Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ANASTASIA S. (J1E106237)
ANA LATIFAH (J1E106215)
DESTI YURETA (J1E106225)
ELVIANA DEWI (J1E106231)
DYAN FITRI NUGRAHA (J1E106230)
HARLIANA(J1E106240)
LAILAN SUFINAH (J1E106018)
MAYA LIANSARI (J1E106226)
M. AGUS RENALDI (J1E106229)
SANTI RAMADHANI (J1E106212)
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
BAB II HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES
EKSKRESI
2.1 Pengertian Ekskresi
2.2 Macam-macam Ekskresi
BAB III HUBUNGAN KELARUTAN DENGAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT
3.1 Aktivitas Biologis Senyawa Seri Homolog
3.2 Hubungan Koefisien Partisi dengan Efek Anestesi Sistemik
3.3 Prinsip Ferguson
3.4 Model Kerja Obat
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Lampiran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat dan hal
ini menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat baru. Beribu-ribu zat
sintetis telah ditentukan rata-rata 500 zat setahunnya, yang mengakibatkan
perkembangan revolusioner dibidang farmakoterapi. Kebanyakan obat kuno
ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat mutakhir. Akan tetapi, begitu banyak
diantaranya tidak lama masa hidupnya, karena segera terdesak oleh obat yang lebih
baru dan lebih baik khasiatnya. Namun menurut taksiran lebih kurang 80% dari
semua obat yang kini digunakan secara klinis merupakan penemuan dari 3
dasawarsa terakhir.
Dalam arti luas, obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun
untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar
mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengobati berbagai gejala penyakit.
Dahulu farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat
kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorbsi,
distribusi, biotransformasi, eksresi dan penggunaan obat. Namun dengan
bertambahnya pengetahuan, beberapa ilmu pengetahuan tersebut telah berkembang
menjadi cabang ilmu tersendiri.
Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari
pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya,
kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk
menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta
penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat
obat ini mencakup beberapa bagian, yaitu farmakognosi, biofarmasi,
farmakokinetika dan farmakodinamika, toksikologi, dan farmakoterapi.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek
terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksiknya. Pada hakikatnya setiap
obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak
organisme (“Sola dosis facit venenum”:hanya dosis membuat racun, Paracelsus.
1. Kepustakaan, yaitu metode dengan cara mengambil data serta inti sari dari
berbagai sumber-sumber serta reverensi yang relevan yang sesuai dengan judul
makalah yang penulis bahas dan didukung dengan objek penelitian yang telah
penulis kerjakan sebelumnya.
2. Data yang penulis ambil melalui browsing di internet dengan mengambil
data-data serta reverensi yang dapat menunjang kelengkapan dari judul makalah
yang penulis bahas.
BAB II
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES
EKSKRESI
Eksresi adalah proses pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh
tubuh. Zat tersebut merupakan zat kimia obat yang telah mengalami proses
metabolisme di dalam hati dan organ lain ditubuh. Ekskresi baik obat yang tak
berubah maupun metabolit merupakan tempat-hilang yang irreversibel. Akan
tetapi perubahan metabolik mengakibatkan metabolit mempunyai aktivitas
dipertinggi, menurun atau sama sekali tak berubah.
Salah satu jalur pokok eksresi adalah melalui ginjal dengan jalan adanya atau
terbentuknya senyawa yang larut dalam air. Sesudah mengalami filtrasi
glomerulus, resorbsi tubular kedalam plasma betul-betul lengkap untuk zat yang
koefisien partisinya tinggi (lipid/air). Karena semua obat aktif (sebetulnya
kemampuan mereka mengadakan penetrasi dalam membran selular lipid) itu larut
dalam lipid, konversi metabolik umumnya dihati, menjadi bentuk yang lebih polar
menjadi lebih penting untuk diekskresikan.
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau kedalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit
polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi
melalui paru. Ekskresi dari obat yang dikeluarkan dengan jalan filtrasi glomeruli
sangat diperlambat, karena hanya obat bebas mengalami filtrasi. Obat yang
diekskresi secara aktif tidak terpengaruh oleh pengikatan, misalnya
benzilpenisilin (PP ca 50%) hampir diekresi seluruhnya dengan cepat. Ekskresi
adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh oleh gangguan ginjal.
Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakit ginjal , maka klirens obat yang
terutama tereliminasi melalui mekanisme ini akan menurun dan waktu paruh obat
dalam plasma menjadi lebih panjang.
Ekskresi merupakan pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh
terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni. Kebanyakan obat dikeluarkan
melalui air seni dan lazimnya tiap obat diekskresi berupa metabolitnya dan hanya
sebagian kecil dalam keadaan asli yang utuh, misalnya penisilin, tetrasiklin,
digoksin, dan salisilat. Zat-zat dalam keadaan ion yang mudah larut di air seni
diekskresi dengan mudah. Zat-zat lipofil dan zat-zat tak terionisasi lebih lambat
ekskresinya, untuk meningkatkan sifat hidrofilnya maka pada biotransformasi
dimasukkan gugus -OH dan atau –COOH kedalam molekulnya.
Selain itu eksresi dapat pula dilakukan dengan cara lain yaitu melalui
kulit, paru-paru, empedu, usus. Eksresi melalui kulit dikeluarkan bersama
keringat, misalnya paraldehid dan bromida (sebagian). Ekskresi melalui paru-paru
dilakukan melalui pernapasan yang biasanya hanya pada zat-zat terbang, seperti
alkohol, paraldehid, dan anestetika (kloroform, halotan, siklopropan). Untuk
ekskresi melalui empedu terjadi pada obat yang dikeluarkan secara aktif oleh hati
dengan empedu, misalnya fenolftalein (pencahar). Setelah tiba kembali dalam
usus dengan empedu obat diresorpsi lagi. Sedangkan untuk ekskresi pada usus
terjadi pada zat-zat yang tidak atau tak lengkap diresorpsi usus dikeluarkan
dengan tinja, misanya sulfasuksidin, neomisin, dan sediaan-sediaan besi.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan
rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam
pengakhiran efek obat.
1. Hemodinamika
3. pH urin
NH2 H H
Ampisillin = Amoxsan
COOH
OH
Acidum Salicylicum
Asam Salisilat
3. Ekskresi Obat melalui Empedu
Obat dengan berat molekul lebih kecil dari 150 dan obat yang telah
dimetabolisis menjadi senyawa yang lebih polar, dapat diekskresikan dari hati,
melewati empedu, menuju ke usus dengan mekanisme pengangkutan aktif.
Obat tersebut biasanya dalam bentuk terkonjugasi dengan asam glukuronat,
asam sulfat atau glisin. Di usus bentuk konjugat tersebut secara langsung
diekskresikan melalui tinja atau mengalami proses hidrolisis oleh enzim atau
bakteri usus menjadi senyawa yang bersifat non polar sehingga diserap
kembali ke plasma darah. Dari plasma senyawa akan kembali ke hati,
dimetabolisis, dikeluarkan lagi melalui empedu menuju ke usus, demikian
seterusnya sehingga merupakan suatu siklus, yang dinamakan siklus
enterohepatik. Siklus ini menyebabkan masa kerja obat menjadi lebih panjang.
Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang
akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan
urin.
Ada obat yang dikeluarkan secara aktif oleh hati dengan empedu,
misalnya fenolftalein (pencahar). Setelah tiba kembali dalam usus dengan
empedu, obat diresorpsi lagi. Siklus enterohepatis ini memperpanjang
eksistensi obat dan lama kerjanya, tetapi akhirnya dengan induksi enzim
diubah menjadi metabolit yang mudah diekskresi ginjal. Adakalanya obat di
dalam usus diionisasi hingga tidak diresorpsi kembali dan dikeluarkan dengan
tinja. Contoh lain adalah zat-zat asam (asam empedu, asam organik iod, yang
digunakan sebagai obat diagnostic saluran empedu) dan antibiotika penisilin,
eritromisin serta rifampisin, yang melarut baik dalam empedu dan digunakan
pada infeksi saluran empedu. Pada umumnya tubuh condong mengeliminasi
melalui empedu obat dengan berat molekul diatas 600 dalton.
Contoh obat yang mengalami proses siklus enterohepatik antara lain
adalah hormon estrogen, indometasin, digitoksin dan fenolftalien, sedang obat
yang langsung diekkresikan melalui empedu melalui mekanisme pengangkutan
aktif antara lain adalah penisilin, rifampisin, streptomisin, tetrasiklin, hormon
steroid dan glikosida jantung.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :
1. Obat yang memiliki kepolaran yang tinggi akan lebih mudah
dieksresikan melalui organ yang sesuai, dan sebaliknya jika obat yang memiliki
sifat non polar maka perlu mengalami metabolisme di dalam hati, sehingga
bersifat lebih polar.
2. Semakin kecil koefisien partisi darah atau udara kecil, maka obat
akan lebih cepat dieksresikan melalui paru.
3. Suatu obat yang memiliki kepolaran yang tinggi, akan lebih mudah
larut dalam tubuh, sehingga aktivitas obatnya lebih baik yang menyebabkan efek
dari obat tersebut lebih maksimal.
4.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya tinjauan pustaka lebih
diperdalam untuk menghasilkan makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi kelima. PT. Elex Media
Kompotindo. Jakarta
Anonim. 2004. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Gaya Baru. Jakarta
Anonim. 2008. Pengukuran Klirens Ginjal obat
Diakses tanggal 3 Maret 2008
http///D:/New%20Folder
%20(M)/06_PengukuranKlirensGinjalobat.html
Siswando, dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga
University Press. Surabaya