Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku
tersebut tampak jelas saat berinteraksi, klien kecemasannya meningkat dalam
merespon stresor. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan
dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/bahaya dari luar.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati II RSJPJ
sebagai lahan praktek, diperoleh data bahwa 75 % klien yang rawat ulang. Masalah
asuhan keperawatan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan
ketidakmampuan merawat diri. Dari masalah-masalah yang ditemukan, pembahasan
mengenai asuhan keperawatan curiga belum banyak ditemukan. Berdasarkan
fenomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan
dalam bentuk seminar dengan topik ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Curiga”
b. Tujuan Penulisan.
Tujuan kelompok mahasiswa merawat klien G, melakukan seminar dan
menulis laporan studi kasus adalah :
• Mengerti asuhan keperawatan klien curiga berdasarkan konsep dan teori yang
benar.
• Menerapkan asuhan keperawatan klien curiga
• Menyebarluaskan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien .
c. Proses Penulisan.
Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan dengan
cara observasi, wawancara dan peran serta langsung klien dalam kegiatan yang ada
diruangan. Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan, setelah penemuan
masalah dibuat perancanaan dan dilaksanakan serta dilakukan eveluasi kemudian
diseminarkan.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
3
BAB IV
PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN
5
BAB V
PEMBAHASAN
1. Menarik diri.
Pada awalnya klien menolak untuk berhubungan. Pada saat itu perawat
menggunakan rencana tindakan yang telah dibuat seperti melakukan teknik-teknik
komunikasi terapeutik, bersikap menerima kondisi klien, dan lain-lain sesuai rencana
tindakan.
Dengan segala kesabaran akhirnya secara bertahap klien mau membuka diri. Klien
bercerita tentang kondisinya, perasaannya, problema rumah tangganya, serta
harapannya. Dengan pendekatan intensif klien lebih dapat mempercayai perawat.
Dengan modal kepercayaan tersebut klien mudah untuk diarahkan. Klien belajar
berhubungan dengan lingkungan sekitar seperti dengan klien yang lain, perawat yang
lain. Klien juga dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi dengan
respon yang sangat baik klien memperkenalkan diri, menyebutkan alamat, hobi dan
lain-lain. Belakangan ini diketahui klien telah mempunyai teman akrap ( klien lain )
dalam satu ruangan. Dengan demikian penyelesaian masalah sampai akhir
mahasiswa praktek dapat dikatakan berhasil.
2. Haluxsinasi.
Halusinasi terkaji sejak pertemuan awal, yang mana klien sering bicara dan tertawa
sendiri dan tampak mendengarkan sesuatu (memasang kupingnya) dengan mata
menatap pada satu arah. Namun saat dikaji lebih jauh dengan menanyakan apakah
klien mendengar sesuatu, kilen mengatakan tidak, dan hal ini tidak dapat terkaji
hingga akhir praktek. Dengan adanya tingkah laku klien saat berbicara dan tertawa
sendiri telah menunjukkan adanya halusinasi dengar, dibuatlah rencana tindakan
yang kemudian diimplementasikan sebagai berikut : memutuskan halusinasi klien
dengan cara kontak sering tapi singkat, teknik distraksi, dan lain-lain sesuai dengan
apa yang direncanakan. Kondisi yang sering berubah-ubah (data tentang
halusinasinya) membuat tindakanpun sering tak berurutan namun disesuaikan
dengan masalah klien. Sekitar 5 minggu dilakukan intervensi, klien tidak lagi
menunjukkan tingkah laku halusinasi yang sering, yang mana klien sudah dapat
menceritakan tentang keluarganya, perasaannya dan lain-lain dengan tingkah laku
yang tenang. Hanya kadang-kadang tingkah laku itu muncul jika klien duduk
menyendiri, dan saat ditanya dengan siapa klien berbicara klien mengatakan tidak
tahu. Namun perawat tidak berputus asa untuk terus coba menggali
permasasalahannya ( halusinasinya ) dan sekaligus melakukan intervensi halusinasi
secara berulang. Sejauh ini penyelesaian masalah boleh dikatakan mengalami
kemajuan karena beberapa teknik distraksi halusinasi sudah dapat dilakukan klien
yakni dengan mengadakan kontak dengan klien lain di ruangan dan frekuensi bicara
dan tertawa sendiri menurun. Dengan demikian dapat dikatakan permasalahan
halusinasi telah terselesaikan walaupun belum tuntas dan perlu diwaspadai pula
kemungkinan kambuh.
7
menunjukkan tinggkah laku menarik diri bila ada sesuatu tindakan yang dilakukan
oleh sesama klien yang tidak berkenan padanya. Dengan adanya masalah ini
perawat mulai menerapkan intervensi yakni dengan mengkaji faktor pencetus marah
pada klien dan mendiskusikan cara-cara menyalurkan marah secara konstruktif.
Dari hasil evaluasi, klien tampak kurang memberikan tanggapan secara serius, hal
ini dapat terlihat dari ekspresi wajah klien yang datar. Namun pada minggu keempat
klien dapat diajak berdiskusi dalam hal penyaluran marah secara konstruktif, dalam
hal ini klien mulai menceriterakan pada perawat adanya perasaan tidak senang yang
dibuat oleh klien lain .
Dari apa yang di bahas di atas, bahwa kemajuan yang diperoleh dari klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan . walaupun sejauh ini hasil yang didapatkan
belum optimal, namun dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan seperti apa yang
dikatakan dalam teori dapat dibuktikan. Tidak optimalnya hasil, dapat ditinjau
kembali dari berbagai segi seperti waktu interaksi yang sempit yakni 2 hari dalam
seminggu ( kamis & jumat ) , itupun hanya beberapa jam dalam seharinya, dapat
mempengaruhi kontinuitas interaksi. Selain itu ketidakseragaman tindakan/ asuhan
yang diberikan antar sesama perawat atau tim medis membuat ketajaman terapi
sulit diberikan. Hal ini dapat terlihat dari timbul tenggelamnya halusinasi klien.
Fasilitas yang kurang baik, sarana maupun prasarana untuk mendukung tindakan
keperawatan seperti pola aktivitas dan tata ruangan merupakan salah satu kendala
penyelesaian masalah. Juga kurangnya support sistim lingkungan terutama dari
keluarga dapat menghambat pengoptimalan dari hasil.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.
B. SARAN.
Penulisaaan makalah keperawaan ibu D, bukan merupakan akhir dari tugas
keperawatan jiwa, melainkan langkah awal dalam peningkatan asuhan keperawatan,
oleh karena itu disarankan :
1. Pemberian asuhan keperawatan terhadap ibu D dapat dilanjutkan sesuai dengan
apa yang tertera dalam rencana tindakan, atau modifikasi berdasarkan masalah
klien.
2. Perbanyak waktu interaksi dengan klien dan isi hubungan dengan tindakan
(komunikasi dan perilaku ) yang terapeutik.
3. Lakukan tindakan keperawatan secara berkesinambungan, sambil senantiasa
dievaluasi respon yang didapat dari klien. Berikan tindakan sesuai dengan
respon klien / masalah klien.
4. Upayakan keseragaman persepsi dan tindakan dalam memberikan asuhan
kepearawatan, baik antar sesama perawat maupun dengan tim kesehatan lainnya.
5. Memodifikasi fasilitas untuk mendukung tindakan keperawatan yang diberikan
misalnya, memfasilitasi mandi, mencuci baju sendiri dan mengeringkannya,
melakukan terapi aktifitas kelompok, dan lain-lain.
6. Memotivasi terus keluarga serta melibatkannya dalam asuhan keperawatan yang
diberikan.
10
BAB III
Munculnya perilaku menarik diri tidak lepas dari adanya faktor predisposisi yakni
masa tumbuh kembang teruama pada usia bayi ( 0-1 tahun ) masa pembentukan trust
dan mistrust. Namun pada diri ibu D. masa ini dilalui dengan baik , ia medapat
perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Konflik yang terjadi pada Ibu D
mulai tampak setelah ayahnya meninggal, yakni pada usia klien 9 tahun di tambah
adanya suasana komunikasi dalam keluarga yang kurang terbuka. Pada usia puber
( usia 16 tahun ) klien menikah dengan laki-laki yang sebenarnya tidak dicintainya.
Faktor psikologis lain adalah kebiasaan klien menutup diri, jarang mengungkapkan
perasaan pada orang lain baik pada ibu maupun pada kakaknya.
Faktor pencetus munculnya perilaku menarik diri pada Ibu D. disebabkan oleh
adanya stress yang berat di mana klien mengalami kegagalan dalam berumah
tangga . Ia sering dimarahi dan dipukuli suaminya oleh karena alasan ringan seperti
tidak dapat memasak enak atau terlambat pulang dari pasar. Setelah klien mengalami
gangguan jiwa suaminya kemudian menceraikannnya.
12
merawatnya. Untuk itu selama perencanaan dan intervensi keperawatan klien
keluarga telah dilibatkan . Namun lingkungan sosialnya belum dapat dikaji lebih
lanjut sehingga klien masih tetap mempunyai potensi kambuh. Untuk intervensi ini
perawat belum bisa melakukannya mengingat waktu yang tersedia.
CURIGA Core
Problem
Konflik Sibling
Kehilangan berkepanjangan
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. Identitas Klien
Nama klien : Nn.G..
Umur : 47 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan.
Suku : Tionghoa.
Status : Gadis.
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Budha.
Alamat : Gg.Darmawan V. No. 3a Rt 04/Rw 04 Karang Anyar
Jakarta Pusat..
MRS : 1978.
Postur tubuh : Klien tampak kurus, TB: 160 cm, BB: 52 kg,
b. Kosep diri
roh halus yang membisik telinganya. Klien juga mengatakan ia juga sering
menyendiri, diam diri di kamar, malas berbicara dengan keluarga. Kemudian
keluarga membawa ke rumah Klien tidak ingin pulang dari RSJ karena merasa
sulit menghindari roh-roh halus atau setan yang selalu mengganggunya. Dari
pada di rumah kambuh, lebih baik di rumah sakit. Klien merasa tidak dapat
bekerja karena ijasahnya hanya SD. dan klien merasa sulit mencari kerja.
Klien mengatakan mungkin saya sampai mati di RSJ saja.
Aspek konsep diri klien S. dimana tentang gambaran diri; klien memandang dirinya
sebagai manusia yang apa adanya, harga diri klien ; klien mengatakan dirinya
hanya lulus SD dan tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan; identitas klien
15
jelas dan klien tahu akan identitasnya; ideal diri klien ingin supaya sembuh dan
sehat kembali; sedangkan peran nya, klien mengatakan tidak mempunyai peran
dalam kehidupan baik pada diri sendiri ataupun keluarganya.
c. Gaya komunikasi
Klien berbicara secara berhati-hati, tidak meloncat-loncat dari satu topik ke topik
yang lain. Klien memberikan informasi dengan jelas jika diberikan pertanyaan
oleh perawat. Jarang balik memberikan pertanyaan. Ekspresi nonverbal saat
berionteraksi yaitu datar, kadang-kadang kontak mata, kadang-kadang melihat ke
depan.
d. Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan perawat. Klien lebih suka tiduran
di tempat tidur serta melamun. Didalam berinteraksi klien lebih suka diam,
mendengarkan pembicaraan orang lain atau melamun. Klien lebih mengharapkan
kedatangan keluarganya.
Di rumah klien tidak terbuka kepada anggota keluarga. Bila menghadapi masalah
tidak pernah diungkapkan pada keluarga melainkan disimpan sendiri.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam
diri di kamar, melamun, menekan rasa marahnya. Tetapi klien pernah
membanting piring, gelas. Klien mengatakan tidak mengetahui cara-cara untuk
mengatasi masalahnya.
d. Gaya hidup
Sebelum sakit ( 10 tahun) yang lalu klien tinggal bersama ibu dan isterinya di
Pekalongan. Klien menghabiskan waktunya untuk bekerja di sawah.
17
V. Pengkajian Keluarga
Genogram
Klien selama ini tinggal dengan adiknya Ny. S. 37 tahun yang telah bersuami dan
telah memiliki 3 orang anak. Klien paling dekat dengan adiknya (Ny.S.) sedangkan
ibu klien tinggal di Pekalongan. Meskipun klien menikah hanya berlangsung selama
3 bulan, karena istrinya hanya menginginkan hartanya saja, lalu meninggalkannya.
2. Penyakit sekarang
Tanggal 17 April 1997 klien mengatakan tenggorokan gatal, serak dan batuk-
batuk. Pemeriksaan fisik : Berat Badan: 47 kg; Tinggi Badan: 170 cm; Nadi:
80 x / menit; Suhu : 36,5 ° Celsius; Tekanan Darah : 100 / 70 mmhg;
Pernapasan : 20 x / menit.
3. Pengobatan sekarang
Ampicilin 3 x 500 mg
4. Alergi
Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan.
B. Kebiasaan sekarang
1. Penampilan diri
Penampilan klien ; kulit kotor, rambut kotor dan tidak disisir, gigi kotor, pakaian
kusut dan tidak rapih, serta kuku panjang dan hitam / kotor. Mandi sehari sekali,
mencuci rambut seminggu sekali, jarang sikat gigi, ganti pakaian dua hari sekali.
Sikap tubuh agak bungkuk (seperti kifosis)
2. Rokok
Klien merokok, kadang-kadang sehari habis 2 batang.
3. Minuman keras
Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung
alkohol.
4. Pola tidur
Klien mengatakan sulit tidur karena sering diganggu oleh roh-roh halus serta klien
jarang tidur siang.
5. Pola makan
Klien makan tiga kli sehari menghabiskan porsi yang diberikan, tetapi kadang-
kadang harus sedikit karena perutnya mual. Klien makan bersama-sama
temannya.
6. Pola eliminasi
B.a.b. 1 - 2 hari sekali, b.a.k. 6 - 7 kali sehari
Klien tidak menggunakan obat laxansia.
7. Tingkat aktifitas
Peran serta dalam aktifitas jarang karena klien lebih suka melamun, tiduran di dalam
kamar. Selama MRS klien sering diajak untuk mengikuti kegiatan di ruangan
seperti; menyapu, mengepel dan mengelap kaca. Sedangkan selama di rumah
klien jarang diajak atau di libatkan untuk melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari
karena dianggap tidak mampu untuk mengerjakannya.
8. Tingkat energi
19
Klien tampak malas, dan tiduran terus.
B. Status sensorik:
Penglihatan : Kadang-kadang berkunag-kunang, secara
umum : : fungsinya baik.
Pendengaran : Klien sering mendengan suara-suara seperti ada:
: rintihan adiknya yang dibunuh orang.
Penciuman : Tak ada kelainan
Pengecapan : Tak ada kelainan
Perabaan : Tak ada kelainan
C. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering berbicara sendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu.
D. Status motorik
Motorik kasar:
Klien berjalan, berpakaian, dan berbicara masih terkontrol
Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam
lubang kancing tanpa tremor.
E. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
F. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien mengetahui berada di RSJ
Klien mengetahui tentang waktu.
G. Ingatan
Klien kurang dapat berpikir secara rasional. Contoh: Ketika ditanya sebab
kecekaaan 10 tahun yang lalu, klien mengatakan ada sesuatu yang mendorong
sepeda motornya kemudian tabrak mobil.
21
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA MASALAH
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
• Sering tiduran diu tempat tidur dan Gangguan hubungan sosial : menarik
jarang berbicara dengan klien lain diri
atau perawat.
• Bila berinteraksi klien lebih suka
diam dan mendengar pembicaraan.
• Jarang membicarakan masalahnya
dengan orang lain
• Kalau sembuh mau ngapain ijasah
saya hanya SD
Data Obyektif:
• Klien sering tiduran, bengong di
tempat tidur, melamun
• Klien sering tampak putus asa.
Data Subyektif :
Klien mengatakan :
• Sering mendengar suara-suara, Potensial melukai diri sendiri dan
terutama kalau sedang melamun, orang lain.
bengong dan menjelang tidur.
• Saya dibawa ke rumah sakit karena
saya membanting gelas, piring,
barang-barang lainnya karena
disuruh oleh roh halus.
• Bolehkah berteman dengan roh
halus karena ia yang sering
mengajak saya berbicara.
Data Obyektif:
• Klien tampak mendengarkan
sesuatu bila tiduran di tempat tidur
• Klien sering tersenyum sendiri,
mulut komat-kamit
Data Subyektif:
Klien mengatakan : Potensial marah yang destruktif
• Dibawah ke rumah sakit karena di
rumah kliem membanting piring,
gelas dan barang lain.
• Jika kesal atau marah suka berdiam
diri dalam kamar
• Klien tidak mengetahui cara
mengatasinya
Data Subyektif:
Klien mengatakan : Gangguan kebersihan diri.
• Klien mandi sekali sehari, kadang-
kadang dua hari sekali, mencuci
rambut seminggu sekali.
• Malas untuk mandi, mencuci rambut,
memotong kuku, menggosok gigi.
Data Obyektif:
• Kulit agak kotor
• Rambut kotor ,tidak disisir
• Gigi kotor
• Pakaian kusut
• Kuku panjang dan hitam
• Klien banyak tiduran di tempat tidur
Jarang melakukan aktifitas termasuk
23
BAB V
PEMBAHASAN
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN