Está en la página 1de 10

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa  

  Sunday, 20 February 2011


Keutamaan Dzikir Kepada Allah SWT
Senin, 14 Februari 2011

ْ‫ فَإِن‬،‫ ِإ َذا َذ َك َرنِي‬،ُ‫ َوأَنَا َم َعه‬،‫ أَنَا ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي ِبي‬: ‫ يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى‬: ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
،‫ب إِلَ َّي‬ َ ‫ َوإِنْ تَقَ َّر‬،‫ َذ َك ْرتُهُ ِفي َمإَل ٍ َخ ْي ٍر ِم ْن ُه ْم‬، ٍ ‫ َوإِنْ َذ َك َرنِي فِي َمإَل‬،‫سي‬ ِ ‫ َذ َك ْرتُهُ فِي نَ ْف‬،‫س ِه‬ ِ ‫َذ َك َرنِي فِي نَ ْف‬
.ً‫ أَتَ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬،‫شي‬ ِ ‫ َوإِنْ أَتَانِي يَ ْم‬،‫ تَقَ َّر ْبتُ إِلَ ْي ِه بَاعًا‬،‫ب إِلَ َّي ِذ َراعًا‬َ ‫ َوإِنْ تَقَ َّر‬،‫ تَقَ َّر ْبتُ إِلَ ْي ِه ِذ َراعًا‬،‫ش ْب ٍر‬
ِ ِ‫ب‬
ُ َ َ
‫سلَّ َم قا َل هَّللا ُ تَ َعالَى أنَا َم َع َع ْب ِدي َح ْيث َما‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ َ
َ ‫(صحيح البخاري) َوقا َل أبُو ه َُر ْي َرةَ عَنْ النَّبِ ِّي‬
)‫شفَتَاهُ (صحيح البخاري‬ َ ‫َذ َك َرنِي َوت ََح َّر َكتْ بِي‬
Sabda Rasulullah SAW: “Dia Allah berfirman: “Aku bersama prasangka hambaKu, dan Aku
Bersamanya ketika ia mengingatKu, jika ia mengingat/menyebutku dalam kesendirian, maka
Aku Mengingatnya dalam DzatKu, jika ia mengingatKu, ditempat yang ramai, maka Aku
mengingatnya ditempat yang lebih ramai (para malaikat2 suci) (Shahih Bukhari)
Dan berkata Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, Allah SWT berfirman: “Aku bersama
hambaKu, saat hambaKu mengingatku dan bergerak bibirnya menyebut namaKu” (Shahih
Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan puji kehadirat Allah, yang dengan memujinya terangkatlah


hamba-hamba menuju cahaya keterpujian, yang dengan berdoa dan hadir di
majelis doa terangkatlah hamba-hamba kepada keluhuran dan kedekatan
dengan Yang Maha memuliakan para pendoa, Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha memuliakan hamba-hamba yang berdzikir dan berdoa, dan
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para hujjatul islam dan para imam
bahwa doa ( memohon kepada Allah ) adalah bagian dari dzikir, oleh karena
itu perkumpulan dzikir dimuliakan oleh Allah dan yang duduk bersama
orang-orang yang berdzikir, atau yang menghadiri majelis dzikir meskipun
tanpa berniat berdzikir tetap dimuliakan oleh Yang Maha Memuliakan ahlu dzikir, Allah
subhanahu wata’ala, Sang Maha memiliki kerajaan alam semesta ini, Yang Tunggal mengatur
dengan kehendak-Nya dan tiada kehendak yang melebihi kehendaknya. jika Allah menghendaki
sesuatu maka terjadilah, dan jika Allah tidak berkehendak terhadap sesuatu maka hal tidak akan
pernah terjadi. Tidak satu nafas pun bisa bernafas, dan tidak satu sel pun bisa berfungsi kecuali
karena kehendak-Nya. Seorang hamba diberi tangan namun jika Allah tidak mengizinkan
tangannya berfungsi maka seluruh sel tangannya pun tidak akan berfungsi walaupun ia memilik
tangan, atau seorang hamba yang memiliki lidah dan bibir serta mampu berbicara, namun jika
Allah menghendaki dia sakit lalu dia tidak lagi bisa berbicara meskipun ia mempunyai lidah dan
bibir, Allah Maha Mampu akan hal itu. Begitupula jika Allah berkehendak maka kulit pun akan
bisa berbicara, dimana di hari ketika bibir dan lidah kita bungkam dan tidak mampu berbicara di
saat itulah kulit dan tulang kita mampu berbicara, maka disaat itu manusia berkata kepada tubuh
dan kulitnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
‫لِ َم َش ِه ْدتُ ْم َعلَ ْينَا‬
( 21 : ‫) فصلت‬

“ Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Maka mereka menjawab :

َ‫ق ُك َّل َش ْي ٍء َوهُ َو خَ لَقَ ُك ْم أَ َّو َل َم َّر ٍة َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬


َ َ‫أَ ْنطَقَنَا هَّللا ُ الَّ ِذي أَ ْنط‬
( 21 : ‫) فصلت‬

“ Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala
sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya
kepada-Nya kamu dikembalikan ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Bahkan api yang hakikatnya panas namun Allah mampu menjadikannya dingin, Allah Maha
Mampu menjadikan banjir besar yang menghancurkan dan Allah Maha Mampu menjadikan
banjir yang begitu besar hanya sampai di depan masjid, sebagaimana yang terjadi pada tsunami
beberapa tahun di Aceh. Setelah kita fahami bahwa seluruh kejadian tidak akan pernah bisa
terjadi kecuali dengan kehendak, keinginan dan ketentuan-Nya, maka beruntunglah bagi orang
yang mendekat kepada Yang Maha Menentukan, karena setiap gerak-gerik di alam semesta ini
dikuasai oleh Allah subhanahu wata’ala. Alam semesta bisa berubah dalam sekejap, kesulitan
dalam sekejap bisa berubah menjadi kemudahan, begitu pula kemudahan dalam sekejap bisa
berubah menjadi dari kesulitan yang abadi.

Hadirin hadirat, diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah (kuat) ketika seorang raja mengadakan
pesta untuk merayakan kekuasaannya yang semakin luas dan kuat, tentaranya yang semakin
banyak, harta yang semakin berlimpah, dan semua yang ia inginkan mampu ia perbuat, maka ia
merayakannya dengan pesta dan tidak satu pun yang bisa mengganggunya, maka ketika itu
datanglah seseorang ke istana raja itu dan mengetuk pintu, maka para penjaga di pintu pertama
membukakan pintu, dan orang itu menyampaikan bahwa dia ingin menemui raja, maka penjaga
pintu berkata bahwa sang raja lagi mengadakan pesta kemudian mengusirnya. Maka orang itu
berpindah ke pintu yang kedua dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu raja, penjaga pintu
kedua pun berkata hal yang sama, maka orang itu berkata : “aku adalah utusan” namun penjaga
pintu kedua tetap mengusirnya, maka ia pun pergi ke pintu yang ketiga dengan mengetuk pintu
yang mana ketukan itu seakan membuat guncang seluruh istana dan merobohkan singgasana, ia
berkata : “aku adalah malaikat sakaratul maut yang datang untuk mencabut ruh sang raja”,
maka raja pun sangat terkejut dan ketakutan, karena jika tamu itu telah datang maka tidak
seorang pun bisa menolaknya, dan malaikat itu berada di hadapan sang raja, maka raja itu
berkata : “aku baru saja akan meneguk minumanku untuk merayakan pesta kemenangan,
maka izinkanlah aku untuk meneguk segelas minuman ini, lalu cabutlah nyawaku”, maka
malaikat sakaratul maut berkata : “ engkau telah ditentukan untuk wafat sebelum engkau
meneguk air ini”, maka raja pun terjatuh kemudian dimasukkan ke dalam perut bumi, dan
disana dia telah bersama tentara-tentara kematian, mereka yang menjemput ruh dan
memisahkannya dengan jasad dan menghantarkannya ke alam barzakh dalam keluhuran atau
kehinaan . Dan ketika ruh seseorang telah berada dalam genggaman tentara kematian, maka di
saat itu beruntunglah para pencinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, jika
sudah terlepas dari semua yang kita miliki, dari keluarga, teman dan kerabat lalu ditinggal sendiri
di dalam kubur dan ruh telah dibawa oleh pasukan kematian, maka disaat itu tidak ada lagi yang
bisa dibanggakan, dan dosa-dosa telah bertumpuk dan siap untuk dipertanyakan dalam keadaan
sendiri di alam yang asing, dalam keadaan nasib yang membingungkan, maka di saat tidak ada
yang lebih bergembira dari mereka yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, mereka dikenal di alam kubur karena para tentara kematian mengenali nama
Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana ucapan rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam : “Semua alam semesta mengenal bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali
pendosa dari kalangan jin dan manusia mereka tidak mengenalku”. Diriwayatkan dalam
Shahih Muslim ketika seorang hamba dicintai oelh Allah, maka Allah berkata kepada malaikat
Jibril AS :

َ َ‫ ق‬، ُ‫ فَأ َ ِحبَّه‬، ً ‫إنِّي أُ ِحبُّ فُالَنا‬


ً ‫ إِ َّن هللاَ ي ُِحبُّ فُالَنا‬: ‫ فَيَقُوْ ُل‬، ‫ ثُ َّم يُنَا ِديْ فِي ال َّس َما ِء‬، ‫ فَي ُِحبُّهُ ِجب ِْر ْي ُل‬: ‫ال‬
‫ َو إِ َذا أَ ْب َغضُ َعبْداً َدعَا ِجب ِْري َْل‬، ‫ض‬ ِ ْ‫ض ُع لَهُ ْالقَبُوْ ُل فِي ْاألَر‬ َ ْ‫ ثُ َّم يُو‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ‫ فَي ُِحبُّهُ أَ ْه ُل ال َّس َما ِء‬، ُ‫فَأ َ ِحبُّوْ ه‬
ُ‫ إِ َّن هللاَ يُب ِْغض‬: ‫ ثُ َّم يُنَا ِديْ فِي أَ ْه ِل ال َّس َما ِء‬، ‫ضهُ ِجب ِْر ْي ُل‬ ُ ‫ فَيُب ِْغ‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ُ‫ إِنِّ ْي أب ِْغضُ فالنا ً فأب ِْغضْ ه‬: ‫فَيَقُوْ ُل‬
ِ ْ‫في ْاألَر‬
‫ض‬ ِ ‫ضا ُء‬ َ ‫ض ُع لَهُ البَ ْغ‬ َ ْ‫ ثُ َّم تُو‬، ُ‫ال فَيُب ِْغضُوْ نَه‬َ َ‫ ق‬، ُ‫فُالَنا ً فَأَب ِْغضُوْ ه‬
“ Sungguh Aku mencintai Fulan maka cintailah dia, Dia berkata : maka Jibril pun
mencintainya kemudian dia menyeru di langit dan berkata : sesungguhnya Allah mencintai
Fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit pun mencintainya, maka dia pun
diterima(dicintai) di bumi, dan jika Allah membenci seseorang Dia memanggil Jibril dan
berkata: “Sungguh Aku membenci si fulan maka bencilah dia, Dia berkata : maka Jibril pun
membencinya, kemudian menyeru kepada penduduk langit : sesungguhnya Allah membenci
Fulan maka bencilah dia, maka penduduk langit pun membencinya, kemudian penduduk
bumi pun membencinya”

Maka nama orang itu dikenal oleh penduduk angkasa raya, namun hal yang seperti itu tidak
didengar oleh manusia di alam dunia. Jika manusia yang dicintai Allah namanya akan dikenal
sampai ke langit, maka terlebih lagi pimpinannya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Beliau dikenal semua makhluk, begitupula nama sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam masyhur di alam barzakh. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat Shahih
Al Bukhari bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di alam kubur dan dibawa kehadapan
rasulullah kemudian ditanya : “apa pengetahuanmu tentang orang ini?”, maka orang yang
beriman akan menjawab : “dia adalah Muhammad rasulullah yang datang dengan membawa
petunjuk dari Allah, dia Muhammad, dia Muhammad, dia Muhammad”, maka malaikat
berkata : “ tidurlah dengan tenang , kami telah mengetahui bahwa engkau adalah orang yang
shalih”, maka selesailah segala cobaannya di dunia dan di alam kubur. Sebaliknya mereka-
mereka yang tidak mengenal nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika ditanya
tentang nabi Muhammad, mereka hanya menjawab : “aku tidak mengetahuinya”, maka
malaikat pun menghantamnya dengan palu besi yang sangat besar sehingga ia menjerit dengan
kerasnya yang mana jeritan itu didengar oleh semua makhluk di langit dan di bumi kecuali jin
dan manusia. Sungguh beruntunglah para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, karena Allah memunculkan cinta-Nya melalui sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

‫قُلْ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
( 31 : ‫) آل عمران‬

“ Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah makaikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun Maha Penyayang”
( QS. Ali Imran : 31 )

Maka apakah salah jika kita mengadakan tasyakuran dan maulid nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam?!. Semakin hari ummat semakin lupa dengan nabinya, dan ummat semakin
kacau karena banyak muncul yang mengaku nabi, atau mengaku tuhan, dan mengaku Jibril,
justru untuk menghadapi hal anarkis yang seperti adalah dengan mengenalkan sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat hadirat yang dimuliakan Allah


Hadits yang telah kita baca tadi merupakan penjelasan dari firman Allah subhanahu wata’ala,
dan sebagai pelajaran dan teguran untuk para sahabat, dimana Allah subhanahu wata’ala
berfirma:

‫ْض‬ ِ ‫ت النَّبِ ِّي َواَل تَجْ هَرُوا لَهُ بِ ْالقَوْ ِل َك َجه ِْر بَع‬
ٍ ‫ْض ُك ْم لِبَع‬ ِ ْ‫صو‬ َ ْ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اَل تَرْ فَعُوا أَصْ َواتَ ُك ْم فَو‬
َ ‫ق‬
َ‫أَ ْن تَحْ بَطَ أَ ْع َمالُ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم اَل تَ ْش ُعرُون‬
( 2 : ‫) الحجرات‬

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu melebihi suara
Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya
(suara) sebagian kamu terhadap yang lain, (karena) pahala segala amal kalian bisa terhapus
sedangkan kalian tidak menyadari ” ( QS. Al Hujurat : 2 )

Maka sejak itu diturunkan, sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA jika berbicara kepada rasulullah
dengan suara yang sangat rendah, sehingga suara itu hampir tidak terdengar, karena takutnya atas
firman Allah tersebut, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, keraskan suaramu aku
tidak mendengarnya”. Allah tidak hanya mengancam dengan ancaman bahwa hal itu adalah
dosa besar, bahkan Allah mengancam dengan menghapus seluruh amal pahalanya, dan hal itu
bukan ditujukan kepada kita yang banyak berbuat dosa, namun kepada kaum Muhajirin dan
Anshar, Khulafaur rasyidin, dan para ahlu Badr, jika mereka mengeraskan suara dihadapan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka seluruh amal pahalanya akan dihapus. Sungguh
belum pernah Allah memerintahkan seorang hamba untuk memuliakan manusia melebihi raja-
raja, kecuali perintah Allah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Hadits ini teriwayatkan ketika Rasulullah tidak melihat sayyidina Tsabit bin Qais
disekitar beliau, rasulullah selalu memperhatikannya ketika shalat berjamaah dan di setiap
majelis dia selalu ada, maka salah seorang sahabat pergi mencarinya kemudian mendapatinya di
rumahnya menunduk dengan mengalirkan air mata, dan ketika ditanya : “wahai Qais
bagaimana kabarmu?” maka ia menjawab : “ sungguh buruk keadaanku, karena aku ini
termasuk golongan orang yang masuk neraka karena aku telah mengeraskan suara di
hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, firman Allah yang turun membuat Tsabit
bin Qais ketakutan. Dalam salah suatu riwayat dijelaskan bahwa Tsabit bin Qais ini memliki
pendengaran yang kurang baik, maka ketika berbicara ia akan mengeraskan suaranya begitupula
ketika ia berbicara di hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika ayat ini turun
ia pun langsung masuk ke dalam rumahnya dan tidak lagi keluar dari rumahnya dan bersedih
merasa bahwa ayat yang turun itu adalah teguran untuknya . Maka sahabat yang datang kepada
Tsabit bin Qais tadi kembali menghadap rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
menceritakan keadaan Tsabit bin Qais, maka rasulullah berkata : “Kembalilah engkau kepada
Tsabit bin Qais dan sampaikan kepadanya kabar gembira yang sangat agung, bahwa dia
bukanlah penduduk neraka namun di adalah penduduk surga”. Mengapa demikian? Karena
dia sangat ingin menghormati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian
indahnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,dan hal itu adalah syafaat nabi kepada para
sahabatnya, karena rasulullah adalah manusia yang sangat lembut dan penuh kasih sayang
kepada siapa pun, kepada orang yang jahat sekalipun beliau bersifat lemah lembut, demikianlah
akhlak mulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih
Al Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagikan harta ghanimah
kepada kaum faqir, maka disaat itu kaum fuqara’ pun banyak yang telah bergilir untuk
mendapatkan bagian masing-masing, namun di saat itu salah seorang bapak yang sangat tua renta
berkata kepada anaknya : “ kita berangkat nanti agak sore saja nak”, maka sang anak berkata :
“wahai ayah nanti kita akan terlambat dan tidak mendapatkan bagian” si ayah menjawab :
“jangan khawatir nak, aku tau betul sifat rasulullah, beliau akan tetap memberikan hak
kita”. Maka ketika sampai di tempat pembagian ghanimah, semua orang sudah pulang, maka si
ayah berkata kepada anaknya : “nak, sekarang kamu panggil rasulullah”, si anak berkata : “
ayah, pantaskah aku memanggil rasulullah hanya untuk hal seperti ini?” si ayah berkata: “
wahai anakku, rasulullah bukan orang yang bengis tetapi beliau orang yang penuh lemah
lembut”, si anak pun datang kepada rasulullah dan berkata : “assalamu’alaikum wahai
Rasulullah, ayahku datang untuk berjumpa”, maka rasulullah menyambutnya dengan berkata :
“selamat datang, ambillah bagianmu ini dari tadi aku telah menunggumu, dan jika engkau
tidak datang maka aku yang akan mengantarkannya ke tempatmu”, rasulullah mengetahui
pasti jumlah kaum fuqara’, dan mengetahui pula siapa diantara mereka yang tidak datang,
indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika
seorang budak wanita tua datang kepada Rasulullah dia bergetar ketika melihat kewibawaan
rasulullah dan tidak bisa berbicara dihadapan beliau karena kewibawaan beliau, maka Rasulullah
berkata: “jangan risau dan takut, katakanlah apa yang engkau inginkan, engkau tidak perlu
datang kepadaku, jika engkau membutuhkanku dan engkau panggil aku maka aku pun akan
datang kepadamu”. Sebagaimana jika anak kecil menarik tangnnya dan mengajaknya bermain
maka beliau pun akan ikut kemanapun mereka membawanya, sungguh indah akhlak beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah


Dalam kesempatn yang mulia ini, kita mengingat juga kejadian hijrah nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn
Hisyam dan lainnya bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada malam Senin di awal
bulan Rabi’ul Awal, kemudian tiba di Madinah Al Munawwarah pada hari Senin, 12 Rabi’ul
Awal, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa hijrahnya beliau dari Makkah Al Mukarramah
sampai ke Madinah Al Munawwarah selama satu minggu, kenapa selama itu?, karena ketika izin
hijrah telah turun dengan mimpi salah seorang wanita sahabiyah yang bermimpi para sahabat
hijrah dari Makkah ke tempat yang hijau, maka rasulullah berkata : “itu adalah izin untuk
hijrah”, dan tempat yang hijau itu adalah kota Yatsrib”, yaitu Madinah Al Munawwarah. Dan
disaat itu keadaan rasulullah sangat sulit, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat
mampu menghantam musuh-musuhnya hanya dengan doa, karena pengikut rasulullah disaat itu
masih sangat sedikit maka pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkannya, namun dengan
kekuatan doa rasulullah sangat dahsyat seandainya beliau berdoa agar dunia dipendam oleh air
pastilah hal itu akan terjadi. Dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan seluruh kehidupan di
alam semesta ini berpadu pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaiman
firman Allah subhanahu wata’ala :

َ‫لَ َع ْمرُكَ إِنَّهُ ْم لَفِي َس ْك َرتِ ِه ْم يَ ْع َمهُون‬


( 72 : ‫) الحجر‬

“ Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka terombang-ambing dalam dalam


kemabukan (kesesatan)” ( QS. Al Hijr : 72 )

Dan kelanjutannya ayat itu adalah tentang cerita nabi Luth yaitu musibah yang ditimpakan
kepada kaum nabi Luth As yang tidak beriman dan terus melakukan maksiat (homoseks) di
muka bumi sehingga semua kaum yang tidak beriman itu dibinasakan dan tempat itu dikenal
dengan sebutan Bahr Al Mayyit ( Laut mati ). Sungguh semua kejadian di permukaan bumi ini
telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaiahi wasallam. Semua zaman telah
Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firman berfirman :
“Demi usiamu”, darimana pendapat ini? beberapa tahun yang lalu guru mulia kita Al Habib
Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menyampaikan tentang ayat ini di Masjid Al
Munawwar ini, bahwa alam semesta ini telah Allah ikat seluruh kejadiannya dengan 63 tahun
yaitu usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa demikian? karena rahmat
Allah subhanahu wata’ala diikat dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
sebagaimana firman Allah:

َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬


( 107 : ‫) األنبياء‬

“ Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam” ( QS. Al Anbiyaa : 107 )

Maka ketika telah turun izin hijrah, rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah
kelompok demi kelompok, namun rasulullah sendiri masih bertahan karena masih banyak hal-hal
dan amanat yang harus diselesaikan. Dan para kuffar quraisy meskipun mereka memusuhi Nabi
namun mereka mengetahui dan mempercayai bahwa nabi Muhammad adalah orang yang paling
menjaga amanat dan tidak pernah khianat, mereka mereka memusuhi nabi namun barang-barang
berharga mereka titipkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seharusnya
semua mereka beriman dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah dan masuk
Islam dengan budi pekerti nabi ini, namun inilah hidayah yang tidak akan diberikan kecuali jika
Allah menghendaki. Jadi kalau zaman sekarang ada orang yang mendustakan nabi maka hal itu
disebabkan karena dua hal, pertama dha’f al iman yaitu lemahnya iman dan kedua karena tidak
atau belum mendapatkan hidayah. Maka jika seseorang tidak mendapatkan hidayah maka hanya
berdoa yang dapat kita perbuat dan dengan mendakwahinya secara perlahan-lahan, jika Allah
berikan hidayah kepadanya maka ia akan berubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Abu Lahab
adalah paman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dia melihat rasulullah, menyaksikan
kelahiran rasulullah, duduk bersama rasulullah dan melihat ajaran rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam namun dia tetap tidak beriman dan tetap dengan kekufurannya, karena dia tidak
mendapatkan hidayah dari Allah, padahal dia berjumpa dan melihat rasulullah secara langsung,
maka terlebih lagi zaman sekarang yang puluhan abad setelah zaman rasulullah, maka sungguh
sangat wajar namun perlu diluruskan bukan berarti dibiarkan. Kelemahan iman yang ada di
zaman ini, mereka tidak mengetahui siapa nabi mereka, jika mereka mengetahui dan mengenali
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka tidak akan mengaku nabi lain selain
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan mengakui satu nabi mereka yaitu
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka ketika para sahabat mulai hijrah, sayyidina Abu Bakr ingin berangkat hijrah terlebih
dahulu namun rasulullah menahannya, mengapa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ingin berangkat
terlebih dahulu ? karena Abu Bakr As Shiddiq adalah orang yang kaya raya, maka kuffar quraiys
marah jika beliau selalu mengikuti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu
nabi Muhammad akan aman dari gangguan kuffar quraisy jika sayyidina Abu Bakr tidak
bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun rasulullah tetap tidak mengizinkannya
hingga tibalah suatu hari ketika jika sayyidah Asma bint Abi Bakr As Shiddiq melihat rasulullah
mendatangi rumahnya di siang hari ketika matahari sangat terik, pastilah ada sesuatu yang
penting, maka sayyidina Abu Bakr berkata : “wahai Rasulullah sudah adakah izin untuk
berangkat hijrah?”, rasulullah menjawab : “iya, betul wahai Abu Bakr”, kemudian sayyidina
Abu Bakr As Shiddiq berkata : “bolehkah aku menemanimu wahai rasulullah?”, rasulullah
menjawab : “engkau yang akan menemaniku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr langsung
menangis haru dan memeluk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai
Rasulullah aku siapkan 2 ekor onta”, rasulullah berkata berkali-kali : “aku akan
membayarnya”, namun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq menolaknya bahkan beliau
mengeluarkan seluruh hartanya untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika
sayyidina Abu Bakr ditanya : “apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”, maka beliau
menjawab : “aku menyisakan Allah dan rasul-Nya untuk kelurgaku”. Itulah madzhab sadaqah
Abu Bakr As Shiddiq RA. Oleh karena itu dalam salah satu kejadian, dimana ada kakak beradik,
si kakak adalah pengusaha dan si adik adalah orang yang sangat cinta kepada rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, suatu saat ketika musim panen dia berkata kepada adiknya : “
adikku, aku akan berangkat haji, jika telah tiba waktu panen maka hasilnya engkau taruh di
dalam lumbung dan keluarkan zakatnya”, dan si kakak pun berangkat untuk ibadah haji.
Setelah kembali dari haji dia bertanya kepada adiknya : “adikkku, bagaimana sudah panen kah
kita?” Si adik menjawab : “sudah”, “lalu zakatnya sudah engkau keluarkan?” Tanya sang
kakak, si adik menjawab : “sudah”. Maka si kakak pergi ke lumbung untuk melihat hasil
panennya dan ternyata di dalamnya tidak tersisa apa-apa, maka ia berkata : “adikku, bagaimana
hasil panen kita?” si adik menjawab : “sudah kubayarkan semua untuk zakat”, si kakak
berkata : “zakat hanya 2,5 %, madzhab zakat siapa yang engkau ikuti?” si adik menjawab :
“madzhab sayyidina Abu Bakr As Shiddiq”, maka sang kakak pun hanya terdiam. Sayyidah
Asma bint Abu Bakr As Shiddiq digelari Dzinnithaqain (pemilik 2 tali) dan kelak di surge akan
dipanggil dengan gelar itu, diberi julukan itu karena ketika rasulullah dan sayyidina Abu Bakr
bersiap untuk berangkat hijrah dan perlengkapan mulai diikat di tunggangan rasulullah dan
sayyidina Abu Bakr, disaat itu kekurangan tali untuk mengikat perlengkapan itu dan tidak
mendapatkan tali lagi, maka sayyidah Asma pun mencabut tali panjang yang mengikat bajunya
kemudian dipotong menjadi 2 bagian dan tali yang yang satunya diikatkan di onta rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam . Berangkatlah Rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr untuk hijrah
dan mereka masuk ke goa Tsur terlebih dahulu supaya orang-orang yang mengejar mereka
kehilangan jejak, karena mereka akan mengira bahwa Rasulullah dan Abu Bakr menuju Madinah
Al Munawwarah. Padahal jika rasulullah berkehendak dan berdoa kepada Allah agar tidak ada
yang mengejar mereka maka pastilah Allah mengabulkannya dan selesailah permasalahan,
namun karena indahnya adab rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau tetap menghadapi
keadaan itu dengan penuh kesabaran, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

‫َظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَ َعلَى ُخل‬


ِ ‫قع‬
( 4 : ‫) القلم‬

“ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” ( QS.
Al Qalam : 4 )

Beberapa hari Rasulullah dan sayyidina Abu Bakr berada di goa Tsur, dan sayyidah Asma binti
Abu Bakr naik ke atas gunung secara diam-diam membawakan makanan untuk rasulullah dan
sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA. Di dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa
rasulullah dan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq tidak keluar dari goa kecuali di saat teriknya
matahari, karena di saat itu kaum kuffar quraisy tidak ada yang keluar rumah karena teriknya
sinar matahari, mereka hanya keluar di pagi hari, sore atau mungkin malam hari. Jadi ketika
pagi, sore atau malam hari rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr bersembunyi di goa, demikian
hari-hari dilewati oleh rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr dalam perjalanannya menuju
Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana dalam riwayat disebutkan ketika sayyidina Barra’ bin
‘Azib RA meminta sayyidina Abu bakr untuk menceritakan perjalanan hijrahnya bersama
Rasulullah ke Madinah Al Munawwarah, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “kami
tidak keluar dari goa kecuali ketika terik matahari dan ketika Rasulullah mulai kelelahan
kami mencari tempat untuk berteduh lalu aku bentangkan rida’ (surban) ku agar rasulullah
duduk di atasnya, kemudian aku tinggalakan rasulullah untuk mencari sesuatu yang bisa kita
minum atau kita makan, maka aku pun berjalan hingga bertemu dengan pengembala
kambing, kemudian aku membeli susu dan air dari pengembala kambing itu, dan sebelum
susu itu diperas aku bersihkan terlebih dahulu dari debu, barulah kemudian diperas,lalu
disaat susu itu diletakkan di mangkok maka aku letakkan kain untuk menyaring susu itu
supaya tidak ada debu yang masuk, kemudian kantong yang berisi susu itu kumasukkan ke
dalam air agar susu itu menjadi dingin, kemudian kubawa susu itu dan kuserahkan kepada
Rasulullah untuk meminumnya, setelah beliau meminumnya dan hilang rasa haus beliau
pun tertidur di pangkuanku”, dan aku hanya diam saja disaat rasulullah tidur, setelah beliau
bangun maka kami melanjutkan perjalanan lagi, dalam perjalanan itu sesekali aku berjalan
di depan atau belakang rasulullah karena khawatir jika ada musuh dari arah itu, dan sesekali
aku berjalan di sebelah kiri atau kanan rasulullah khawatir jika musuh menyerang dari arah
itu, dan ketika aku melihat ke belakang ternyata Suraqah bin Malik (orang yang paling
pandai mencari jejak dan juga ahli pemanah) mengejar kami dari belakang, maka aku
berkata kepada Rasulullah : “wahai rasulullah, seseorang telah menyusul kita dari
belakang”, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, jangan khawatir dan takut sungguh
Allah bersama kita”, maka Suraqah pun terus mengejar mereka hingga akhirnya kudanya
terpendam oleh bumi, maka Suraqah bin Malik berkata : “wahai Rasulullah doakan aku agar
terlepas dari pendaman bumi ini, dan aku berjanji tidak akan mengejar kalian lagi”,
(diriwayatkan dalam Sirah Ibn Hisyam bahwa kejadian itu terjadi hingga 3 kali ketika
Suraqah terlepas dari pendaman tanah ia kembali mengejar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam) dan yang ketiga kalinya Suraqah pun terlepas dari pendaman bumi, maka
Suraqah meminta surat kepada Rasulullah sebagai tanda bahwa ia pernah berjumpa dengan
nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam”. Maka Suraqah pun pelang dan berkata kepada
kuffar quraisy bahwa dia tidak menemui jejak rasulullah sama sekali, agar orang kuffar quraisy
tidak lagi mencari rasulullah dan sayyidina Abu Bakr. Demikian Rasulullah dan sayyidina Abu
Bakr terus melewati hari-harinya hingga pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 1
H, dimana saat itu sayyidina Hamzah bin Abdul Mutthalib Ra dan para sahabat lainnya yang
telah sampai di Madinah risau karena Rasulullah belum juga sampai ke Madinah. Maka disaat itu
ada seorang Yahudi yang naik ke atas pohon dan melihat 2 orang yang menuju Madinah yang
seorang wajahnya terang benderang seperti bulan purnama, oarng Yahudi itu berkata :
“sepertinya dialah orang yang kalian tunggu-tunggu”, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
sayyidina Ali bin Abi Thalib yang berkata : “seakan-akan matahari dan bulan beredar di
wajah Rasulullah” , ketika mendengar kabar itu semua ahlu Madinah keluar dari rumah-rumah
mereka hingga sampai di depan gerbang Madinah. Disaat itu sayyidina Abu Bakr berada di
bagian depan karena khawatir jika ada musuh yang menyerang dari arah depan, maka
sesampainya di Madinah sayyidina Abu Bakr mundur karena orang-orang mengira bahwa beliau
adalah Rasulullah, maka sayyidina Abu Bakr mundur dan berkata : “yang dibelakangku adalah
Rasulullah ‘alaihi wasallam “, maka bergemuruhlah penduduk Madinah Al Munawwarah
dengan melantunkan qasidah “ Thalaa’a Al Badru ‘alainaa” yang disertai hadrah. Dan hingga
malam ini qasidah itu masih bergemuruh di majelis kita dan di penjuru barat dan timur, hal itu
adalah adat kaum Anshar dalam menyambut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka alat musik hadrah adalah satu-satunya alat musik yang diperbolehkan oleh syariat karena
terdapat dalam riwayat yang sahih,sedangkan alat-alat musik lainnya banyak yang mencela dan
mengharamkannya. Maka sayyidina Anas bin Malik berkata : “tidak ada hari yang lebih
menggembirakan di Madinah,, melebihi hari masuknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ke Madinah Al Munawwarah”, yaitu pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 1 H, dan
ketika itu rasulullah juga mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan kaum Anshar. Demikian
hari hijrah itu terjadi pada 14 abad yang silam, namun gemuruh cinta kita dan kegembiraan kita
dengan kabar ini masih ada hingga malam hari ini pada jiwa para pecinta rasulullah. Dalam Sirah
Ibn Hisyam disebutkan bahwa setelah Rasulullah sampai di Madinah beliau membeli tanah dan
membangun rumah beserta masjid nabawi. Demikianlah salah satu kejadian pada tanggal 12
Rabi’ul Awal tahun 1 H, hijrahnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah Al
Munawwarah.
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiah, sebelumnya saya mohon maaf karena sejak
malam Kamis, hingga malam Ahad saya tidak hadir majelis karena lagi kurang sehat. Semoga
Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajat kita, semoga kita dilimpahi sehat dan ‘afiyah. Dan
malam ini sengaja saya duduk di kursi begini karena kalau berdiri nafas saya tidak kuat, dan
kalau duduk dibawah para hadirin yang dibelakang tidak dapat melihat saya. Yang kedua ada
pesan dari guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh untuk melakukan
shalat ghaib untuk beberapa Habaib yang wafat di Hadramaut. Selanjutnya saran saya untuk para
Jama’ah Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika ada yang mengajak demo maka
jangan ikut, dan agar kita tidak putus hubungan dengan guru mulia karena beliau sangat tidak
menghendaki tindakan demo, karena pecah belah antara ulama’ dan pemerintah sangat
merugikan ummat dan bangsa, dan juga merusak perjuangan dakwah bagi mereka yang
memperjuangkan dakwah Islam, namun mereka yang melakukan demo tidak pula kita musuhi.
Selanjutnya kita berdzikir semoga Allah memuliakan kita dalam keluhuran dan Allah tenangkan
bangsa dan ummat ini…

َ‫فقُوْ لُوْ ا َج ِم ْيعًا‬


Ucapkanlah bersama-sama

ُّ‫الَ إِلهَ إِاَّل هللا َرب‬...‫الَ إلهَ إالَّ هللاُ ْال َع ِظ ْي ُم ْال َحلِ ْي ُم‬...‫الَإلهَ إاَّل هللا‬... ‫ار ِحيْم‬ َ َ‫ يا َ َرحْ َمن ي‬..‫ يا َ هللا‬...‫يَا هللا‬...‫يَا هللا‬
ِ‫ ُم َح َّم ٌد َرسُوْ ُل هللا‬...‫ش ْال َك ِري ِْم‬ ِ ْ‫ض َو َربُّ ْال َعر‬ ِ ْ‫ت َو َربُّ اأْل َر‬ َ ‫الَ إِلهَ إاَّل هللاُ َربُّ الس‬...‫ش ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ‫َّموا‬ ِ ْ‫ْال َعر‬
َ‫ث إِ ْن َشا َء هللاُ تَ َعالَى ِمنَ ْاأل ِمنِ ْين‬ ُ ‫وت َو َعلَ ْيهَا نُ ْب َع‬
ُ ‫ق َعلَ ْيهَا نَحْ يَا َو َعلَ ْيهَا نَ ُم‬ٌّ ‫ َكلِ َمةٌ َح‬، ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬.
َ
Terakhir Diperbaharui ( Monday, 14 March 2011 )

También podría gustarte