang menonjol ada dua yaitu kekrasan fisik dan ekonomi. Namun pada dasarnya kedua jenis ini saling berkaitan satu sama lain. Di samping juga bisa menjadi hubungan sebab akibat. Kekerasan fisik yang banyak di jumpai seperti pemukulan terhadap anak, penyiksaan lain dengan membakar anak dan sebagainya.Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas di perlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. Sebagai manusia setiap anak mempunyai cirri individual yang berbeda satu dengan yang lain . di samping itu si anak yang lahir di dunia ini berhak hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Anak adalah titipan Allah kedua orangtuanya berkewajiban memelihara setiap titipan proses pemeliharaan optimum diharapkan dapat menjadikan seorang anak sehat jasmani dan rohani. Itulah namanya investasi sumber daya manusia yang sosialisasi keluarga proses pemberian kesempatan pendidikan pemerintah. Dalam keluarga semakin panjang ketika juga ada kekerasan suami terhadap istrinya atau sebaliknya. Kalau semua kasus diatas itu terjadi maka model keluarga yang

sakinah,mawaddah,warohmah hanya berhenti menjadi perbuatan normatif agama sama saja dari sisi mikro keluarga sebagai faktor bisa jadi penyebabnya.Peranan orang tua menurut gunarasa (1995,31-38) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan oleh orang tua yang berada pada posisi atau situasi tertentu dengan karakteristik atau kekhasan tertentu pula.Pola asuh keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya.

[12]

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah anak-anak gelandangan dan pengemis tentunya tidak akan ada jika faktor-faktor penyebab dapatdi minimalisir baik dari pihak pemerintah dan keluarga. Pemerintah tentunya mesti lebih memberikan perhatian lebih kepada para gelandangan dan pengemis dengan cara lebih memberikan solusi yang pasti tentang kesejahteraan dan jaminan hidup mereka, Namun tidak hanya pemerintah yang mesti memberikan perhatian lebih kepada mereka namun keluarga juga harus ikut ambil dalam menyelesaikan masalah ini dengan cara melakukan pola asuh yang benar dan tidak otoriter serta tidak menggunakan kekerasan .

B.Saran
1.Kami menghimbau kepada pemerintah agar memperhatikan anak gelandangan dan pengemis dengan memberikan bimbingan bukan dengan penangkapan secara keras, karena bagaimana pun juga mereka adalah anak bangsa yang mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak serta pendidikan dan perhatian, karena kami yakin jika mereka di berikan kesempatan untuk mendapat pendidikan dan perekonomian yang baik tentunya kelak mereka dapat mengaharumkan nama Negara dan bangsa dan juga dapat mengurangi permasalahan sosial yang terjadi diindonesia saat ini. 2.Kami juga menghimbau kepada keluarga agar dapat memberikan pola asuh yang baik,sehingga tidak mendorong anak-anak penerus bangsa terjerumus didalam kehidupan social yang menyimpang.

[13]

DAFTAR PUSTAKA

-http://www.google.rudyct.com/pps702-ipb/09145/Sritjhahrini.pdf -http://www.google.Ana.Wordpress.com/2009/07/28 -http://gadesedana.wordpress.com -http://pepository.usu.ac.id

[14]

También podría gustarte