Está en la página 1de 6

Pengkajian Data Subjektif dan Objektif Klien TBC dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi pada Klien

TBC Atika Widyanti, 1006672213

Pengkajian Data Subjektif dan Objektif Klien TBC Data subjektif merupakan data yang diambil dari laporan atau keluhan klien dan keluarganya. Di dalam kasus disebutkan bahwa klien mengeluhkan sesak napas dan batuk yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu disertai dengan darah. Lalu dari pengkajian lanjutan, diketahui bahwa klien pernah menderita TBC 1 tahun yang lalu namun tidak menjalani pengobatan secara tuntas. Klien juga tinggal di daerah padat penduduk. Hal itu merupakan beberapa data subjektif yang biasanya terdapat dalam kasus klien penderita TBC. Data-data subjektif lain yang mungkin dilaporkan oleh para klien TBC adalah: Aktivitas Istirahat Ego dan Emosi Makanan Minuman dan dan 1. Rasa lemas dan kelelahan di seluruh badan 2. Napas yang berat dan pendek 3. Susah tidur, dengan demam dan keringat dingin yang keluar pada malam hari 1. Stress yang berkepanjangan 2. Kemiskinan 3. Perasaan putus asa 1. Kehilangan nafsu makan 2. Gangguan pencernaan 3. Kehilangan berat badan 1. Sakit pada dada saat batuk (batuk yang terusmenerus) 1. Batuk, produktif atau tidak produktif 2. Napas yang pendek 3. Riwayat tuberkulosis yang menjangkiti seseorang 1. Menderita penyakit imunodefisiensi, seperti AIDS dan kanker 2. Positif terjangkit virus HIV 1. Perasaan terisolasi atau terkucilkan dari lingkungan sosial karena penyakit menular 1. Adanya TB dalam riwayat penyakit keluarga 2. Status kesehatan yang rendah 3. Menggunakan zat-zat berbahaya seperti obatobatan terlarang, alkohol, dan lain-lain 4. Tidak berpartisipasi dalam terapi kesehatan 5. Gagal dalam pengobatan TBC sebelumnya

Nyeri dan Ketidaknyamanan Respirasi Keamanan Interaksi sosial Pengetahuan tentang Kesehatan

Sedangkan data objektif klien TBC didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium maupun radiologis. Dalam kasus disebutkan, frekuensi napas klien 30x/menit, nadi 88x/menit, tekanan darah 100/60 mmHg, berat badan 35 kg dengan tinggi badan 155 cm. Dari pengkajian data tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa klien positif menderita TBC. Itu dibuktikan dengan frekuensi napas yang cepat dan pendek, denyut nadi yang lemah, tekanan darah yang rendah, dan berat badan dibawah indeks normal. Data-data objektif lain dari klien TBC dapat diambil melalui serangkain tes laboratorium dan radiologi berikut ini: Kultur Sputum Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam) Tes Kulit Mantoux Positif untuk M. Tuberculosis pada tahap aktif penyakit. Positif untuk basil tahan asam. Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda. Bila terjadi pembengkakan lebih dari 10 mm berarti klien positif pernah atau sedang terinfeksi M. Tuberculosis. Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Perubahan yang menunjukan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa. Positif untuk granula TB. Adanya selsel raksasa yang menunjukan nekrosis. Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru residual. Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim. Menentukan derajat dari kerusakan paru-paru dan untuk memastikan diagnosis yang kurang jelas. Menunjukan inflamasi dan kelainan dari jaringan paru-paru. Mungkin

Ronsen Dada

Biopsi Jarum Jaringan Paru AGD Pemeriksaan Fungsi Pulmonal

CT atau MRI scan Bronkoskopi (Bronchoscopy)

dilakukan untuk pengambilan sputum apabila klien tidak dapat mengeluarkan sputum tersebut (untuk digunakan sebagai spesimen). Kultur Sel dan Jaringan (termasuk tes Positif untuk M. Tuberculosis dan urin, gastric washings, dan tes cairan mungkin adanya indikasi dari penyakit serebrospinal) lain.

Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi Seorang perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam pengambilan spesimen cairan tubuh klien untuk dapat dikaji lebih lanjut. Dalam satu hari biasanya klien rawat inap mengalami minimal satu kali pengambilan spesimen dari tubuhnya untuk diperiksa di laboratorium. Selain pengambilan spesimen, klien juga biasanya menjalani pemeriksaan radiologi, terutama bagi penderita TBC. Untuk hasil yang akurat, perawat harus mengetahui semua prosedur dalam pemeriksaan laboratorium dan radiologi dan membimbing klien untuk bekerja sama dalam hal ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pengambilan spesimen klien untuk diperiksa ke laboratorium adalah: Perhatikan informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium, contohnya pengobatan yang sedang dijalani klien yang dapat mempengaruhi pemeriksaan.

Bawa spesimen ke laboratorium dengan segera untuk hasil yang akurat. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal kepada tenaga kesehatan pada waktunya sesuai dengan tingkat kelaparan hasil yang abnormal. (Kozier, 2002). Berikut prosedur pengambilan spesimen klien TBC:

Sputum. Diambil pada pagi hari dan yang pertama keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan dalam waktu 24 jam. Pengambilan sputum ini dilakukan dalam keadaan steril.

Urin. Urin yang diambil adalah urin yang pertama pada pagi hari atau urin yang dikumpulkan selama 12-24 jam. Pengambilan urin dapat dilakukan oleh klien sendiri dengan penjelasan perawat. Jika klien menggunakan kateter, maka urin yang tertampung di dalam urine bag dapat diambil.

Cairan kumbah lambung. Umumnya bahan pemeriksaan ini digunakan bila klien adalah anak-anak atau klien tidak dapat mengeluarkan sputum. Bahan pemeriksaan pagi hari sebelum sarapan. (Muttaqi, 2008). Semua prosedur tersebut dilakukan setelah menjelaskan prosedur tersebut

kepada klien agar klien merasa nyaman. Prosedur diatas juga dilakukan dalam keadaan steril agar hasil pemeriksaan laboratorium dapat akurat. Setelah pengambilan spesimen tersebut, perawat dapat membawanya untuk diteliti di laboratorium. Penelitian dilakukan dengan membuat sediaan dan diwarnai dengan pewarnaan bahan asam serta diperiksa dengan lensa rendam minyak. Hasil pemeriksaan mikroskopik dilaporkan sebagai berikut: Bila setelah pemeriksaan teliti selama 10 menit tidak ditemukan bakteri tahan asam, maka label atau penanda: Bakteri tahan asam negatif atau BTA (-) Bila ditemukan bakteri tahan asam 1-3 batang pada setiap sediaan, maka jumlah yang ditemukan harus disebut dan sebaiknya dibuat sediaan ulang.

Bila ditemukan bakteri-bakteri tahan asam maka harus diberi label: Bakteri tahan asam positif atau BTA (+). (Muttaqi, 2008) Pemeriksaan darah dapat menunjang diagnosis TBC walaupun hasilnya

kurang akurat. Pemeriksaan darah dilakukan dengan memeriksa laju endapan darah atau LED. Adanya peningkatan LED disebabkan oleh peningkatan imunoglobulin, terutama IgG dan IgA. (Loman, 2001; Muttaqi, 2008). Pemeriksaan radiologi pada klien TBC biasanya adalah ronsen dada dan CT scan. Berikut prosedur ronsen dada dan CT scan yang harus dijalani oleh klien dengan bantuan perawat:

Ronsen dada. Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak menghadap film sinar-X. Hantaran gelombang sinar-X

ditembuskan dari arah posterior (posisi PA). Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah bawah. Sebelum pemeriksaan, klien melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya lalu menggunakan gaun.

CT scan. Pemeriksaan ini dilakukan oleh teknisi yang bersangkutan. Perawat hanya mengkaji keadaan klien sebelum menjalani tes ini dan menjawab semua pertanyaan klien dan keluarga tentang pemeriksaan ini. Karena pemeriksaan ini sering membutuhkan media kontras, maka klien harus menjalani puasa sebelum menjalani pemeriksaan ini. Karena media kontras biasanya mengandung yodium, maka tanyakan kepada klien apakah mempunyai alergi terhadap yodium, zat warna, ataupun kerang. Ingatkan agar klien tidak boleh bergerak selama prosedur berlangsung, namun klien dapat bercakap-cakap dengan teknisinya. Walaupun pemeriksaan radiologi menjadi hal yang umum bagi klien.

Namun dewasa ini, banyak klien yang mulai menyadari tentang pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Sebaiknya klien diberikan penjelasan yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan dilakukan dan manfaatnya dalam hubungan resiko dalam pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Pemeriksaan ronsen dada dan CT scan pemanajanan radiasinya adalah minimal, maka aman bagi klien. Namun sebaiknya, pemeriksaan ronsen dada dan CT scan tidak dilakukan oleh klien yang sedang hamil.

Daftar Pustaka: Asih, Niluh Gede Y., Effendy, C. (2002). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. (2002). Interactive CD-ROM: Nursing Care Plans, Sixth Edition. F.A. Davis Publishers. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. (2002). Kozier and Erbs Techniques in Clinical Nursing, Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Muttaqi, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

También podría gustarte