Está en la página 1de 25

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DITINJAU DARI PARAMETER BAKTERI Escherichia Coli (E.

coli)
8 09 2010

4 Votes Disusun oleh : BAYU PANJI AJI PROGRAM PASCA SARJANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN INTISARI Penurunan kualitas air tanah yang terjadi di daerah penelitian menjadi sorotan utama penelitian ini yaitu tercemarnya air oleh bakteri golongan Coliform, permasalahan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola hidup masyarakat. Pencemaran dan Penurunan kualitas air tanah disebabkan oleh buangan limbah domestik yang meningkat. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga serta jumlah bakteri golongan Coliform yang terkandung dalam air tanah pada sumur sampel di daerah penelitian serta memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Penelitian dilaksanakan dengan cara pengujian di laboratorium, observasi lokasi, kuisioner, serta wawancara. Metode uji yang digunakan untuk parameter jumlah bakteri E. coli menggunakan metode uji APHA 9221-B Ed. 20-1998, dengan perhitungan jumlah bakteri E. coli menggunakan Tabel Most Probable Number (MPN). Pengambilan sampel dilakukan pada sejumlah titik sampel pada waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk kuisioner menggunakan analisa sensus. Hasil penelitian dan pemeriksaan untuk bakteri golongan coliform di daerah penelitian, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli adalah aktifitas penduduk, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan limbah penduduk, dan juga konstruksi ring sumur. Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar dapat terciptanya kualitas air tanah yang memenuhi standar kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran kualitas air tanah tersebut. 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air untuk

berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003). Penurunan kualitas air yang terjadi ada yang disebabkan tercemarnya air sumur oleh bakteri golongan Coliform yang diakibatkan dari kepadatan penduduk, buruknya sistem pembuangan limbah masyarakat, pembuatan Wc, septik tank dan sumur resapan yang kurang memenuhi persyaratan dengan baik ditinjau dari kualitas maupun tata letaknya terhadap sumber pencemar. Hal ini dapat dilihat pada penelitian jumlah bakteri E.coli dimana pada sumur gali yang ada di Sekolah MAN II Talang Rimbo dan industri kopi cap Gelas Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu jumlah E.coli yaitu >2400 MPN/100ml atau dapat beresiko tinggi karena ambang baku mutu bakteri E.coli adalah 50 MPN/100ml (Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Bengkulu, Dinas Kesehatan Proinsi Bengkulu, 2005). Dalam penelitian ini air tanah diambil dari sumur di daerah penelitian dengan batasan daerah yang jelas seperti dalam satu daerah kelurahan. Alasan pemilihan lokasi dilihat dari masih banyak warga yang menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari baik masak, mandi, kakus dan sebagainya. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut, maka akan semakin meningkat pula kebutuhan air bersih yang selanjutnya akan cenderung menghasilkan air buangan dalam jumlah yang meningkat pula. Dan apabila sanitasi masyarakat kurang baik maka akan terjadi pencemaran lingkungan, salah satunya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri E. coli dan Total Coliform. Salah satu cara mengetahui penyebaran bakteri E. coli dan Total Coliform yaitu dilakukan kajian penyebaran bakteri golongan Coliform. Kajian penyebaran bakteri golongan Coliform, dilaksanakan dengan mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa data untuk mempermudah dalam menentukan objek yang akan dikaji. Dengan membuat kajian yang jelas terhadap jumlah bakteri E. coli dan Total Coliform serta faktor-faktor lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi bakteri tersebut dalam berkembang biak dapat diketahui dan dikurangi dampak yang ditimbulkan oleh bakteri E. coli dan Total Coliform pada sumur sampel di daerah tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan aktifitas penduduk, kepadatan penduduk dan sistem pembuangan limbah penduduk terhadap kualitas air tanah atau sumur sampel ? 2. Berapakah jumlah bakteri E. coli yang terkandung dalam air tanah pada sumur sampel ? 3. Bagaimana korelasi atau hubungan antara aktifitas penduduk, kepadatan penduduk dan sistem pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli pada sumur sampel ? 1.3 Batasan Masalah Dari rumusan masalah maka agar penelitian ini dapat berjalan sesuai prosedur, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Pada penelitian ini air tanah diambil dari sumur sampel di daerah penelitian. 2. Parameter yang akan di uji adalah jumlah bakteri E. coli.. 3. Metode analisa jumlah bakteri E. coli dengan menggunakan MPN ( Most Probable Number). 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh dan mengetahui bagaimana data tentang aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem pembuangan limbah penduduk yang ada di daerah penelitian. 2. Memperoleh dan mengetahui data jumlah bakteri E. coli yang terkandung dalam air tanah atau sumur yang ada di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui bagaimana korelasi atau hubungan antara aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem pengelolaan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli pada air tanah atau sumur sampel yang ada di daerah penelitian. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang analisis kualitas air tanah. 2. Memberikan data mengenai kualitas air tanah pada daerah penelitian. 3. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi terhadap kualitas air tanah di daerah penelitian. 4. Dapat mengetahui korelasi aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli serta kualitas air tanah atau sumur pada daerah penelitian. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup sehingga harus dikelola dan dilestarikan dengan baik. Permasalahan utama yang dihadapi sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas dan kualitas air. Permasalahan yang dihadapi kualitas air tanah dapat disebabkan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aktifitas penduduk dan sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui data tentang aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, sistem pembuangan limbah rumah tangga yang ada serta dapat mengetahui korelasi atau hubungannya dengan kadar jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang analisis kualitas air tanah. Memberikan data mengenai kualitas air tanah dan mengetahui permasalahan yang terjadi terhadap kualitas air tanah di daerah penelitian serta dapat mengetahui korelasi aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, dan sistem sanitasi atau pembuangan limbah penduduk terhadap jumlah bakteri E. coli serta kualitas air tanah atau sumur sampel yang ada di daerah penelitian. Dari segi kualitas, air harus memenuhi persyaratan baik fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Dalam pemenuhan syarat kualitas air harus diperhatikan karakteristik fisik perairan, kualitas air alamiah dan juga karakteristik akifer. Karakteristik akifer mempunyai peranan dalam proses dalam pembentukan air tanah sehingga perlu diperhatikan tipe akifer dan zona akifernya. Arah aliran air tanah dapat ditentukan dengan metode three Point Problem atau dengan cara membuat garis lurus terhadap garis kontur air tanah. Prinsip dasar dalam membuat arah aliran air tanah yaitu pergerakan air dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Arah aliran tanah tersebut disebabkan gerakan air tanah karena potensi kelembaban total dan kemiringan dua titik atau lokasi dalam lapisan tanah. Objek penelitian ini yaitu kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem pembuangan limbah rumah tangga dan jumlah bakteri E. coli serta hubungannya dengan memperhatikan kriteriakriteria kualitas air tanah. Penelitian dimulai dengan studi pustaka, penyusunan proposal, penelitian serta penyusunan laporan. Variabel bebas penelitian yaitu sumur dangkal yang meliputi lokasi sumur, jarak sumur terhadap pencemar, dan konstruksi sumur, sedangkan variabel terikat yaitu kepadatan penduduk, aktifitas penduduk, sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga serta kandungan jumlah bakteri E. coli. Alat dan bahan penelitian dibagi dalam jenis dan proses penelitian yaitu proses sampling serta proses pemeriksaan jumlah bakteri E. coli dengan metode tabung fermentasi (MPN). Tahapan penelitian meliputi jenis penelitian, penentuan titik lokasi penelitian, pengumpulan data, pelaksanaan penelitian dan prosedur penelitian selanjutnya dianalisa dan untuk penelitian parameter jumlah bakteri E. coli menggunakan metode uji APHA 9221-B Ed. 20-1998. Dari penelitian dapat dihasilkan data tentang titik lokasi sampel, penghitungan elevasi air tanah, jawaban kuisioner yang telah dibagikan kepada penduduk, serta nilai jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel di daerah penelitian. Dalam penganalisaan data primer dapat diketahui data kependudukan, tingkat sosila ekonomi dan pendidikan masyarakat, status rumah dan fasilitas umum, sistem sanitasi serta persepsi atau pengetahuan masyarakat tentang sanitasi. Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif dengan pertimbangan baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur.

Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat serta perkarangan rumah juga menjadi semakin sempit. Perkarangan rumah yang sempit menyebabkan penduduk banyak yang membuat septictank di rumahnya dengan letak dekat sumur air bersih. Kepadatan penduduk juga menyebabkan semakin tingginya aktifitas penduduk yang berakibat pada meningkatnya jumlah limbah rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas air tanah karena semua aktifitas penduduk dapat menghasilkan limbah domestik yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat aktifitas penduduk yang banyak melibatkan penduduk berarti semakin banyak limbah domestik yang dihasilkan penduduk dan menyebabkan semakin besar dampak yang akan ditimbulkan terhadap kualitas air tanah/sumur yang ada di sekitarnya. Sedangkan pada aktifitas penduduk yang tidak melibatkan banyak penduduk seperti aktifitas pertanian limbah yang dihasilkan tidak banyak sehingga kurang mempengaruhi kualitas air tanah disekitarnya. Sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga penduduk merupakan hal yang penting dalam menjaga kualitas air tanah karena sistem pembungan limbah yang tidak baik akan menyebabkan kontaminasi terhadap kualitas air tanah. Kondisi sistem pembuangan limbah yang buruk ini dapat menyebabkan tingginya kontaminasi dan pengaruh terhadap kualitas air sumur serta dapat menyebabkan tingginya jumlah bakteri E. coli di daerah penelitian. Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar dapat terciptanya kualitas air tanah yang memenuhi standar kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran kualitas air tanah tersebut. 3.1 Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur. 2. Aktifitas penduduk yang tinggi dan beragam akan meningkatkan jumlah dan jenis limbah rumah tangga yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tanah. 3. Sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga penduduk berpengaruh terhadap kualitas air tanah karena sistem sanitasi/pembuangan limbah rumah tangga penduduk yang kurang baik menyebabkan jumlah bakteri E. coli di lokasi penelitian tergolong tinggi. 4. Konstruksi ring sumur dapat menahan laju aliran pembawa bakteri golongan Coliform agar tidak dapat dengan cepat dan mudah mengontaminasi air sumur. 3.2 Saran 1. Kondisi air tanah di daerah penelitian perlu mendapatkan perhatian. Untuk tahap awal adalah pembuatan resapan air hujan, sehingga dapat menyuplai air tanah dan akan menurunkan konsentrasi unsur-unsur yang tidak didinginkan. 2. Pembuatan septictank dengan saluran penutup (perpipaan) kemudian dilanjutkan pengolahan dan peresapan perlu ditingkatkan perlu ditingkatkan khususnya di daerah yang memiliki banyak penduduknya.

3. Pemerintah Daerah dan masyarakat harus lebih memperhatikan permasalahan sanitasi yang ada ehingga dapat dikembangakan pembangunan sistem sanitasi secara komunal bagi masyarakat karena banyak warga yang kurang mampu dari segi ekonomi untuk membangun sarana sistem sanitasi yang baik. DAFTAR PUSTAKA Alaerts dan Santika., 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia Anonim, 1991, Kumpulan SNI Kualitas Air, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Bengkulu, Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2005 Direktorat Geologi Geotek LIPI, Air tanah, Geohidrologi, Bandung. Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta. Fardiaz, 1992, Polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta KLH, 2004, Dampak pencemaran air, Jakarta. Lay, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Gravindo Persada, Jakarta PencemaranLing.Online, 2003, Pencemaran air, http://www.tlitb.org/plo/air.hmtl. Permenkes No.416/Menkes/IX/1990, Permenkes untuk air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. RPJMD Yogyakarta 2007-2011 Santika, 1984, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya Soeparman, Suparmin, 2002, Suatu Pengantar Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair, EGC, Jakarta. Sutrisno, 1996, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.
y y y y y y

Share this: Email Print Facebook

<script language=JavaScript src="http://a.admaxserver.com/servlet/ajrotator/432330/0/vj?z=admaxasia2&dim=280733&click =http://adclick.g.doubleclick.net/aclk%3Fsa%3DL%26ai%3DB3nVFeuIyTujzKcSacKig-

a8GyKTC9AEAAAAQASCk7p8GOABY4M3LzBdg6arhg9wNsgEZdXJpcHNhbnRvc28ud29y ZHByZXNzLmNvbboBCjMwMHgyNTBfYXPIAQnaAX5odHRwOi8vdXJpcHNhbnRvc28ud2 9yZHByZXNzLmNvbS8yMDEwLzA5LzA4L2thamlhbi1rdWFsaXRhcy1haXItdGFuYWgtZGl0 aW5qYXUtZGFyaS1wYXJhbWV0ZXItYmFrdGVyaS1lc2NoZXJpY2hpYS1jb2xpLWUtY29sa SYAugHwAIC4AIA6gIQd3Bjb21fYmVsb3dfcG9zdPgC8NEekAP0CJgDrAKoAwHgBAGgBhY %26num%3D0%26sig%3DAOD64_1UuX_brQqS4gU_51vv8m4pI0Ji8w%26client%3Dca-pub3443918307802676%26adurl%3D&ncu=177569972&pid=939614a6-bcf6-40fe-984c85a1948ae6e7&asid=463fbbbb-ce08-42ef-b404547ecd4249f2&abr=$scriptiniframe"></script><noscript><a href="http://a.admaxserver.com/servlet/ajrotator/432330/0/cc?z=admaxasia2&pid=939614a6bcf6-40fe-984c-85a1948ae6e7&asid=463fbbbb-ce08-42ef-b404-547ecd4249f2"><img src="http://a.admaxserver.com/servlet/ajrotator/432330/0/vc?z=admaxasia2&dim=280733&click =http://adclick.g.doubleclick.net/aclk%3Fsa%3DL%26ai%3DB3nVFeuIyTujzKcSacKiga8GyKTC9AEAAAAQASCk7p8GOABY4M3LzBdg6arhg9wNsgEZdXJpcHNhbnRvc28ud29y ZHByZXNzLmNvbboBCjMwMHgyNTBfYXPIAQnaAX5odHRwOi8vdXJpcHNhbnRvc28ud2 9yZHByZXNzLmNvbS8yMDEwLzA5LzA4L2thamlhbi1rdWFsaXRhcy1haXItdGFuYWgtZGl0 aW5qYXUtZGFyaS1wYXJhbWV0ZXItYmFrdGVyaS1lc2NoZXJpY2hpYS1jb2xpLWUtY29sa SYAugHwAIC4AIA6gIQd3Bjb21fYmVsb3dfcG9zdPgC8NEekAP0CJgDrAKoAwHgBAGgBhY %26num%3D0%26sig%3DAOD64_1UuX_brQqS4gU_51vv8m4pI0Ji8w%26client%3Dca-pub3443918307802676%26adurl%3D&ncu=177569972&pid=939614a6-bcf6-40fe-984c85a1948ae6e7&asid=463fbbbb-ce08-42ef-b404-547ecd4249f2&abr=$imginiframe" width="300" height="250" border="0"></a></noscript> DAMPAK KEBAKARAN HUTAN BAGI KESEHATAN MANUSIA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) SECARA HAYATI YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN

Actions
y y

Comments RSS Trackback

Information
y y y

Date : September 8, 2010 Tags: air tanah, Escherichia coli Categories : Lingkungan

Like Be the first to like this post.

3 responses

8 09 2010

TIPS MEMILIH SEPTIC TANK RAMAH LINGKUNGAN (04:35:02) : TIPS MEMILIH SEPTIC TANK RAMAH LINGKUNGAN Beberapa jenis septic tank dan cara kerjanya yang dapat menjadi pertimbangan Anda, adalah: 1. Septic tank konvensional (Bahan Beton Pakai sumur resapan Butuh lahan besar) Septic tank model ini menampung dan mengendapkan limbah (Minimal 24 jam) dan membiarkannya terurai oleh bakteri secara alamiah, kemudian cairan hasil akhir dari tanki ini akan diendapkan ke tanah melalui sumur resapan khusus. Secara berkala septic tank ini akan penuh (Bau & Tersumbat), sehingga HARUS disedot. 2. Septic tank biologis (Fiber Bioseptic tank Tanpa sumur resapan Ukuran kecil & Praktis BioSeven mulai 1,2 juta) Pada septic tank biologis, limbah akan terurai sampai aman untuk dimanfaatkan kembali, sehingga TIDAK PERLU disedot lagi. Saat ini ada beberapa jenis septic tank biologis berbahan fiberglass, dengan sistem biotech, biofilter, biocell, bioseptic, biopori, dll, yang telah beredar di pasaran. Septic tank jenis ini terdiri dari 3 bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Air limbah yang masuk ke septic tank ini akan masuk di bagian pertama, kemudian disaring dan dialirkan ke bagian ke dua, pada bagian kedua limbah diurai oleh bakteri (Media Cell) dan dialirkan ke kotak ke tiga untuk diurai lebih lanjut. Sisa penguraian dari bagian ke tiga akan dialirkan ke luar melalui tabung disinfektan yang mensucihamakan limbah (BEBAS BAU & KUMAN), sehingga aman, tidak mencemari lingkungan dan bisa langsung dibuang kesaluran drainase umum. BioSeven Online [ HP: 0888 0370 8872 Telp: JAKARTA (021) 502 88 232 SURABAYA (031) 78 400 430 / 596 6125 - Fax: (031) 591 6046 email@bioseven.co.cc http://www.bioseven.net /

Parameter yang Diuji dalam Analisa Air Tanah


Analisis sample air tanah dilakukan di tempat sampling dan juga dilakukan di laboratorium. Parameter yang diuji dalam proses analisa air tanah meliputi 4 parameter yaitu: a. Parameter fisika yang meliputi: 1. Kekeruhan ( turbidity ) Kekeruhan adalah suatu parameter pengukuran banyaknya padatan tersuspensi dalam larutan dengan menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan

organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (ex: lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme. Prinsip dari pengukuran kekeruhan (turbiditas) dapat ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Pengukuran nilai turbiditas ini dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter dengan metode turbidimetri dimana sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar dengan satuan NTU. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Dan semakin tinggi nilai turbiditas maka kualitas sample air semakin buruk. Air tanah memiliki nilai turbiditas rendah karena air tanah telah mengalami proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Berdasarkan KepMenKes RI No. 907 tahun 2002 nilai turbiditas maksimal sebesar 5 mg/L dan tidak melebihi angka tersebut. 2. Bau Prinsip analisa pada parameter bau ini dapat dilakukan secara visual dengan menggunakan metode organoleptik (indra pembau). Bau yang tidak sedap menunjukkan kualitas air tidak bagus (tidak menggunakan alat dan tanpa ada satuan). 3. Warna (color) Prinsip analisis parameter ini dapat dilakukan secara visual dengan menggunakan metode organoleptik sama halnya seperti parameter bau melainkan dengan indra penglihatan (Trisnawulan, dkk., 2007). Standar baku mutu maksimum untuk kualitas warna adalah 15 TCU (True Colour Unit). Air tanah yang memiliki nilai lebih besar dari 15 TCU menunjukkan kualitas air tanah yang tidak bagus. Suhu (temperatur) Pengukuran suhu tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas air tanah. Prinsip dari analisis ini dengan menggunakan metode termometri menggunakan termometer. Dimana sampel air tanah yang telah diambil dapat langsung diukur suhunya di lokasi pengambilan sampel maupun di laboratorium saat dilakukan analisis terhadap sampel. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SKVII/2002 tentang standar baku mutu air tanah yang dapat dikonsumsi, dimana suhu air tanah yang layak dikonsumsi adalah suhu udara 3C, maksudnya adalah suhu air tanah harus lebih besar 1-3C, misalnya suhu udara sampel yang diuji sekitar 27-28C sedangkan suhu udara saat pengukuran sebesar 25-26C. Konduktivitas Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik.

Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruh oleh nilai temperatur. Total Dissolved Solid (total padatan terlarut) Prinsip dari analisa parameter ini adalah dengan menggunakan metode gravimetric. Standar baku mutu kelas I PPRI no.82 tahun 2001 adalah sebesar 1100 mg/L. b. Parameter kimia yang meliputi: 1. PH Pengaruh pH terhadap kualitas air, menyebabkan baku mutu air untuk layak dikonsumsi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), air yang layak dikonsumsi memiliki pH 6.5 - 8.5. Prinsip dari pengukuran pH sampel ini adalah dengan menggunakan pH meter, dimana pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan akuades sebagai trayek pH normal yaitu pada sekitar pH yang akan diukur. Kalibrasi dengan buffer standard pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem basa. Pengukuran PH dari sample air tanah yang telah diambil dilakukan dengan mencelupkan kabel indicator ke dalam sample air tanah, kemudian pada layar pH meter akan terlihat angka hasil pengukuran. Selain menggunakan PH meter pengukuran PH dari sampel air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan indicator universal. Kesadahan (hardness) Kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga maupun untuk penggunaan industri. Kesadahan air dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu kesadahan sementara (temporer) dan kesadahan tetap (permanen). Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3-) dari kalsium dan magnesium, kesadahan ini dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan pembubuhan kapur tohor. Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl-) dan sulfat (SO42-) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan ini disebut juga kesadahan non karbonat yang tidak dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dihilangkan dengan cara pertukaran ion. Alkalinitas (alkalinity) Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida (OH-). Kadar maksimum total alkalinitas yang diperbolehkan dalam air sebesar 1000 mg/L. Apabila kadar alkalinitas melampaui batas yang ditetapkan maka akan mudah terbentuk kerak atau pengendapan.

4. DO (Kadar Oksigen Terlarut) Untuk cara pengambilan contoh untuk pengujian kandungan oksigen terlarut diperlukan sarung tangan lateks yang harus terus dipakai (tidak boleh mengggunakan sarung tangan plastik atau sintetis). Dalam pengambilan sampel untuk analisa kandungan oksigen terlarut, sampel tidak boleh terkocok untuk menghindari aerasi yang akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut menjadi bertambah sehingga hasil analisa tidak representatif. Uji parameter DO dengan menggunakan prinsip metode potensiometri dengan menggunakan DO meter. BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) Mikroorganisme merupakan katalis hidup yang mempengaruhi sejumlah proses-proses kimia yang terjadi dalam tanah. Cendawan dan beberapa jenis bakteri menghancurkan senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa-senyawa yang sederhana (Achmad, 2004). Nilai BOD5 yang tinggi menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi beban perairan telah dioksidasi secara biologi. Pengukuran nilai BOD5 dilakukan dengan prinsip metode titrimetri ( dengan melakukan titrasi menggunakan buret). Nitrat (NO3-) Nitrifikasi, amonifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologi oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Proses nitrifikasi juga dipengaruhi oleh kadar oksigen terlarut > 2 mg/L, pH optimum 8-9, bakteri nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen atau bahan padatan lain, pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat dari bakteri heterotrof, suhu optimum 20o C-25o C. Pengujian Nitrat ini dilakukan dengan prinsip spektrofotometri menggunakan spektrofotometer. Nitrit (NO2-) Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan (Anonim, 2006). Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya poses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah (Effendi, 2003). Seperti halnya pada pengujian nitrat, Pengujian Nitrit ini juga dilakukan dengan prinsip spektrofotometri menggunakan spektrofotometer. Amonia ( NH3) Amonia jarang ditemukan pada perairan yang mendapatkan cukup pasokan oksigen. Bahan-bahan organik dapat terkandung di dalam air sumur salah satunya disebabkan oleh kedalaman sumur yang rendah (3-4 m) sehingga air permukaan yang banyak mengandung bahan-bahan organik hasil limbah domestic mudah masuk ke dalam tanah yang bersifat porous. Kadar ammonia yang diperbolehkan dalam air kurang dari 90 mg/L.

Pengujian kadar ammonia dalam air tanah ini juga dilakukan dengan prinsip spektrofotometri menggunakan spektrofotometer. Fosfat (PO43-) Pengujian kadar fosfat dalam air tanah ini dilakukan dengan prinsip spektrofotometri menggunakan spektrofotometer berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh. Adanya fosfat yang terkandung dalam air tanah disebabkan karena kegiatan penduduk dalam penggunaan detergen, pestisida, dan kandungan pupuk. Namun, fosfat juga tidak hanya dihasilkan dari kegiatan penduduk tetapi juga dapat dihasilkan oleh alam. Banyaknya fosfat dalam perairan dapat menyebabkan eutrofikasi (peledakan alga) yang mampu merusak ekosistem perairan, dimana banyak ikan mati karena kekurangan oksigen dalam air, yang jika dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan keracunan. Besi Penentuan kadar logam berat dalam hal ini kadar besi (Fe) dalam sample air tanah atau air sumur dapat dilakukan dengan metode spektrofotomerri menggunakan instrument Spektrofotometrik Serapan Atom (SSA) yang didasarkan pada Hukum Lambert Beer, yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi zat. Apabila kadar besi dalam sample melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh dinas kesehatan, maka air tersebut dinyatakan telah tercemar. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002, kadar besi yang diperbolehkan adalah 0,3 mg/L. Mangan Penentuan kadar logam dalam hal ini kadar Mangan (Mn) dalam sample air tanah atau air sumur dapat dilakukan dengan metode spektrofotomerri menggunakan instrument Spektrofotometrik Serapan Atom (SSA). Adanya kandungan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Di samping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang tidak sedap serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu menurut PP No.20 Tahun 1990 tersebut kadar Mangan (Mn) dalam air minum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/L. Khlorida Pengukuran kadar khlorida pada sampel air menggunakan metode argentometri, yaitu titrasi menggunakan larutan AgNO3 sebagai titrant. Pada metode ini, sampel terlebih dahulu dikondisikan suasana netral dengan cara menambahkan asam sulfat dan natrium hidroksida, hal ini disebabkan karena metode argentometri merupakan metode Mohr yang bereaksi dalam keadaan netral. Sampel kemudian ditambahkan larutan hidroksida yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor selain klorida. Kadar batas khlorida dalam air yang diperbolehkan berdasarkan Standar Baku Mutu Departemen Kesehatan, yaitu 250 mg/L.

Sulfat (SO42-) Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena kecenderungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan R.I untuk SO4 dalam air minum adalah sebesar 200-400 mg/L. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah. c. Parameter mikrobiologi yang meliputi: Bakteri E.Coli Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas. Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif dengan pertimbangan baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Standar baku mutu kandungan bakteri E. Coli pada air tanah adalah sebesar 100 sel/ml. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur.  Total Coliform Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya. Standar baku mutu kandungan total coliform pada air tanah adalah sebesar 1000 sel/ml. Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif dengan pertimbangan baku mutu air bersih.
http://kapal-kimia.blogspot.com/2011/04/parameter-yang-diuji-dalam-analisa-air.html

abel 1 Standar Air Minum SNI No. 01-3553-1996 Parameter Organoleptik Bau (Odor) Rasa (Taste) Warna (Colour) Unit Kadar tertinggi yang diizinkan

Tidak berbau Tidak berasa Pt Co scala 5

Fisika Kekeruhan (Turbiditas) NTU Padatan terlarut (Dissolved solid) mg/L Kimia pH (Derajat Keasaman) Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L Bahan Organik KMnO4 mg/L Nitrat (NO3-) mg/L Nitrit (NO22-) mg/L Amonia (NH4) mg/L Sulfat (SO42-) mg/L Klorida (Cl) mg/L Fluorida (F) mg/L Sianida (CN) mg/L Besi (Fe) mg/L Mangan (Mn) mg/L Klorin bebas (Cl2) mg/L Kontaminasi logam berat Timah (Pb) mg/L Tembaga (Cu) mg/L Kadmium (Cd) mg/L Merkuri (Hg) mg/L Arsenik (As) Mikrobiologi Total plate count (TPC) factory per ml Total plate count (TPC) market per ml Bakteri coliform per 100 ml Bakteri salmonella sp. per 100 ml Bakteri clostridium perfringens per ml

5 500 6.5-8.5 150 1.0 45 0.005 0.15 200 250 1.0 0.05 0.3 0.05 0.1 0.005 0.5 0.001 0.05 1 x 102 1 x 105 0 Negatif Negatif

Tabel 2 Persyaratan Bakteriologis Kepmenkes No. 907/2002 Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Air Minum E. Coli atau fecal coli Jumlah/100ml sampel 0 Air yang masuk sistem distribusi E. Coli atau fecal coli Jumlah/100ml sampel 0 Total bakteri coliform Jumlah/100ml sampel 0

Air pada sistem distribusi E. Coli atau fecal coli Total bakteri coliform

Jumlah/100ml sampel 0 Jumlah/100ml sampel 0

Tabel 3 Persyaratan Kimia Bahan Anorganik Kepmenkes No. 907/2002 Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Alkana terklorinasi Karbon tetraklorida g/L 2 Diklorometana g/L 20 1,2-dikloroetana g/L 30 1,1,1-trikloroetana g/L 2000 Etana terklorinasi Vinil klorida g/L 5 1,1-dikloroetana g/L 30 1,2-dikloroetana g/L 50 Trikloroetana g/L 70 Tetrakloroetana g/L 40 Hidrokarbon aromatik Benzena g/L 10 Toluena g/L 700 Xilena g/L 500 Benzo[a]pirena g/L 0.7 Benzena terklorinasi Monoklorobenzena g/L 300 1,2-diklorobenzena g/L 1000 1,4-diklorobenzena g/L 300 Triklorobenzena g/L 20 Lain-lain Di(2-etilheksil)adipat g/L 80 Di(2-etilheksil)ptalat g/L 8 Akrilamida g/L 0.5 Epiklorohidrin 0.4 Heksaklorobutadiena g/L 0.6 EDTA g/L 200 Tributiltin Oksida g/L 2 Tabel 4 Persyaratan Kimia Pestisida Kepmenkes No. 907/2002

Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Alaklor g/L 20 Aldicarb g/L 10 Aldrin/deeldrin g/L 0.03 Atrazina g/L 2 Bentazona g/L 30 Karbofuran g/L 5 Klordan g/L 0.2 Klorotoluran g/L 30 Tabel 5 Persyaratan Kimia Desinfektan dan Hasil Sampingannya Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Monokloramin g/L 3 Klorin g/L 5 Bromat g/L 25 Klorit g/L 200 Klorofenol 2,4,6-triklorofenol g/L 200 Formaldehida g/L 900 Trihalometana g/L Bromoform g/L 100 Dibromoklorometana g/L 100 Bromodiklorometana g/L 60 Kloroform g/L 200 Asam Asetat Terklorinasi g/L Asam dikloroasetat g/L 50 Asam trikloroasetat g/L 100 Kloral Hidrat Trikloroasetaldehida g/L 10 Asetonitril Terhalogenasi Dikloroasetonitril g/L 90 Dibromoasetonitril g/L 100 Trikloroasetonitril g/L 1 Sianogen Klorida g/L 70 Tabel 6 Persyaratan Kimia Anorganik yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan

Amonia Aluminium Klorida Tembaga Kesadahan Hidrogen Sulfida Besi Mangan pH Natrium Sulfat Total zat padat terlarut Seng

g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L

1.5 0.2 250 1 500 0.05 0.3 0.1 6.5-8.5 200 250 1000 3

Tabel 7 Bahan Kimia Organik yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia Parameter Organik Toluena Xilena Etilbenzena Stirena Monoklorobenzena 1,2-diklorobenzena 1,4-diklorobenzena Triklorobenzena Deterjen Desinfektan dan Hasil Sampingannya Klorin 2-klorofenol 2,4-diklorofenol 2,4,6-triklorofenol Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L g/L 24-170 20-1800 2-200 4-2600 10-120 1-10 0.3-30 5-50 50 600-1000 0.1-10 0.3-40 2-200

Tabel 8 Radioaktivitas yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Gross alpha activity (Bq/L) 0.1 Gross beta activity (Bq/L) 1

Tabel 9 Persyaratan Fisik Kepmenkes No. 907/2002 Parameter Satuan Kadar tertinggi yang diizinkan Warna TCU 15 Rasa dan Bau Tidak berasa dan berbau Temperatur C Suhu udara 3C Kekeruhan NTU 5

Stadar Mutu Air Minum (SNI 01-3553-2006)

Air minum dalam kemasan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, higiene, pengemasan dan syarat penandaan untuk air minum dalam kemasan. 2. Acuan normatif 1-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 1-6242-2000, Air mineral alami. 9-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan. 6-4162-1996, Metode pengujian kadar perak dalam air dengan alat spektrofotometer serapan atom secara tungku karbon. 1-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba. 6-2472-1991, Metode pengujian kadar kobal dalam air dengan alat spektrofotometer serapan atom secara tungku karbon. 3. Istilah dan definisi 3.1. Air minum dalam kemasan Air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral 3.2. air baku air yang telah memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai peraturan yang berlaku 3.3. air mineral air minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral 3.4. air demineral air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, deionisasi, reverse osmosis, dan proses setara 4. Syarat mutu Tabel 1. Persyaratan mutu air minum dalam kemasan Persyaratan No. Kriteria uji Satuan Air mineral Air demineral

1. 1.1 1.2 1.3 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21 21.1 21.2 21.3 21.4 21.5 21.6 22 23 23.1 23.2 23.3 23.4 23.5

Keadaan Bau Rasa Warna pH Kekeruhan Zat yang terlarut Zat organik (angka KMnO4) Total organik karbon Nitrat (sebagai NO3) Nitrit (sebagai NO2) Amonium (NH4) Sulfat (SO4) Klorida (Cl) Fluorida (F) Sianida (CN) Besi (Fe) Mangan (Mn) Klor bebas (Cl2) Kromium (Cr) Barium (Ba) Boron (B) Selenium (Se) Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Raksa (Hg) Perak (Ag) Kobalt (Co)

Tidak berbau Normal Unit Pt-Co maks. 5 - NTU mg/l 6,0 8,5 maks. mg/l mg/l 1,5 maks. 500 mg/l maks. 1,0 mg/l mg/l mg/l maks. 45 maks. mg/l mg/l 0,005 maks. 0,15 mg/l mg/l maks. 200 maks. mg/l mg/l 250 maks. 1 mg/l mg/l maks. 0,05 maks. mg/l mg/l 0,1 maks. 0,05 maks. 0,1 maks. 0,05 maks. 0,7 maks. 0,3 maks. mg/l mg/l 0,01 mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Cemaran arsen Koloni/ml Cemaran mikroba : Koloni/ml Angka lempeng total awal *) APM/100ml Angka lempeng total akhir - Koloni/ml **) Bakteri bentuk koli Salmonella 1,0 x 102 Pseudomonas aeruginosa maks. 1,0 x 105 <2 Negatif/100ml Nol

maks. 0,005 maks. 0,5 maks. 0,003 maks. 0,001 maks. 0,005 maks. 0,5 maks. 0,003 maks. 0,001 maks. maks. 0,01 maks. 0,025 maks. 0,01 maks. 0,01 maks. 1,0 x 102 maks. 1,0 x 105 <2 Negatif/100ml Nol

Tidak berbau Normal maks. 5 5,0 7,5 maks. 1,5 maks. 10 maks. 0,5 -

Keterangan *) Di Pabrik **) Di Pasaran

5. Pengambilan contoh Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan, atau revisinya.

6. Cara uji 6.1. Persiapan contoh Homogenkan contoh dengan cara mengocok, membolak-balikkan kemasan ke atas dan ke bawah. 6.2. Keadaan contoh 6.2.1. Bau dan rasa Cara uji bau dan rasa sesuai SNI. 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.2.2. Warna Cara uji warna sesuai SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.3. pH Cara uji pH sesuai SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan . 6.4. Kekeruhan Cara uji kekeruhan sesuai SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.5. Zat yang terlarut Cara uji zat yang terlarut sesuai SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.6. Zat organik (angka KMnO4) Cara uji zat organik sesuai SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.7. Total organik karbon 6.7.1. Prinsip Karbon organik dioksidasi menjadi karbon dioksida (CO2) oleh persulfat dengan adanya sinar ultraviolet, CO2 yang dihasilkan diukur secara langsung dengan alat inframerah non dispersi, direduksi menjadi metana dan diukur dengan detektor ionisasi pembakaran (flame ionization detector). 6.7.2. a) b) c) 6.7.3. a) b) c) Peralatan Alat analisa total organik karbon Penyuntik mikro 0 l 1 l ; 0 l 50 l ; 0 l 250 l ; Labu ukur 1000 ml

Pereaksi Air suling bebas CO2 Asam fosfat (H3PO3) atau asam sulfat H2SO4 Larutan baku karbon organik larutkan 2,1254 g kalium biftalat anhidrat (C8H5KO4) dalam air bebas CO2 dan encerkan menjadi 1000 ml; - 1,0 ml = 1,00 mg karbon; atau dapat menggunakan senyawa lain yang mepunyai kemurnian dan kestabilan yang cukup serta larut dalam air. Awetkan dengan menambahkan asam fosfat atau asam sulfat sampai < 2. d) Larutan baku karbon anorganik

- larutkan 4,4122 g natrium karbonat (Na2CO3) anhidrat dalam air; - tambahkan 3,497 g natrium bikarbonat (NaHCO3) 1,0 ml = 1,00 mg karbon. e) Gas pembawa Oksigen murni atau udara bebas CO2 dan mengandung hidrokarbon (metana) kurang dari 1 ppm. f) Purging gas Gas yang bebas CO2 dan hidrokarbon 6.7.4. Cara kerja a) Siapkan alat sesuai instruksi alat b) Penyiapan contoh - Homogenkan contoh Jika karbon organik terlarut ditetapkan : - Saring contoh dan pereaksi air melalui saringan vakum 0,45 m; Sebelumnya rendam alat penyaring dalam larutan HNO3 1:1 selama 1 malam dan cuci sampai bersih. Untuk penetapan NPOC (Nonpergeable organic carbon) Masukkan 15 ml sampai 30 ml contoh ke dalam labu Erlenmeyer dan asamkan sampai pH 2 dengan asam fosfat. Alirkan gas pencuci sesuai dengan rekomendasi pabrik. b) Injeksi contoh - ambil bagian contoh yang telah disiapkan dengan alat injeksi; - pilih ukuran/volume contoh sesuai dengan petunjuk dari manual alat; - kocok contoh dengan pengaduk magnet, pilih jarum injeksi dengan ukuran partikel contoh; injeksikan contoh dan standar ke alat analisa sesuai dengan petunjuk alat dan catat respon yang terjadi. c) Penyiapan kurva standar siapkan deret standar karbon organik dengan kisaran konsentrasi karbon organik di dalam contoh; - injek standar dan blanko dan catat respon yang dihasilkan; - tetapkan area peak standar dengan mengurangi area blanko. Penetapan berdasarkan tinggi peak mungkin tidak cukup karena perbedaan laju oksidasi dari standar dan contoh; koreksi area peak standar dengan mengurangi area blanko air pereaksi dan plot konsentrasi karbon organik dalam ml/l terhadap area peak yang telah dikoreksi; injeksikan contoh dan blanko. Kurangi area peak contoh dengan area peak blanko dan tetapkan karbon organik dari kurva standar. 6.7.5. Perhitungan Hitung total organik karbon dengan menggunakan rumus: Total organik karbon = (KT KA) mg/l dengan: KT adalah Kadar karbon total; KA adalah karbon anorganik. 6.8. Nitrat Cara uji nitrat sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan.. 6.9. Nitrit

Cara uji nitrit sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.10. Amonium Cara uji amonium sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.11. Sulfat Cara uji sulfat sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.12. Klorida Cara uji klorida sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.13. Fluorida Cara uji fluorida sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.14. Sianida Cara uji sianida sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.15 Besi Cara uji besi sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.16. Mangan Cara uji mangan sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan . 6.17. Klor bebas Cara uji klor bebas sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan . 6.18. Kromium Cara uji kromium sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan.

6.19. Barium Cara uji barium sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.20. Boron Cara uji boron sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.21. Selenium Cara uji selenium sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.22. Cemaran logam 6.22.1 Timbal Cara uji timbal sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.22.2. Tembaga Cara uji tembaga sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.22.3 Kadmium Cara uji kadmium sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.22.4. Raksa Cara uji raksa sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.22.5. Perak Cara uji perak sesuai dengan SNI 06-4162-1996, Metode pengujian kadar perak dalam air dengan alat spektrofotometer serapan atom secara tungku karbon atau revisinya. 6.22.6. Kobal Cara uji kobal sesuai dengan SNI 06-4162-1996, Metode pengujian kadar perak dalam air dengan alat spektrofotometer serapan atom secara tungku karbon atau revisinya. 6.23. Cemaran arsen Cara uji cemaran arsen sesuai dengan SNI 01-3554, Cara uji air minum dalam kemasan. 6.24. Cemaran mikroba 6.24.1 Angka lempeng total awal Cara uji angka lempeng total awal sesuai dengan SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba, atau revisinya. 6.24.2. Angka lempeng total akhir Cara uji angka lempeng total akhir sesuai dengan SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba, atau revisinya. 6.24.3. Bakteri bentuk koli 6.24.3.1. Metode APM Cara uji bakteri bentuk koli metode APM sesuai dengan SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba, atau revisinya.

6.24.3.2. Metode penyaringan (Membran filter) 6.24.3.2.1. Prinsip Pertumbuhan bakteri bentuk koli setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang cocok selama 24 jam sampai 48 jam pada suhu 36 C 1 C. 6.24.3.2.2 Peralatan a) pipet ukur 10 ml atau gelas ukur 100ml; b) cawan Petri diameter 50 60 mm; c) penyaring membran 0,45 m; d) pinset; e) unit alat penyaringan (filtration unit); f) lemari pengeram 36 C 1 C. 6.24.3.2.3 Pembenihan Violet red bile agar. 6.24.3.2.4 Cara kerja pasang peralatan penyaring membran yang terdiri dari corong, membran penyaring dan penampung yang telah disterilkan lebih dahulu, dan hubungkan dengan sistem vakum; masukkan 100 ml cuplikan contoh atau sejumlah yang diperlukan ke dalam corong dari alat penyaring dengan menggunakan pipet atau gelas ukur steril; pergunakan vakum untuk menyaring cuplikan melalui membran dan saring cairan pembilas; bilas seluruh permukaan dalam corong penyaring dengan air pengencer atau air suling steril yang jumlahnya sama dengan jumlah cuplikan yang disaring dan saring cairan pembilas; sesudah pembilasan selesai, hentikan vakum; buka kembali peralatan penyaring, dengan menggunakan pinset yang steril angkat membran penyaring dari alat penyaring; letakkan membran penyaring di atas pembenihan violet red bile agar dalam cawan petri (usahakan jangan ada gelembung udara di bawah membran); inkubasikan cawan dengan posisi terbalik pada 36 C 1 C. selama 48 jam; hitung koloni yang berwarna merah gelap yang berukuran 0,5 mm atau lebih pada membran yang menyatakan jumlah bakteri bentuk koli dalam 100 ml contoh. 6.24.4 Salmonela Cara uji salmonela sesuai dengan SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba, atau revisinya. 6.24.5 Pseudomonas aeruginosa Cara uji Pseudomonas aeruginosa sesuai dengan SNI 01-6242-2000, Air mineral alami. 7.Syarat lulus uji Produk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi spesifikasi persyaratan mutu air minum dalam kemasan sesuai pasal 4.

a) b) c) d) e) f) g) h) i)

8. Higiene Air minum dalam kemasan harus diproduksi secara higienis termasuk cara penyiapan dan penanganan sesuai dengan persyaratan Teknis Industri Air minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. 9. Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan, sesuai Persyaratan Teknis Industri Air minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. 10. Syarat penandaan Syarat penandaan sesuai peraturan tentang Label Iklan Pangan.

Bibliografi Committee of Revision of the United States Pharmacopoeia Convention Inc. 1995. The United state Pharmacopoeia (USP) 23. The national Formulary (NF) 18. The Board of Trustees, Washington DC.. Standard Methods for The Examination of water and Wastewater, American Public Health Association; American Water Works Association; Water Environment Federation 20Th ed. Washington DC, 1998.
http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/03/stadar-mutu-air-minum-sni-01-3553-2006.html

También podría gustarte