Está en la página 1de 14

1

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

Disusun Oleh : Nama : WAHYU IBRAHIM (5315072411) JULIAN DHARMA PURBA (5315080303) ALDI GUNAWAN (5315080307) M. NURUSSIYAM (5315080310) ARFENTA IFTAKHLANA (5315080312) DENI SETIAWAN (5315082347) KRISTIAN TRIMULYANTO (5315080321) Jurusan Program Studi : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN : S 1 REGULER

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220 Telp./Fax : Rektor (021) 4893854

KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas RahmatNya dan KaruniaNya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini adalah merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah evaluasi pendidikan dan wajib dikerjakan oleh mahasiswa. Penulisan makalah ini berjudul ciri-ciri tes hasil belajar yang baik dan macammacam validitas. Alasan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas dari mata kuliah evaluasi pendidikan yang harus dipersentasikan sebagai materi untuk dipelajari olah mahasiswa. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini, karenanya penulis sangat menghargai adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dengan senang hati. Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga makalah yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Jakarta, 21 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................................. Daftar Isi...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................... B. Identifikasi Masalah......................................................................... C. Rumusan Permasalahan................................................................... BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Tes Hasil Belajar II.2 Ciri Tes Hasil Belajar Yang Baik II.3 Pengertian Validitas . II.4 Macam-Macam Validitas . BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan . III.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai calon tenaga pendidik, tentu kita harus memiliki ilmu yang berguna bagi kita untuk dapat terjun ke sekolah-sekolah untuk melaksanakan kewajiban sebagai pengajar. Oleh karena itu berbagai ilmu terkait yang mendukung dan berguna bagi kita harus dipelajari dengan baik. Ilmu yang harus dimiliki seorang calon tenaga pendidik diantaranya adalah kemampuan dalam menyusun tujuan pembelajaran, indikator, memberikan nilai hasil proses belajar serta melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Salah satu yang harus dipelajari dan akan dibahas pada makalah kali ini yaitu mengenai ciri-ciri tes hasil belajar yang baik dan macam-macam validitas, yang nantinya dapat digunakan dalam menyusun tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, selama proses pengajaran. Tujuan mempelajari ciri-ciri tes hasil belajar yang baik adalah untuk mengetahui apakah siswa menguasai materi yang diajarkan atau belum, untuk dapat melakukan evaluasi apakah selama proses belajar mengajar sudah sesuai dengan tujuan intruksional dari pembelajaran apa belum dan jua untuk melihat apakah tujuan intruksional yang di buat sesuai dengan materi

B. Identifikasi Masalah Masalah yang ada pada pembahasan kali ini yaitu di identifikasikan pada hal-hal sebagai berikut : Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik Macam-macam validitas Tujuan mempelajari ciri-ciri tes hasil belajar yang baik

Tujuan mempelajari macam-macam validitas Fungsi tes hasil belajar yang baik Fungsi macam-macam validitas Penerapan tes hasil belajar yang baik Penerapan validitas dalam proses belajar mengajar

C. Rumusan Masalah Rumusan masalah kali ini dibatasi pada : Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik Macam-macam validitas Fungsi tes hasil belajar yang baik Fungsi validitas Penerapan dari validitas

BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Tes Hasil Belajar Test merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, aatau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang hendak ditest. Test digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, mengetahui hasil pengajaran dan mengetahui hasil belajar. Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu; tes formatif, tes sumatif, tes penempatan, dan tes diagnostik. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan untuk tingkat tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran serta untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok materi. Jadi tes ini bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedangkan materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Tes penempatan disebut juga prates dilakukan pada awal pelajaran, digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik serta sampai dimana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar). Tes diagnostic berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostic memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Tes ini dilakukan apabila sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Tes ini biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai dengan tingkat kesulitan yang cenderung rendah. II.2 Ciri Tes Hasil Belajar Yang Baik Test yang baik adalah bentuk soal yang dapat mengukur sejauh mana kemampuan seourang siswa dalam memahami suatu mata pelajaran serta dapat mengukur apakah tujuan dari kompetensi dasar yang telah ditentukan dapat tercapai atau belum. Berikut ini merupakan criteria dari test hasil belajar yang baik, diantaranya; validitas (kesahihan), reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan criteria. (Arikunto, 1999: 65).

2. Reliabilitas Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbedabeda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsisten hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes. ( Jugianto. 2004:132). Ada beberapa cara yang bisa dipergunakan untuk mencari taraf reliabilitas, yaitu: a. Teknik ulangan, yaitu dengan cara memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak dalam dua kesempatana yang berlainan. b. Teknik bentuk parallel, ada dua perangkat tes yang sejenis (tetapi tidak identik) mengenai isinya, kemampuan mental yang diukur, tingkat kesukaran, jumlah item, dan yang lain-lainnya diberikan kepada siswa pada saat yang hamper bersamaan. Skor yang diperoleh dari kedua tes itu dikorelasikan. c. Teknik belah dua, hasil tes yang diberikan kepada siswa dibelah menjadi dua bagian. Ada dua cara yang bisa digunkana dalam teknik belah dua ini. (1) Ganjil-genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap dikumpulkan menjadi kelompok lain. (2) Secara random 3. Daya Pembeda Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar butir tes dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi (pandai) dengan siswa kelompok rendah (kurang pandai). Karena itu butir tes harus diketahui daya bedanya. Siswa yang termasuk kelompok tinggi adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor paling baik. Siswa yang termasuk kelompok rendah adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor yang rendah. Kelompok siswa yang pandai sering disebut dengan istilah kelompok Upper, dan kelompok siswa yang kurang pandai sering disebut dengan istilah Lower. Tingkat daya pembeda

butir-butir tes dinyatakan dalam skala indeks -1,00 sampai dengan 1,00. Penjelasannya adalah sebagai berikut : Indeks -1,00 berarti butir tes terbalik, siswa kurang pandai dalam kelompok Lower dapat menjawab butir tes dengan sempurna, dan kelompok yang paling pandai dalam Upper tidak ada satupun yang mampu menjawab dengan benar. Indeks 0,00 berarti butir tes tidak dapat membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Atau kemampuan kelompok pandai (Upper) sama dengan kemampuan kelompok kurang pandai (Lower). Indeks 1,00 berarti butir tes secara sempurna dapat membedakan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya. 4. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran tes adalah pernyataan tentang seberapa mudah atau seberapa sukar sebuah butir tes itu bagi testee atau siswa terkait. Tingkat kesukaran merupakan salah satu ciri tes yang perlu diperhatikan, karena tingkat kesukaran tes menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir tes atau tes secara keseluruhan yang telah diselenggarakan. Butir tes yang baik adalah butir yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, yaitu yang dapat dijawab dengan benar oleh sekitar 40 sampai 80 % peserta tes. Sebab butir tes yang hanya dijawab oleh 10 % atau bahkan 90 %, akan sulit dibedakan, manakah kelompok yang benar-benar mampu dan kelompok yang benar-benar kurang mampu dalam menjawab soal. Butir tes harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban siswa. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti itu mengindikasikan soal itu tidak sukar atau soal itu mudah. Dalam proses analisis tes, seorang guru hendaknya meninjau ulang validitas dan susunan redaksional butir tes yang dibuatnya. Jika ternyata butir tes/soal tidak valid, maka keputusan yang harus diambil adalah membuang butir tes tersebut. Dan jika butir tes itu valid, maka perlu diadakan revisi terhadap susunan redaksi tes. Valid yang dimaksud di sini

10

adalah, terdapat keterwakilan dan relevansi dengan kemampuan yang harus diukur sesuai GBPP yang diberlakukan. Tingkat kesukaran butir tes dinyatakan dengan indeks berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks 0,00 berarti butir soal sangat sukar karena tidak seorangpun dapat menjawab dengan benar butir tes tersebut. Sebaliknya jika indeksnya 1,00 berarti butir soal tersebut sangat mudah karena semua siswa dapat menjawabnya dengan benar. II.3 Pengertian Validitas Secara bahasa konsep validitas adalah kesahihan; kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data yang sesuai. secara istilah definisi validitas antara lain : a. Kesesuaian antara definisi operasional dengan konsep yang mau diukur b. Gay (1983:110) the most simplistic definition of validity is that it is the degree to which a test measured what it is supposed to measured. c. Validitas dapat dimaknai sebagai ketepatan dalam memberikan interpretasi terhadap hasil pengukurannya. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa sebenarnya validitas adalah suatu proses untuk mengukur dan menggambarkan objek atau keadaan suatu aspek sesuai dengan fakta. Dalam konsep validitas setidaknya terdapat dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu relevans dan accuracy. Relevansi menunjuk pada kemampuan instrumen untuk memerankan fungsi untuk apa instrumen tersebut dimaksudkan (what it is intended to measure). Accuracy menunjuk ketepatan instrumen untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang diukur secara tepat, yang berarti dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kedudukan validitas sangat penting dalam suatu kegiatan termasuk dalam evaluasi pembelajaran karena menyangkut hasil pembelajaran dilandasi dan didukung oleh faktafakta yang representatif. apabila tidak ada validitas maka suatu proses maupun hasil pembelajaran tidak akan berjalan objektif melainkan subjektif hal ini tentu akan merugikan semua pihak terutama siswa. II.4 Macam-Macam Validitas

11

Setelah meneliti tentang definisi validitas, menurut para ahli setidaknya ada empat macam validitas, yaitu : 1. Face Validity adalah Secara bahasa subjektif Face Validity mengenai dapat diartikan berdasarkan dengan yang kesahihan/kebenaran yang tampak. namun yang dimaksud di sini face validitas pertimbangan validitas terlihat/tampak. Face validity digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pembelajaran dapat menggambarkan konsep yang ingin diukur. secara pribadi saya mengalami kesulitan dalam memahami konsep ini, mungkin hal ini terkait dengan keterbatasan yang saya miliki. 2. Validitas konstruk (construct validity) Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh instrumen yang kita susun mampu menghasilkan butir-butir pertanyaan yang telah dilandasi oleh konsep teoritik tertentu. Validitas konstruk disusun dengan mendasarkan diri pada pertimbanganpertimbangan rasional dan konseptual yang didukung oleh teori yang sudah mapan. validitas konstruk menggambarkan seberapa jauh hasil satu pengukuran sesuai dengan hasil pengukuran lain yang secara teoritis menggambarkan konsep yang diukur. Contoh: apakah skor depresi yang dikembangkan dapat membedakan orang depresi dengan orang tidak depresi. 3. Validitas Isi (conten Validity) Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku yang akan diukur. Misalnya instrumen yang dibuat untuk mengukur aktivitas siswa dalam belajar, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan secara benar mengenai aktivitas siswa sebagaimana diuraikan dalam deskripsi kegitan siswa dalam belajar. Contoh lain lagi misalnya instrumen yang disiapkan untuk mengukur prestasi belajar siswa, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan dengan benar prestasi belajar siswa sesuai dengan standar prestasi sesuai dengan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Kalau pada instrumen kinerja peneliti melakukan analisis kinerja sebagaimana yang ditetapkan dalam deskripsi tugas (job description), maka pada instrumen untuk

12

mengukur prestasi belajar, kita harus melakukan analisis materi pelajaran, mulai dari pembagian bab per bab, sampai pada uraian setiap pokok bahasan. 4. Validitas kriterion (kriterion-related validity), yaitu validitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu pengukuran sebagai indikator dari suatu tingkah laku atau sifat yang spesifik. Hal yang penting adalah keakuratan indikator. Criterion validity dinilai dengan membandingkan hasil satu pengukuran dengan pengukuran menurut gold standard, Contoh: intensi nyontek.

BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan B. Saran

13

DAFTAR PUSTAKA Buku : Ishikawa, Kaoru. 1990. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Asep Jihad (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo

Internet :

sihombing15.files.wordpress.com/2007/12/quality-course-1.pdf digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/...dir/doc.pdf digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=6824

14

http://tentangpenelitian.blogspot.com/2009/04/definisi-validitas-isi.html http://www.scribd.com/doc/50628805/Validitas

También podría gustarte