Está en la página 1de 23

Referat

Trauma Thorax

TRAUMA THORAX

PENDAHULUAN
Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior
oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar
adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga,
sternum, otot, dan jaringan ikat.
Rongga thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma.
Rongga thorax dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu : paru-
paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam
3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak
diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-
organ penting thorax selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri
pulmonalis, vena cavae, esofagus, trakhea, dll.).
Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang
disusun oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian
medial dari iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni
(anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian
anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium
sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah
rongga thoraks atau thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area
yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas
bawah iga dan anterior oleh processus xiphoideus.
Diafragma sebagai pembatas rongga thoraks dan rongga
abdomen, memiliki bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok ke
superior, sehingga sebagian rongga abdomen sebenarnya terletak di
dalam “area” thoraks.
Trauma paru merupakan komponen yang penting dalam trauma
thoraks. Cidera thoraks memberikan impak medis dan social yang
besar, dengan kontribusi terhadap trauma yang menyebabkan

1
Referat
Trauma Thorax

kematian kira-kira 25% dan menyumbang secara signifikan sebanyak


25% dari seluruh penyebab kematian.
Trauma thoraks merupakan penyebab utama kematian, cacat,
rawat inap, pertambahan golongan kurang upaya pada masyarakat di
amerika dari umur 1 tahun sehingga umur pertengahan decade 50.
Sehingga kini, trauma merupakan masalah besar kesehatan tingkat
nasional.
Kebanyakan trauma thoraks disebabkan oleh kecelakaan
lalulintas. Insiden dari trauma dadadi Amerika adalah 12 orang bagi
setiap 1000 orang penduduk tiap harinya, dan 20-25% kematian yang
disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma
thoraks.Trauma thoraks diperkirakan bertanggung jawab atas
kematian 16,000 kematian tiap tahunnya di Amerika. Trauma thoraks
dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau
tumpul.

KLASIFIKASI
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus atau tumpul.
1. Trauma tembus (tajam)
• Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma
• Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau
peluru
• Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
2. Trauma tumpul
• Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
• Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush
atau blast injuries.
• Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio
paru

2
Referat
Trauma Thorax

• Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

TRAUMA TUMPUL
Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma
tembus,kira-kira lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang
terjadi pada trauma tumpul: (1) transfer energi secara direk pada
dinding dada dan organ thoraks dan (2) deselerasi deferensial, yang
dialami oleh organ thoraks ketika terjadinya impak. Benturan yang
secara direk yang mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka
robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang
iga. Cedera thoraks dengan tekanan yang kuat dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan ruptur dari
organ –organ yang berisi cairan atau gas.

TRAUMA TEMBUS
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal.
Pisau atau projectile, misalnya, akan menyebabkan kerusakan
jaringan dengan “stretching dan crushing” dan cedera biasanya
menyebabkan batas luka yang sama dengan bahan yang tembus
pada jaringan. Berat ringannya cidera internal yang berlaku
tergantung pada organ yang telah terkena dan seberapa vital organ
tersebut.
Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan
temasuk, diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energy yang
dipindahkan dari obyek ke jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor –
faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari senjata, seperti
kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas dari jaringan
tubuh yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cidera yang
lebih kecil karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah.
Luka tusuk yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang

3
Referat
Trauma Thorax

terjadi penetrasi. Luka disebabkan tusukan pisau biasanya dapat


ditoleransi, walaupun tusukan tersebut pada daerah jantung,
biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan medis yang
maksimal.
Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan
biasanya bisa mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per
detik. Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan
dapat menyebabkan berat cidera yang sama denganseperti penetrasi
pisau, namun tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan oleh
penetrasi peluru dapat merusakkan struktur yang berdekatan dengan
laluan peluru. Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas
jaringan dan dengan menghasilkan gelombang syok jaringan yang
bisa bertambah luas. Tempat keluar peluru mempunya diameter 20-
30 kali dari diameter peluru.

MEKANISME TRAUMA

Akselerasi
• Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari
penyebab trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa
dan percepatan (akselerasi); sesuai dengan hukum Newton II
(Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh
yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut).
• Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak
tembak; penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti
senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan
mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas
dibandingkan besar lubang masuk peluru.

Deselerasi
• Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari
jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba

4
Referat
Trauma Thorax

terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat


trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus,
sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang
merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding thoraks/rongga
tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ
tersebut.

Torsio dan rotasi


• Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh
adanya deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya
memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus
utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-
tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau terputar dengan
jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau poros-nya.

Blast injury
• Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya
kontak langsung dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan
bom.
• Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran
gelombang energi.

Faktor lain yang mempengaruhi


Sifat jaringan tubuh
• Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari
perlukaan, akan tetapi sangat menentukan pada akibat yang
diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga pada bayi
menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan
fraktur pada orang dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm
akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk atau orang

5
Referat
Trauma Thorax

kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding


pria, dsb.

Lokasi
• Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ
yang menderita kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti
luka tembus pada daerah pre-kordial.

Arah trauma
• Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga
sangat mentukan dalam memperkirakan kerusakan organ atau
jaringan yang terjadi.
• Perlu diingat adanya efek “ricochet” atau pantulan dari
penyebab trauma pada tubuh manusia. Seperti misalnya : trauma
yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah (lintasan
peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau
organ apa yang terkena sulit diperkirakan.

Kondisi Yang Berbahaya


Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang
berbahaya dan mematikan bila tidak dikenali dan di-tatalaksana
dengan segera:
1. Obstruksi jalan napas
• Tanda: dispnoe, wheezing, batuk darah
• PF:stridor, sianosis, hilangnya bunyi nafas
• Ro toraks: non-spesifik, hilangnya air-bronchogram, atelektasis
2. Tension pneumotoraks
• Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri
toraks, mediastinal shift
• Ro toraks (hanya bila pasien stabil) : pneumotoraks, mediastinal
shift

6
Referat
Trauma Thorax

3. Perdarahan masif intra-toraks (hemotoraks masif)


• Tanda: dispnoe, penampakan syok, hilang bunyi napas, perkusi
pekak, hipotensif
• Ro toraks: opasifikasi hemitoraks atau efusi pleura
4. Tamponade
• Tanda: dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara
jantung menjauh), CVP > 15
• Ro toraks: pembesaran bayangan jantung, gambaran jantung
membulat
5. Ruptur aorta
• Tanda: tidak spesifik, syok
• Ro toraks: pelebaran mediastinum, penyempitan trakhea, efusi
pleura
6. Ruptur trakheobronhial
• Tanda: Dispnoe, batuk darah
• Ro toraks: tidak spesifik, dapat pneumotoraks, hilangnya air-
bronchograms
7. Ruptur diafragma disertai herniasi visera
• Tanda: respiratory distress yang progresif, suara usus terdengar
di toraks
• Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga terbawah,
mediastinal shift
8. Flail chest berat dengan kontusio paru
• Tanda: dispnoe, syok, asimetris toraks, sianosis
• Ro toraks: fraktur iga multipel, kontusio paru, pneumotoraks,
effusi pleura
9. Perforasi esofagus
• Tanda: Nyeri, disfagia, demam, pembengkakan daerah servikal
• Ro toraks: udara dalam mediastinum, pelebaran retrotracheal-
space, pelebaran mediastinum, efusi pleura, pneumotoraks

7
Referat
Trauma Thorax

PENATALAKSANAAN TRAUMA THORAX


Prinsip
• Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien
trauma secara umum (primary survey - secondary survey)
• Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis
dan terapi secara konsekutif (berturutan)
• Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan
bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood
examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan
pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
• Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan
tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam
nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
• Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik
dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur
penanganan trauma.
• Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh
Tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance
Trauma Life Support).
• Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey
(airway, breathing, circulation) merupakan bidang keahlian
spesialistik Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS
yang memiliki trauma unit/center memiliki konsultan bedah toraks
kardiovaskular.

PRIMARY SURVEY
Airway
Assessment :
• perhatikan patensi airway
• dengar suara napas

8
Referat
Trauma Thorax

• perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan


dinding dada
Management :
• inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-
lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
• re-posisi kepala, pasang collar-neck
• lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi
(oral / nasal)

Breathing
Assesment
• Periksa frekwensi napas
• Perhatikan gerakan respirasi
• Palpasi toraks
• Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
• Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
• Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

Circulation
Assesment
• Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
• Periksa tekanan darah
• Pemeriksaan pulse oxymetri
• Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
• Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
• Torakotomi emergency bila diperlukan
• Operasi Eksplorasi vaskular emergency

9
Referat
Trauma Thorax

TRAUMA PADA DINDING DADA


FRAKTUR IGA
Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang
diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih
jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan
trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga.
Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu
diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra
abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau
spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya
trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala
(pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga
I-III atau fraktur klavikula.
Penatalaksanaan
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru,
hematotoraks, pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks
lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkala
Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain
(seperti: pneumotoraks, hematotoraks dsb.), ditujukan untuk
mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung, diikuti
oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika,

10
Referat
Trauma Thorax

bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari


morbiditas/komplikasi.
Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia,
yang umumnya akibat manajemen analgetik yang tidak adekuat.

FRAKTUR KLAVIKULA
• Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma
toraks, atau disertai trauma pada sendi bahu ).
• Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3
tengah)
• Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.
• Foto Rontgen tampak fraktur klavikula
Penatalaksanaan
1. Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu.
Pemberian analgetika.
2. Operatif : fiksasi internal
Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan
penekanan pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia.

FRAKTUR STERNUM
• Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang,
umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor yang mengalami
kecelakaan.
• Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma
yang cukup besar
• Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum
• Sering disertai fraktur Iga.
• Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang
serius, seperti: kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau
aorta.
Tanda dan gejala: nyeri terutama di area sternum, krepitasi

11
Referat
Trauma Thorax

Pemeriksaan
• Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis
fraktur, atau gambaran sternum yang tumpang tindih.
• Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya
perubahan EKG (tanda trauma jantung).
Penatalaksanaan
1. Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan
pemberian analgetika dan observasi tanda2 adanya laserasi atau
kontusio jantung
2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented
dilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan
sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ
atau struktur di mediastinum.

DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA


• Kasus jarang
• Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol
klavikula" (sendi sternoklavikula) menonjol kedepan
• Posterior : sendi tertekan kedalam
• Pengobatan : reposisi

FLAIL CHEST
Definisi
Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab
adanya fraktur iga multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis
fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan
fraktur sternum. Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” segmen
yang mengambang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari
gerakan mekanik pernapasan dinding dada.
Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak
keluar pada ekspirasi, sehingga udara inspirasi terbanyak memasuki

12
Referat
Trauma Thorax

paru kontralateral dan banyak udara ini akan masuk pada paru
ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan respirasi
pendelluft. Fraktur pada daerah iga manapun dapat menimbulkan flail
chest.
Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan
hemothoraks, pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma
paru yang akan memperberat keadaan penderita. Komplikasi yang
dapat ditimbul yaitu insufisiensi respirasi dan jika korban trauma
masuk rumah sakit, atelectasis dan berikut pneumonia dapat
berkembang.
Karakteristik
• Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat
inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator
• Menunjukkan trauma hebat
• Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala,
abdomen, ekstremitas)
Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya
ineffective air movement, yang seringkali diperberat oleh
edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien dengan flail chest tidak
dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah flail secara
eksterna, seperti melakukan splint/bandage yang melingkari dada,
oleh karena akan mengurangi gerakan mekanik pernapasan secara
keseluruhan.
Penatalaksanaan
• sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-
tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas
yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan
takipneu
• pain control
• stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi
internal melalui operasi)

13
Referat
Trauma Thorax

• bronchial toilet
• fisioterapi agresif
• tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet
Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest:
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth:
hematotoraks masif, dsb)
2. Gagal/sulit weaning ventilator
3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)
4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)
5. Menghindari cacat permanen
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area "flail"

TRAUMA PADA PLEURA DAN PARU


PNEUMOTHORAX
Adalah kelainan pada rongga pleura ditandai dengan adanya udara
yang terperangkap dalam rongga pleura maka akan menyebabkan
peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga mengganggu
proses pengembangan paru. Merupakan salah satu dari trauma
tumpul yang sering terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada
parenkim paru dan laserasi paru. Pneumothoraks bisa juga terjadi
akibat decelerasi atau barotrauma pada paru yang tanpa disertai
adanya fraktur iga. Pasien akan melaporkan adanya nyeri atau
dispnea dan nyeri pada daerah fraktur. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan melemahnya suara pernapasan. pneumothoraks terbagi
atas tiga yaitu: simple, open, dan tension pneumothorax.

Simple Pneumothorax
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra
toraks yang progresif.

14
Referat
Trauma Thorax

Ciri:
• Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
• Tidak ada mediastinal shift
• PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan
dada ↓
Penatalaksanaan: WSD

Tension Pneumothorax
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat
masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
• Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga
terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan
mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea → venous return ↓
→ hipotensi & respiratory distress berat.
• Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan
cepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
• Merupakan keadaan life-threatening → tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II,
linea mid-klavikula)
2. WSD

Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga
udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.
Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal
juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:

15
Referat
Trauma Thorax

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme


ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau
organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

HEMATOTHORAX
• Definisi: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat
trauma tumpul atau tembus pada dada.
• Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau
A. mamaria interna. Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat
menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat
syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan
yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul
di dalam rongga toraks.
• Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya
perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi. Perhatikan
adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan depresi
pernapasan
Pemeriksaan
• Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)
• Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru
• Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks
Indikasi Operasi
Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD):
• Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan
WSD < 4 jam setelah kejadian trauma.
• Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut
• Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut
• Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam

16
Referat
Trauma Thorax

Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila
produksi WSD:
• ≥ 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut
• ≥ 300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut
• ≥ 500 cc dalam ≤ 1 jam
Penatalaksanaan
Tujuan:
• Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.
• Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari
kegagalan sirkulasi.
Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi
cito (eksplorasi) untuk menghentikan perdarahan

Water Sealed Drainage


Fungsi WSD sebagai alat:
1. Diagnostik
2. Terapeutik
3. Follow-up
Tujuan:
1. Evakuasi darah/udara
2. Pengembangan paru maksimal
3. Monitoring
Indikasi pemasangan:
• Pneumotoraks
• Hematotoraks
• Empiema
• Effusi pleura lainnya
• Pasca operasi toraks
• Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.
Tindakan :

17
Referat
Trauma Thorax

• Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela


iga V atau VI.
• Pemasangan dengan teknik digital tanpa penggunaan trokard.
Indikasi pencabutan WSD :
1. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-
turut, dan undulasi negatif atau minimal, dan pengembangan paru
maksimal.
2. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot
pada selang, dsb.)

KONTUSIO PARU
• Terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi,
jatuh dari tempat yang tinggi dan luka tembakdengan peluru cepat
(high velocity) maupun setelah trauma tumpul thoraks.
• Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme
perdarahan dan edema parenkim. Penyulit ini sering terjadi pada
trauma dada dan potensial menyebabkan kematian.
• Tanda dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia,
takikardi, suara nafas berkurang atau tidak terdengar pada sisi
kontusio, patah tulang iga, sianosis.
• Patofisiologi : kontusio/cedera jaringan → edema dan reaksi
inflamasi → lung compliance ↓ → ventilation-perfusion mismatch →
hypoxia & work of breathing ↑
Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 ↓)
Manifestasi klinis dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam
setelah trauma
Penatalaksanaan
Tujuan:
• Mempertahankan oksigenasi
• Mencegah/mengurangi edema

18
Referat
Trauma Thorax

Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan (iso/hipotonik),


O2, pain control, diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif
(PEEP > 5)

LASERASI PARU
Definisi : Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau
trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga, sehingga dapat
menimbulkan hemothoraks dan pneumothoraks. Mekanisme
terjadinya pneumothoraks oleh karena meningkatnya tekanan
intraalveolar yang disebabkan adanya tubrukan yang kuat pada
thoraks dan robekan pada percabangan trakeobronchial atau
esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat berhenti, menetap,
atau berulang.
Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato + pneumotoraks
Penatalaksanaan umum : WSD
Indikasi operasi :
• Hematotoraks masif (lihat hematotoraks)
• Adanya contiuous buble pada WSD yang menunjukkan adanya
robekan paru
• Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas

RUPTUR DIAFRAGMA
• Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh
trauma tumpul pada daerah toraks inferior atau abdomen atas.
• Trauma tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdominal mendadak yang diteruskan
ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahan
tekanan tersebut.
• Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada
daerah toraks inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akan
melukai organ-organ lain (intratoraks atau intraabdominal).

19
Referat
Trauma Thorax

• Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral)


ataupun dapat kita curigai bila terdapat luka tusuk dada yang
didapatkan pada: dibawah ICS 4 anterior, didaerahh ICS 6 lateral,
didaerah ICS 8 posterior.
• Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada
diafragma kanan
• Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke toraks
• Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma
oleh karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri.
• Dapat terjadi ruptur ke intra perikardial

Diagnostik:
• Riwayat trauma tumpul toraks inferior atau abdomen
• Tanda dan gejala klinis (sesak/respiratory distress), mual-
muntah, tanda abdomen akut)
• Ro toraks dengan NGT terpasang (pendorongan mediastinum
kontralateral, terlihat adanya organ viseral di toraks)
• CT scan toraks
Penatalaksanaan:
Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan laparotomi)

RUPTUR TRAKEA DAN BRONKUS


Ruptur trakea dan bronkus utama dapat disebabkan oleh trauma
tajam maupun trauma tumpul dimana angka kematian akibat penyulit
ini adalah 50%. Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis
tertutup dan terdapat peningkatan hebat dan mendadak dari tekanan
saluran trakeobronkial yang melewati batas elastisitas saluran
trakeobronkial ini. Kemungkinan kejadian ruptur bronkus utama
meningkat pada trauma tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur
iga 1 sampai 3, lokasi tersering adalah pada daerah karina dan
percabangan bronkus. Pneumothoraks, pneumomediatinum,

20
Referat
Trauma Thorax

emfisema subkutan dan hemoptisis, sesak nafas,dan sianosis dapat


merupakan gejala dari ruptur ini.

TRAUMA ESOFAGUS
Penyebab trauma/ruptur esofagus umumnya disebabkan oleh trauma
tajam/tembus.
Pemeriksaan Ro toraks: Terlihat gambaran pneumomediastinum atau
efusi pleura
Diagnostik: Esofagografi
Tindakan: Torakotomi eksplorasi

21
Referat
Trauma Thorax

TRAUMA JANTUNG
Tamponade jantung terdapat pada 20% penderita dengan trauma
thoraks yang berat, trauma tajam yang mengenai jantung akan
menyebabkan tamponade jantung dengan gejala trias Beck yaitu
distensi vena leher, hipotensi dan menurunnya suara jantung.
Kontusio miokardium tanpa disertai ruptur dapat menjadi penyebab
tamponade jantung.
Kecurigaan trauma jantung :
• Trauma tumpul di daerah anterior
• Fraktur pada sternum
• Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan,
sela iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri)
Diagnostik
• Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung (CK-CKMB /
Troponin T)
• Foto toraks : pembesaran mediastinum, gambaran double
contour pada mediastinum menunjukkan kecurigaan efusi
perikardium
• Echocardiography untuk memastikan adanya effusi atau
tamponade
Penatalaksanaan
1. Adanya luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi
dilakukannya torakotomi eksplorasi emergency
2. Adanya tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan
indikasi dilakukannya torakotomi eksplorasi.
3. Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatan
dengan observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponade
Komplikasi
Salah satu komplikasi adanya kontusio jantung adalah terbentuknya
aneurisma ventrikel beberapa bulan/tahun pasca trauma.

22
Referat
Trauma Thorax

RUPTUR AORTA
Ruptur Aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, dan lokasi
ruptur tersering adalah di bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat
ligamentum arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari penderita trauma
thoraks dengan ruptur aorta ini dapat mencapai rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto
thoraks bila didapatkan mediastinum yang melebar, fraktur iga 1 dan
2, trakea terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, penekanan
bronkus utama kiri.

23

También podría gustarte