Está en la página 1de 14

BAB 3 SUMBER AJARAN ISLAM

(Oleh : Diotra Henriyan, IF17K UNIKOM, 10111910)

PEMBAHASAN
Pada judul bab ini dua hal penting yang sebaiknya dijelaskan lebih dahulu yaitu sumber agama Islam atau kadang-kadang disebut sumber ajaran agama Islam dan sumber ajaran Islam. Kedua ungkapan (kalimat) itu mempunyai hubungan yang sangat erat, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Ajaran Islam adalah pengembangan ajaran Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan Al-Hadists yang memuat Sunnah Rasullullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syariah, dan akhlak) dikembangakan dengan rayu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah ajaran agama yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadists. Dengan kata lain, yang dikembangakan lebih lanjut supaya dapat dipahami manusia adalah Wahyu Allah dan Sunnah Rasul yang merupakan agama (Islam) itu. Dengan uraian singkat ini jelaslah bahwa sumber agama Islam atau sumber ajaran agama Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadists. Jelas pula bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber dari agama Islam yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Dengan demikian, ajaran Islam merupakan pengembangan agama atau ajaran agama Islam. Sumber utamanya sama yaitu Al-Quran dan Al-Haditss, tetapi untuk ajaran Islam ada sumber tambahan atau sumber pengembangan yaitu rayu atau akal pikiran manusia. Dengan begitu, dalam Islam ada dua ajaran yang disebut ajaran dasar atau ajaran fundamental dan ajaran tidak dasar, (tetapi jangan dipandang tidak penting) yang disebut ajaran instrumental, ajaran yang merupakan sarana atau alat untuk memahami ajaran dasar. Dengan kedua ajaran itu kita akan dapat melihat dan memahami agama Islam secara baik dan benar. Dan, kalau kedua ajaran itu (agama Islam dan ajaran Islam) dihubungkan dengan komitmen (keterikatan) muslim dan muslimah terhadap Islam, maka ajaran agama atau agama Islam diwajibkan kepada setiap pemeluk agama Islam untuk mempelajarinya. Mempelajari agama Islam merupakan farduain yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam, terutama

yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat untuk mempelajarinya. Mempelajarin ajaran Islam tersebut terakhir ini merupakan fardu kifayah yakni kewajiban kemasyarakatan kaum muslimin. Apabila telah ada sekelompok orang mempelajari salah satu ilmu keislaman, misalnya ilmu fikih atau ilmu tentang syariah, yang lain tidak berdosa kalau tidak mempelajarinya. Namun, kalau tidak ada seorang Islampun mempelajarinya, semua anggota masyarakat muslim disuatu tempat pada suatu masa, berdosa. (mohammad Daud Ali : 1997 : 89) Dalam uraian berikut akan dijelaskan, kendatipun dalam garis besarnya, sumber agama dan sumber ajaran Islam. Kalau disebut sumber ajaran Islam, di dalamnya telah termasuk pembicaraan mengenai sumber agama atau sumber ajaran agama Islam. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1986) sumber adalah asal sesuatu. Sumber ajaran adalah asal ajaran Islam (termasuk sumber agama Islam di dalamnya). Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam surat An-Nisa ayat 59 :

Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul(-Nya), dan (kehendak) ulil amri diantara kamu. Menurut Al-Quran surat An-Nisa ayat 59 itu setiap mukmin (orang-orang yang beriman) wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak penguasa atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam AlHadits, kehendak penguasa (ulil amri) termaktub dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan ajaran Islam dari dua sumber utamanya yakni Al-Quran dan Al-Hadits dengan rakyu atau akal pikirannya. Al-Quran memiliki 4 fungsi utama yaitu sebagai pelajaran dan penerangan, sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu Turat, Zabur, dan Injil, sebagai pembimbing yang lurus, dan sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya.

Al-Quran sebagai pelajaran dan penerangan Keprihatinan Rasullullah telah dikemukakan oleh Allah dalam salah satu ayat Al-Quran :


Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diperhatikan". (QS. 25:30) Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. 38:29) Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan Allah kepada umat manusia:


Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini, (QS. 56:81) Padahal Al Quran adalah wahyu Allah, yang merupakan pedoman, petunjuk, penerangan dan sifat bagi umat Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan ayat-ayat Allah sebagai berikut : Kitab (al-Qur'an) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (QS. 2:2) Katakanlah: "al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. (QS. 41:44) Al Quran juga berisi hukum / syariat Allah yang harus ditaati : Tidaklah mungkin al-Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-Qur'an itu) membenarkan kitabkitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (QS. 10:37) Oleh karena itu sebagai ummat Islam kita wajib mempelajari dan memahami ayat-ayat Al Quran, agar kita dapat menjalankan segala perintah dan manjauhi larangan Yang Maha Kuasa. Bahkan

pada ayat berikut ditegaskan oleh Allah bahwa Al Quran merupakan pemimpin / pedoman yang harus kita taati.

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya). (QS. 7:3) Kemudian sejalan dengan hal tersebut sabda Rasulullah SAW di dalam hadits : Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya, dari kakeknya, beliau berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : Saya tinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang tidak sesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya (HR Ibnu Abdul Barri) Allah telah menjelaskan dalam surat Al Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 bahwa Dia telah memudahkan Al Quran untuk dapat dipelajari dan dipahami untuk dilaksanakan.


Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran. (QS. 54:17, 22, 32, 40) Mungkin kemudian akan muncul pertanyaan, bagaimana mungkin Al Quran mudah dipelajari, sedang bahasanya saja kita tidak mengerti ? Memang Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab, karena Rasulullah Muhammad sebagai penerima wahyu adalah orang Arab yang hanya berbahasa Arab. Perhatikan ayat-ayat berikut : Dan jikalau Kami jadikan al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab (Rasul dan orang-orang Arab) tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya".Apakah (patut al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab. (QS. 41:44) Sesungguhnya Kami mudahkan al-Qur'an itu dengan bahasamu (lisan, bahasa orang Arab) supaya mereka mendapat pelajaran. (QS. 44:58)

Pada saat ini telah tersebar Ayat-ayat Al Quran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa, bahkan di Indonesia ini telah diterjemahkan selain ke dalam bahasa Indonesia juga ke dalam bahasabahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Melayu dan sebagainya. Al-Quran sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya Allah SWT menjelaskan bahwa Alquran itu adalah kitab yang bernilai tinggi, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. penutup para Rasul. Kitab itu turun dari Allah seperti halnya Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. Hanya saja Alquran itu mempunyai nilai-nilai yang lebih sempurna karena Alquran itu berlaku abadi untuk sepanjang masa. Alquran itu di samping sebagai petunjuk juga sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dalam urusan tauhid, melenyapkan kemusyrikan dan mengandung ajaran-ajaran pokok hukum syarak yang abadi yang tidak berubah ubah sepanjang masa. Dan Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu memelihara

sembahyangnya. (QS. Al-Anam (6) : 92) Juga sebagai pegangan bagi Rasulullah SAW untuk memperingatkan umatnya, baik yang berada di Mekah atau di sekitar kota Mekah, ialah orang-orang yang berada di seluruh penjuru bumi ini. Dimaksud dengan orang-orang yang berada di sekitar kota Mekah, ialah orang-orang yang berada di seluruh penjuru bumi, sesuai dengan pemahaman bahasa dan pengertian ini ditegaskan sendiri oleh Allah swt.: Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Alquran (kepadanya). (Q.S Al An'am: 19) Juga firman Allah SWT : Katakanlah, "Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua. (Q.S Al A'raf: 158) Dan sabda Nabi Muhammad SAW : Semua nabi itu diutus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia. (HR Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah (Sahih Bukhari jilid 1, 70)

Al_Quran sebagai pembimbing yang lurus Banyak orang yang tidak beriman kepada al-Quran sekalipun mereka mengaku sebagai orang yang beriman. Mereka menghabiskan hidup mereka dengan berpegang pada khayalan, dan kehidupan mereka menyalahi al-Quran, bahkan mereka menolak al-Quran sebagai pembimbing mereka. Padahal, hanya al-Quran yang memberikan pengetahuan yang benar dalam masa kehidupan ini kepada setiap orang, dan al-Quran menjelaskan rahasia-rahasia penciptaan Allah dengan penjelasan paling benar dan paling murni. Informasi apa pun yang tidak berdasarkan pada al-Quran adalah informasi yang tidak benar, dengan demikian informasi tersebut merupakan tipuan dan khayalan. Dengan demikian, orangorang yang tidak berpegang pada al-Quran hidupnya dalam keadaan mengkhayal. Di akhirat, mereka akan dilaknat selama-lamanya. Dalam al-Quran, juga dalam shalat, perintah, larangan, dan akhlak yang baik, Allah menjelaskan berbagai rahasia kepada umat manusia. Sesungguhnya semuanya ini merupakan rahasia penting, dan mata yang mau memperhatikan dapat menyaksikan rahasia-rahasia ini di dalam hidupnya. Tidak ada sumber lain selain al-Quran yang dapat menjelaskan rahasia-rahasia ini. Al-Quran adalah sumber istimewa bagi rahasia-rahasia ini, sehingga siapa pun orangnya, betapapun ia orang yang cerdas dan melek huruf tidak akan pernah menemukan rahasia-rahasia ini di tempat lain. Jika sebagian orang tidak dapat memahami pesan-pesan yang tersembunyi dalam al-Quran, sedangkan orang lain dapat memahaminya, ini merupakan rahasia lain yang diciptakan oleh Allah. Orang-orang yang tidak mengkaji rahasia-rahasia yang diwahyukan dalam al-Quran hidup dalam keadaan menderita dan berada dalam kesulitan. Ironisnya, mereka tidak pernah mengetahui penyebab penderitaan mereka. Dalam pada itu, orang-orang yang mempelajari rahasia-rahasia dalam al-Quran menjalani kehidupannya dengan mudah dan gembira. Sebabnya adalah karena al-Quran itu jelas, mudah, dan cukup sederhana untuk dipahami oleh setiap orang. Dalam al-Quran, Allah menyatakan sebagai berikut: Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. Kami telah menurunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (Q.s. an-Nisa: 174-75).

Namun demikian, kebanyakan manusia, meskipun mereka sanggup memecahkan masalah yang sangat sulit, memiliki pemahaman dan mampu mempraktikkan filsafat yang sangat membingungkan, ternyata tidak mampu memahami hal-hal yang jelas dan sederhana yang terdapat dalam al-Quran. Sebagaimana tetah dijelaskan dalam buku ini, persoalan ini merupakan rahasia yang penting. Di samping tidak mampu memahami sifat dunia yang sementara, hari demi hari orang-orang seperti ini semakin dekat kepada kematian yang tak dapat dielakkan. Rahasia-rahasia dalam al-Quran merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, al-Quran memberikan ancaman bagi orang-orang kafir, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut: Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu hanyalah menambah kerugian bagi orang-orang yang zalim. (Q.s. alIsra: 82). Buku ini membicarakan tentang persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ayat-ayat yang telah diwahyukan Allah kepada manusia sebagai suatu rahasia. Ketika seseorang membaca ayat-ayat ini, dan perhatiannya tertuju kepada rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan segala sesuatunya berdasarkan al-Quran. Maka, orang-orang pun akan menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga al-Quran akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain. Semenjak orang bangun pada pagi hari, wujud dari rahasia-rahasia yang diciptakan Allah ini dapat dilihat. Untuk memahami rahasia-rahasia ini, yang ia perlukan hanyalah selalu

memperhatikannya, berpaling kepada Allah, dan bertafakur. Maka, ia akan menyadari bahwa hidupnya sama sekali tidak tergantung pada hukum-hukum yang merugikan sebagaimana yang dipakai banyak orang, dan ia akan menyadari bahwa satu-satunya kekuasaan dan hukum yang dapat dipercaya hanyalah hukum Allah. Ini merupakan rahasia yang sangat penting. Tidak ada kebaikan di dalam aturanaturan dan praktik-praktik yang digunakan kebanyakan orang selama berabad-abad yang dianggap sebagai kebenaran yang pasti. Sesungguhnya, orang-orang ini telah tertipu. Kebenaran adalah apa yang dinyatakan dalam al-Quran. Siapa pun yang membaca al-Quran dengan ikhlas, lalu memikirkan berbagai peristiwa berdasarkan al-Quran dan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini. Perbuatan inilah yang akan memberikan pemamahan yang lebih baik bahwa Allah adalah Yang Maha Esa Yang mengendalikan setiap makhluk, hati, dan pikiran, sebagaimana pernyataan Allah dalam sebuah ayat:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?. (Q.s. Fushshilat: 53) Al-Quran sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Setiap orang pasti tahu bahwa tangannya akan terbakar jika terkena api. Ia tak perlu berpikir lagi apakah akan benar-benar terbakar atau tidak. Artinya, ia memiliki keyakinan penuh bahwa api tersebut akan membakarnya. Keyakinan seperti ini disebutkan dalam Al-Quran sebagai berikut: Ini lah (Quran) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang sungguh-sungguh meyakininya. (Surat Al-Jatsiyyah: 20) Memiliki keimanan sepenuh hati artinya mempercayai keberadaan Allah dan keesaannya, hari kebangkitan, surga dan neraka dengan sepenuh-penuhnya keyakinan, tanpa ragu sedikitpun akan kebenarannya. Layaknya mempercayai keberadaan orang-orang disekitar kita yang kita lihat dan kita ajak bicara, seperti halnya pengetahuan intuitif terhadap contoh api di atas. Keimanan penuh yang tumbuh di hati orang tersebut akan mendorongnya untuk selalu beramal dengan cara yang diridhai Allah di setiap saat. Bagaimana Al-Quran diwahyukan? Surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Nabi s.a.w, selama dua puluh tiga tahun masa kenabiannya. Hal ini dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran sendiri. Allah berfirman: "Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan secara berangsurangsur agar kamu membacakannya perlahanlahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. " (QS 17:106) Tidak diragukan lagi bahwa di dalam Al-Quran ada nasikh dan mansukh. Juga ada ayat-ayat yang berkenaan dengan kisah-kisah dan peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin terjadi pada waktu yang sama untuk memungkinkan ayat-ayat diturunkan sekaligus untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa itu. Ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran tidak diturunkan menurut urutan yang kita baca dalam AlQuran sekarang ini, yakni pertama surat al-Fatihah, kemudian al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa' dan

seterusnya. Karena, di samping ada bukti-bukti sejarah tentang hal itu, kandungan ayat-ayat Al-Quran sendiri memberi kesaksian tentang hal tersebut. Sebab sebagian surat dan ayat yang berkenaan dengan masalah-masalah yang terjadi pada awal masa kenabian, ternyata terletak di bagian akhir Al-Quran, seperti surat al-'Alaq dan al-Qalam. Dan sebagian lain, yang berkenaan dengan masalah masalah pada masa sesudah Hijrah dan akhir masa Nabi s.a.w., ternyata terletak di awal Al-Quran, seperti surat-surat al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa', al-Anfal dan at-Taubah. Sesungguhnya perbedaan antara kandungan surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran, dan kaitannya yang erat dengan peristiwaperistiwa yang terjadi selama dakwah Nabi, mengharuskan kita untuk mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam waktu dua puluh tiga tahun, yakni masa dakwah Nabi. Sebagai contoh, ayat ayat yang mengajak kaum musyrikin untuk menerima Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala turun pada masa sebelum Nabi hijrah dari Makkah, yang pada masa ini Nabi menghadapi banyak cobaan dan tantangan dari para penyembah berhala. Sedangkan ayat-ayat tentang perang dan hukum diturunkan di Madinah, yang pada masa ini Islam mulai tersebar dan kota ini menjadi pusat pemerintahan Islam yang besar. Nabi Muhammad s.a.w. mengalami bermacam-macam cara dan keadaan semasa menerima wahyu. Antara cara-cara Al-Quran diwahyukan adalah: Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini, Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apa pun, hanya beliau merasa bahawa itu sudah berada di dala, kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: "Ruhul Quddus mewahyukan ke dalam kalbuku". ( As-Syura: 51) Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi s.a.w. menyerupai seorang lelaki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar mengenai katakata itu. Wahyu datang kepadanya seperti gemercingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan Nabi s.a.w. Kadang-kadang pada keningnya terdapat peluh, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Ada ketikanya, unta beliau terpaksa berhenti dan duduk kerana merasa amat berat. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: " Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang demam yang kuat dan peluhnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi s.a.w. dalam rupanya yang benar-benar asli sebagaimana yang terdapat di dalam surah An- Najm ayat 13 & 14 : "Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha".

Tentang Al-Hadist Para muhadditsin berbeda pendapat di dalam mendefinisikan al-hadits. Hal itu krn terpengaruh oleh terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka masing-masing. Dari perbedaan sifat peninjauan mereka itu lahirlah dua macam pengertian tentang hadis yaitu pengertian yg terbatas di satu pihak dan pengertian yg luas di pihak lain. Tarif Hadis yg Terbatas Dalam pengertian yg terbatas mayoritas ahli hadis berpendapat sebagai berikut. Al-hadits ialah sesuatu yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu berupa perkataan perbuatan pernyataan dan yg sebagainya. Definisi ini mengandung empat macam unsur perkataan perbuatan pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw. yg lain yg semuanya hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. saja tidak termasuk hal-hal yg disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabiin. Pemberitaan tentang empat unsur tersebut yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. disebut berita yg marfu yg disandarkan kepada para sahabat disebut berita mauquf dan yg disandarkan kepada tabiin disebut maqthu.

1. Perkataan Yang dimaksud dgn perkataan Nabi Muhammad saw. ialah perkataan yg pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang syariat akidah akhlak pendidikan dan sebagainya. Contoh perkataan beliau yg mengandung hukum syariat seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda Hanya amal-amal perbuatan itu dgn niat dan hanya bagi tiap orang itu memperoleh apa yg ia niatkan .. . Hukum yg terkandung dalam sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam seala amal perbuatan utk mendapatkan pengakuan sah dari syara. 2. Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad saw. merupakan penjelasan praktis dari peraturanperaturan yg belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat dalam salat sunah di atas kendaraan yg sedang berjalan telah dipraktikkan oleh Nabi dgn

perbuatannya di hadapan para sahabat. Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan berita dari sahabat Jabir r.a. katanya Konon Rasulullah saw. bersalat di atas kendaraan menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu beliau turun sebentar terus menghadap kiblat. Tetapi tidak semua perbuatan Nabi saw. itu merupakan syariat yg harus dilaksanakan oleh semua umatnya. Ada perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya spesifik utk dirinya bukan utk ditaati oleh umatnya. Hal itu krn adanya suatu dalil yg menunjukkan bahwa perbuatan itu memang hanya spesifik utk Nabi saw. Adapun perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya khusus utk dirinya atau tidak termasuk syariat yg harus ditaati antara lain ialah sebagai berikut. a. Rasulullah saw. diperbolehkan menikahi perempuan lbh dari empat orang dan menikahi perempuan tanpa mahar. Sebagai dalil adanya dispensasi menikahi perempuan tanpa mahar ialah firman Allah sebagai berikut. .. dan Kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan dirinya kepada Nabi bila Nabi menghendaki menikahinya sebagai suatu kelonggaran utk engkau bukan utk kaum beriman umumnya. b. Sebagian tindakan Rasulullah saw. yg berdasarkan suatu kebijaksanaan semata-mata yg bertalian dgn soal-soal keduniaan perdagangan pertanian dan mengatur taktik perang. Misalnya pada suatu hari Rasulullah saw. pernah kedatangan seorang sahabat yg tidak berhasil dalam penyerbukan putik kurma lalu menanyakannya kepada beliau maka Rasulullah menjawab bahwa kamu adl lbh tahu mengenai urusan keduiaan . Dan pada waktu Perang Badar Rasulullah menempatkan divisi tentara di suatu tempat yg kemudian ada seorang sahabat yg menanyakannya apakah penempatan itu atas petunjuk dari Allah atau semata-mata pendapat dan siasat beliau. Rasulullah kemudian menjelaskannya bahwa tindakannya itu semata-mata menurut pendapat dan siasat beliau. Akhirnya atas usul salah seorang sahabat tempat tersebut dipindahkan ke tempat lain yg lbh strategis. c. Sebagian perbuatan beliau pribadi sebagai manusia. Seperti makan minum berpakaian dan lain sebagainya. Tetapi kalau perbuatan tersebut memberi suatu petunjuk tentang tata cara makan minum berpakaian dan lain sebagainya menurut pendapat yg lbh baik sebagaimana dikemukakan oleh Abu Ishaq dan kebanyakan para ahli hadis hukumnya sunah. Misalnya Konon Nabi saw. mengenakan jubah sampai di atas mata kaki. .

3. Taqrir Arti taqrir Nabi ialah keadaan beliau mendiamkan tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yg telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau. Contohnya dalam suatu jamuan makan sahabat Khalid bin Walid menyajikan makanan daging biawak dan mempersilakan kepada Nabi utk menikmatinya bersama para undangan. Rasulullah saw. menjawab Tidak . Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku aku jijik padanya! Kata Khalid Segera aku memotongnya dan memakannya sedang Rasulullah saw. melihat kepadaku. Contoh lain adl diamnya Nabi terhadap perempuan yg keluar rumah berjalan di jalanan pergi ke masjid dan mendengarkan ceramah-ceramah yg memang diundang utk kepentingan suatu pertemuan. Adapun yg termasuk taqrir qauliyah yaitu apabila seseorang sahabat berkata aku berbuat demikian atau sahabat berbuat berbuat begitu di hadapan Rasul dan beliau tidak mencegahnya. Tetapi ada syaratnya yaituperkataan atau perbuatan yg dilakukan oleh seorang sahabat itutidak mendapat sanggahan dan disandarkan sewaktu Rasulullah masih hidup dan orang yg melakukan itu orang yg taat kepada agama Islam. Sebab diamnya Nabi terhadap apa yg dilakukan atau diucapkan oleh orang kafir atau munafik bukan berarti menyetujuinya. Memang sering nabi mendiamkan apa-apa yg diakukan oleh orang munafik lantaran beliau tahu bahwa banyak petunjuk yg tidak memberi manfaat kepadanya. 4. Sifat-Sifat Keadaan-Keadaan dan Himmah Rasulullah Sifat-sifat beliau yg termasuk unsur alhadits ialah sebagai berikut. a. Sifat-sifat beliau yg dilukiskan oleh para sahabat dan ahli tarikh seperti sifat-sifat dan bentuk jasmaniah beliau yg dilukiskan oleh sahabat Anas r.a. sebagai berikut. Rasulullah itu adl sebaik-baik manusia mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek. .

b. Silsilah-silsilah nama-nama dan tahun kelahiran yg telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli sejarah. Contoh mengenai tahun kelahiran beliau seperti apa yg dikatakan oleh Qais bin Mahramah r.a. Aku dan Rasulullah saw. dilahirkan pada tahun gajah. . c. Himmah beliau yg belum sempat direalisasi. Misalnya hasrat beliau utk berpuasa pada tanggal 9 Asyura seperti yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. Tatkala Rasulullah saw.

berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan utk dipuasai para sahabat menghadap kepada Nabi mereka berkata Ya Rasulullah bahwa hari ini adl yg diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Sahut Rasulullah Tahun yg akan datang Insya Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan. . Tetapi Rasulullah tidak menjalankan puasa pada tahun depan krn wafat. Menurut Imam Syafii dan rekan-rekannya menjalankan himmah itu disunahkan krn ia termasuk salah satu bagian sunah yakni sunnah hammiyah. Ringkasnya menurut tarif yg terbatas yg dikemukakan oleh mayoritas ahli hadis di atas pengertian hadis itu hanya terbatas pada segala sesuatu yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. saja sedang segala sesuatu yg disandarkan kepada sahabat tabiin atau tabiit tabiin tidak termasuk alhadits.

KESIMPULAN
Al-Qur'an adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Fungsi Al-Qur'an : Ada beberapa tujuan diturunkannya Al-Qur'an. Sebagai pelajaran dan penerangan. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya. Sebagai pembimbing yang lurus. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi yang meyakininya.

Cara Al-Qur'an Diwahyukan : Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan dalam kurun waktu selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Penyampaiannya melalui Malaikat Jibril dengan cara : Malaikat Jibril meresapkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini Nabi tidak melihat kehadiran Jibril, namun merasakn menerima wahyu dari Allah SWT. Malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad berupa seorang lelaki tampan, dan menyampaikan firman Allah sampai Nabi hafal benar.

Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng, yang dirasakan oleh Nabi Muhammad saw, sebagai cara yang paling berat. Tidak jarang sampai kening beliau berkeringat, meski turunnya wahyu itu di musim hujan.

Malaikat Jibril menampakkan diri sebagai wujud sebenarnya, dan mengajarkan firman Allah SWT.

Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur, dengan tujuan : Agar mudah dihafal, dimengerti, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ayat-ayat yang diturukan merupakan jawaban dari pertanyaan atau penolakan suatau pendapat/perbuatan. Ayat-ayat diturukan karena ketika itu terdapat peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dipecahkan oleh Nabi Muhammad sehingga menunggu turunnya petunjuk dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.

También podría gustarte