Está en la página 1de 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tunjauan Umum Tentang Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurur Zaki Baridwan dalam bukunya intermediate

Accounting menyebutkan bahwa :

“Laporan keuangan adalah ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan, biasanya terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan

perubahan modal dan laporan perubahan posisi keuangan.” (Baridwan 2002:17)

21.2 Tujuan Laporan keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam prinsip Akuntansi Indonesia (2004:12),

tujuan laporan keuangan sebagai berikut :

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan

kewajiban serta modal perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva

netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh

laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan

didalam menaksirkan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk mengetahui informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan

kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan

investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan

7
laporan yang relevan untuk kebutuhan pemakaian laporan, seperti informasi mengenai

kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

“Tujuan Laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan.”. (IAI,2004:5).

Sedangkan karekteristik kuantitatif menurut standar akuntansi keuangan (2004:5) adalah

sebagai berikut.

1. Dapat dipahami informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,

pemakaian diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar.

2. Relevan (Relevance)

Informasi memiliki kualitas yang relevan kalau mempengaruhi keputusan ekonomi

pemakai dengan membantu mereka mengavaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau

mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

3. Materialitas (Materiality)

Informasi dipandang material kalau kelalaian mencantumkan atau kesalahan dalam

mencatat informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil

atas dasar laporan keuangan.

4. Keandalan (Materiality)

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus

atau jujur (Faithful represention)

5. Penyajian jujur (Faithful represention)


9

Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi atau peristiwa lainnya yang

seharusnya disajikan atau yang wajar dapat diharapkan untuk disajikan

6. Substansi mengungguli bentuk (Sustance Over Form)

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan

dengan substansi dan realita ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

7. Netralitas (Neutrality)

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakaian dan tidak tergantung

pada kebutuhan keinginan pihak tertentu.

8. Pertimabangan sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsure kehati-hatian pada saat melaukukan

prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak

dintakan terlalu tinngi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.

9. Kelengkapan (Completeness)

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam

batasan materialitas dan biaya.

10. Dapat dibandingkan (Comparability)

Pemakaian harus dapat mempertimbangkan laporan perusahaan antar periode untuk

mengidentifikasi posisi dan kinerja. perubahan modal kerja.

2.1.3 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan

Pada umumnya laporan keuanganterdiri dari neraca, laporan laba/ rugi dan laporan

laba ditahan, namun pada prakteknya sering diikuti sertakan beberapa daftar, atau catatan

yang sifatnya dapat memberikan informasi atau keterangan yang lebih rinci. Misalkan

laporan arus kas, laporan perubahan modal kerja. Laporan sumber dan penggunaan dana dan
lain-lain. Dibawah ini terdapat penjelasan dari beberapa bentuk laporan keuangan.

A. Neraca

Menurut Dewi Astuti (2004:19) bahwa :

“Neraca adalah posisi keuangan pada suatu waktu tertentu”. Sisi kiri neraca

menunjukan aktiva perusahaan dan sisi kanasn aktiva menunjukan kewajiban dan

ekuitas, atau klaim terhadap aktiva tersebut.

1. Aktiva

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa :

“Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dari

mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”.

Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuknya dapat berupa

harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimilki oleh perusahaan yang

bersangkutan. Pada dasarnya harta kekayaan dapat diklasifikasikan aktiva lancer menurut

PSAK No. 1 (1999:1.7) :

a) Diperkirakan akan relisasikan atau dimilikinya untuk dijual atau digunakan dalam

jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau

b) Dimilki untuk diperdagangan atau untuk tujuan jangka pendek dan harapan akan

direalisasikan 12 bulan dari tanggal neraca; atau.

c) Berapa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi aktiva yang tidak

termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Pengertian aktiva tetap berdasarkan PSAK No. 16 (1999:16. 1) adalah “Aktiva

berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang

digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan

normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”.

Suatu benda diakui sebagai aktiva tetap apabila besar kemunrsebut akan mengalir
11

kedalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.gkinan bahwa

manfaat keekonomian dimasa yang akan dating yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan

mengalir kedalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva.

Dapat diukur secara andal

Sedangkan aktiva lain-lainnya menurut PSAK No. 16 (1999:16.13) terdiri dari pos-

pos yang tidak dapat digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat digolongkan dalam

aktiva lancar, seperti aktiva tetap yang tidak ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan

dalam kelompok lainnya.

Mengenai aktiva tak terwujud, berdasarkan PSAK No. 19 (1999:19.1) definisi aktiva

tak terwujud adalah:

“Aktiva tak lancar (non current Asset) dan tak terbentuk yang memberikan hak keekonomian

dan hokum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah

dalam klasifikasi aktiva lainnya. Salah satu karekteristik aktiva tak terwujud yang paling

penusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. adalah tingkat ketidak pastian mengenai

nilai dan manfaat dikemudian hari”.

Contoh dari aktiva lain hak paten, hak cipta, frenchise, merk dagang, goodwill.

2. Kewajiban

ikatan Akuntansi Indonesia dalam SAK (1999:9) mengatakan bahwa:

“kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,

penyelesaian diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi”.

Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam hutang lancar dan hutang

jangka panjang.

Berikut ini merupakan pengelompokan kewajiban-kewajiban :

a) Hutang lancar
Hutang lancar merupakan hutang-hutang jangka pendek (kurang dari satu tahun) dan

penyelesaian diharapkan dengan menggunakan aktiva lancar. Hutang-hutang lancar ini

antara lain meliputi hutang dagang. Hutang bank, hutang wesel, hutang pajak, hutang

bunga, hutang gaji dan sebagainya.

b) Hutang-Hutang Jangka Panjang

Hutang yang tidak dapat diselesaikan dalam suatu periode akuntansi dikelompokan dalam

hutang-hutang jangka panjang. Umumnya hutang seperti ini timbul karena perluasan

usaha. Yang termasuk dalam kewajiban Jangka panjang adalah hutang hipotik, hutang

obligasi lainnya.

c) Pendapatan yang diterima dimuka

Penerimaan-penerimaan perusahaan sebagai jasa-jasa perusahaan kepada pihak lain yang

belum merupakan hak milik perusahaan, tetapi sudah diterima pembayarannya. Yang

dalam pendapatan ini berupa bunga yang diterima dimuka, komisi diterima dimuka dan

lainnya.

d) Hutang-hutang lainnya

Kewajiban-kewajiban yang tidak dapat dikelompokan dalam kewajiban yang disebutkan

diatas.

3. Ekuitas

Berdasarkan pendapatan Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 12 (1999:21.1)

"Ekuitas merupakan bagian hak milik dalam perusahaan yaitu antara aktiva dan kewajiban

yang ada. Dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut."

Adapun unsur-unsur dari modal ini sebagai berikut:

a) Modal saham yang disetor

Dalam akte pendirian suatu perusahaan berbentuk perseroan terbatas dicantumkan jumlah

modal perusahaan., jika saham-saham perusahaan hanya sebagian yang dijual dan dibayar
13

maka disebut yang disetor.

b) Agio atau disagio saham

Saham-saham yang dijual atau disetor melebihi atau dibawah nilai nominal saham maka

perbedaannya ditempatkan dalam pos agio atau disagio saham ini.

c) Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan ini merupakan penyisihan dari keuntungan bersih yang bertujuan antara

lain menjaga kemungkinan rugi di kemudian hari, untuk perluasan usaha dan sebagainya.

d) Laba yang belum dibagi

Laba yang belum dibagi adalah perkiraan-perkiraan sisa kumulatif sejak perusahaan

didirikan yang akan digunakan untuk menambah modal.

B. Laporan Laba/Rugi

Zaki Baridwan menyatakan dalam bukunya Intermediate accounting bahwa :

^Laporan laba/rugi adalah suatu laporan menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya

dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu."(Baridwan, 2002:30)

C. Laporan Arus Kas

Kieso dan Weygandt dalam bukunya Akuntansi Intermediate menyatakan bahwa

manfaat dari laporan keuangan arus kas adalah :

" Untuk menyediakan informasi kepada investor dan kreditor untuk membantu mereka

meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. “Kieso dan

Weygandt” (1995:178)

Sedangkan berdasarkan PSAK No.3 (1999:2.1), tujuan laporan arus kas adalah

memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan

melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktifitas operasi,

investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.


Berdasarkan PSAK No.21 (2004:2.2) laporan ini diklasifikasikan menjadi tiga

aktivitas yaitu:

1. Aktivitas Operasi

Merupakan aktivitas penghasilan utama pendapatan pemsahaan dan aktivitas lain yang

bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan, misalnya penerimaan kas dari

penjualan barang dan jasa, royalty, komisi, dan pendapatan lain, pembayaran kas pada

pemasok barang dan jasa, pada karyawan dan lain-lain.

2. Aktivitas Investasi

Merupakan perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi yang tidak

termasuk setara kas, misalnya pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tetap tak

berwujud dan aktiva jangka panjang, penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan

peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya dan lain-lain.

3. Aktiva Pendanaan

Merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal

dan pinjaman perusahaan, misalnya penerimaan kas dan emisi saham, pembayaran kas pada

pemegang saham, pelunasan pinjaman, dan lain-lain.

2.1.4 Pihak-Pihak Pemakaian Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan tujuan memberikan informasi keuangan bagi pihak-

pihak yang membutuhkan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat maka seseorang

dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan

diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya. Sofyan Ayahfri Harahap mengatakan

bahwa para pemakai laporan keuangan antara lain adalah.

1. Pemegang saham (Stock’s holder)

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan pemsahaan, asset, hutang, hasil,
15

biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen

yang diberikan amanah selain itu untuk mengetahui jumlah deviden yang akan diterima,

jumlah pendapatan per saham, jumlah laba ditahan dan juga untuk mengetahui

perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dan

perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham data mengambil keputusan

apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya. Semua

tergantung pada kesimpulan yang diambilnya dari informasi yang terdapat dalam laporan

keuangan atau informasi tambahan lainnya.

2. Investor

Investor dalam hal tertentu juga sama dengan pemegang saham di atas. Bagi investor

professional ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari

perusahaan yang dilaporkan.

4. Analisis Pasar Modal

Analisis pasar modal selalu melakukan analisis tajam dan lengkap terhadap laporan

keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal.

Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai perusahaan. Apakah layak disarankan untuk

dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan Informasi ini akan disampaikan kepada

langganannya berupa investor baik individual maupun lembaga posisi semua pos neraca,

laba/rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya.

5. Karyawan dan Serikat Pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia

masih terus bekerja disitu atau sudah pindah. Selain itu untuk mengetahui hasil usaha

perusahaan supaya ia bisa melihat apakah penghasilan yang diterimanya adil dan tidak. Di

sini pihak karyawan dan serikat buruh ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan

karena bersangkutan dengan penghasilan mereka sebagai pekerja.


6. Intansi Pajak

Semua kewajiban pajak akan tergambar dalam laporan keuangan. Dengan demikian instansi

pajak dalam hal ini dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam menentukan

kebenaran perhitungan pajak, pemotongan pajak, restitusi dan untuk dasar pendidikan.

7. Pemberian Dana

Untuk mengetahui informasi mengenai situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah

diberi pinjaman. Bagi yang sudah diberikan maka laporan keuangan dapat menyajikan

informasi tentang penggunaan dana yang diberikan. Bagi perusahaan calon debitur maka

laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan

untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.

8. Laporan keuangan dapat menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak

diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi-potensi

resiko yang perusahaan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Analisis Laporan Keuangan

Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang

dikandung suatu laporan keuangan. Dengan mengadakan analisis terhadap laporan keuangan

suatu perusahaan maka akan dapat diketahui keadaan dan perkembangan keuangan dari

perusahaan yang bersangkutan.

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Analisis Kritis Laporan Keuangan menyatakan

bahwa analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan.

Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.

Sedangkan Laporan keuangan adalah neraca, laba/rugi, dan arus kas (dana). Apabila kedua
17

pengertian tersebut digabungkan maka analisis laporan keuangan berarti:

"Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan

melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu

dengan yang lain baik antara dan kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam

proses menghasilkan keputusan yang tepat.

"(Harahap,2002:189). Sedangkan menurut Bemstain yang telah dialih bahasakan oleh Sofyan

Syafri Harahap, pengertian laporan keuangan adalah

"Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknis analitis atas

laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan

hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan."

(Harahap,2002:190).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan

keuanagan merupakan suatu metode dan teknik yang digunakan untuk memahami secara

lebih mendalam data-data di dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan dan dapat memberikan keputusan yang tepat dalam mengambil keputusan.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Sofyan Syafiri Harahap mengemukakan dalam bukunya Analisis Kritis Laporan

Keuangan (2002:195) tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari

laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu

laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (explicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.


4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungan dengan suatu

laporan keuangan baik kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhimya dapat melahirkan model-model dan teori-

teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan

perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan perusahaan, dapat

menilai kondisi keuangan masa lalu dan kondisi masa sekarang dari aspek waktu tertentu,

misalnya posisi keuangan (asset, neraca, modal). Hasil usaha perusahaan (hasil dan

biaya). Solvabilitas pasar modal.

7. Dengan menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan metode

sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi

keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.

10. Dapat juga memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang

akan datang.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Analisis Rasio

2.3.1. Penertian Analisis Rasio

Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Analisis Kritis Atas Laporan

Keuangan:

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos

laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan

signifikan."
19

2.3.2 Keunggulan Analisa Rasio

Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki

keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam

penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan

pemakaian.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik ini seperti :

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan

menghitung rasio.

4. Sulit jika data tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan biasa saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan biasa menimbulkan

kesalahan.

2.3.3 Jenis Rasio

Pada dasarnya angka-angka rasio dapat dikelompokan menjadi dua golongan.

Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data

keuangan dari mana unsur-unsur rasio tersebut diperoleh dan golongan yang kedua adalah

angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu

perusahaan. Berdasarkan sumber datanya rasio dibedakan menjadi tiga rasio :

1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratios)

Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar,
rasio tunai, rasio modal sendiri dengan modal aktiva, rasio aktiva tetap dengan

hutang angka panjang dan sebagainya.

2. Rasio-rasio Laporan Laba/Rugi (Income Statement Ratios)

Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari penghitungan rugi-laba. Misalnya

rasio laba bruto dengan penjualan netto, rasio laba usaha dengan penjualan netto,

operating ratio dan sebagainya

3. Rasio-rasio antar laporan (Inter-Statement Ratios)

Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi,

misalnya hasil penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang

rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya.

2.4 Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mencari sumber dana untuk

membiayai kegiatannya. Bias juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur melihat kekayaan

perusahaan untuk melihat efisiensi bagi pihak manejemen perusahaan tersebut.

Adapun jenis-jenis dari rasio solvabilitas adalah sebagai berikut :

1. Primary Ratio

Primary Ratio merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah

memadai. Atau sejauh mana penurunanan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi

oleh equity capital.

Rumus untuk mencari Primary Ratio adalah sebagai berikut :

Primary Ratio = EquityCapital x 100%

Total Assets
2. Risk Aseet Ratio

Risk Assets Rasio merupakan rasio untuk mengukur kemungkinana penurunana risk assets.

Rumus untuk mencari Risk Asset Ratio sebagai berikut :


21

Risk Asset Ratio = EquityCapital x 100%

TotalAssets-CashAsset-Securities

3. Secondary Risk Ratio

Secondary Risk Ratio merupakan rasio merupakan rasio untuk mengukur penurunan asset

yang mempunyai rsiko lebih tinggi. Rumus untuk mencari secondary risk ratio sebagai

berikut :

SecondaryRiskRatio = EquityCapital x 100%

SecondaryRiskRatio

Keterangan :

Secondary Risk assets terdiri dari : total assets, cash assets, securities, dan low risk assets.

Low risk asset terdiri dari : akyiav tetap dan aktiva lain-lainya.

4. Capital Ratio.

Capital rasio merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan

dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.

Rumus untuk mencari capital ratio adalah esbagai berikut :

CapitalRatio = EquityCapital + ReserveforLoanLosses x 100%

TotalLoans

5. Capital Risk sama dengan Secondary Risk Ratio.

6. Capital Adequacy Ratio 1 (CAR 1)

Untuk mengukur rasio ini perlu terrlebih dahulu untuk diketahui besarnya esimasi resiko

yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan resiko yang akan terjadi dalam perdagangan

surat-surat berharga.

7. a. Capital Adequacy Ratio 2 (CAR2)

Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio 2 adalah sebagai berikut :

CAR = EquityCapital – FixedAssets x 100%


TotalLoand + Securities

b. Capital Adequacy Ratio 3 (CAR)

Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio 3 adalah sebagai berikut :

CAR = EquityCapital x 100%

TotalLoans + Securities

También podría gustarte