Está en la página 1de 10

PEMODELAN MATEMATIKA DALAM PENENTUAN SIKLUS WAKTU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN JALAN

05JAN
Chairul Imron, Hariyanto, dan Wahyu Imas YuniastariJurusan Matematika FMIPA-ITS Abstrak Salah satu penyebab kemacetan lalu-lintas adalah tidak proporsionalnya waktu-nyala traffic light di persimpangan jalan. Lama waktu-nyala lampu lalu-lintas dipengaruhi oleh banyaknya kendaraan yang datang dan banyaknya kendaraan yang mampu keluar. Jika kendaraan yang datang lebih banyak daripada yang keluar, maka dipastikan terjadi penundaan. Pemodelan Matematika merupakan suatu pendekatan dengan asumsi-asumsi yang dikembangkan untuk mendekati realitas. Studi kasus yang dikembangkan adalah pemodelan banyaknya kendaraan yang masuk ke dalam sistem tunggu dan banyaknya kendaraan yang keluar dari sistem layanan lampu traffic light. Hasil akhir dari model tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menentukan siklus minimum traffic light yang dibutuhkan agar tidak terjadi penundaan. Kata Kunci: pemodelan matematika dan traffic light

Abstract

One of traffic problems jam is caused by determining of traffic light. A cycle that is not proportional at cross road / intersection. The cycle of traffic light influenced by the number of incoming vehicles and leaving vehicles at the cross road. When the number of incoming vehicles are more than leaving vehicles, there must be postponement. The problem can be solve using Mathematics Model. The parameter is the model of the number of vehicles and the number of leaving vehicles in the traffic light system. The result is expected to determine the minimum traffic light cycle required in order to avoid the postponement Keywords: mathematics model and traffic light

1. 1

PENDAHULUAN

Transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi masyarakat, karena transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif.

Mengingat peranan transportasi yang sangat besar, maka sangat disayangkan jika terjadi gangguan pada transportasi, terutama gangguan kemacetan lalu-lintas, sehingga transportasi yang semula diharapkan dapat mempercepat proses pencapaian tujuan, kadang-kadang dapat menimbulkan dampak yang kurang baik yang dapat menghambat proses pencapaian tujuan tersebut. (Imron, 2000-1) Kemacetan yang terjadi di kota-kota besar merupakan hal yang biasa, kemacetan merupakan pemandangan yang tak mungkin terhindari pada setiap hari kerja. Disamping kemacetan yang menjemukan, polusi udara yang menyesakkan dan panasnya udara yang melelahkan, tak terhindarkan pula habisnya bahan bakar yang sia-sia. Salah satu penyebab kemacetan lalu-lintas adalah persimpangan jalan, disamping penyebab-penyebab lain seperti tidak tertibnya pemakai jalan dan lain sebagainya. (Imron, 2000-2) Perencanaan transportasi adalah suatu proses yang bertujuan mengembangkan suatu sistem transportasi agar perjalanan kendaraan, penumpang maupun barang akan aman dan ekonomis. Perjalanan atau pergerakan dengan jarak panjang maupun pendek dari pengguna jalan membutuhkan suatu sistem jaringan transportasi yang baik untuk menampung kebutuhan akan pergerakan tersebut. Dengan kata lain kapasitas jaringan transportasi harus dapat menampung pergerakan. (Imron, 1998-2) Persimpangan jalan merupakan wilayah pertemuan antara berbagai pergerakan membutuhkan suatu sistem perencanaan jaringan transportasi yang baik dalam usaha meminimalkan waktu penundaan atau kemacetan. Langkah yang yang baik yang harus ditempuh adalah mempertimbangkan penentuan waktunyala traffic light. (Imron, 1998-1) Dengan menentukan waktu-nyala traffic light yang baik akan mengurangi waktu tunda atau macet. Untuk menentukan waktu-nyala traffic light perlu asumsi sebagai berikut : 1. Pengguna jalan raya dan persimpangan adalah kendaraan roda empat atau lebih karena roda dua dianggap lebih lincah (lebih mudah bergerak) dalam mengatasi kemacetan, pejalan kaki dan penyebrang jalan diabaikan. 2. Tidak adanya parkiran di sepanjang ruas jalan, sehingga kemacetan hanya disebabkan oleh kepadatan kendaraan dan lebar jalan. 3. Waktu pengambilan data akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Pukul 06.30 08.00 BBWI dengan asumsi banyaknya pengguna akibat keberangkatan pekerja dan keberangkatan pelajar. 2. Pukul 12.00 13.00 BBWI dengan asumsi banyaknya aktivitas yang terjadi pada pukul tersebut. 3. Pukul 16.00 17.00 BBWI dengan asumsi banyaknya pekerja dan pelajar yang pulang. Sedangkan batasan masalahnya adalah persimpangan yang hanya mengandalkan traffic light sebagai penentu waktu tunggu, tidak terjadi kemacetan pada jalur tujuan, pada clearence interval kendaraan menggunakan kecepatan minimum sebesar 20 kilometer/jam, pengguna jalan mematuhi peraturan lalu lintas dan pengendara yang pindah ke marka jalur yang lain setelah masuk ke sistem layanan diabaikan.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemodelan Matematika


2.1.1 Kecepatan Gerak (Velocity)

Berdasarkan rumusan Fisika diketahui bahwa :

Dimana : v = kecepatan; S = jarak; t = waktu secara matematis dapat juga dikatakan bahwa v adalah turunan pertama S atau yang biasanya disebut Xterhadap t, yaitu :

Untuk tiap kendaraan memiliki kecepatan yang berbeda-beda antara satu kendaraan dengan kendaraan lain dapat berupa fungsi tertentu.

2.1.2 Kepadatan (Densitas) Kepadatan atau densitas yaitu jumlah kendaraan persatuan panjang jalan atau kepadatan berbanding terbalik dengan jarak antar kendaraan (Habermann, 1997). Dengan kata lain, semakin banyak kendaraan yang melintasi suatu jalan maka jarak antar kendaraan semakin dekat, begitu juga sebaliknya semakin sedikit/jarang kendaraan yang melintasi jalan maka jarak antar kendaraan juga semakin jauh. Secara matematis dapat dikatakan , bahwa kepadatan :

Dimana : = kepadatan. L = panjang kendaraan ( karena hanya berdasar pada roda 4 maka dikatakan konstan). d = jarak antar kendaraan.

Sehingga perlu diketahui bahwa jarak antar kendaraan adalah :

Dimana : v = kecepatan rata-rata kendaraan t = waktu kedatangan antar kendaraan

2.1.3 Aliran Lalu-Lintas

Aliran lalu lintas adalah merupakan suatu besaran yang dapat ditentukan oleh banyaknya kendaraan yang melewati tempat tertentu (Habermann, 1997). Jika pada suatu jalan kendaraan berjalan dengan kecepatan vo dengan densitas konstan o dan jarak antar kendaraan juga sama, maka pada waktu t setiap kendaraan telah berjalan sejauh uot. Sehingga jumlah kendaraan yang lewat pada waktu t adalah jumlah kendaraan sepanjang jarak uot. Dan jika o adalah jumlah kendaraan persatuan jalan, maka ouot adalah jumlah kendaraan per satuan waktu t. Besaran ini adalah aliran lalu lintas dan dinotasikan dengan q, yaitu : q = ouo Yang secara umum dapat dituliskan sebagai berikut : q(x,t) = (x,t) u(x,t)

2.1.4 Pendekatan Model Jika N menyatakan banyaknya kendaraan pada panjang jalan antara jalur asal = a dan jalur tujuan = b dimana:

Untuk keadaan yang berubah-ubah maka rata-rata perubahan jumlah kendaraan

Dengan t adalah waktu pada saat kendaraan masuk ke sistem antrian sedangkan (t +t) adalah waktu pada saat kendaraan keluar dari sistem antrian tersebut. Sehingga untuk t yang kecil pendekatan yang terjadi banyaknya kendaraan sesaat yaitu q(x,t)t, atau bisa dituliskan :

Untuk limit t 0 maka untuk waktu antara t = t0 dan t = t1 di b memiliki jumlah kendaraan yang melintasi sebesar,

Sehingga :

Atau dengan kata lain :

Karena t1 bisa waktu kapan saja, maka persamaan yang terjadi (berdasarkan aliran kendaraan), adalah :

2.2 Teori Transportasi Waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan pada masing-masing lajur agar terbebas dari antrian merupakan lama nyala lampu hijau minimum ditambahkan dengan lamanya waktu interval untuk membersihkan jalan atauclearance interval (biasanya dilakukan dengan penggunaan lampu kuning) dari sisa kendaraan dari jalur lain. Hal ini berguna untuk tidak menimbulkan antrian jalan baru pada pusat persimpangan. Persamaan clearance interval: (Habermann, 1997)

Dengan: t = Waktu perception reaction per detik . v = Kecepatan pada saat clearance interval a = Percepatan di clearance interval w = Panjang lajur perempatan l = Panjang kendaraan n = Banyaknya kendaraan kendaraan yang antri Rumusan ini dapat berubah seiring dengan kebutuhan dan hambatan-hambatan yang berkembang di perempatan Indonesia. Sedangkan hijau minimum yang dibutuhkan kendaraan adalah sebesar :

Dan nyala lampu merah pada persimpangan merupakan lamanya waktu tunggu n kendaraan, atau dengan kata lain :

Sehingga siklus waktu sekali putaran pada persimpangan adalah :

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum, metodologi yang digunakan pada penelitian ini meliputi 4 tahap utama, yaitu : 3.1 Tahap pertama

Pada tahap pertama (formulasi masalah), kegiatan penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi masalah populasi kendara-an, tentang kinerja dari sistem dan menentu-kan tujuan dari analisa dan pemodelan secara menyeluruh sebagai proses pengambilan keputusan.

3.2 Tahap kedua Pada tahap analisa meliputi pengumpulan data serta analisa data yang diperoleh pada studi lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut : 3.2.1 Pengumpulan data Pengumpulan data yang berupa data kedatangan antar kendaraan yang masuk ke dalam wilayah sistem tunggu serta data banyaknya kendaraan yang keluar dari wilayah sistem tunggu tersebut dilaksanakan pada tanggal 23 April 2001 sampai dengan 28 April 2001 pada pukul 06.30 08.00 BBWI, pukul 12.0013.00 BBWI dan pukul 16.00-17.00 BBWI (hal ini dikarenakan pada pukul tersebut keadaan lalu lintas berada pada kepadatan yang tinggi karenanya dengan mengetahui waktu yang dibutuhkan traffic light pada waktu-waktu padat maka antrian pada waktu-waktu yang lain dapat dihindarkan) yang mengambil tempat di persimpangan Kertajaya, Surabaya.

3.2.2 Analisa Data Pada tahap ini data yang sudah terkumpul akan ditentukan distribusinya dan akan dicari parameternya yang kemudian dengan uji kelayakan dapat diketahui kevalidan dari data tersebut. Dalam hal analisa data ini digunakannya analisa statistik. 3.3 Tahap Ketiga Pada tahap penyusunan model yang meliputi pendefinisian model serta validasi model tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel, asumsi dan logika yang digunakan dalam model sudah mengakomodasi kondisi yang sebenarnya.

3.4 Tahap Keempat Pada tahap keempat ini dasar pemikiran merupakan ilmu perencanaan transportasi yang mungkin dapat ataupun tidak dapat diterapkan pada kondisi di Surabaya, sehingga pengembangan pemikiran sangat diperlukan dengan tetap mengacu pada peminimalan antrian kendaraan.

4.

PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data secara langsung (data primer) agar hasil yang terjadi diharapkan akan sesuai dengan kondisi real. Pengumpulan data tentang waktu antar kendaraan dan banyaknya jumlah kendaraan yang keluar dari sistem tunggu dilakukan di persimpangan Kertajaya selama satu minggu dengan mengobservasi enam jalur jalan secara serempak dengan pemilihan waktu yang dianggap memiliki tingkat kepadatan yang paling tinggi, sehingga diharapkan dapat dihasilkan suatu waktu pelayanan yang dapat meminimalkan antrian.

4.2 Pemodelan a. Asumsi Pemodelan merupakan suatu pendekatan yang sesuai dengan kenyataan. Pada pemodelan ini diharapkan terbentuknya suatu tatanan yang dapat digunakan pada berbagai keadaan dengan ciri yang sama. Dalam pendekatannya untuk memodelkan banyak-nya mobil yang masuk dan keluar dari sistem antrian diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut : Pertambahan jumlah mobil yang keluar dari sistem sebanding dengan banyaknya jumlah mobil yang masuk ke dalam sistem ditambah dengan jumlah kendaraan tambahan (sisa antrian atau mobil yang pada saat lampu kuning justru mempercepat laju kendaraannnya). Pertambahan jumlah mobil yang masuk ke dalam sistem sebanding dengan pertambahan waktu. Asumsi tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dengan y adalah banyaknya mobil yang keluar dan x adalah banyaknya mobil yang masuk ke dalam system serta k,l dan m adalah konstanta.

1. b. Pemodelan matematika

Dari kedua persamaan pada asumsi di atas diperoleh model : dimana a = l/k dan b=m/k, untuk menentukan titik stasioner, syarat yang harus dipenuhi adalah y=0. Jika fungsi diatas digambarkan, maka gambar yang mungkin dengan a<0 adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik fungsi kuadrat dengan a<0. Jika model matematika diatas disederhanakan sehingga menjadi model sebagai berikut:

yang merupakan model dari hubungan antara jumlah kendaran yang masuk dan yang keluar dari sistem. Apabila jumlah kendaraan yang keluar dengan waktu-nyala lampu hijau yang tetap, maka jumlah kendaraan yang keluar akan tetap, padahal pada jam sibuk jumlah kendaraan yang akan masuk ke system akan semakin banyak, sehingga waktu tunggu akan semakin lama. Gambaran tersebut dapat digambarkan pada kurva di bawah ini:

Gambar 2. Grafik jumlah kendaraan yang keluar pada saat hijau. c. Analisis Model matematika hubungan antara jumlah kendaraan yang masuk dan yang keluar dari sistem adalah :

Dengan :

Sehingga dapat diketahui adanya antrian maksimal yang ada dalam sistem tunggu. Dengan bentuk kurva sebagai berikut :

kepadatan

Gambar 3. Grafik kepadatan. Karateristik kurva dapat dilihat sebagai berikut : Pada x = 0, maka y = b , fenomena ini rasional karena ada kemungkinan pada saat lampu menyala kuning ada kendaraan yang justru semakin mempercepat laju kendaraannya. Pada x ~ , maka y ~ , fenomena ini irasional pada sistem tunggu. Oleh karena itu model tersebut hanya realistik pada domain 0 < x < m , dengan m adalah densitas terpadat pada sistem

1. 5. PENENTUAN SIKLUS WAKTU TRAFFIC LIGHT


Dari hasil perhitungan, waktu-nyala yang diperbolehkan bagi kendaraan untuk dapat berjalan dapat diasumsikan sebagai lamanya waktu-nyala hijau minimum ditambah dengan waktu pada clearence interval dan waktu tenggat antar kendaraan, sehingga dapat diketahui:

Lebar jalur Jalur


Darmawangsa Pucang Pucang Dharmawangsa Kt. Timur Kt. Barat Kt. Barat Kt. Timur Kt.Timur Dharmawangsa Kt. Barat Pucang (meter) Waktu yang dibutuhkan (detik) 22 22 13 13 15.65 17.5 40.0625 37.6319 32.2598 40.6111 14.2104 35.5938

Dengan diketahuinya lamanya waktu yang dibutuhkan pada tiap jalurnya maka dapat diketahui siklus waktutraffic light minimum sebesar: 107.916 detik.

6.

KESIMPULAN

Dari pemodelan matematika yang diperoleh dapat diketahui antrian maksimal yang berada pada sistem tunggu layanan di suatu jalur sehingga dapat diketahui pula lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan antrian pada sistem tunggu jalur tersebut. Dengan demikian diperolehlah waktu siklus minimum di persimpangan kertajaya yaitu sebesar 107.916 detik.

DAFTAR PUSTAKA
Imron, Chairul (1998-1), Kajian Tentang Kemacetan Lalu-Lintas yang Di-sebabkan oleh Persimpangan Jalan, Makalah di Seminar Regional Matematika Tk Jawa Timur di UnBraw, Malang. Imron, Chairul (1998-2), Alternatif Penyelesaian Permasalahan Kema-cetan Lalu-Lintas di Persimpangan Jalan Darmo, Dr. Sutomo, Polisi Istimewa dan Sekitarnya, Laporan Penelitian Muda. Imron, Chairul (2000-1), Algoritma Pe-ngaturan Waktu-Nyala Lampu Lalu-Lintas, Seminar Nasional Matematika di Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Imron, Chairul (2000-2), Studi Akibat Persimpangan Jalan, Simposium III FSTPT, Seminar dan Prosiding, di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Habermann, Richard (1977), Mathematical Models, Mechanical Vibrations, Population Dynamics and Traffic Flow, Pretice Hall Incorporation, Engelwood Clifts, New Jersey 07632. Special Report 209 Transportation Research Board National Research (1985), Highway Capacity Manual, Wasingthon D.C.

También podría gustarte