Está en la página 1de 22

BAB II TINJAUAN TEORETIS

2.1 Hakikat Membaca Puisi 2.1.1 Pengertian Membaca Puisi Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Hodson dalam Tarigan, 1985:9). Dari beberapa jenis membaca, salah satunya adalah membaca indah atau estetis. Membaca indah indah atau estetis adalah suatu teknik membaca yang mengutamakan unsur irama, intonasi, ketepatan ucapan, atau yang berestetika dengan keindahan atau estetika yang dapat menggugah emosi atau perasaan pembaca atau pendengar. Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil sastra (puisi) dengan bahasa lisan (Aktaruddin, 1984:24). Membaca puisi sering diartikan dengan deklamasi. Membaca puisi dan deklamasi mengacu pada satu pengertian yang sama, yakni mengomunikasikan puisi pada para pendengamya. Suharianto (dalam Mulyana, 1977:34) membatasi bahwa hakikat membaca puisi tidaklahberbeda dengan deklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada penikmatnya. Dengan setepat-tepatoya, agar nilai puisi tersebut sesuai dengan maksud penyairnya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, penulis menyjmpulkan bahwa membaca puisi adalah kegiatan membaca dengan mengutamakan unsur lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat serta memiliki aspek keindahan dalam membacanya. 2.1.2 Tujuan Membaca Puisi Beberapa tujuan membaca puisi, yakni:

1. 2. 3. 4.

Tujuan membaca puisi tidak berbeda dengan tujuan sastra Tujuan seorang pembaca puisi tidak berbeda dengan tujuan sastrawan Saling membutuhkan dan saling melengkapi Seorang penyair menyampaikan buah pikirannya, gejolak perasaannya, luapan emosinya, melalui bahasa tulisan.

5.
6.

Penyair menuliskan semua yang dirasakan dan dihayatinya. Seorang pembaca puisi menyampaikan seluruh buah pikiran dan perasaan penyair melalui bahasa tulis.

2.2 Konsep Tentang Puisi 2.2.1 Pengertian Puisi Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. (Suharma,dkk,2007:80). Puisi mengekspresikan emosi, suasana hati, rasa pesona, kagum dan rasa takzam. Puisi menyajikan pengalaman yang komplit dengan cara yang efektif dalam perencanaan, dalam pola, dalam sruktur yang terbentuk dari segala macam unsur yang secara keselviruhan bersatu dan melekat satu dengan yang lainnya. Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai Kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya, dalam bentuk tesks. Puisi merupakan masalah kehidupan yang disuguhkan penyair. Puisi mengalir dalam kehidupan manusia. Puisi harus diajarkan kepada siswa dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan imajinasinya, serta wawasan siswa tentang penyair sehingga makin bertambah kecintaannya terhadap karya sastra yang ada.

Puisi adalah bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Menurut penulis puisi adalah ungkapan perasaan seorang penyair, yang berisi pengalaman batin yang dituangkan dalam bentuk sastra dengan penggunaan kata-kata indah yang dituangkan oleh penyair. 2.2.2 Kemampuan Membaca Puisi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat yang terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Sebelum seseorang membaca puisi atau poetry reading pembaca haras memahami isi teks serta suasana penuturan yang ada didalamnya, juga haras memahami masalah (1) pelafalan, (2) penentuan kualitas bunyi: tinggi-rendah, keras-lunak, (3) tempo, dan (4) irama. Membaca puisi tennasuk kategori membaca indah, karena selain aspekaspek membaca haras terpenuhi seperti ekspresi, lafal, serta intonasi yang tepat juga memiliki aspek keindahan dalam membacanya. Hal ini dikarenakan bahasa yang terdapat dalam puisi adalah bahasa seni atau bahasa yang memiliki unsur keindahan atau estesis. Ukuran kemampuan membaca puisi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) lafal, (2) intonasi, dan (3) ekspresi yang tepat. A. Lafal Lafal adalah cara seseorang mengucapkan bunyi bahasa. Sebuah puisi dapat diterima dengan baik oleh pendengar apabila diungkapkan dengan lafal

yang tepat dan jelas. Ketepatan lafal sangat menentukan kejelasan ungkapan kata demi kata yang dituturkan oleh si pembaca puisi.

B. Intonasi (lagu kalimat) Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang hams dijangkau dengan tepat. Intonasi merupakan alunan nada dalam melafazkan kata-kata. Untuk dapat membaca puisi dengan irama yang baik, maka penikmat harus pandai meletakan intonasi/tekanan suara pada setiap kata atau kalimat yang ada pada puisi demikian juga dengan bait yang satu dengan yang lainnya. Intonasi berkaitan dengan ketepatan lagu kalimat meliputi ketepatan ujarberita, ketepatan ujar-tanya, ketepatan ujar-perintah, dan ketepatan ujar-suruhan (Sinaga, dkk 2006: 54).

C. Ekspresi (penjiwaan) Sebelum membaca puisi seseorang haraslah membaca secara keseluruhan isi atau cerita yang terkandung di dalam puisi tersebut sebagai gambaran suasana. Suasana adalah ungkapan perasaan yang diungkapkan penyair di dalam puisi. Ungkapan itu dapat berapa perasaan sedih, cinta, dendam, gembira, terharu, takut, gelisah, benci, penasaran, dan sebagainya. Ekspresi dapat berapa gerakan anggota tubuh, wajah atau mimik sehingga mencerminkan perasaan seseorang. Ekspresi ini dapat tercipta apabila pembaca atau penikmat puisi sudah dapat menangkap memahami maksud yang terkandung di dalam puisi ini, dengan kata lain si pembaca telah menjiwai seluruh ungkapan yang ada.

2.3 Metode Latihan Intensif

Metode Latihan Intensi adalah cara yang digunakan pada saat berlangsungnya pengajaran dengan melakukan latihan berulang-ulang untuk mendapatkan suatu keterampilan yang maksimal yang dipelajari siswa.

pelajaran yang menggunakan metode latihan intensif harus memperhatikan beberapa hal :
1

2 3 4 5 6 7

Harus membangkitkan motivasi dan gairah anak dalam belajar. Harus dapat menjamin perkembangan belajar anak. Dapat membantu ekspresi kreatif dan kepribadian siswa. Dapat merangsang untuk belajar lebih giat. Dapat membantu anak untuk belajar sendiri. Penyajian yang bersifat verbalisme. Dapat membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seorang pembaca puisi dituntut tidak hanya sekedar membacakan puisi

dengan tepat, tetapi dia juga harus dapat membuat puisi menjadi hidup dan menarik serta dapat menyentuh pendengar. Dengan demikian maka penulis menentukan metode latihan intensif ini sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi, siswa. Melalui metode ini siswa mengamati secara langsung sikap-sikap dan cara-cara membacakan puisi, sehingga siswa diharapkan lebih tertarik dan dapat mencontoh cara-cara membaca puisi yang benar. 2.4 Penelitian yang Relevan Sebelum penelitian ini dilakukan, masalah membaca puisi ini sudah peranah diteliti oleh Misdian tahun 2009 dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas V SD Negeri 007 Bagan Jawa Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

Kedua penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang saat ini penulis lakukan. Meskipun sama-sama membahas tentang puisi, tetapi kajian berbeda. Penulis lebih menekankan pada keterampilan siswa untuk dapat membaca puisi di depan kelas dan diusahakan juga untuk mampu tampil diluar sekolah, sehingga penulis menggunakan metode latihan intensif. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Misdian di fokuskan pada penggunaan teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Sedangkan penelitian saudara Dinar memfokuskan penggunaan teknik latihan untuk meningkatkan, kemampuan mendeklamasikan puisi. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Misdian dan Dinar dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama memberi batasan penilaian pada aspek lafal, intonasi, dan ekspresi saat membaca puisi.

2.5 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Secara garis besarnya, terdapat empat tahapan yang lazim dilaksanakan pada setiap pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Kegiatan tersebut disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas. Apabila dalam satu siklus belum menunjukkan perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu) dari apa yang menjadi tujuan, maka kegiatan-kegiatan dlam tahapan tersebut dilanjutkan pada siklus kedua, dan setemsnya sampai peneliti mencapai tujuan kegiatannya. Tahapan-tahapan dalam- pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebgai berikut:

1. Tahap Menyusun Rancangan Tindakan (Perencanaan) Dalam tahap menyusun rancangan atau perencanaan, penulis menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu penulis merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam penelitian ini terpisah maka penulis dan pelaksana harus melakukan kesepakatan antara keduanya. Oleh karena guru sebagai pelaksana peneliti yang merupakan pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru tersebut, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, dan dapat dikelola dengan mudah. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Pelaksanaan) Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari seluruh inti yangdirancang pada tahap pertamaJyaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pada tahap ini guru harus mentaati apa-apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapiharus pila berlaku wajar, tidak ibuat-buat dan tidak mengada-ada. 3. Tahap Pengamatan (Observasi dan Evaluasi) Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat, dan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Tahap ini memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi Pada tahap ini penulis akan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika giri pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berdiskusi dengan peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Refleksi dapat dilakukan apabila penulis sudah merasa mantap mendapat pengalaman, sudah memperoleh informasi yang perlu untuk memperbaiki cara yang telah dilakukan.

N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3

Jenis Kegiatan Menentukan Judul Pengesahan Judul Penulisan Proposal Menentukan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Melakukan Siklus I Melakukan Siklus II Penulisan Draf Skripsi Bimbingan Skripsi Seminar Hasil Menulis Skripsi Ujian Skripsi

Mei 1 2 3

Juni 4 1 2 3

Waktu Kegiatan (Bulan) Juli Agustus 4 1 2 3 4 1 2 3 4

September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 007 Bagan Jawa Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, pada semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 penulis memilih kelas dan sekolah tersebut, karena penulis bertugas di kelas dan sekolah ini. Sekolah ini terletak di sebuah daerah pertanian dengan masyarakatnya yang heterogen. Desa dan sekolah, terletak di pinggiran kota Bagansiapiapi. Sekolah ini terdiri atas enam kelas dengan jumah murid secara keseluruhan 155 siswa dan yang diasuh oleh 18 personil guru. 3.2 Waktu Penelitian

Pberlangsung dari bulan Mei 2012 ada pun rincian waktu untuk melaksanakna enelitia penelitian tindakan kelas tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini. n ini TABEL 3.1

3.3 Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 007 Bagan Jawa Kecamatan Bangko Kabpaten Rokan Hilir dengan jumlah siswa TABEL 3.2 SISWA KELAS V SD NEGERI 007 BAGAN JAWA KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR
No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah Siswa

3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan teknik nontes dan teknik tes. Secara singkat dibahas berikut ini: 3,4.1 Teknik Nontes Teknik pengumpulan data yang termasuk ke dalam kegiatan nontes adalah: 1.Observasi Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. 2. Catatan harian Catatan harian digunakan untuk mencatat data tentang kondisi dan situasi guru siswa, dan lingkungan ketika pelaksanaan penelitian baik siklus I maupun siklus II.

3.4.2 Teknik tes Tes yang berkaitan dengan tiga aspek penting dalam membaca puisi, yaitu aspek pelafalan, aspek intonasi, dan aspek ekspresi. Jadi tes yang dilakukan, adalah tes lisan yaitu membacakan puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data terbagi dua, yaitu Teknik Analisis Data Proses Pembelajaran dan Teknik Analisis Data Hasil Belajar. Kedua Teknik Analisis Data tersebut akan dijelaskan satu persatu di bawah ini. 3.5.1 Teknik Analisis Data Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh guru dan siswa. Oleh karena itu Penulis mengumpulkan data berdasarkan aktivitas guru dan siswa. Yang pertama yang dianalisis adalah aktivitas guru. Aktivitas guru menggunakan 5 skala penilaian yang terdiri atas sangat tidak bagus, tidak bagus, sedang, bagus, dan sangat bagus. Jika kategori 4 yang banyak, maka guru dinilai berkategori baik dalam melaksanakan pembelajaran. Jika kategori 3 dan 4 sama banyak, maka penentuannya dihitung berdasarkan aktivitas atau kegiatan inti paling banyak. Selanjutnya yang dianalisis adalah aktivitas siswa. Penulis mengumpulkan data siswa dengan skala nilai tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengumpulkan datatersebut Penulis memberikan 2 kriteria aktivitas siswa, yaitu: 2.4.2.1 Siswa yang melakukan aktivitas diberi skor 1. 2.4.2.2 Siswa yang tidak melakukan aktivitas diberi skor 0. 3.5.2 Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Analisis data dilakukan dengan cara menentukan nilai siswa menggunakan rumus. Data tingkat kemampuan membaca puisi siswa kelas V SD Negeri 007 Bagan Jawa, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, dianalisis dengan cara memberi skor penilaian pada setiap hasil tes membaca puisi. Skor masing-masing aspek berbeda. Jumlah skor maksimal adalah 100. Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut, lihat tabel di bawah ini:

TABEL 3.3 KATEGORIASPEK YANG DINILAI No Aspek yang dinilai SkorNUai 40 40 20 100

1. Lafal Intonasi 2. Ekspresi 3. Jumlah

Alasan mengapa penulis memberikan nilai untuk pelafalan 40 adalah karena ketepatan lafal sangat menentukan kejelasan ungkapan kata demi kata yang dituturkan, salah pengucapan kata maka arti dari kata tersebut akan berubah. Penilaian 40 untuk intonasi, sebab intonasi merupakan tinggi rendahnya nada yang harus dijangkau dengan tepat, untuk dapat membaca puisi dengan irama kata atau kalimat. Nilai 20 untuk ekspresi dengan alasan, ekspresi merupakan gambaran suasana yang diungkapkan penyair, siswa boleh berekspresi sesuai dengan kemampuannya. Ekspresi yang sesuai dengan gambaran puisi yang dibacakan akan mendapat nilai penuh. Berikut ini disajikan Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Puisi berdasarkan 3 aspek, yakni:

TABEL 3.4 RUBRIK PENILAIAN PERFORMANCE Aspek Lafal Intonasi Ekspresi (Penghayatan) Uraian Tepat Kurang tepat Tidak tepat Tepat Kurang tepat Tidak tepat Tepat Kurang tepat Tidak tepat SkorNUai 40 30 20 40 30 20 20 15 10

Teknik Analisis Data Hasil Belajar adalah untuk menentukan tuntas atau tidak tuntasnya pembelajaran setiap siswa dengan berpedoman kepada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM ditempat penelitian ini adalah 65. Analisis data dilakukan dengan cara: Menentukan nilai siswa atau ketuntasan individu, dihitung dengan rumus: Skor / nilai = perolehan skor/nilai x 100 Skor maksimal Ketuntasan belajar secara individu, tercapai apabila siswa menguasai pelajaran mencapai 65% atau dengan nilai nilai 6,5. Menentukan nilai ratarata dari keseluruhan siswa atau ketuntasan kelas (klasikal). Adapun ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% dari seluruh siswa menguasai materi pelajaran dengan nilai minimal 6,5, nilai rata-rata dari seluruh siswa dapat dihitung dengan rumus: Rata-rata = iumlah nilai keseluruhan jumlah seluruh siswa

3.6 Indikator Kinerja Keberhasilan pembelajaran dan tindakan yang dilakukan dapat dilihat dari sejauh mana siswa-siswa menguasai materi pelajaran yang diterapkan untuk menentukan keberhasilan tersebut, dilakukan pengumpulan data, dan analisis data. Indikator yang digunakan adalah keberhasilan siswa membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat dengan skor nilai baik atau mencapai ketuntasan belajar, yaitu 85% siswa berkemampuan 65.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS V SD NEGERI 007 BAGAN JAWA KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR

PROPOSAL PENELITIAN

SAMINAH 0905168013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU 2011

También podría gustarte