Está en la página 1de 9

AUDIENS Nama : sugar hutabarat Kelas ; PIS 11-10 NIM : 30111283 Pada awalnya, sebelum media massa ada,

audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa. McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut: Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Konsep-konsep di atas tentu saja tidak saling eksklusif, secara empiris para pengelola/pemilik maupun pengguna media massa memaknai audiens sebagai perpaduan konsep ke satu, empat, dan tiga. Sejarah penelitian/pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif (baca teori peluru (Bullet Theory) atau Model Jarum Hipodermis). Namun pembahasan audiens secara intensif yang dimulai tahun 1940, Herta Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam Barran & Davis, 2003) memelopori mempelajari aktifitas audiens (yang kemudian melahirkan konsep audiens aktif) dan kepuasan audiens. Misal, pada tahun 1942 Lazarfeld dan Stanton memproduksi buku seri dengan perhatian pada bagaimana audiens menggunakan media untuk mengorganisir pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Tahun 1944 Herzog menulis artikel Motivation and Gratifications of Daily Serial Listener, yang merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan audiens terhadap media.

Aktifitas audiens merujuk pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Sejauh mana selektivitas audiens terhadap pesan-pesan komunikasi; b. Kadar dan jenis motivasi audiens yang menimbulkan penggunaan media; c. Penolakan terhadap pengaruh yang tidak diinginkan; d. Jenis & jumlah tanggapan(response) yang diajukan audiens media (McQuail, 1987). Pada waktu itu, aktivitas audiens merupakan fokus kajian uses and gratifications. Secara umum, pandangan para peneliti dalam tradisi uses and gratifications media menganggap bahwa audiens aktif dalam hal kesukarelaan dan orientasi selektif dalam proses komunikasi massa. Aktivitas audiens juga bergantung pada sejumlah faktor lain, yang bisa dikelompokkan menjadi faktor individu, sosial, dan media. Faktor individual misalnya bisa kita lihat dari jenis kelamin, umur, intelegensia, kepribadian, dan tempat atau latar belakang siklus kehidupannya. Faktor sosial misalnya hubungan antara kelas sosial dengan konsumsi media. Blumer mengidentifikasikan faktor sosial seperti: satus perkawinan, partisipasi kerja, mobilitas sosial, dan ukuran potensial interaksi. Faktor-faktor sosial tersebut kemudian akan menentukan bagaimana kebutuhan orientasi media, kondisi orientasi audiens terhadap media, dan situasi sosial konsumsi media, yang semuanya itu mempengaruhi aktivitas audiens. Faktor media, bisa dilihat dari perbedaan-perbedaan kompleksitas pesan, gaya pesan, dan variasi-variasi dalam isi pesan substantif. Menjadi Pendengar Yang Baik Betul juga kata seseorang 'diam tu lebih baik'. Kadang-kadang apabila kita mendiamkan diri ketika orang lain sedang marah-marah menyebabkan orang berkenaan akan reda kemarahannya. Namun di ketika yang lain pula, jika kita terus mendiamkan diri kita kan terus ditekan, dikecam dan berbagai lagi malah dituduhnya bersalah. Sebenarnya sikap mendiamkan diri kena pada masa tertentu namun tidak sesuai pada ketika yang lain. Sepatutnya kita bukan mendiamkan diri, tetapi menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik adalah segala-galanya bagi memulakan komunikasi yang berkesan dalam keluarga. Sebenarnya memang sedikit mereka yang benar-benar menjadi pendengar yang baik. Kajian menunjukkan mereka yang berjaya dalam hidup hampir semuanya merupakan seorang komunikator yang berkesan dan menjadi pendengar yang baik. Malah mereka yang mempunyai kemahiran sosial dan perhubungan awam yang baik terdiri daripada komunikator yang pandai berbicara dan dalam masa yang sama juga menjadi pendengar yang pintar. Terdapat dua sebab utama kenapa kita mesti mengetahui rahsia untuk menjadipendengar yang baik. Pertamanya setelah anda sanggup mendengar dengan baik, andamempelajari apa yang anda tidak ketahui selama ini. Memang benarlah bahawaselalunya kita tidak ketahui kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri kita sendiri.Kita lebih mudah menangkap dan melihat kelemahan orang lain.Kedua, manusia hanya mengutamakan mereka yang menjadi pendengar yang baik. Lebih-lebih lagi di tempat kerja dan mana-mana organisasi mengutamakan orang yang mudah mendengar arahan, patuh dan bertindak pada arahan. Di rumah pula kita kan lebih sayang dan mudah berbicara dengan anak yang 'suka mendengar cakap' berbanding dengan 'anak yang susah mendengar cakap'.

Mereka yang mempunyai kemahiran komunikasi yang baik terdiri daripada mereka yangtahu bila dia perlu memperkatakan sesuatu, dan bila pula masanya untuk diam dan menjadi pendengar yang baik. Bila waktu diam dan mendengar dan bila pula memberi peluang orang lain bercakap. Oleh itu, mendengar yang baik bermaksud satu proses mencerap dan merakam butiran kata-kata atau ucapan daripada sumber atau si perucapsambil memikirkan apakah yang perlu diberikan perhatian, mana perkara pula yang perlu diketepikan. Juga pendengar yang baik mengutamakan tindakan yang perlu diambil hasil daripada mendengar atau mencerap itu.

Langkah Mendengar Aktif Meskipun langkah umpan balik di jantung mendengarkan aktif, untuk menjadi efektif, setiap langkah-langkah berikut harus diambil: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lihatlah orang itu, dan menangguhkan hal-hal lain yang Anda lakukan. Dengarkan tidak hanya kata-kata, tapi konten perasaan. Jadilah tulus tertarik pada apa yang orang lain bicarakan. Tulis ulang apa yang orang kata. Ajukan pertanyaan klarifikasi sekali-sekali. Sadarilah perasaan Anda sendiri dan pendapat yang kuat. Jika Anda harus menyatakan pandangan Anda, katakanlah mereka hanya setelah Anda mendengarkan.

Melakukan langkah-langkah efektif tergantung pada keterampilan dalam memberikan umpan balik yang sesuai dan mengirim sinyal verbal dan non-verbal yang sesuai. Verbal Sinyal

"Aku mendengarkan 'isyarat Pengungkapan Memvalidasi Laporan Pernyataan Dukungan Refleksi / mirroring Laporan

Non-Verbal Sinyal

Kontak mata yang baik Ekspresi wajah Bahasa tubuh Diam Menyentuh 2

Mendengarkan membuat orang yang kita cintai merasa layak , dihargai, menarik, dan dihormati.Percakapan biasa muncul pada tingkat yang lebih dalam, seperti halnya hubungan kita. Ketika kita mendengarkan, kita memupuk keterampilan pada orang lain dengan bertindak sebagai model untuk komunikasi positif dan efektif. Dalam hubungan cinta kita , komunikasi yang lebih besar membawa keintiman yang lebih besar.Orang tua mendengarkan anak-anak mereka membantu membangun harga diri mereka. Dalam dunia bisnis, mendengarkan menghemat waktu dan uang dengan mencegah kesalahpahaman. Dan kami selalu belajar lebih banyak ketika kita mendengarkan daripada ketika kita berbicara. Keterampilan mendengarkan bahan bakar kesuksesan kami sosial, emosional dan profesional, dan studi membuktikan bahwa mendengarkan adalah keterampilan yang bisa kita pelajari.

Waktu berikutnya Anda berbicara dengan seseorang, perhatikan tujuh hambatan berikut mendengarkan umum yang menghalangi aliran percakapan yang baik dan dapat menyebabkan kesalahpahaman: 1. Kami bergabung dengan percakapan dengan sikap yang telah ditentukan dan asumsi tentang orang lain atau subjek yang akan dibahas. percakapan yang baik memiliki kuasa untuk menciptakan makna baru dan pemahaman bersama, tetapi hanya mungkin jika kita terbuka cukup untuk mempertimbangkan mereka yang baru kemungkinan. Jadi banyak orang menggunakan percakapan hanya untuk menegaskan kembali posisi mereka pada isu-isu. Sedikit yang diperoleh dengan pendekatan tersebut. Sebaliknya, bergabung percakapan dengan pikiran terbuka dan keinginan untuk belajar sesuatu yang baru. Mendengarkan dengan rasa ingin tahu dan tanpa bias. 2. Kita begitu sibuk dengan pikiran kita sendiri bahwa kita tidak dapat mendengarkan dengan penuh perhatian. Mungkin, kita terganggu oleh sesuatu yang tidak berhubungan dengan topik pembicaraan, atau kita sedang sibuk mengembangkan respon kita sendiri dan kehilangan apa yang dikatakan. Ini tidak mudah untuk membayar perhatian terfokus pada kata-kata orang lain. Korteks prefrontal kami, wilayah otak yang terlibat dalam perencanaan tugas-tugas kompleks kognitif, pengambilan keputusan, dan perilaku sosial yang benar moderat, mudah kewalahan. Kita bisa proses hanya sekitar tujuh potongan informasi dalam pikiran sadar kita pada saat tertentu.Itu membuat tidak mungkin untuk menghadiri beberapa hal secara bersamaan yang membutuhkan konsentrasi kita. Kita harus melatih dan mendisiplinkan pikiran kita untuk mendengarkan secara aktif dan mendorong setiap pikiran yang mengganggu lain selain. 3. Kami sedang menyelesaikan pikiran orang lain dan melompat ke kesimpulan. Seberapa sering kita mendengar sesuatu dan berkata kepada diri sendiri: "Oh, saya tahu di mana dia akan dengan itu." Kami atribut ide, motivasi, dan niat kepada orang lain bahwa mereka mungkin tidak memiliki. Hal ini menyebabkan kesalahpahaman. Hal ini terutama berlaku jika kita telah mengenal peserta percakapan untuk waktu yang lama. Kami merasa seperti kita tahu apa yang akan mereka katakan. Kesabaran terbayar dalam percakapan. Biarkan orang lain menyelesaikan pikiran mereka dan tidak menganggap Anda sudah tahu apa yang akan mereka katakan.

4. Kami terlibat dalam mendengarkan selektif. Hal ini terjadi ketika kita mendengarkan hanya untuk apa yang ingin kita dengar. Kami ingin menjadi benar, dan pikiran kita seperti konsistensi. Kita tidak merasa nyaman ketika sesuatu mengganggu sistem kepercayaan kita. Lebih mudah untuk mengabaikan informasi tersebut. The downside adalah bahwa kita tidak dapat belajar dari orang lain atau berkolaborasi secara efektif. Untuk mengatasi kebiasaan mendengarkan selektif, parafrase atau cermin kembali apa yang Anda dengar untuk memastikan Anda memahami sudut pandang orang lain. Terlibat dalam percakapan dengan orang yang Anda tahu akan setuju dengan Anda dan belajar untuk mendiskusikan perbedaan pendapat Anda dengan hormat. Mendorong pendapat yang berbeda dengan niat mereka secara menyeluruh dan mempertimbangkan belajar dari mereka. 5. Kami merasa terlalu lelah, cemas, atau marah untuk mendengarkan secara aktif. Otak kita berjalan pada glukosa. Kadar glukosa drop ketika kita lelah, sehingga kita tidak lagi memiliki energi untuk berpikir jernih. Ketika kita mengalami emosi negatif yang kuat, seperti ketika kita marah atau di bawah stres, glukosa berjalan dari korteks prefrontal ke amigdala dalam sistem limbik otak, bertanggung jawab untuk mengontrol emosi dan memori reaksi emosional kita.Amigdala memicu "melawan atau lari" mode. Akibatnya, pikiran kita "membeku," dan kami baik memulai serangan verbal atau menarik diri dari dialog. Perasaan yang kuat dan emosi mempengaruhi kita mendengarkan, penalaran dan penilaian. Jika para pihak merasa kewalahan, strategi yang lebih baik adalah untuk mengambil istirahat dari percakapan. 6. Kami tidak membayar perhatian yang cukup untuk bahasa tubuh dan supersegmentals, seperti intonasi, kecepatan bicara, penekanan, atau nada. Kita bisa fokus tidak hanya pada apa yang dikatakan, tetapi juga pada apa yang tidak dikatakan. Para supersegmentals dan bahasa tubuh memberikan petunjuk tentang emosi orang-orang, perasaan, tingkat stres yang menyediakan informasi tambahan yang tidak dapat dinyatakan dalam kata-kata.Untuk menjadi seorang pendengar aktif, Anda harus menjadi pengamat yang baik juga. 7. Kami sedang terburu-buru. Kami tidak punya waktu untuk mendengarkan dan tidak bisa menunggu orang lain untuk menyelesaikan pikiran mereka sehingga kita dapat melanjutkan bisnis kami. Orang-orang akan merasa bahwa Anda tidak benar-benar ingin mendengarkan mereka. Jika Anda menemukan diri Anda selalu berusaha untuk mengontrol kecepatan percakapan, berbicara terlalu cepat, atau mendesak orang lain untuk sampai ke titik, cobalah untuk sadar memperlambat diri Anda ke bawah. Cari waktu yang lebih baik untuk berbicara. Sebuah percakapan bukan ras ke garis finish. Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Orang yang mewawancarai dinamakan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai dinamakan pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden. Seperti percakapan biasa, wawancara adalah pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu orang ke orang

lain. Dalam sebuah percakapan, pengendalian terhadap alur diskusi itu bolak-balik beralih dari satu orang ke orang yang lain. Meskipun demikian, jelas bahwa dalam suatu wawancara si pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Tujuan seorang reporter melakukan wawancara adalah mengumpulkan informasi yang lengkap, akurat, dan adil (fair). Seorang pewawancara yang baik mencari sebuah pengungkapan atau wawasan (insight), pikiran atau sudut pandang yang menarik, yang cukup bernilai untuk diketahui. Jadi bukan sesuatu yang sudah secara umum didengar atau diketahui. Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa adalah wawancara bertujuan pasti: menggali permasalahan yang ingin diketahui untuk disampaikan kepada khalayak pembaca (media cetak), pendengar (radio), atau pemirsa (televisi). Namun berbeda dengan penyidik perkara atau interogator, wartawan tidak memaksa tetapi membujuk orang agar bersedia memberikan keterangan yang diperlukan. Dalam proses wawancara, si pewawancara atau wartawan bersangkutan benar-benar harus meredam egonya, dan pada saat yang sama harus melakukan pengendalian tersembunyi. Ini adalah sesuatu yang sulit. Pernahkah Anda melihat dalam suatu acara talkshow di televisi, di mana si pewawancara malah bicara lebih banyak dan seolah-olah ingin kelihatan lebih pintar daripada orang yang diwawancarai? Ini adalah contoh yang menunjukkan, si pewawancara gagal meredam egonya dan dengan demikian memperkecil peluang bagi orang yang diwawancarai untuk mengungkapkan lebih banyak. Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai dan tidakmengancam, yakni suasana yang kondusif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu? Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.

Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri. Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya, tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat defensif bahkan tertutup. Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara memegang orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaan-pertanyaan tajam. ***

A. Urutan Penulisan Curriculum Vitae (Resume, Daftar Riwayat Hidup) 1. Identitas (Data Pribadi) Cantumkan identitas anda dengan jelas, seperti : Nama Lengkap, Jenis Kelamin, Tempat dan Tanggal Lahir, Kewarganegaraan, Agama, Status Perkawinan, Tinggi dan Berat Badan, Alamat Lengkap, Telepon & HP, serta e-mail (bila ada). Khusus untuk e-mail, sebaiknya anda memilikinya. Jika tidak memilikinya, anda dapat membuat alamat email di Gmail, Yahoo, atau Hotmail (silakan klik) atau yang lainnya. 2. Pendidikan Cantumkan pendidikan formal dan pelatihan/kursus yang pernah anda ikuti; lengkap dengan tahun masuk dan tahun lulus, jurusan, jenjang studi, dan nama lembaganya. Urutannya dimulai dari pendidikan formal terlebih dulu, baru kemudian pendidikan non formal (pelatihan, kursus, dsb). 3. Kemampuan Uraikan secara singkat kemampuan anda yang relevan dengan bidang pekerjaan yang dilamar. Misalkan anda melamar kerja di bidang akuntansi, maka jelaskan secara singkat bahwa anda memahami akuntansi dan administrasi, sistem perpajakan, biasa bekerja menggunakan komputer, dsb-nya. Tentu saja kemampuan-kemampuan yang anda tulis/cantumkan tersebut harus benarbenar anda miliki. Jangan mencantumkan kemampuan yang tidak anda miliki. 4. Pengalaman kerja Cantumkan deskripsi singkat tentang pekerjaan anda pada perusahaan sebelumnya, lengkap dengan pangkat, jabatannya, jenis pekerjaan, prestasi (bila ada), tanggung jawab dan wewenang pekerjaan. Serta periode kerja, yaitu bulan dan tahun mulai menempati dan mengakhiri posisi tersebut. Urutannya dimulai dari pekerjaan (atau jabatan atau posisi) terakhir. 5. Pengalaman Organisasi (bila ada)

Cantumkan pengalaman organisasi yang relevan (sesuai atau berhubungan) dengan jenis pekerjaan yang anda lamar tersebut. Bila tidak ada yang relevan, lewati saja nomor 5 ini. 6. Referensi Kerja (bila ada) Bila memungkinkan, cantumkan referensi, yaitu orang yang bisa dihubungi oleh pihak penyeleksi lamaran kerja untuk menanyakan hal-hal penting seputar diri anda (biasanya nama atasan dimana anda bekerja sebelumnya). Penting : Dalam hal pencantuman nama orang yang akan dijadikan referensi, anda harus sangat yakin bahwa orang tersebut benar-benar mengetahui tentang anda serta akan memberikan informasi positif mengenai diri anda. Seandainya anda ragu-ragu bahwa orang tersebut akan memberikan informasi positif tentang anda, maka anda tidak perlu mencantumkan referensi kerja tersebut (lewati saja yang nomor 6 ini). 7. Pengalaman lain yang menunjang (bila ada) Cantumkan pengalaman lain yang menunjang "promosi anda". Dan sebaiknya yang relevan dengan jenis pekerjaan yang anda lamar tersebut. Jika anda melamar untuk posisi pemrogram komputer, maka pengalaman anda sebagai Ketua RW atau juara bulutangkis, tentunya tidak relevan. Jadi bila tidak ada yang relevan, lewati saja nomor 7 ini. B. Kertas, Huruf, Foto, Dokumen Pendukung 1. Gunakan kertas putih polos CV hendaknya polos tidak menggunakan background image (dasar bergambar). Sebaiknya jangan menggunakan form CV yang dijual di toko-toko. 2. Diketik dengan huruf standar surat resmi CV jangan ditulis tangan, namun diketik. Gunakan huruf dengan ukuran dan jenis standar (warna hitam), contohnya font jenis Arial atau Times New Roman. 3. Foto terbaru Lampirkan pas foto terbaru ukuran 3x4 atau 4x6. Sebaiknya gunakan pas foto berwarna, dan berpakaian resmi (misalkan jas lengkap dengan dasi). 4. Dokumen pendukung Lampirkan dokumen atau bukti-bukti tentang hal-hal yang dituliskan dalam CV (resume), seperti ijazah, transkrip nilai, sertifikat atau penghargaan, dsb (dokumen pendukung tersebut dalam bentuk photocopy). Agar dokumen pendukung yang dilampirkan tidak terlalu banyak, sebaiknya anda menyeleksi/menyortir dokumen mana yang paling penting dan relevan untuk dilampirkan. Penting : Bila transkrip nilai anda tidak bagus, maka anda tidak perlu melampirkannya. Karena CV atau resume tersebut merupakan promosi diri anda. Namun, seandainya perusahaan penerima kerja meminta/mensyaratkan untuk melampirkan transkrip nilai, barulah anda "terpaksa" melampirkannya. Sebaliknya jika transkrip nilainya bagus, anda justru harus melampirkannya.

Beberapa Saran Penting Jujur, Jangan Berbohong Ingat, jangan sekali-kali menuliskan pada CV anda suatu pengalaman yang anda sendiri tidak mengalaminya. Memang seseorang terkadang merasa gengsi dengan pengalaman yang dia miliki, karena merasa kalah pengalaman. Percayalah pada diri anda sendiri bahwa anda mempunyai kelebihan yang orang lain tidak punya.

Jumlah Halaman Pada umumnya CV hanya terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) halaman. Namun jika memang riwayat pekerjaan/karir anda sangat banyak, juga pendidikan/kursus/pelatihan anda sangat banyak. Dan anda menganggap bahwa itu penting untuk ditampilkan, maka anda boleh menambahkannya menjadi 3 (tiga) halaman CV sebagai lampiran Surat Lamaran Kerja, tidak masalah. Tetapi khusus untuk Surat Lamaran Kerja, tetap upayakan 1 (satu) halaman. Tata Bahasa, Tanda Baca, dan Ejaan Tidaklah dibenarkan jika dalam resume terjadi kesalahan-kesalahan menyangkut tata bahasa, tanda baca, dan ejaan. Bacalah kembali tata bahasa di buku atau Kamus Bahasa Indonesia. Jika anda menulis CV dalam Bahasa Inggris, dan anda belum yakin, maka cobalah minta dicek kembali atau di-review oleh teman/kerabat yang menguasai Bahasa Inggris tersebut. Eksplisit (Gamblang, Jelas) Jangan membuat orang yang membaca CV atau resume anda mengintepretasikan atau mengartikan hal yang berbeda. Contoh sederhana : Di CV pada bagian pendidikan, anda menuliskan Sarjana Akuntansi Universitas Pancasila, dan tidak menambahkan nama kota lokasinya. Jangan berasumsi bahwa pembaca pasti tahu Universitas Pancasila itu ada di Jakarta. Oleh karena itu tambahkan nama kota dibelakangnya, misalkan Sarjana Akuntansi Universitas Pancasila - Jakarta. Mudah Dibaca dan Mudah Dicerna CV yang dibuat secara kacau-balau menggambarkan pikiran yang tidak jernih dan ketidakmampuan penulis dalam menuangkan isi hatinya. Oleh karena itu sangat penting membuat CV yang mudah dibaca, mudah dicerna, urutannya jelas, dan logis. Bila perlu bagian-bagian atau kata-kata yang anda anggap sangat penting untuk ditonjolkan, dapat ditulis dengan huruf tebal (bold). Namun jangan terlalu banyak bagian yang ditebalkan, sehingga tidak terlihat lagi bagian yang sangat penting tersebut.

También podría gustarte