Está en la página 1de 9

PERKEMBANGAN KAWASAN EROPA TENGAH DAN TIMUR DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI RI

Kuliah Tamu pada: Fakultas Pasca Sarjana Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia

Oleh: Hazairin Pohan Direktur Eropa Tengah dan Timur Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

JAKARTA, 9 DESEMBER 2004

PERKEMBANGAN KAWASAN EROPA TENGAH DAN TIMUR DAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI RI
Hazairin Pohan*

UMUM 1. Tanggal 1 Mei 2004 Polandia, Ceko, Slovakia dan Hongaria secara resmi diterima menejadi anggota penuh Uni Eropa, secara bersamaan dengan Latvia, Lithuania, Estonia, (sebelumnya menjadi bagian dari bekas Uni Soviet), Slovenia (bekas salah satu republik di Yugoslavia), Siprus dan Malta. Negara-negara di kawasan yang masih menunggu gilirannya dan sedang dalam proses perundingan dengan UE adalah Romania dan Bulgaria yang telah memperoleh status associate-member dan sudah dijadwalkan menjadi anggota UE pada tahun 2007 mendatang. Mantan anggota Pakta Warsawa, yaitu Polandia, Hongaria, Ceko, Slovakia, Romania dan Bulgaria yang memiliki industri pertahanan kuat di samping Rusia, Ukraina dan Serbia-Montenegro, sebelumnya adalah negaraanggota Pakta Warsawa telah menjadi anggota NATO. 2 perkembangan yang signifikan tersebut di atas adalah bagian terpenting dari proses transformasi yang berlangsung di Eropa Pasca Perang Dingin, di samping proses integrasi negara-negara kawasan Eropa Tengah dan Timur ke dalam struktur-struktur Eropa maupun dalam konteks hubungan trans-Atlantik. Kecenderungan penguatan integrasi Eropa itu sendiri kini memasuki tahapan terpenting, yaitu dengan disetujuinya Konstitusi Eropa di dalam visi pembentukan United States of Europe dengan berbagai implikasinya. Hubungan dan kerjasama Republik Indonesia dengan negara-negara di kawasan Eropa Tengah dan Timur (Rusia, Polandia, Ukraina, Hungaria, Ceko, Slovakia, Romania, Serbia-Montenegro, Bulgaria, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Belarus, Albania, Armenia, Georgia, Moldova, dan Macedonia/FYROM) mempunyai arti strategis, baik secara geopolitik maupun geoekonomi dalam mendukung pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, sebagaimana digariskan dalam Program Kerja Kabinet Gotong Royong dan kemudian dilanjutkan oleh Kabinet Indonesia Bersatu. Kawasan ini telah dikenal cukup lama dalam sejarah hubungan bersahabat dan kerjasama bilateral RI dengan negara-negara-negara tersebut selama kurang lebih 50 tahun. Intensitas peningkatan hubungan dan kerjasama bilateral tersebut dimulai tahun 2002, setelah transisi sebagai akibat transformasi di negara-negara kawasan pasca Perang Dingin (1990-1995) dan reformasi di Indonesia 1997-2002. Sejak perubahan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia dan di kawasan, terbuka peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan kerjasama bilateral secara maksimal. Sejak tahun 2003, Indonesia dan Rusia telah berhasil membentuk hubungan politik dan kerjasama bilateral ke tingkat kemitraan strategis. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kawasan Eropa Tengah dan Timur mempunyai arti strategis, baik secara geopolitik maupun geoekonomi dalam menghadapi tantangan bagi pelaksanaan politik luar negeri RI bebas dan aktif dalam rangka memperkokoh hubungan bersahabat dan kerjasama bilateral di berbagai bidang, khususnya ekonomi, perdagangan, investasi, kerjasama iptek, pertahanan dan sosial budaya. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dengan jumlah penduduk kl 220 juta jiwa yang terletak di kawasan strategis, Indonesia perlu memanfaatkan berbagai peluang yang ada sekaligus mengatasi tantangan-tantangan yang cukup mendasar tidak saja dalam memelihara kesatuan bangsa dan wilayah tetapi juga untuk meningkatkan leverage-nya dalam percaturan politik internasional di era globalisasi sekarang. 2

2.

3.

4.

Dalam mengantisipasi perobahan yang begitu cepat di Eropa Tengah dan Timur, Presiden RI telah melakukan kunjungan kenegaraan dalam tahun 2002-2003 berturut-turut ke Ceko, Slovakia, Hongaria, Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Romania, Rusia dan Polandia, serta dalam tahun 20032004 menerima kunjungan balasan dari Bulgaria, Romania dan Polandia. Sejak saat itu, terdapat saling kunjungan di berbagai tingkatan antara pejabat tinggi serta anggota Parlemen kedua belah pihak. Upaya ini sangat strategis untuk mengaktifkan kembali (revive) hubungan Indonesia dengan kawasan yang pernah mencapai puncaknya pada tahun 1960-an melalui langkah diplomatik tertinggi dalam rangka perluasan dialog dan kerjasama bilateral antara kedua pihak. Dalam periode 20022004, antara Pemerintah RI dan Pemerintah negara-negara kawasan telah menghasilkan kl. 100 dokumen bilateral dalam bentuk deklarasi, joint-statement, agreement, MoU, dan agreed minutes, dan tingkatan dan bidang-bidang kerjasama yang dijadikan landasan baru kerjasama bilateral, sesuai dengan perkembangan terbaru. Di bidang ekonomi, tercatat peningkatan volume perdagangan sebesar kl. 36 persen menjadi kl USD. 1,5 milyar, rencana investasi kl. USD. 1,5 milyar, dan peningkatan wisatawan sebesar 50 persen yang kini telah mencapai 14.000 orang/tahun. Indonesia telah memiliki mekanisme kerjasama bilateral dalam bentuk FKB maupun Joint Economic Commission dengan negara-negara utama di kawasan, yang dalam tahun 2002-2004 telah melangsungkan sejumlah pertemuan, yang diikuti pula dengan pameran, roadshow dan businessmatching, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Negara-negara kawasan berpenduduk kl. 330 juta penduduk dengan GDP sekitar USD 2,6 triliun dengan GNP/capita antara USD. 8000 - 1200 bagi Indonesia merupakan kawasan perdagangan non-tradisional yang sangat potensial untuk menyerap ekspor non-migas, serta menjadi sumber alternatif bagi peningkatan kapasitas nasional di bidang teknologi dan iptek, termasuk industri pertahanan/strategis, dan di bidang pendidikan. Akhir-akhir ini, beberapa di antaranya, seperti Rusia, Polandia, Hongaria, Ceko dan Romania mulai mengembangkan kerjasama investasi dalam sejumlah proyek kerjasama dan menyumbang dalam meningkatnya jumlah wisatawannya ke Indonesia. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuannya dengan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin di sela-sela Pertemuan APEC di Santiago, Chile pada bulan Nopember 2004 telah menyepakati untuk mengintensifkan kerjasama bilateral kedua negara sesuai dengan visi pembentukan hubungan dan kerjasama pada tingkat kemitraan strategis, sesuai dengan Deklarasi yang ditandatangani oleh Presiden kedua negara di Moskow pada bulan April 2003. Hal ini mengindikasikan komitmen Pemerintah RI untuk melanjutkan kebijakan peningkatan hubungan dan kerjasama bilateral RI dengan semua negara-negara di kawasan sesuai dengan perkembangan sekarang. Kedua pemimpin menggarisbawahi pentingnya kerjasama politik keamanan, pertahanan termasuk industri militer, dan investasi.

5.

6.

PROSPEK KERJASAMA BILATERAL 7. Politik dan Keamanan a. Indonesia tidak memiliki masalah politis apapun dengan negara-negara kawasan dan mengembangkan kerjasama erat di dalam kerangka PBB, khususnya dalam memberikan dukungan terhadap pencalonan dan dialog mengenai berbagai isu-isu global. Dengan hampir seluruh negara kawasan, Indonesia telah memiliki mekanisme antar-Pemerintah untuk 3

penyelenggaraan konsultasi bilateral dan forum untuk peningkatan perdagangan serta kerjasama teknik. b. Dalam perspektif polugri Indonesia, Rusia menempati arti-arti strategis baik sebagai counterbalance terhadap pengaruh Amerika Serikat, sebagai satu-satunya superpower yang cenderung melakukan tindakan unilateralisme bilamana kepentingan dalam negerinya terganggu. Pada pihak lain, negara-negara Eropa Tengah seperti Polandia, Hongaria, Ceko dan Slovakia Anggota Uni Eropa, ditambah Romania dan Bulgaria adalah anggota NATO, dengan demikian kebijakan keamanannya cenderung mendukung AS sebagaimana diperlihatkan dalam invasi AS ke Afghanistan dan Iraq. Negara-negara ini keseluruhannya adalah bekas anggota Pakta Warsawa pada masa Perang Dingin. Dengan demikian, upaya peningkatan hubungan dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur perlu mempertimbangkan situasi unik yang dihadapi oleh anggota-anggota baru NATO ini dalam hubungan mereka terhadap Rusia. Di samping itu, kecenderungan kuat integrasi mereka ke dalam struktur-struktur Eropa dan transatlantic juga menyisakan dialog dan perbedaan internal di lingkungan Uni Eropa dengan kedudukan AS yang krusial di dalamnya. Uni Eropa sendiri, dalam perkembangan selanjutnya mulai muncul sebagai suatu kekuatan yang berbicara banyak terhadap isu-isu global, khususnya menyangkut kebijakan luar negeri dan keamanan. Meningkatnya kegiatan terorisme internasional serta keterkaitan langsung dengan kegiatan politis separatisme, perdagangan senjata, narkotika, penyelundupan senjata dan manusia, pencucian uang, kejahatan lintas batas/terorganisir merupakan suatu masalah yang mengancam keamanan di Indonesia dan negara-negara kawasan. Indonesia telah membentuk persetujuan di bidang ini dengan Rusia, Polandia dan Romania. Pada tanggal 1 Juli 2004, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI dalam AMM ke-37, PMCs dan ARF ke-11 yang berlangsung di Jakarta, 29 Juni 2 Juli 2004. Dalam pertemuan tersebut dibahas masalah peningkatan hubungan bilateral di berbagai bidang, serta masalah-masalah regional dan multilateral, terutama kerjasama dalam menanggulangi terorisme internasional. Rusia ASEAN menandatangani Joint Declaration to Combat International Terrorism dan akan mengadakan pertemuan puncak dalam tahun 2005.

c.

d.

8.

Ekonomi dan Perdagangan a. Kawasan Eropa Tengah dan Timur dengan jumlah penduduk sekitar 330 juta jiwa, dengan income percapita USD 1200 USD 8000 dan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 4% merupakan pasar non-tradisional yang strategis bagi peningkatan ekspor non-migas. Negaranegara kawasan dapat dijadikan entry point untuk memenuhi kebutuhan barang-barang konsumen yang kian meningkat di negara-negara tersebut dan sekaligus sebagai sasaran antara menuju ke Eropa Barat. Dalam peningkatan produksi industri manufaktur Indonesia memerlukan bahan-bahan yang selama ini diimpor dari Barat. Negara-negara Eropa Tengah dan Timur dapat dijadikan alternatif sumber bahan-bahan tersebut dengan harga yang kompetitif. Volume perdagangan Indonesia dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur mengalami peningkatan yang signififkan, yakni USD 1.169,19 juta (2002) meningkat sebesar 36,64% menjadi menjadi USD 1.597,57 juta (2003). Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mengalami surplus dan meningkat sebesar 13,4% dari USD 853,57 juta (2002) menjadi USD 968,25 juta 4

b.

(2003). Impor dari Kawasan meningkat sebesar 97% dari USD 318,76 juta (2002) menjadi USD 639,5 juta (2003). Untuk tahun 2004, setidaknya akan diperoleh tingkat pertumbuhan yang sama dengan tahun 2003 atau bahkan lebih, dengan intensifnya kontak di antara pengusaha swasta sepanjang tahun 2004. c. Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor Indonesia ke negara-negara kawasan yang paling menonjol adalah palm oil, coklat, kopi, teh, rempah-rempah, minyak goreng nabati, hasil-hasil laut, karet alam, sepatu olah-raga dan sepatu kulit, garmen dan tekstil, sementara impor Indonesia dari negara-negara kawasan masih didominasi oleh komoditas berupa besi/baja, aluminium, pupuk, mesin pembangkit listrik, peralatan pertanian, ferros-alloys, pig-iron, peralatan transportasi, produk kimia. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan ekonomi, perdagangan, investasi dan pariwisata kedua belah pihak adalah gencarnya promosi ekspor yang dilakukan Indonesia dengan melibatkan UKM dan pengusaha di daerah-daerah, dalam berbagai kegiatan pameran produk ekspor, trade and investment initiatives, business informal gathering, roadshow, dan product display. Dalam rangka meningkatkan ekspornya ke Indonesia, Polandia, Slovakia, Ukraina dan SerbiaMontenegro telah menyediakan kredit ekspor untuk digunakan bagi pengadaan serta produksi bersama peralatan pertahanan dan Polri. Dalam bidang energi, Pemerintah Romania telah menyediakan dana proyek pembangkit tenaga listrik di Kalimantan. Dalam tahun 2004 Polandia menyediakan kredit ekspor sebesar USD. 135 juta yang telah digunakan untuk pembelian peralatan Polri. Untuk tahun 2005, Polandia telah menyediakan kredit ekspor selanjutnya sebesar USD.400 juta, untuk pembelian peralatan pertahanan termasuk untuk kerjasama pembuatan kapal.

d.

9.

Investasi Perkembangan menggembirakan tercatat pada minat negara-negara kawasan untuk penanaman modal. Dewasa ini sedang dilakukan pembicaraan untuk berbagai proyek investasi senilai sedikitnya USD. 1,5 milyar dari Hongaria, Rusia, Romania, Serbia-Montenegro, Ceko, Bulgaria Polandia, dan Ukraina yang akan dimulai dalam tahun 2005 sbb: a. Rusia, yaitu pada proyek swasta untuk peluncuran satelit di Pulau Biak, senilai USD. 150 juta, industri patungan pabrik mobil di Pulau Batam, senilai USD. 600 ribu. Rusia juga telah menawarkan untuk pembangunan jalur kereta api di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, sekaligus dengan sistem pembiayaannya. Hongaria, untuk proyek kerjasama industri batubara sekaligus pembangunan pelabuhan laut, jalur kereta api dan PLTU di Kabupaten Banyuasin, dengan nilai proyek awal sebesar USD. 700 juta. Hongaria juga berminat untuk menanam modal di bidang industri pariwisata. Di samping itu, Hongaria juga sedang mengintensifkan pembicaraan dengan Badan Otorita Batam (BIDA) untuk investasi di bidang industri farmasi dan obat-obatan. Perusahaan Romania, ROMELEKTRO bekerjasama dengan PLN akan membangun Pusat Tenaga Listrik Asam Asam di Kalimantan Selatan. Jumlah investasi Perusahaan Rumania dalam proyek tersebut direncanakan sebesar USD 115 juta. 5

b.

c.

d.

Polandia untuk tahun 2005 sebesar kl. USD 400 juta, yang sebagian besar dicadangkan untuk pendanaan jonit-venture produksi kapal-kapal di Indonesia, di samping untuk pembelian peralatan militer/POLRI Ukraina, untuk proyek kerjasama produksi dan pengadaan kapal patroli POLRI dan TNI-AL dan perikanan, dengan bantuan pendanaan dari IDB serta sumber-sumber lainnya, senilai USD. Di lain pihak, pengusaha swasta Ukraina kini tengah menjajagi untuk pembangunan kilang refinery pengolahan CPO di mana produk-produk turunannya akan dipasarkan di negara-negara bekas Uni Soviet (CIS). Di samping itu, pengusaha swasta Ukraina juga telah menyatakan tertarik untuk investasi di bidang kepariwisataan khususnya pembangunan hotel di Bali dan Lombok. Serbia-Montenegro untuk kerjasama industri pertahanan dengan PINDAD sedang mempersiapkan proyek senilai USD. 101,7 juta. Negara-negara lain yang sedang melakukan pembicaraan untuk proyek penananam modal di Indonesia ialah Ceko untuk proyek pembangunan sarana transportasi trem listrik di Yogyakarta dan Bulgaria untuk proyek kerjasama industri senjata dan energi.

e.

f.

g.

10.

Peningkatan kerjasama investasi merupakan strategi penting dalam mendorong peningkatan kerjasama perdagangan, sebagai bagian terpenting di dalam kerjasama ekonomi (economic cooperation) dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi nasional. Negara-negara kawasan memiliki teknologi, know-how, dan akses terhadap sumber pendanaan serta enterpreneurship yang mulai menguat di masa datang adalah mitra penting yang akan masuk ke dalam peta investasi nasional. Pariwisata Pariwisata merupakan sarana yang potensial untuk mendukung peningkatan kerjasama ekonomi dan peningkatan citra RI. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita di negara-negara kawasan, telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan ke Indonesia. Dalam mendukung masuknya wisatawan ke Indonesia, Deplu bersama Perwakilan RI menyelenggarakan familiarization Trip yang diikuti oleh tour operators, travel writers serta penyelenggaraan tour tim kesenian Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia ke negara-negara kawasan. Deplu sedang mengupayakan agar Rusia, negara yang paling potensial di bidang pariwisata, dimasukkan ke dalam daftar negara yang memperoleh fasilitas Visa on Arrival, di samping Polandia dan Hongaria dari kawasan Eropa Tengah dan Timur.

11.

12.

Kerjasama IPTEK a. Negara-negara kawasan Eropa Tengah dan Timur memiliki potensi yang sangat besar di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Keunggulan pendidikan dan riset di bidang IPTEK ini dapat dijadikan sumber bagi Indonesia dalam pengembangan sumber daya manusia. Berbagai bidang kerjasama IPTEK yang sedang dirintis dengan Rusia, Ukraina, Polandia, Romania, Bulgaria, Kroasia, Hongaria, Ceko, Serbia-Montenegro antara lain angkasa luar dan satelit, nuklir, pertanian, peternakan, perikanan, industri perkapalan, kesehatan, kimia, teknologi makanan, obat-obatan, UKM dan pariwisata. Kerjasama IPTEK dengan Rusia mencakup

hampir seluruh bidang-bidang tersebut, dan bahkan untuk kerjasama satelit diharapkan mulai operasional dalam tahun 2005. b. Pada perundingan bilateral akhir Nopember 2004 yl, Indonesia dan Rusia telah menyepakati pembentukan kerjasama untuk penggunaan nuklir untuk maksud-maksud damai (peaceful uses of atomic energy). Tercapainya persetujuan kerjasama di bidang nuklir, setelah perundingan selama kl. 8 tahun, sangat berarti bagi Indonesia yang sedang mengembangkan sumber-sumber energi konvensional guna keperluan pembangunan di masa-masa mendatang. Dewasa ini Indonesia juga sedang merundingkan kerjasama kedirgantaraan (outer space agreement) dengan Rusia, guna merintis kerjasama di bidang peluncuran satelit komersial dan pembangunan spaceport di Pulau Biak. Kerjasama kedirgantaraan ini akan membuka kesempatan alih-teknologi ruang-angkasa yang akan menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit negara-negara di dunia. 13. Kerjasama Pertahanan dan Teknik-Militer a. Kerjasama di bidang pertahanan sangat berpotensi dalam mendukung peningkatan kapasitas organisasi dan profesionalisme TNI. Indonesia sedang mengintensifkan kerjasama dengan Rusia, Polandia, Bulgaria, Serbia Montenegro, Ukraina, Ceko dan Slovakia. Bidang-bidang kerjasama fungsional yang sedang dipersiapkan antara lain pendidikan/pelatihan, operasi/latihan bersama, tukar pikiran dan kunjungan, termasuk pengadaan alutsista pertahanan serta kerjasama dalam misi perdamaian PBB. Pembentukan kerjasama pertahanan ini diharapkan akan mengurangi dampak embargo senjata yang dilakukan oleh negara Barat. Dalam kerangka kerjasama RI - Rusia, telah ditandangani Persetujuan Teknik-Militer dan Persetujuan Pertukaran Informasi Rahasia. Kedua negara segera menandatangani terbentuknya Joint Working Group on Military-Technical Cooperation yang akan memfasilitasi penyusunan program-program kegiatan dalam rangka implementasi kerjasama khususnya untuk joint-production peralatan militer/Polri, dengan melibatkan wakil-wakil dari industri strategis RI yakni PT Dirgantara, PINDAD, PT PAL, PT Dahana dan PT LEN.Dalam rangka peningkatan kemampuan dan pemodernisasian peralatan militer Indonesia dan mencegah kebuntuan proses pengadaan peralatan militer dari negara-negara Barat (embargo) maka diperlukan untuk mencari alternatif-alternatif lain seperti dari negara kawasan Asia Pasifik, kemampuan industri strategis nasional dan sekalipun dari negara-negara kawasan Eropa Tengah dan Timur, yang telah terjalin dengan baik tahun-tahun belakangan ini. Hampir semua negara di kawasan Eropa Timur dan Tengah telah menyatakan minat untuk melakukan kerjasama pertahanan dalam bentuk joint production dan procurement, dengan pendanaan melalui counter-trade. Skema counter-trade juga diusulkan oleh mereka untuk pembiayaan beberapa proyek besar di Indonesia, seperti pembangunan kilang minyak (oil refinery) dan kereta bawah tanah dan trem listrik, bis kota, alat-alat pertanian dan sebagainya. Bahkan untuk mendorong ekspor mereka ke Indonesia, seperti misalnya Ceko, Hongaria, Slovakia, Romania dan Polandia juga menyediakan kredit ekspor, yang sebagian besar telah digunakan oleh Indonesia untuk membeli berbagai peralatan militer. Indonesia juga sedang menjajagi kemungkinan untuk peningkatan kerjasama industri pertahanan. Negara-negara di kawasan memiliki surplus dibidang persenjataan dan peralatan 7

b.

c.

d.

pertahanan/keamanan lainnya yang potensial sebagai alternatif bagi Indonesia dalam procurement, karena embargo dari AS dan negara-negara barat lainnya. Dalam upaya untuk revitalisasi industri-industri strategis nasional, telah ditetapkan 5 industri strategis nasional sebagai prioritas untuk dikembangkan, yaitu: PT. Dirgantara dalam bidang pesawat terbang, PT. Pindad dalam bidang senjata, PT. Dahana dalam bidang amunisi, PT PAL dalam bidang perkapalan dan PT. LEN dalam bidang elektronika. Kelima industri strategis tersebut memiliki dasar kemampuan produksi dan know-how yang memadai, namun perlu peningkatan karena keterbatasan pendanaan dan pengembangan teknologi. e. Negara-negara di kawasan yang memiliki pengalaman dan kemampuan cukup canggih dibidang teknologi kemiliteran telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan kerjasama dengan Indoneisa dalam memproduksi peralatan pertahanan dan keamanan. Dalam hal ini, Indonesia juga telah memiliki sistem persenjataan yang diproduksi oleh negara-negara di kawasan yang ternyata terbukti cocok untuk keperluan nasional. Jika Rusia unggul dalam bidang industri militer, maka negara-negara bekas wilayah pengaruhnya memiliki spesialisasi dan pengalaman dalam bidang yang lain. Kroasia, Polandia dan Ukraina unggul dalam industri perkapalan, sedangkan Slovakia dan Kroasia unggul dalam industri tank dan alat-alat berat, sementara industri amunisi dimiliki oleh Hongaria, Slovakia dan Polandia yang juga mempunyai keunggulan dalam bidang radar. Dengan pengembangan industri strategis ini diharapkan tidak hanya akan meningkatkan kemampuan industri strategis nasional itu sendiri, tetapi juga meningkatkan industri-industri sipil lain (spill over effect). Dalam pengembangan kerjasama bidang pertahanan ini dapat digariskan tiga sasaran, yaitu, dalam jangka pendek, untuk pemenuhan kebutuhan peralatan pertahanan dan keamanan, serta perbaikan dan pemeliharaan alat yang ada. Dilain pihak, Indonesia dapat menawarkan produk-produk unggulan kita yaitu perlengkapan pertahanan dan keamanan, seperti pakaian, sepatu dan perlengkapan lainnya. Dalam jangka menengah, kita perlu melakukan penjagakan kerjasama yang mengarah pada perakitan dan joint production yang dimulai dengan mengikutsertakan komponen buatan Indonesia, alih teknologi, pendidikan dan pelatihan teknis kepada tenaga ahli Indonesia. Dalam Jangka panjang, penjajagan kerjasama diarahkan pada pembentukan joint production dan joint design bagi pemenuhan keperluan domestik (procurement), serta untuk ekspor ke negara-negara kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik.

f.

g.

h.

14.

Kerjasama Sosial Budaya a. Kerjasama sosial budaya antara Indonesia dengan negara Eropa Tengah dan Timur meliputi pemahaman seni dan kesusastraan, olahraga dan kepemudaan, pendidikan, media massa, serta kerjasama antar ilmuwan. Di bidang pendidikan, Indonesia sedang menjajagi pembentukan kerjasama pengiriman mahasiswa Indonesia untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan-perguruan tinggi di kawasan. Dalam hal ini sedang dipersiapkan persetujuan bilateral mengenai akreditasi gelar akademik untuk memfasilitasi kerjasama tersebut. Rusia, Polandia, Ceko dan Slovakia memberikan beasiswa kepada Indonesia. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sekitar 70 mahasiswa Indonesia belajar di negara-negara Eropa 8

b.

Tengah dan Timur baik beasiswa maupun non-beasiswa. Dari jumlah tersebut sebagian besar belajar di Rusia. Disamping itu, seiring dengan otonomi kampus serta pengembangan potensi yang dimiliki universitas di Indonesia, tengah diupayakan kerjasama antar universitas berupa saling tukar pengajar dan penelitian bersama.

KESIMPULAN DAN PENUTUP 15. Perkembangan di Eropa, termasuk di negara-negara kawasan Eropa Tengah dan Timur yang sangat dinamis perlu diantisipasi secara tepat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi kepentingan nasional. Di dalam era barunya, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, yang dikenal sebagai Pemimpin ASEAN dan negaraberkembang. Negara-negara Eropa secara keseluruhan, dulu Barat dan kini Timur, memandang Indonesia adalah mitra kerjasama di berbagai bidang telah merespons secara positif perkembangan dan dinamika di Indonesia. Masih terbuka peluang lebar untuk peningkatan kerjasama di berbagai bidang antara Indonesia dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang perlu dimanfaatkan, dengan tujuan sebagai sahabat sejati, pasar-tradisional bagi ekspor non-migas, sumber investasi, dan alternatif untuk pengembangan kemampuan nasional di bidang pertahanan. Hal ini akan meningkatkan leverage Indonesia vis a vis kawasan lainnya di dalam melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif.

16.

17.

------0000----9 Desember 2004

HAZAIRIN POHAN, adalah Direktur Eropa Tengah dan Timur Departemen Luar Negeri sejak 2002, anggota Delegasi RI dalam kunjungan kenegaraan Presiden RI, dan menjadi Ketua Delegasi RI dalam berbagai perundingan bilateral di berbagai bidang dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur.

También podría gustarte