Está en la página 1de 18

Nama

: 1. M.Aditya.S (43A87007070066). 2. Yudi Santoso (43A87007070036).

Jur Tugas

: S1/SI/8 A P : Pendidikan Agama III

ALIRAN-ALIRAN DALAM AGAMA ISLAM


Berbagai macam aliran-aliran lahir dan berkembang dalam Islam. Masing-masing berkembang menjadi sekte-sekte. Sebagian sekte ini masih dalam lingkaran Islam dan sebagian lagi sudah tergelincir dari Islam. Misalnya, sekte ‘Ajaridah dari Khawarij tidak mengakui surat Yusuf sebagi bagian dari Alquran. Sebab, menurut mereka cerita porno tidak layak menjadi isi Kitab Suci Alquran. Sekte Saba’iyah dari Syi‘ah yang berpendapat bahwa wahyu itu seharusnya diturunkan kepada Ali, tetapi Jibril tersalah menurunkannya kepada Muhammad Saw. Tentunya paham-paham seperti ini sudah tergelincir dari Islam.

A. KAUM KHAWARIJ

Nanti pada suatu masa akan muncul kaum khawarij yaitu kaum yang rajin sholatnya,shaum, bagus bacaan alquran nya tapi hanya sebatas kerongkongan, tidak sampai ke kalbu hati mereka karena mereka tidak mengerti makna dari isi alquran. Kata khawarij secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Syahrastani mengartikan khawarij sebagai kelompok masyarakat yang memberontak dan tidak mengakui terhadap imam yang sah dan sudah disepakati oleh kaum muslimin, baik pada masa sahabat, pada masa tabiin maupun pada masa sesudahnya Mereka lebih berbahaya dibanding kaum non muslim, karena mereka memerangi kaum muslim dan membunuh sesama kaum muslim. Rasullulah SAW pernah menyebut mereka sebagai anjing-anjing penghuni neraka.

Banyak sekali pengikut pengikut neo khawarij pada zaman sekarang ini kita bisa melihat dan merasakan siapa saja pengikut neo khawarij ini di indonesia. ciri ciri mereka : 1. Gampang mengkafirkan orang dan mudah sekali membuat kerusakan dan fitnah terhadap sesama kaum muslim. 2. Merasa dirinya paling suci dan benar dan yg lain dianggap salah. 3. Keras kepala. 4. Muda usianya tapi bodoh akalnya. 5. Memfitnah ulama ulama soleh 6. Selalu menentang penguasa islam yang sah Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membagi-bagikan harta rampasan perang di desa Juronah -pasca perang Hunain- beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra bin Habis dan Uyainah bin Harits. Beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy dan pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang diberikan kepada yang lainnya. Melihat hal ini, seseorang (yang disebut Dzul Khuwaisirah) dengan mata melotot dan urat lehernya menggelembung berkata: Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: Berbuat adillah, karena sesungguhnya engkau belum berbuat adil!. Sungguh, kalimat tersebut bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang dan menuduh bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dengan wajah yang memerah bersabda:

Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil? Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar. (HR. Bukhari Muslim) Saat itu Umar bin Khathab radhiallahu anhu meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melarangnya. Beliau menghabarkan akan munculnya dari turunan orang ini kaum reaksioner (khawarij) sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikutnya:

Sesungguhnya orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian akan merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat asySyariah, hal. 33) Demikianlah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mensinyalir akan munculnya generasi semisal Dzul Khuwaisirah -sang munafiq-. Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan penguasa manapun, menentang penguasanya walaupun sebaik Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Dikatakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bahwa mereka akan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya, padahal ia telah melewati darah dan kotoran hewan buruan tersebut. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus bacaan alQurannya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca. Sesungguhnya sepeninggalku akan ada dari kaumku, orang yang membaca al-Quran tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Kemudian mereka tidak akan kembali padanya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk. (HR. Muslim)

Dari riwayat ini, kita mendapatkan ciri-ciri dari kaum khawarij, yakni mereka dapat membaca al-Quran dengan baik dan indah; tapi tidak memahaminya dengan benar. Atau dapat memahaminya tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan hanya dengan hawa nafsu dan emosinya. Ciri khas mereka lainnya adalah: Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut: Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini satu kaum; yang membaca al-Quran, namun tidak melewati kerongkongannya. Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak

panah dari buruannya. Jika sekiranya aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (HR. Bukhari Muslim)

Ciri berikutnya adalah: kebanyakan di antara mereka berusia muda, dan bodoh pemikirannya karena kurangnya kedewasaan mereka. Mereka hanya mengandalkan semangat dan emosinya, tanpa dilandasi oleh ilmu dan pertimbangan yang matang. Sebagaimana yang terdapat dalam riwayat lainnya, ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya, bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat. (HR. Muslim)

Perkembangan Khawarij Kaum khawarij yang pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab badawi yang hidup di padang pasir tandus membuat mereka bersifat sederhana dalam tetacara hidup dan pemikiran, tetapi keras hati, berani, bersifat merdeka, dan tidak bergantung pada orang lain. Perubahan agama tidak membawa perubahan pada sifat-sifat ke-badawiyan mereka. Akibat dari sifat-sifat seperti inilah mereka bersikap keras walaupun dengan sesama muslim. Selain itu, merekapun terpecah belah dalam beberapa golongan/sekte. Menurut Asy-Syahrastani, mereka terpecah menjadi delapan belas subsekte, namun sekte yang paling pentingnya adalah Al-Muhakimah, Al-Azariqoh, An-Najdiyah, Al-Baihasiyah, Al-Ajaridah, atsTsalibah, dan as-Shufriyah. Menurut al-Bagdady, seperti yang dikutip harun nasution ada dua puluh sub sekte Khawarij. Sekte-sekte Khawarij tersebut membicarakan persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa besar, apa dia masih dianggap mukmin atau dia telah menjadi kafir. Doktrin inilah yang terlihat mendominasi mereka, sedangkan doktrin-doktrin lainnya hanya sebagai penunjang saja. Pemikiran subsekte ini bersikap praktis daripada teoritis sehingga kriteria mukmin dan kafirnya menjadi tidak jelas. Hal ini membuat kondisi tertentu seseorang yang bias menjadi kafir dan dalam waktu bersamaan menjadi seorang mukmin.

Tindakan-tindakan Khawarij ini membuat risau Umat Islam saat itu, sebab dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte Khawarij tertentu, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte lain masih dianggap mukmin. Bahkan, dikatakan bahwa jiwa seorang Yahudi dan Majusi itu lebih berharga daripada dengan jiwa seorang mukmin. Namun begitu, ada subsekte Khawarij yang agak lunak, yaitu Najdiyah dan Ibadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melaksanakan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang semacam ini tidak perlu dikucilkan dari masyarakat. Perkembangan selanjutnya, semua aliran yang bersifat radikal dikategorikan sebagai golongan Khawarij

B. KAUM MURJIAH Nama Murjiah beraal dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Memberi harapan dalam artian member harapan kepada para pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan Allah Swt. Selain itu, irjaa juga bisa memiliki arti meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murjiah berarti orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak Asal usul kemunculan kelompok Murjiah dapat dibagi menjadi 2 sebab yaitu: 1. Permasalahan Politik Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, dilakukanlahtahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu, yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya keluar dari Ali yakni Khawarij. Mereka memandang bahwatahkim bertentangan dengan Al-Quran, dengan pengertian, tidak ber-tahkim dengan hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukantahkim adalah dosa besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuata dosa besar yang lain. Seperti yang telah disebutkan di atas Kaum khawarij, pada mulanya adalah penyokong Ali bin Abi thalib tetapi kemudian berbalik menjadi musuhnya. Karena ada perlawanan ini, pendukung-pendukung yang tetap setia pada Ali bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan golongan lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syiah.

Dalam suasana pertentangan inilah, timbul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan yang bertentangan ini. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik menunda (arjaa) yang berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di depan Tuhan. Gagasanirja atauarja yang dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan menghindari sekatrianisme.

2. Permasalahan KeTuhanan Dari permasalahan politik, mereka kaum Murjiah pindah kepada permasalahan ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum khawarij, mau tidak mau menjadi perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang membuat dosa besar, kaumMurjiah menjatuhkan hukum mukmin. Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murjiah yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak. AliranMurjiah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwatahkim itu di hadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmindi hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosar besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu, orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.

Menurut W. M. Watt, doktrin-doktin Murjiah secara umum sebagai berikut: 1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah yang memutuskannya di hari kiamat kelak. 2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat al-Khalifah arRasyidun. 3. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk mendapat ampunan dan rahmat dari Allah Swt. 4. Doktrin-doktrin Murjiah menyerupai pengajaran (mazdhab) para skeptik dan empiris dari kalangan Helenis.

C. KAUM MUTAZILAH Secara harfiayah kata Mutazilah berasal dari kata itazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Secara teknis, Mutazilah menunjuk pada dua golongan Doktrin mutazilah Mempunyai doktrin yang selalu dipegang erat oleh mereka, bahkan di atasnya-lah prinsipprinsip mereka dibangun. Doktrin itu mereka sebut dengan Al-Ushulul-Khomsah (lima landasan pokok). Adapun rinciannya sebagai berikut dan sekaligus kami iringi dengan bantahan cara pemahaman mereka mengenai ajaran keislaman mereka, sebagai berikut :

1. At-Tauhid At-Tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mutazilah. Sebenarnya, semua aliran teologis dalam Islam memegang doktrin ini. Namun, Tauhid dalam paham Mutazilah memiliki arti spesifik. Yaitu : a. Tuhanlah satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak satupun yang menyamai-Nya. Karena itu, Dia-lah yang qadim. Bila ada yang qadim lebih dari satu, maka telah terjadi taadud al qudama (tebilangnya zat yang tak berpemulaan).

b.

Mutazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik, dan Tuhan dilihat dengan mata kepala.

2. Al-Adl
Ajaran tentang keadilan ini berkait erat dengan beberapa hal, antara lain : a. Perbuatan Manusia Menurut Mutazilah, melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, baik secara langsung maupun tidak. Konsep ini memiliki konsekuensi logis dengan keadilan Tuhan, yaitu apapun yang akan diterima manusia di akhirat merupakan balasan perbuatannya di dunia. b. Berbuat baik dan terbaik (as-shalah wa al-ashlah) Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk berbuat baik, bahkan terbaik untuk manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan penganiaya, karena hal tersebt tidak layak bagi Tuhan. Jika Tuhan berlaku jahat terhadap seseorang dan berlaku jahat kepada orang lain berarti Ia tidak adil. Maka Tuhan pastilah berbuat yang terbaik bagi manusia. c. Mengutus Rasul Mengutus rasul bagi manusia merupakan kewajiban bagi Tuhan dengan alasan sebagai berikut :

1. Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia. 2. Al-Quran secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada manusia (QS 26:29). 3. Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Agar tujuan tersebut berhasil, tidak ada jalan lain selain mengutus rasul.

3. Al-Waad wa al-Waid Al-Waad wa al-Waid berarti janji da ancaman, Tuhan yang Mahaadil dan Mahabijaksana, tidak akan melanggar janji-Nya. Yaitu untuk member pahala surge bagi

yang berbuat baik dan mengancam dengan siksa neraka atas orang yang durhaka. Begitu pula janji Tuhan untuk member ampunan orang yang bertaubat nasuha pasti benar adanya. 4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain Menurut pandangan Mutazilah, pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai orang mukmin secara mutlak. Hal ini karena keimanan menuntut adanya kepatuhan kepada Tuahan, dan tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Pelaku dosa besar juga tidak bias dikatakan kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, Rasul-Nya, dan mengerjakan pekerjaan yang baik. 5. Al-Amru bi al-Maruf wa an-Nahy an Munkar. Al-Amru bi al-Maruf wa an-Nahyi an-Munkar berarti menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam paham Mutazilah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang mukmin untuk melakukan hal ini. Yaitu : 1. Ia mengetahui perbuatan yang disuruh itu memang maruf dan yang dilarang itu memang munkar. 2. Ia mengetahui bahwa kemungkaran telah nyata dilakukan oleh orang. 3. Ia mengetahui bahwa perbuatan amr maruf atau nahy munkar tidak akan membawa mudharat yang lebih besar. 4. Ia mengetahui atau paling tidak menduga bahwa tindakannya tidak akan membahayakan dirinya dan hartanya.

Sekitar dua abad lamanya ajaran-ajaran mutazilah ini berpengaruh, karena diikuti atau didukung oleh penguasa waktu itu. Masalah-masalah yang diperdebatkan antara lain : 1. Sifat-sifat allah itu ada atau tidak 2. Baik dan buruk itu ditetapkan berdasarkan syara atau akal 3. Orang yang berdosa besar akan kekal di neraka atau tidak 4. Perbuatan manusia itu dijadikan oleh allah 5. Al-quran itu makhluk atau tidak 6. Allah itu bias dilihat di akhirat nanti atau tidak 7. Alam itu qodim atau hadits
8. Allah wajib membuat yang baik (shilah) dan yang lebih baik (ashlah) 9

D. KAUM SYIAH

Syiah secara bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminology adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad Saw, atau orang yang disebut sebagai ahl-bait Seperti halnya aliran Sunni, aliran Syiah mengikut pada tradisi mereka sendiri, tapi diatas dari tradisi mereka terdapat Imam-imam, pengganti Nabi. Mereka menyatakan aliran Sunni hanya menggunakan catatan, sedang aliran Syiah mempunyai saksi mata. Mereka menyatakan mempunyai 14 orang-orang yang sempurna, dan 12 imam, Muhamad, dan Fatima. Ini merupakan beberapa kepercayaan mereka yang lain. *Pernikahan Kontrak sekarang masih diperbolehkan. *Berpura-pura (taiyya) berdasarkan interpretasi mereka dari Sura 3:27 *Banyak umat Syiah percaya Mahdi akan kembali dan mengembalikan seperti semula.

Beberapa (tetapi tidak semua) umat Sunni melihat ini sebagai penyangkalan terhadap Muhamad sebagai Nabi terakhir dan oleh karena itu mengganggap semua umat Syiah Ghulat. Namun, terdapat dua masalah dengan pandangan dari beberapa umat Sunni ini. 1. Seorang Syiah mengatakan Allah akan mengirim seseorang secara ajaib kembali bukan berarti membuat kembali lagi seorang nabi. Walau mereka mempunyai banyak hal yang ingin dikatakan tentang Mahdi, aliran Syiah sebenarnya PERCAYA Muhamad merupakan nabi terakhir. 2. Tak ada satupun dalam Quran yang mengatakan bahwa Muhamad adalah nabi terakhir, seperti yang dikatakan dalam An Introduction to Shii Islam hal.67. Hal itu hanya dikatakan oleh Hadist orang Sunni yang mengatakan Muhamad adalah nabi terakhir.

10

Ajaran-ajaran Syiah 1. Tauhid Tuhan adalah Esa, baik ekstensi maupun esensi-Nya. Keesaan adalah mutlak. Keesaan Tuhan tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu, Ia berdiri sendiri, dan tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. 2. Nubuwah Setiap mahkluk membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara baik dan buruk di alam semesta. Tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. 3. Maad (Kepercayaan akan adanya hidup di akhirat) Maad adalah hari akhir untuk menghadapi Tuhan di akhirat. Mati adalah kehidupan transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. 4.Imamah Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad Saw. 5.Adl Tuhan menciptakan kebaikan di Alam semesta ini merupakan keadilan. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang salah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan indranya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendak sebagai anugrah Tuhan untuk mewujudkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

11

E. KAUM JABARIAH Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengharuskan melakukan sesuatu. mengandung arti memaksa dan

Asy-Syahrastani mengartikan Jabariah sebagai menolak

adanya perbuatan dan menyadarkan semua perbuatan kepada Allah Swt. Berdasarkan hal ini, Asy-Syahrastani membagi Jabariah dalam dua bentuk, yaitu : 1. Jabariah Murni, yang menolak adanya perbuatan berasal dari manusia dan memandang manusia tidak memiliki kemampuan untuk berbuat, 2. Jabariah Pertengahan (Moderat), yang mengakui adanya perbuatan manusia namun perbuatan manusia tidak membatasi. Namun, orang yang mengakui adanya perbuatan makhluk yang mereka namakan kasb bukan termasuk Jabariyah.

Ajaran Jabariah, bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbutannya. Manusia dalam faham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Memang dalam aliran ini berpendapat faham bahwa manusia mengerjakan perbutannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah inggris faham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan-perbutan manusia telah ditentukan dari semula oleh kada dan kadarnya.

Faham jabariah, kelihatannya ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi islam oleh al-Jad ibn Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm ibn Safwan (124 H) dari Khurasan. Jahm yang terdapat dalam aliran jabariah ini sama dengan Jahm yang mendirikan golongan al-jahmiah dalam kalangan Murjiah sebagai sekretaris dari Syuraih ibn al-Haris, ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jahm sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh ditahun (131-H) ia mati dibunuh Muslim Ibn Ahwas al-Mazini pada akhir masa pemerintahan khalifah Malik ibn Marwan, salah seorang khalifah Bani Umayyah. Aliran ini tersebar di daerah Tirmiz, Sekalipun ia sependapat dengan Mutazilah yang menolak adanya sifat amaliyah bagi Allah namun ia berbeda pendapat dengan Mutazilah dalam beberapa hal:

12

1. Menurutnya makhluk tidak boleh memiliki sifat yang sama dengan sifat Allah dan kalau terjadi berarti menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Ia menolak kedaan Allah maha Hidup dan maha mengetahui, namun ia mengakui keadaan Allah maha kuasa. Allah-lah yang mebuat dan menciptakan, karena itu makhluk tidak mempunyai kekuasaan. 2. Ia mengakui Ilmu Allah bukan sifat zat-Nya. Katanya: suatu yang belum diciptakan Allah belum diketahui Allah. Kalau Allah yang lebih dahulu mengetahuinya baru diciptakan apakah ilmu Allah terhadap sesuatu yang belum diciptakan sama dengan ilmu Allah sudah diciptakan? Dan kalau ilmu Allah sebelum dan sesudah diciptakan sama maka dapat dikatakan Allah itu jahil. Karena itu ilmu Allah terhadap sesuatu yang belum diciptkan tidak sama dengan ilmu Allah terhadap Sesuatu yang sudah diciptakan. Dan juga kalau ilmu Allah dan sesudah sesuatu diciptkan tidak sama berarti ilmu Allah berubah, sedangkan yang dapat menerima perubahan itu adalah makhluk yang bukan qadim, pendapat ini nampaknya sama dengan pendapat yang pernah diungkapkan terdahulu oleh Hisyam ibn al-Hakam. Katanya: kalau dikatakan ilmu Allah itu termasuk baharu (ciptaan-Nya) maka akan terjadi salah satu dari kedua hal; sifat baharu terjadi pada zat Allah yang mengakibatkan zat-Nya berubah, sedangkan zat itu tidak terjadi pada zat yang menjadi tempat sifat yang baru sedangkan sifat itu sendiri bukan zat Tuhan. Karena itu dapat dikatkan sifat tidak mempunyai tempat. Ia mengakui bahwa ilmu Allah itu baru karena banyak yang baru yang diketahui Allah. 3. Manusia tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun, manusia tidak dapat dikatakan mempunyai kemapuan (istithaah). Perbutan yang tampaknya lahir dari manusia bukan dari perbuatan manusia, karena manusia tidak mempunyai pilihan antara memperbuat atau tidak memperbuat. Sama perbutan yang terjadi pada makhluk adalah perbutan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya penyandaran majazi. Sama seperti kata orang pohon berbuah, air mengalir, batu bergerak, matahari terbit dan tenggelam, langit berawan, hujan turun, bumi beredar dan biji-bijian tumbuh dan sebagainya. Pahala da siksa adalah perbuatan Allah yang lahir pada manusia, dan demikian semua perbutan lahir dari makhluk itu adalah perbutan Allah maka termasuk semua macam ibadah dan perintah serta larangan juga manusia termasuk perbutan Allah.

13

4. Manusia akan kekal, baik dalam surga maupun di dalam neraka. Surga dan neraka akan fana apabila semua calon penghuninya masuk kedalamnya. Penghuni neraka merasakan kepedihan siksa. Karena itu tidak akan tergambark akan berakhirdan berubah, ia menakwilakan firman Allah: mereka kekal di dalamnya.

Menurutnya hanya menunjukkan terlalu lama, bukan karena kekal, seperti dalam ungkapan Allah mengekalkan kekuasaan si fulan. Ia juga mengemukakan alasan bahwa keadaan penghuni surga mereka tidak berubah degan firman Allah:

Artinya: Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (huud: 108).

Menurutnya ayat ini mencakup syarat dan pengecualian, sedangkan kekekalan dalam surga dan di dalam neraka tidak dapat dikecualikan. 5. Siapa yang memiliki marifat (pengenalan) kepada Allah, kemudian ia mengingkari Allah dengan lisannya ia tidak dapat dikatakan kafir. Karena pengetahuan dan marifat tidak akan terhapus dengan adanya keinginan dan ia katakan masih mukmin. Katanya: iman tidak tidak berdiri dari tashdiq, perbuatan. Iman bentuknya sama, baik baik iman para nabi maupun iman umatnya. Karena marifah itu sendiri tidak ada tingkatannya. Para ulama salaf seluruhnya menolak pendapat ini, mereka menganggap Jaham termasuk orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Jaham juga sependapat dengan kelompok mutazilah diakhirat dan ia mengatakan bahwa Kalam Allah termasuk makhluk dan wajib mencapai marifah sebelum diturunkan wahyu.

14

F. QODARIAH Qodariah berasal dari bahasa Arab yaitu qadara artinya kemampuan dan kekuatan, sedangkan arti terminologinya adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan atau perbuata manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.

Doktrin-doktrin Qodariah Golongan ini menyatakan bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan, seperti ayat Quran menyatakan :

Artinya : Katakanlah, kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mau (beriman) beriman lah ia, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir (Q.S. Al-Kahf : 29)

Firman Allah :

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Raad : 11)

Konsepsi paham qadariah Qadariah berbendapat beda dengan jabariyah. Menurut paham ini manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya hingga paham ini dikatakan
15

menganut paham free will atau free act. Paham ini dimulai dari seorang yang bernama Mabad Aljuhaini (w. 699 M) dan Abu Warwan Ghailan ibn Warwan al-Dimasqi alQutbi (w. 730 M) sekitar tahun 80 H. Menurut Ghailan manusia mempunyai kekuatan untuk menentukan perbuatannya sendiri, termasuk kemampuan menentukan yang baik dan yang buruk hingga setiap pebuatan manusia baik jahat maupun baik dilaksanakan dengan dayanya sendiri. Dari pandangan ini dapat dilihat betapa konsepsi free wil dalam paham jabariah menjadi dasar keyakinan teologi kaum qadariah. Jika dilihat dari penyataan paham qadariah tentang kebebasan manusia dalam melakukan perbuatannya sendiri, nampaknya cara berpikir demikian tidak otentik dengan tradisi awal Islam. Pemahaman teologi dengan paradigma demikian telah melibatkan metodologi filsafat di mana alur logika teologis yang terbentuk telah melibatkan p andanganpandangan akal (selain teks). Dalam Islam hubungan antara teks (wahyu) dan akal seringkali mengalami ketegangan, seperti yang terjadi dalam kontroversi m u k t a z i l ah (paham qadariah) dan asyariah (paham jabariyah), walaupun dalam sejarahnya, akal dan wahyu tidak pernah benar-benar diposisikan pada domain yang saling berbenturan atau saling meniadakan. Safi mengemukakan, bahwa akal adalah sebuah body of knowledge yang meliputi; klaim-klaim transendental tempat kebenaran dipostulasikan. Akal dalam pengertian ini memiliki struktur yang serupa dengan wahyu. Karena itu hubungan akal dan wahyu dapat ditinjau dalam dua cara.P e r ta m a, akal bekerja dari dalam, sebagai sarana organik ketika berbicara soal wahyu.K e d u a, akal bekerja dari luar kedalam wahyu. Implikasi keduanya berbeda secara metodologis. Yang pertama, menurut safi, mencerminkan cara pandang Islam, dan yang kedua mencerminkan cara pandang sekuler. Pilihan seperti ini kelihatannya berlaku secara dikotomis, menempatkan teks sebagai otoritas akal, ataukah menjadikan akal sebagai terpisah secara mekanis sesuai dengan alurnya yang otonom. Dengan demikian akal dalam konteks ini bukanlah sebagai sumber tetapi lebih sebagai cara atau metode, mengungkapkan pengetahuan. Dalam paham teologi qadariah, peranan akal sangatu r g e n dalam menentukan klaim- klaim teologisnya, sebab akal ditempatkan sebagai penjelasan teks -teks (wahyu). Terkait dengan kontroversi antara paham jabariah dan paham qadariah akibat perbedaan dalam mengintrodisir teks dan kemampuan akal dalam melahirkan klaim

16

teologis,nampaknya epistemologib a y a n i yang dominan pada paham jabariyah dianggap belum cukup memberikan makna benar terhadap teks sebagai sumber pengetahuan teologis. Karena itu dibutuhkan cara lain untuk merai h kebenarankebenaran yang belum sampai di raih oleh metodeb a y a n i dalam menentukan makna teks. G. AHLUSUNNAH WAL JAMAAH Ahlusunnah wal jamaah adalah salah satu jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang perpegang kepada 4 (empat) : 1. Al-Quran 2. Hadits 3. Ijma 4. Qiyas Arti Ahlussunnah wal jamaah itu sendiri diambil dari Hadits Rasulullah SAW yang beliau sabdakan : Islam akan menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang masuk surga tanpa di hisab, sahabat berkata : siapakah golongan tersebut ya Rasulullah ?, Nabi bersabda : Ahlussunnah wal jamaah. Yang kita tanyakan, apa itu Ahlussunnah wal jamaah ? Semua golongan mengaku dirinya Ahlussunnah tetapi sebenarnya mereka bukan Ahlussunnah wal jamaah karena banyak hal-hal yang mereka langgar yang mereka jalankan di dalam ajaran agama Islam, tetapi tetap mereka mengakui diri mereka yang benar. Sebenarnya kita harus mengetahui apa yang kita pelajari di dalam agama Islam atau yang kita amalkan di dalam Islam maka kita akan mengetahui kebenarannya di dalam ajaran Ahlussunnah wal jamaah. Allah SWT telah mengucapkan di dalam surat Al Fatihah pada ayat yang 5 dan ayat yang ke 6, Allah SWT mengucapkan di dalam ayat yang ke 5jalan yang lurus dan pada ayat yang ke 6 jalan-jalan mereka, yang kita tanyakan siapa mereka-mereka itu ?

17

Ulama Ahlussunnah wal jamaah mereka bersepakat : 1. Mereka adalah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya 2. Penerus sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dinamakan Tabiin 3. Tabi-tabiin adalah pengikut yang mengikuti orang yang belajar kepada sahabat Rasulullah SAW. 4. Dan para ulama sholihin. Yang ditanyakan siapa mereka para ulama sholihin itu ? Ulama sholihin adalah ulama-ulama yang mengikuti jejak mereka di atas yang 3 dan ulama ini sangat banyak sekali di muka bumi maka mereka menamai dirinya atau golongannya dengan nama Ahlussunnah wal jamaah .

Apa yang mereka ajarkan ? Kita akan mengenalkan mereka dengan kitab-kitabnya yang telah tersebar luas di dunia seperti Imam Ghozali, Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan banyak daripada itu pula dari keturunan Rasulullah SAW yang menamai julukan mereka habaib atau habib, diantara mereka adalah Al habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad yang satu diantara karangannya adalahNashoihuddiyyah dan banyak lagi yang lainnya. Cara-cara mereka akan lebih dekat kita kenal dengan amalan-amalan mereka yang sering kita dapati di tiap-tiap wilayah diantaranya mereka mendirikan perkumpulan dengan pembacaan sejarah Nabi Muhammad SAW yang dinamakan dengan Maulid dan pembacaan Do`a Qunut, Tahlil, Ratib, Ziarah Kubur, Pengadaan Haul para Aulia, Ini diantara amalan-amalan Ahli Sunah Wal Jama`ah. Maka jika dijelaskan sangat panjang, silahkan anda membaca kitab/buku-buku yang dikarang oleh mereka dari karangan-karangan yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits-hadits Rasulullah SAW, kita akan mengetahui kebenaran ilmu mereka maka kita harus prihatin di zaman ini banyak sekali golongan-golongan yang akan menyesatkan umat manusia karena kebodohan dan kurangnya pengertian jalan yang mereka ikuti sehingga mereka terjerumus kedalam jalan golongan-golongan yang sesat, maka berhati-hatilah membawa diri kita dan keluarga kita agar kita tidak terjerumus kedalam golongan yang tidak ada jaminan dari Rasulullah SAW

18

También podría gustarte