Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh
karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan pendukung
gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan perubahan
susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering nyangkut
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi
tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien yang
sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, umumnya terdiri dari elemen gigi tiruan
dari akrilik yang dilekatkan ke basis resin akrilik (semacam plastik) yang berwarna
merah muda menyerupai gusi. sedangkan gigi tiruan lepasan dibuat bila masih ada
sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan
lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat (yang
disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Tiruan dari gigi yang dibuat dari bahan
tertentu untuk menggantikan gigi asli yang telah hilang.
2.1 SKENARIO
Pasien wanita 71 tahun, ingin buat gigitiruan yang nyaman dipakai, tidak
longgar, warna gigi yang putih dan sempurna, pernah pakai GT RB tapi lupa simpan
di mana, sisa akar 26, RB anodontia totalis. Ada pembengkakan di palatal RA tapi
tidak sakit, dan ada penonjolan pada RB kanan regio kaninus terasa sakit saat
ditekan/hyperemia.
2.3 PERTANYAAN
1. Apa penyebab pembengkakan di palatal rahang atas, dan penyebab penonjolan di
RB regio kaninus yang terasa sakit? (Apa hubungannya dengan pemakaian
protesa?, apa penyebab anodontia totalis RB ?)
2. Jelaskan perubahan fisiologis dan patologis kejiwaan pada pasien yang
dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana penanganannya?
3. Bagaimana psikologis dari pasien mengingat pernah lupa simpan gigi tiruan RB
yang lama dan ingin dibuatkan gigi tiruan yang sempurna?
4. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus (anamnesa, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang), serta bagaimana diagnosis dan prognosis
pada kasus?
5. Perawatan apa yang dapat dilakukan pada sisa akar 26? (Dan apa kaitannya
dengan pembuatan protesa?)
6. Apakah perlu dilakukan bedah prostetik, bila perlu perawatan apa yang dilakukan
(dan bagaiman indikasi dan kontraindikasinya) ?
a. Pada rahang atas
b. Pada rahang bawah
7. Apa saja persiapan yang perlu dilakukan sebelum perawatan bedah preprostetik
dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin pada kasus?
8. Apa saja komplikasi post operatif setelah bedah preprostetik?
9. Apa saja jenis-jenis gigi tiruan yang dapat digunakan pada lansia? Bagaimana
indikasi dan kontraindikasi masing-masing gigi tiruan? Bagaimana kriteria gigi
tiruan yang baik dan gigi tiruan apada yang tepat digunakan untuk kasus?
10. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mendesain gigi tiruan bagi lansia pada
kasus, serta kaitannya dengan usia dan jenis kelamin?
11. Bagaimana teknik komunikasi yang baik pada lansia?
12. Instruksi yang dapat diberikan pada lansia yang memakai gigi tiruan?
2.4 JAWABAN
c. Tumor2
Osteoma
Osteoma merupakan tumor odontogenik jinak yang terdiri dari tulang matur,
kompak, dan cancellous dan paling umu ditemukan pada mandibula. Osteoma banyak
terjadi pada dewasa muda dan di antara dekade ke dua dan ke lima. Dapat terjadi
pada pria dan wanita.
Tanda klinis :
Osteooma dapat muncul pada permukaan tulang dari periosteum atau dari tulag
sendiri yang disebut peripheral osteomas.
Mereka mengandung antara tulang cancellous atau kompak.
Mereka terjadi dimanapun pada maksila (palatum keras dan sinus maksilari) dan
mandibula (umumnya pada sudut).
Mereka umumnya merupakan massa tulang keras yang berkembang lambat,
asimptomatik, yang menyebabkan asimetri dari tulang yang terkena ketika
mereka membesar sampai proporsi yang cukup.
Mereka umumnya ditemukan pada radiografik rutin karena umunya kecil dan
asimptomatik.
Mereka dapat menyebabkan ekspansi lokal rahang bila membesar.
d. Kista2
Median palatal cyst
Kista ini merupakan kista fissura yang jarang terjadi, yang secara teori
berkembang dari epitelium yang terperangkap sepanjang garis emrionik pada saat fusi
susunan lateral palatal dari maksila. Oleh karena itu sulit dibedakan dengan
nasopalatine duct cyst. Kista ini biasanya secara klinis tampak sebagai pembengkakan
yang keras atau fluktuan pada posterior palatum keras sampai ke pappila palatum.
Nasopalatine duct cyst
Kista ini merupakan kista nonodontogenik yang paling umum pada kavitas
oral. Umumnya gejala yang paling umum termasuk pembengkakan dari bagian
anterior palatum, rasa sakit dan drainase.
e. Hiperplasia palatal
Kondisi reaktif ini merupakan hasil dari pergerakan dan kehilangan kontak
dari dasar gigitiruan rahang atas pada epitelium palatal dan jaringan konektif yang
dasar. Tampak klinis dapat bervariasi antara projeksi papila kecil yang banyak,
tampak cobblestones, area permukaan hiperplasia dengan bentuk seperti potongan
bercelah diantara “blok-blok” dari mukosa hiperplastik. Bentuk yang terakhir tersebut
lebih sering terlihat dibawah gigitiruan sebagian. Tampak klinis ini mewakili
tipehiperplastik dari denture stomatitis (klasifikasi Newton tipe III) dan diinfeksi
oleh kandida, Jaringan mungkin secara signifikan berwarna merah dan ternflamasi.
f. Leaf fibroma
Lesi ini seperti namanya, true neoplasm tetapi merupakan hasil dari iritasi
friksional kronik dari jaringan lunak palatal karena pergerakan atau tidak regularnya
dari coverage gigitiruan rahang atas. Apabila tidak ditutupi dengan gigitiruan maka
akan berkembang sebagai pembengkakan bulat eksofitik non-ulcerated tetapi karena
posisnya, maka bentuknya datar seperti bentuk daun. Ini merupakan perdunculated
lesion, yang berarti mempunyai perlekatan seperti tangkai, dan dapat memiliki ukuran
yang besar, terletak tidak kelihatan pada kubah dari palatal durum. Probing dengan
lembut sering dapat menyebabkan hilangnya perlekatan pada kubah dan kemudian
bergelantung pada perlekatannya yang tipis dan sangat nyata.
g. Flabby ridges
Etiologi dan tampak klinis :
Tepi kendur merupakan hasil dari penggantian fibrous dari tepi tulang. Hal ini
paling sering terlihat pada segment anterior rahang atas tempat gigitiruan penuh
rahang atas berlawanan dengan gigi alami rahang bawah tetapi dengan sadel free end
tidak diimbangi dengan gigitiruan sebagian rahang bawah. Hasil aksi tipping yang
disebabkan oleh aksi mengunyah protrusif menghasilkan resorpsi tulang dan
penggantian fibrous dari tepi. Tepi tersebut menjadi goyang dengan berlebihan
menggambarkan kurangnya dasar jaringan keras.
a. Eksotosis1
Torus mandibularis
Merupakan eksotosis dengan penyebab yang tidak diketahui, terlokalisir pada
aspek lingual dari tubuh mandibula, baik pada satu sisi atauu lebih umu pada
kedua sisi, dan biasanya terjadi pada regio caninus dan premolar. Umumnya
merupakan tonjolan tulang asimptomatik yang tertutupi dengan mujosa oral.
Secara radiografi, tampak seperti radiopasitas yang meligkar pada daerah
lokalisasi. Torus mandibula umumnya terjadi secara alami dan tidak
membutuhkan terapi, kecuali pada saat gigi tiruan lengkap akan dibuat.
Multiple exotosis
Kasus ini jarang, tergantung pada ukuran, menciptakan masalah esetik dan
fungsional pada pasien bergigi dan edentulous. Keberadaannya terutama pada
pasien edentulous yang mengganggu peletakkan gigi tiruan lengkap, dimana
penghilangan eksotosis diperlukan.
Menurut M.M. House yang dikutip dari buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan,
membagi orang dalam empat kelompok watak berikut ini:
Philosophical Mind
Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya rasional, tenang dan
seimbang. Ia berkeyakinan penuh akan kemampuan dokter gigi. Prinsipnya adalah:
“buatkan untuk saya, dan saya akan memakainya!”. Prognosis untuk penderita
semacam ini baik dan hanya membutuhkan sedikit saja perlakuan khusus. Untunglah
bahwa sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok ini.
Hysterical Mind
Sikap dan tingkah laku kelompok ketiga ini biasanya gugup, selain tidak
memperdulikan kesehatan mulutnya sendiri. Pada umumnya pengambilan
keputusannya relative meragukan. Selain tidak kooperatif, meraka juga sulit
menerima alas an. Dalam hal ini, sekali lagi pribadi dan kemampuan dokter gigi
dalam meyakinkan pasien yang dirawatnya amat berperan. Untuk kasus-kasus seperti
ini, sukses hanyalah sesuatu yang relative, karena penderita selalu cenderung
mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.
Indifferent Mind
Penderita yang masuk kelompok ini tidak peduli dengan penampilan dirinya
dan tidak merasakan pentingnya masalah mastikasi. Meraka biasanya tidak ulet dan
biasanya tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam membiasakan pemakaian
protesa. Upaya dokter gigi yang merawatnya juga kurang dihargainya. Dietnya
biasanya buruk, mungkin peminum dan kalaupun ia mau berobat, sering kali karena
bujukan relasi atau kawannya. Prognosis perawatan biasanya tidak menguntungkan,
kecuali bila penerangan dan instruksi kepadanya berhasil baik.
Demensia6
Demensia merupakan gangguan kognitif, yang biasanya disebut sebagai
organic brain syndrome. Selain itu pada lansia juga sering terjadi gangguan mental
seperti, gangguan perkembangan, depresi atau psikosis, dan dapat mempengaruhi
perawatan kesehatan oral yang optimal. Namun, gangguan mental yang paling umum
pada lansia di atas 70 tahun yaitu demensia yaitu demensia/dementia yang berkaitan
dengan penyakit Alzheimer’s (demensia senile (pikun) dari tipe Alzheimer), multi-
infarct dementia, dan beberapa penyakit lainnya Demensia diartikan sebagai
kehilangan kapasitas intelektual pada orang dewasa yang parah untuk mempengaruhi
fungsi sosial atau pekerjaan.
Beberapa kriteria diagnositik untuk demensia :
a. Gangguan pada memori jangka pendek dan panjang
b. Paling sedikit satu dari beberapa hal di bawah ini;
Gangguan berpikir abstrak
Gangguan pertimbangan
Perubahan personalitas
Gangguan kortikal lainnya (agnosia, aphasia, apraxia, gangguan visuospatial)
c. Gangguan pada poin a dan b secara signifikan mengganggu fungsi kerja atau sosial
d. Tidak terjadi secara khusus selama kasus/tahap delirium.
e. Gangguan berkaintan dengan :
Berhubugan dengan faktor organik tertentu
Tidak dihitung untuk gangguan mental nonorganic
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Evaluasi atau pemeriksaan pada lansia memerlukan beberapa modifikasi dan
penambahan pemeriksaan klinis yang dilakukan pada pasien muda. Komponen dari
riwayat pasien dan pemeriksaan klinis dan juga lingkungan fisik dan kemampuan
komunikasi penting.7
Anamnesa8
a. Keluhan utama
Penting untuk menentukan keluhan utama pasien atau masalah yang mendorong
pasien berkunjung ke dokter gigi. Pasien harus diarahkan untuk mendiskusikan
semua aspek dari masalah saat ini, meliputi permulaan, durasi, gejala, dan faktor
yang berhubungan, sehingga dapat ditentukan test diagnostik apa yang perlu untuk
menentukan penyebab dan perawatan untuk keluhan.
b. Review medis
Melalui riwayat medis ini dokter gigi diharapkan dapat mengidentifikasi : (1)
penyakit menular yang memerlukan perhatian khusus, pencegahan, prosedur, atau
konsul; (2) alergi atau medikasi yang dapat mengkontraindikasikan penggunaan
obat-obatan tertentu; (3) penyakit sistemik dan abnormalitas jantung yang
memerlukan prosedur yang kurang berat atau penggunaan antibiotik profilaksis;
dan (4) perubahan fisologis yang berhubungan dengan penuaan yang dapat
mengubah tampak klinis dan mempengaruhi perawatan. Dokter juga dapat
mengidentifikasi kebutuhan untuk konsultasi medis atau konsul ke dokter lain
sebelum melakukan perawatan dental.
d. Riwayat dental
Meliputi menilai pengalaman dental terdahulu, dan masalah dental sekarang.
Beberapa hal yang perlu dinilai seperti masalah dan perawatan dental terdahulu,
frekuensi perawatan dental dan presepsi perawatan yang dapat mengindikasikan
perilaku pasien yang akan datang. Sekaligus untuk mengetahui apakah pasien
mampu menorelansi perawatan dental, ada masalah dengan perawatan dental,
indetifikasi maslah lainnya.
e. Penilaian resiko
Kebanyakan penyakit berhubungan dengan beberapa kebiasaan/sosiodemografik,
fisik/lingkugan, mikrobiologi atau faktor host.
Pemeriksaan medis7
Penampilan fisik pasien, status nutrisi, gaya berjalan, postur tubuh, sikap dan
perilaku dapat memberikan petunjuk penting selama proses pemeriksaan dan
diagnosis. Dalam pemeriksaan ini harus mendapat informasi penting mengenai
riwayat medis, kondisi atau penyakit sistemik yang diderita, dan informasi medis
yang penting lainnya. Beberapa diantaranya yaitu :
Apakah sekarang pasien berada dalam perawatan dokter atau petugas medis
Riwayat rawat inap terdahulu
Medikasi sekarang
Alergi
Penyakit jantung, murmur jantung, tekanan darah tinggi atau riwayat demam
reumatik
Diabetes
Tuberkolosis atau penyakit paru lainnya
Hepatitis atau penyakit hati lainnya
Penyakit ginjal, dan
Kelainan perdarahan atau kelainan darah.
Selain itu dilakukan pula pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital misalnya,
tekanan darah, denyut jantung, respirasi, temperatur tubuh, dan lain-lain. Status
mental juga dicatat dan diperhatikan. Kelainan mental afektif dan organik sering
terjadi pada lansia.
Pemeriksaan ekstraoral7
Bentuk wajah, meliputi: simetri dan ukuran mata, hidung, mulut dan telinga; profil
wajah dari maksila dan mandibula; warna kulit; pembengkakakn (unilateral atau
bilateral)
Kulit, meliputi: pigmentasi; warna; tekstur; elastisitas; keberadaaan edema;
nodula; ulserasi; bekas luka; atau kelainan permukaan lainnya.
Rambut, meliputi: warna; tekstur; dan distribusi
Mata, meliputi: sclera; lensa; ukuran dan karateristik mata da dan kelopak mata;
konjuktiva.
Telinga, meliputi anatomi dan palpasi.
Limfe nodus, meliputi ukuran, kelunakan, dan mobilitas.
TMJ atau otot mastikasi, meliputi: kelunakan, suara sendi, jarak pembukaan
maksimum, pergerakan rahang.
Glandula parotid: anatomi dan karakteristik permukaan.
Sinus: palpasi dan tes perkusi.
Leher: pemeriksaan visual dan palpasi.
Nafas: pemeriksaan halitosis.
Pemeriksaan jaringan lunak perioral dan oral harus meliputi inspeksi dan palpasi
bidigital dan bimanual. Yang diperksa meliputi :9
a) Bagian atas dan bawah bibir dan mukosa labial
b) Komisura kanan (sudut mulut)
c) Mukosa bukal kanan
d) Komisura kiri, dan mukosa bukal kiri
e) Mukosa vestibular bukal kanan maksila, mukosa alveolar dan gingiva
f) Mukosa vestibular bukal anterior maksila, mukosa alveolar dan gingiva
g) Mukosa vestibular bukal kiri maksila, mukosa alveolar dan gingiva
h) Mukosa vestibular bukal kiri mandibula, mukosa alveolar dan gingiva
i) Mukosa vestibular bukal anterior mandibula, mukosa alveolar dan gingiva
j) Mukosa vestibular bukal kanan mandibula, mukosa alveolar dan gingiva
k) Dorsum lidah, lateral kanan, dan bagian pinggir posterolateral lidah, lateral kiri,
dan bagian posterolateral lidah
l) Dasar mulut
m) Permukaan ventral lidah
Hasil pemeriksaan jaringan lunak ini harus meliputi abnormalitas dalam warna,
ukuran konsistensi, tekstur, pigementasi, dan adanya keberadaan pembengkakan,
ulserasi, vesikel, bullae, coating, atau abnormalitas permukaan. Adanya abnormalitas
digambarkan secara standar termasuk dengan ukuran dan lokasinya.
Pemeriksaan periodonsium1
Beberapa hal yang harus diperiksa meliputi lokasi dan tingkat pendarahan dan
inflamasi gingiva, dan penumpukan plak lunak yang berhubugan serta kalkulus keras,
posisi berlawanan dan proksimal gigi yang relatif dan juga kontrak proksimal serta
hubungan marginal ridge. Periodontal probing juga sebaiknya dilakukan untuk
mengetahui poket dan resesi. Pemeriksaan kehilangan tulang harus dilakukan
terutama pada gigi dengan banyak akar. Radiografi periapikal dan bitewing dapat
digunakan untuk menentukan tingkat dukungan tulang.
Oklusi7
Beberapa hal yang harus diperiksa yaitu, deviasi dan defleksi yang berkaitan dengan
garis tengah maksila dan mandibula selama membuka dan menutup mulut; kelainan
oklusi; keluhan yang berkaitan dengan TMJ, periodonsium, atau gigi, keausan
oklusal, dan migrasi atau kegoyangan gigi; hubungan gigi ke rahang. Pembuatan
cetakan diagnostik dapat dilakukan untuk memantu mempelajari bentuk, ukuran, dan
posisi gigi, sisi oklusal, dan struktur jaringan pendukung pad alansia.
Bantuan diagnostik
Evaluasi radiografik diperlukan untuk mengidentifikasi karies, lesi periapikal,
penyakit periodontal dan lesi intraosseous, yang disesuaikan dengan pemeriksaan
klinis dan riwayat kasus. Radiografik juga dapat membantu mengevaluasi sinus,
pertimbangan preprostetik, identiikasi trauma dan deteksi abnormalitas lainnya. 7
Indikasi radiografik pada situasi klinis :8
Adanya terapi periodontal atau saluran akar terdahulu
Riwayat rasa sakit atau trauma
Riwayat genteik dari anomali dental
Bukti klinis penyakit periodontal
Restorasi dalam atau besar
Lesi karies dalam
Gigi yang malposisi atau impaksi secara klinis
Pembengkakan
Malposisi gigi
Inffeksi fistula atau traktus sinus
Abnormalitas perkembangan
Keterlibatan oral pada penyakit sistemik yang diketahui atau dicuragai
Bukti adanya benda asing
Gigi abutment pada protesa sebagian cekat atau lepasan
Pendarahan yang tidak dapat dijelaskan
Sensitivitas gigi yag tidak dapat dijelaskan
Morfologi, kalsifikasi, atau warna yang tidk umum pada gigi
Gigi yang hilang karena alasan yang tidak diketahui
Beberapa rekomendasi untuk pemeriksaan radiografi yang efektif. Radiografi
tidak dapat menggantikan pemeriksaan klinis, termasuk anamnesa riwayat pasien.
Pemeriksaan radiografi didasarkan pada kriteria terapi periodontal dan endodotik
terdahulu, adanya implant, bukti klinis adanya penyakit periodontal atau lesi karies
dalam, riwayat rasa sakit atau trauma, pembengkakan, mobilitas gigi dan restorasi
yang dalam atau besar. Ketika dokter gigi memeriksa restorasi, keperluan periodontal
dan endodontik, radiografi panoramik kurang efektif dibanding film intraoral. Karena
itu, penting untuk men-screening kondisi patologis sebelum pembuatan gigi tiruan
lengkap. Untuk pasien bergigi, pemeriksaan awal biasanya memerlukan posterior
bite-wing dan radiografi periapikal tertentu, tetapi, radiografi intraoral seluruh muut
atau radiografi panoramik biasanya diindikasikan untuk pasien tidak bergigi. Pada
kontrol rutin pasien dengan resiko karies rendah sebaiknya dengan posterior bite-
wing pada interval 2-3 tahun, dan pasien dengan resiko karies tinggi memerlukannyas
setiap tahun sampai setiap 18 bulan. Pada daerah di mana terdapat tanda penyakit
periodontal, pasien harus melakukan pemeriksaan individual dengan menggunakan
periapikal dan/atau bite-wing.7
Tes pulpa penting ketika pasien mengeluhkan sakit, ketika radiografi menunjukkan
radiolusensi periapikal dan ketika terdapat pembengkakan jaringan lunak atau fistula.
Juga penting ketika terdapat perubahan warna gigi dan sebelum preparasi mahkota
atau mendesain abutment dari gigi tiruan lepasan atau cekat. Selain itu dapat pula
dilakukan tes termal panas dan dingin atau tes pulpa elektik. Namun pada lansia,
karena ruang pulpa mungkin telah mengalami sklerosis, lansia mungkin mempunyai
gigi vital yang berespon negatif. 7
Tes laboratorium merupakan metode tambahan untuk memeriksa lansia. Termasuk :
tes mikrobiologi, tes darah (meliputi serologi, hematologi, kimia darah dan
imunohematologi), analisis urin (untuk penyakit ginjal, diabetes melitus, dan
hipertiroidism), tes kontak alergi, sitologi ekfoliasi oral, dan biopsi oral, eksisi dan
insisi dengan biopsi. 7
Evaluasi Prostetik7
Prostetik yang ada harus dievaluasi dengan baik. Cara bicara pasien harus dicatat.
Begitu pula dengan tampilan estetik pasien. Ketika protesa dilepas, harus dinilai : 1)
defek akibat gigi tiruan (retakan, gigi yang hilang, gigi yang aus, atau dasar gigi
tiruan), 2) penggunaan bahan adesif untuk gigi tiruan, 3) identifikasi gigi tiruan.
Ketika protesa dipakai kembali, dinilai : 1) stabilitas, 2) retensi), 3) dimensi vertikal
oklusi, 4) kontak oklusal, 5) perpanjangan batasan periferal, dan 6) posisi relatif dari
protesa maksila dan/atau mandibula.
Selain itu tanggapan dan keluhan pasien mengenai gigi tiruannya juga penting dicatat.
Evaluasi Pasien
Evaluasi pasien sangat penting sebelum memulai pembedahan untuk
menerima protesa. Riwayat lengkap harus diambil dan pemeriksaan fisik harus
dilakukan :
Keluhan utama pasien
Tujuan estetik dan fungsional pasien didata, dan dokter gigi harus menentukan
apakah kebetuhan tersebut dapat dicapai.
Kemampuan adapatasi psikologis pasien akan membantu untuk menentukan
penggunaan gigi tiruan dengan efektif.
Evaluasi pengalaman terdahulu dengan gigi tiruannya, untuk memantu mendata
kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan perawatan protesa.
Status kesehatan umum, medikasi yang diambil, dan resiko harus dievaluasi.
Evaluasi Radiografi
Pemeriksaan radiografi membantu untuk mendeteksi adanya apeks akar yang
tertanam dan impaksi gigi. Keberadaan kista dan tumor harus dievaluasi. Posisi
foramen mental dan ketebalan/densitas tulang maksila dan mandibula harus diperiksa.
Pemeriksaan radiografi sebaiknya termasuk :
Orthopantomograph (OPG)
Cepahlogram lateral
3D CT Scan
DIAGNOSIS
Menurut kesepakatan kelompok kami, maka :
1. Pembengkakan pada rahang atas merupakan : TORUS PALATINUS atau
TORUS MAKSILA10
Tori (berarti tonjolan atau gumpalan dalam bahasa Latin) merupakan
eksostosis yang terbentuk oleh tulang kortikal padat dan sumsum tulang yang
terbatas, dan tertutupi oleh mukosa tipis dengan vaskularisasi yang buruk. Tori
apofisis palatum maksila atau pada sisi internal cabang horizontal rahang, di atas
garis mylohyoid pada level area premolar, dan area kaninus, menunjukkan sebuah
pertumbuhan yang sangat lambat dan progresif dan dapat terhenti secara spontan.
dan tulang yang akan didepostikan sepanjang garis fusi palatum atau pada corpus
hemimandibular.
Etiologi
Penyebab tori yang sebenarnya masih belum jelas. Teori yang diterima secara
luas adalah genetik, tetapi belum selalu dapat menunjukkan sifat dominan autosomal.
Pada tiga kasus yang dianalisis oleh Curran et al, seorang anak perempuan, ibu, dan
nenek memiliki osteosklerosis dominan autosomal, tori mandibular (TM) dan tori
palatum (TP) ditemukan terdapat pada ketiga perempuan tersebut. Pada penelitian
oleh Eggen, penelitian ini hanya mampu memperkirakan sifat genetik TM pada
29.5% kasus; sisanya, sekitar 70% dihubungkan pada faktor lingkungan, utamanya
tekanan oklusal. Dalam penelitian Reichart et al, mereka menemukan sebuah korelasi
signifikan antara insidensi torus dan kejadian gigi abrasi pada orang Thailand, tetapi
tidak pada orang Jerman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sirirungrojying et al,
Clifford et al, Kerdpon et al, mereka menemukan sebuah hubungan antara TM dan
suplemen kaya akan kalsium, dan juga diet berhubungan dengan prevalensi TM dan
TP. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eggen et al dan Al-Bayaty et al, mereka
Jenis Kelamin
kemungkinan terdapat sebuah tipe dominan yang terpaut kromosom X. Pada seluruh
penelitian yang dibahas, terdapat sebuah kejadian TP yang lebih tinggi pada
perempuan daripada laki-laki walaupun tidak seluruh penelitian mengamati
signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam penelitian mereka walaupun pada
Ukuran
Pertumbuhan tori terjadi secara bertahap, menjadi semakin besar pada dekade
kedua dan ketiga. Di antara seluruh penelitian yang dibahas, tidak terdapat konsensus
kecil, sedang, dan besar, kurang dari 2 mm, 2 sampai dengan 4 mm, dan lebih dari 4
mm, secara berurutan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haugen,
individu. Pertumbuhan untuk TM juga kecil, dan ditemukan pada 60,11% TM atau
4,40% individu. Kadang karena eksostosis tersebut sangat kecil, peneliti tersebut
tidak menyadari keberadaan tori akibat tertutupi oleh lapisan mukosa. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Eggen, TM berukuran kecil poaling banyak terjadi, pada kedua
kelompok penelitian, sebanyak 59.5% (72), pada kelompok kontrol 66.7% (68);
untuk TP juga lebih banyak terdapat TP berukuran kecil, sebanyak 91% (689).
Klasifikasi yang dibuat oleh Reichart et al, mengklasifikasikan tori pada
grade 1, berukuran kecil sampai dengan 3 mm; grade 2, berukuran sedang sampai
Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, penemuan tori biasanya secara incidental dan diamati
selama pemeriksana klinis pada tempat praktik dokter gigi. Kondisi ini terjadi karena
tori bersifat asimptomatik, dan mereka yang memiliki torus tidak menyadarinya.
Torus palatina dapat berbentuk unilobular, polylobulated, rata, dan berbentuk spindle,
Torus mandibula biasanya simetris dan bilateral, tetapi dapat juga unilateral,
terletak pada sisi lingual mandibula, di atas garis mylohyoid dan apda area premolar.
densitas yang agak lebih tinggi dari tulang sekeliling. Penggunaan sinar-X
(periapikal, oklusal, dan panoramik) tidak begitu berguna karena tori dapat dengan
dengan strutur kompak dari tulang normal, memberikan sebuah struktur agak serupa
Differensial diagnosis :
Tumor
Kista
2. Penonjolan pada rahang bawah merupakan : TULANG/LINGIR TAJAM
Differensial diagnosis :
Torus mandibularis
Localized mandibular buccal exotosis
Multiple exotosis
Denture-induced fibrous hyperplasia
Tumor
Kista
PROGNOSIS7
Faktor yang mempengaruhi penentuan prognosis
Menentukan prognosis memerlukan estimasi akurat dari :
Penyakit yang terjadi bersamaan
Keparahan masalah
Sikap pasien
Reaksi sebelumnya yang merugikan
Kemampuan untuk mematuhi dan berkeja sama
Besarnya keutungan melawan biaya dan resiko yang ditimbulkan
Faktor Psikologik
Menurut penelitian, ternyata faktor psikilogik amat berperan dalam
penerimaan seseorang terhadap protesa yang akan dipakainya. Salah satu aspek
penting dalam hal ini adalah hubungan timbale balik antara dokter dengan
pasiennya. Sebuah restorasi yang secara teknis dibuat dengan sangat baik, bisa saja
gagal karena faktor manusianya. Sebaliknya, protesa yang secara teknis sebetulnya
kurang, bahkan tidak memenuhi syarat, tetapi tidak sampai mengganggu toleransi
fisiologik jaringan mulut, dapat juga diterima pasien karena adanya hubungan yang
baik dengan dokternya. Mengingat hal ini, mengenal dan memanfaatkan potensi
yang berkaitan dengan tingkah laku ini menjadi penting bagi seorang dokter gigi.
Geligi tiruan yang seharusnya bisa menjadi perawatan ideal, tidak selalu dapat
dilaksanakan, keran kendala waktu pelaksanaan
Pertimbangan sebelum mencabut gigi asli, dimana meliputi satu atau lebih dari
keadaan-keadaan berikut yaitu :
Kelainan periodontal lanjut disertai kerusakan tulang yang berat di sekeliling
gigi.
Mahkota klinisnya rusak berat (sampai daerah subgingival), yang tidak mungkin
lagi direstorasi, akar yang patah.
Abses periapikal atau lateral yang tidak dapat dirawat dengan baik.
Gigi yang sangat miring sehingga menimbulkan kesulitan jika digunakan sebagai
pegangan bagi gigi tiruan cekat atau gigi tiruan sebagian lepas.
Gigi yang terlalu jauh keluar dari soketnya (ekstrusi) dan mirnig, yang
mengganggu penempatan bidang oklusal.
Selain itu diperhatikan pula :
Kesehatan umum pasien
Ini menentukan luas dan tahapan tindakan bedah yang dilakukan. Dalam banyak
hal mungkin akan lebih baik bagi pasien jika gigi yang goyang atau patah
dipertahankan daripada dicabut. Bagi pasien lain, mungkin kesehatannya akan
membaik jika gigi-gigi yang meradang dicabut.
Umur pasien
Umur dapat ikut menentukan apakah gigi sisa perlu dibuang. Jika pasien telah tua
dan lemah, barangkali lebih baik untuk mempertahankan gigi sisa yang hanya
tinggal beberpa buah. Tetapi bila orang tua ini mempunyai gigi yang telah
goyang dengan ekstrusi yang hebat, yang akan membahayakan kesehatannya,
gigi tersebut lebih baik dibuang.
Kegoyangan gigi
Gigi sudah sangat goyang dan sudah terlalu panjang keluar dari soketnya, serta
gigi yang secara radiografis telihat ada infeksi di ujung akar atau di sekitar sisi
akar, lebih baik dicabut.
Evaluasi medis
Pada lansia harus diperhatikan terutama pada penyakit pada sistem kardiovaskuler
dan pulmonari, karena insiden penyakit kardiopulmonary meningkat seiring
dengan usia. Data mengenai beberapa obat yang dikosumsi juga penting. Pada
pasien yang akan menjalan pembedahan, pertanyaan mengenai intake aspirin dan
medikasi lain yang dapt mempengaruhi mekanisme pembekuan darah
diindikasikan. Selain itu pada kelompok lansia, evaluasi asupan nurtrisi juga
penting karena insidensi infeksi dan penyembuhan yang buruk lebih banyak pada
pasien yang terganggu asupan nutrisinya. Penyakit yang berkaitan dengan
gangguan sistem imun jarang pada kelompok lansia, tetapi pertanyaan umum
mengenai sistem imun dapat diterima.
Beberapa penyakit yang umum pada lansia :
Penyakit kardiovaskuler
Gangguan kardiovaskuler dapat bermanifestasi pada beberapa cara :
penyempitan arteri koroner, kelainan katup, hipertensi, dan gagal jantung
kongestif merupakan penyakit yang paling umum.
Penyakit pulmonari
Yang paling umum adalah chronic obstructive pulmonary disease (COPD),
yang terbagai menjadi dua komponen yang paling umum yaitu bronchitis dan
emphysema.
Seizure disorder (kejang-kejang)
Kelainan mental
Penyakit endokrin
Penyakit ginjal
Penggunaan anastesi
Lidokain 2% dengan epinefrin 1/100.000 akan menyediakan anastesi yang
cukup untuk 60-90 menit. Untuk prosedur yang lebih lama atau untuk kontrol rasa
sakit setelah operasi, bupivakain 0,5% dengan epinefrin 1/200.000 atau etidocaine
1% dengan epinefrin 1/200.000 menyediakan anastesi lokal sampai dengan 7 jam.
Untuk pasien dengan gangguan kardiak, maksimum 0,4 mg epinefrin, yang
ditemukan dalam pengenceran dua catridge 1/100.000 atau empat catridge
1/200.000, sebaiknya digunakan. Bila epinefrin harus dihindari (sebagai contoh,
pasien mengkonsumsi monoamine oxidase inhibitor atau antidepresan trisiklik),
kemudian mepivacaine 3% atau prilocaine 4% dapat digunakan, menyediakan
anastesia untuk 45-60 menit.
Untuk sedasi, maka benzodiazepine dapat cukup berguna karena mereka
memiliki efek cardiorespiratory depressant yang minimal. Dosis pada lansia
umumnya satu-setengah dosis untuk dewasa muda. Flurazepam (Dalmane), 15 mg
secara oral pada saat akan tidur, mengatasi insomnia yang berkaitan dengan
kegelisahan untuk banyak pasien. Diazepam (Valium), 2,5-5 mg secara oral 1 jam
sebelum pembedahan, secara umum efektif ketika premedikasi oral diindikasikan.
Sedasi dengan inhalasi menggunakan nitrous oxide dengan menggunakan
nasal mask paling tepat untuk sedasi intraoperatif untuk lansia, karena onset dan
penyembuhannya cepat (5-10 menit). Fungsi cardiorespiratory tidak tertekan pada
konsentrasi standar yaitu 30-40%. Selain itu nitrous oxide memiliki kandungan
analgesik. Kemudian mengikuti penyelesaian sedasi nitrous oxide, oksigen 100%
harus diberikan untuk 5-10 menit untuk menghindari difusi hipoksia.
Sedasi intravenous secara sadar diindikasikan utnuk prosedur yang panjang
untuk pasien yang cemas. Diazepam mungkin merupakan agen yang paling aman,
tetapi dosisnya harus dikurangi, karena pasien lansia terkadang agak sensitif pada
efeknya. Dua sampai lima mg diberikan perlahan (1 mg per 30 detik) biasanya
efektif untuk kelompok ini. Midazolam mempunyai keuntungan untuk kerjanya
lebih pendek (waktu paruhnya sekitar 3 jam) dan tidak menunjukkan reaksi
sekunder pada peningkatan konstrasi plasma dan menghasikan kembalinya
perasaan mengantuk 6-8 jam kemudian seperti yang terlihat pada diazepam. Tetapi
pada lansia harus digunakan dengan hati-hati pada lansia, karena tiga kali lebih
poten daripada diazepam. Flumazenil tersedia pada kasus oversedasi.
Barbiturates dapat juga digunakan untuk sedasi intravena tetapi dapat
menekan baik sistem kardiak dan respirasi. Penggunaan narkotik intravena
(meperidine 25 mg) dapat berguna sebagai agen tambahan tetapi juga mempunyai
resiko yang signifikan untuk penekanan cardiorespiratori. Narkotik harus dihindari
pada pasien dengan gangguan paru-paru dan juga pada yang mengkonsumsi
trisiklik, phenothiazine dan monoamine oxidase inhibitors.
Kebanyakan pasien lansia sebaiknya menerima anastesi lokal atau sedasi
dalam keadaan sadar pada klinik gigi, dengan pemesanan general anastesi untuk
prosedur mayor pada ruang operasi rumah sakit.
Alveoloplasti : 2
Lingir yang halus/licin perlu untuk pembuatan gigi tiruan dengan baik. Selama
meng-kontour lingir, perlu diingat semakin besar eksisi tulang, maka akan semakin
besar resorpsi. Prosedur meng-kontour harus dibatasi pada eksisi dari lingkir tajam
yang iregular dan undercut yang tidak disukai yang tidak sesuai untuk konstruksi
gigi tiruan. Alveoloplasti adalah menghaluskan dan menghilangkan tulang alveolar
labiobukal tulag bersaja dengan beberapa tulang interdental dan interradikular, dan
biasanya dikerjakan pada saat pencabutan gigi.
Indikasi alveoloplasti :
Pasien dengan tulang alvolar menonjol dan padat yang menjalani pencabutan
gigi.
Dilakukan sebagai prosedur sebelum konstruksi gigi tiruan immediate.
Tujuan alveoloplasti :
Untuk menyediakan kontur lingir yang optimal dengan cepat
Alveolar ridge harus ditinggal seluas mungkin untuk distribusi maksimum dari
tekanan mastikasi.
Lingir tidak perlu terlalu halus/licin tetapi semua bagian yang irregular dan
tajam harus dihilangkan, dan semua sudut harus membulat.
Mukosa yang menutupi tulang sebaiknya mempunyai ketebalan, densitas, dan
kemampuan kompresibilitas yang seragam untuk transmisi tekanan mastikasi
pada tulang di bawahnya.
Pada pasien muda, jumlah tulang yang dihilangkan lebih sedikit karena resorpsi
yang terjadi lebih untuk lebih banyak tahun daripada pada pasien tua.
Flabby ridges14
Manajemen :
Operasi jarang diindikasikan, kebanyakan prostodontis akan lebih memilih lebih
dari pada kurangnya jaringan ini yang diberikan pada saat kehilangan tulang. Pada
situasi yang paling “grossest” dapat ‘dirapatkan’ dengan pemotongan seperti pada
reduksi fibrous tuberositas.
Leaf fibroma14
Manajemen :
Biopsi eksisi dibawah lokal anastesi sangat sederhana. Perdarahan dapat menjadi
masalah dari arteriole pembantunya yang perlu dikauterisasi.
Setelah penghilangan dari irisan jaringan ini, tepinya perlu dikurangi dengan
pemotongan lebih jauh dan ‘filleting’ pada tiap sisi dari pemotongan semula untuk
memberikan tepi untuk diperkirakan dan dijahit tanpa tegangan yang tidak
semestinya.
Hiperplasia palatal14
Manajemen :
Perawatan dari infeksi kandida termasuk:
Pelepasan gigtiruan selama tidur
Penyikatan dengan teliti pada permukaan yang berkontak dengan mukosa
Meninggalkan gigitiruan pada larutan Milton (sodium hipokloride) atau pada
kasus gigitiruan metal, pada larutan klorheksidin pada malam hari.
Menyikat palatal dengan sikat gigi pada pagi dan malam hari.
Menggunakan antifungal sistemik seperti fluconazole.
Gigi tiruan sebaiknya dilapisi dengan kondisioner jaringan pada waktu
penggunaan.
Resolusi total dengan penghilangan dari jaringan hiperplastik baik dengan
diathermy loop atau laser mungkin dibutuhkan. Permukaan kasar yang dihasilkan
dari operasi paling baik dilapisi dengan pelapis gigitiruan dengan zinc oxide-based
periodontal pack.
Denture hiperplasia14
Manajemen :
Pada pengguna gigitiruan, gulungan jaringan biasanya terdiri dari jaringan
konektif yang sangat matang, sehingga meskipun tepi gigitiruan telah dipotong,
tidak akan menyusut dengan cukup dan berubah. Bagaimanapun, pemotongan dari
tepi gigi tiruan dengan atau tanpa penggunaan tissue-conditioning lining untuk
memaksimalkan retensi dari gigitiruan. Operasi pemotongan jaringan yang
berlebih hampir selalu dibutuhkan dan hal ini biasanya dilakukan dibawah anastesi
lokal. Dengan operasi dapat memanipulasi gulungan jaringan lebih baik dengan
melewatkan jahitan melalui lesi tersebut, menghasilkan insisi yang akurat
sepanjang tepinya. Ketika insisi pada aspek luar dan dalam jaringan selesai,
dasarnya sering kali dapat dengan mudah diangkat dan dipisahkan dengan scapel.
Pemotongan pada jaringan yang lebih dalam tidak diinginkan, karena dapat
menyebabkan bekas pada penyembuhan. Ketika dasar dari luka sampai kedalam
bibir atau pipi, jahitan superficial yang melekatkan dapat digunakan setelah
pengurangan tepi dengan hati-hati, tetapi pada beberapa kasus dasarnya dibiarkan
terbuka dan dilapisi dengan pack operasi, atau gigitiruan lama yang sebelumnya
telah dipotong membatasi luka dnengan gutta percha atau zinc oxide-based
periodontal pack.
JENIS-JENIS GIGI TIRUAN
Overdenture
Implant 19
Walaupun fakta ilmiah yang jelas bagi kebanyakan rekomendasi yang diajukan masih
kurang, pengalaman klinis telah memberikan dasar untuk sebuah aturan perawatan:
1. Hanya pasien kooperatif dan termotivasi harus dipertimbangkan untuk terapi
implan;
2. Pasien kompromisasi medis bukan merupakan kandidat yang bagus untuk
implantasi;
3. Gangguan mental mungkin dipertimbangkan sebagai kontraindikasi;
4. Diagnosis dan rencana perawatan secara hati-hati harus menjadi pertimbangan
pemasangan implan. Informasi cukup untuk evaluasi volume tulang lokal yang
tersedia harus didapatkan. Lokasi akurat implan harus direncanakan persyaratan
prostetik dan topografi tulang secara lokal;
5. Infeksi oral yang persisten seperti penyakit periodontal merupakan sebuah
kontraindikasi yang penting. Kurangnya kemampuan atau keinginan untuk
melakukan oral hygiene yang adekuat mungkin harus dijadikan sebagai
kontraindikasi. Karena penolakan oral hygiene merepresentasikan sebuah risiko
tinggi untuk infeksi implan, terapi yang berhubungan dengan penyebab (terapi
inisial atau fase higienis) harus dilakukan sebelum intervensi pembedahan pada
seluruh orang yang sedang menjalani terapi implan;
6. Implantasi tidak boleh dilakukan pada region dengan volume tulang yang tidak
adekuat, kecuali dilakukan oleh pendekatan terapi lain (regeneratif);
7. Tidak terdapat batasan dasar untuk penggunaan implan gigi, pasien lansia
mungkin sangat diuntungkan oleh perawatan ini, dengan kondisi sistemik dan
lokal memuaskan.
Indikasi
Apabila terdapat kontak premature pada gigi yang ada, maka hal ini menjadi
kontraindikasi pembuatan GTJ.
Motivasi3
Umumnya pasien yang minta dibuatkan gigi tiruan untuk pertama kali disebabkan
oleh alasan penampilan dan tidak dapat megunyah dengan efisien. Motivasi semacam
ini sangat kuat dan cenderung meningkatkan kemampuan beradaptasi. Pasien-pasien
yang minta gigi tiruan pengganti umumnya juga dengan alasan fungsi dan
penampilan. Fungsi meliputi kecekatan dan kenyamanan gigi tiruan serta kemampuan
untuk makan secara efektif. Bila gigi tiruan yang baru telah memenuhi persyaratan
fungsional, mungkin pasien baru akan memperhatikan penampilannya. Namun, bila
mereka kurang menyukai pada yang mereka lihat, kadang-kadang mereka enggan
untuk langsung mengeluh. Sebagai gantinya, pasien akan mengeluh secara tidak
langung tentang fungsi hanya untuk menarik perhatian dokter gigi pada masalah yang
sebenarnya, yaitu penampilannya. Keluhan fungsi yang tidak mempunyai penyebab
yang logis harus selalu diperhatikan dari segi penampilan ini. Selain itu, biasanya
pada pasien yang terpakasa dirawatan atas anjuran keluarganya motivasinya kurang
sheingga terkadang menghasilkan penampilan yang buruk. Namun pada kasus, pasien
mempunyai banyak permintaan mengenai gigi tiruan barunya sehingga dapat
dikatakan motivasinya cukup baik.
Ukuran gigi anterior harus seimbang dengan ukuran wajah dan kepala.
Biasanya orang yang lebih besar mempunyai gigi-gigi yang lebih besar pula. Akan
tetapi, ada pula variasi, yaitu orang yang besar mempunyai gigi-gigi kecil dengan
jarak antara gigi-gigi tersebut, atau orang kecil dapat pula mempunyai gigi besar
dengan susunan yang tidak beraturan. Dengan mengajukan pertanyaa yang bijaksana
kepada pasien dan melihat fotonya, informasi ini dapat diperoleh.
Bentuk gigi-gigi anterior tiruan harus serasu dengan bentuk wajah pasien.
Bentuk secara garis besar ditentukan dengan melihat wajah pasien dari depan dan dari
permukaan labial gigi insisif satu atas. Secara garis besar bentuk wajah
dikelompokkan menjadi tiga bentuk dasar: persegi, segitiga, dan ovoid. Kelompok ini
dibagi lagi berdasarkan kombinasi dari ciri-ciri ketiga kelompk. Variasi lain timbul
dalam perbandingan antara panjang dan lebar wajah.
Variasi yang sama dalam bentuk gigi juga disediakan oleh pabrik yang
membuat gigi tiruan. Masalahnya ialah memilih bentuk gigi yang serasi dengan
bentuk wajah tiap individu. Untuk ini dokter gigi harus mempelajari wajah manusia
dan bentuk gigi-giginya masing-masing. Gigi-gigi yang serasi dengan bentuk luar
wajah akan terlihat indah. Gigi yang tidak serasi akan terlihat kurang indah.
Pengamatan seperti ini dapat membantu dokter gigi melihat keserasian dan ketidak
serasian bentuk saat mereka berhadapan dengan pasien mereka.
Gigi-gigi yang dipilih itu sendiri harus terlihat indah. Beberapa cetakan gigi
mempunyai bentuk yang bagus, sedang lainnya terlihat mekanis. Gigi yang terlihat
bagus lebih mudah disusun dalam komposisi yang menyenangkan daripada gigi yang
secara individual tidak mempunyai nilai estetik. Bentuk permukaan labialnya lebih
penting daripada bentuk luarnya, yang dapat diubah dengan mengasah insisalnya.
Pengasahan ini sebaiknya dilakukan pada hamper semua gigi anterior untuk
disesuaikan dengan usia pasien.
Permukaan labial gigi dilihat dari mesial harus menunjukkan kontur yang
sama dengan bentuk profil. Ketiga tipe umu dari profil ialah cembung, lurus, dan
cekung. Permukaan labial gigi dilihat dari insisial harus menunjukkan kecembungan
atau kedataran yang sama dengan wajah jika dilihat dari bawah dagu atau dari atas
kepala.
Ciri permukaan labial gigi anterior harus alamiah. Untuk ini dokter gigi
tergantung pada pabrik. Permukaan yang cembung dan cekung membias atau
memantulkan cahaya dan tampak lebih kecil daripada permukaan datar. Mata dapat
mengukr permukaan yang lurus, tetapi ilusi optic akan terjadi pada permukaan yang
melengkung. Bentuk gigi akan terlihat lebih palsu jika tidak mempunyai
kelengkungan yang wajar.
Kelengkunga gigi anterior dapat dilihat jika diamati dari permukaan mesial,
distal, insisal, dan labial. Dapat pula ada lengkung yang terbalik, dalam bentuk
ketidakteraturan kecil-kecil. Pengamatan yang dilakukan pada gigi asli dengan
pembesaran menunjukkan bahwa permukaannya tidak licin mengkilat, karena itu
penting untuk meniru ketidakberaturan kecil pada gigi tiruan agar tampak alami.
Semua gigi posterior bukan benar-benar reproduksi dari gigi-gigi asli. Gigi
tiruan lengkap memerlukan “pegangan” dan dukungan yang berbeda dari gigi-gigi
asli, dank arena itu permukaan oklusal gigi-gigi tiruan harus dimodifikasi. Efisiensi
pengunyahan hanya salah satu pertimbangan dalam pemilihan bentuk gigi posterior.
Kenyamanan, estetika, serta pemeliharaan struktur tulang dan jaringan lunak di
bawahnya juga penting.
Lebar bukolingula gigi-gigi tiruan harus jauh lebih kecil dari lebar gigi-gigi
asli yang digantikannya. Gigi-gigi posterior tiruan yang sempit dalam arah
bukolingual memudahkan pembuatan bentuk permukaan poles gigi tiruan secara
benar dengan membuat permukaan bukal dan lingual sayap gigi tiruan landai dari
permukaan oklusalnya. Bentuk oklusal seperti ini memungkinkan tekanan dari pipi
serta lidah membantu mempertahankan gigi tiruan di atas bubungan alveolarnya.
Permukaan oklusal yang sempit dengan lintasan yang baik bagi keluarnya makanan
juga mengurangi jumlah tekanan ke jaringan pendukung selama mengunyah.
Sebaliknya, permukaan oklusal gigi-gigi posterior harus cukup lebar untuk berfungsi
sebagai meja yang di atasnya digunakan untuk menggiling makanan.
Panjang mesiodistal gigi-gigi posterior
Indikasi :
Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah estetik dan fonetik jika penyelesaian
lain tidak sesuai. Ini biasanya berkaitan dengan keadaan sisa gigi yang tidak baik,
motivasi pasien sedang, serta alasan keuangan, sehingga tidak dapat dilakukan
perawatan yang lebih kuat untuk mempertahankan gigi. Pada umumnya, gigi
tiruan basis akrilik yang dibaut pada pasien tersebut lama-kelamaan akan
diperluas menjadi protesa lengkap (overdenture), sheingga dapat dianggap
sebagai suatu alat yang dipakai pada perombaka yang lama dari gigi-geligi.
Sebagai alat sementara selama perawatan pendahuluan untuk mengadakan
perbaikan secara ortodontik atau bila diperlukan suatu penyusunan percobaan
untuk menguji perubahan gigitan secara klinis.
Dalam rangka mengadakan perawatan secara bertahap karena alasan keuangan
dan perawatan berfase dengan alasan pengobatan gigi. Jika dikemudian hari akan
dibuat jembatan atau protesa kerangaka logam, gigi tiruan basis akrilik ini dapat
dipakai sebagai alat sementara untuk keadaan dimana estetik memegang peranan
penting.
Kerangka Logam
Gigi tiruan kerangka logam adalah suatu GT yang terdiri dari rangka logam
tuang dan bagian sadel dari akrilik serta elemen gigi tiruan. Pada rangka logam dapat
dibedakan cengkram, satu atau lebih kisi-kisi untuk sadel, penghubung untuk bagian
kiri-kanan (major konektor) dan beberapa elemen penghubung (minor konektor) yang
menghubungkan cengkram dengan major konektor atau sadel.
Keuntungan dan kerugian :
Perawatan geligi yang rusak dengan GT ini merupakan perawatan untuk
mempertahankan gigi-geligi tersebut, bertetangan dengan GT basis akrilik yang
pada jangka waktu lama tidak mendukung stabilitas dari sisa gigi-geligi.
GT ini lebih banyak membantu mempertahankan dan memulihkan oklusi dan
artikulasi dibandingkan dengan protesa plat sebagian dari akrilik. Cengkramnya
menjamin suatu stabilitas yang lebih besar sehingga GT ini kurang terbenam
dalam mukosa. Dengan adanya penunjang oleh gigi geligi maka beban pada
mukosa juga akan menjadi lebih ringan, sheingga diharapkan bahwa resorpsi
prosesus alveolaris juga berkurang.
Keuntungannya dengan GT ini dapat dilakukan penggantian sejumlah besar
elemen yang tersebar sebagai beberapa daerah yang tak bergigi dalam lengkung
gigi. Juga lengkung gigi yang memendek dapat diperpanjang dengan GT ini.
Pada GT ini terdapat kemungkinan koreksi reparasi dan perluasan Namun dibatasi
oleh jumlah elemen penyangga yang potensial, pelaksanaan teknis dan biaya.
Biaya GT ini lebih tinggi bila dibandingkan GT basis akrilik.
Kerugian GT ini adalah kemungkinan terlihatnya bagian cengkram yang oleh
banyak pasien dianggap mengganggu estetik.
Indikasi :
Kehilangan elemen gigi dapat merupakan indikasi pembuatan GT ini.
Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau dimensia atau kepikunan
mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain.
Komunikasi yang harus dilakukan pada lansia yang mengalami penurunan daya ingat:
- Hindari sikap mengharapkan lansia ingat karena adanya penurunan daya ingat
membuat lansia tidak akan mengingat banyak hal.
- Bila pasien menjadi gelisah mereka menunjukkan perilaku yang sulit. Alihkan
perhatiannya dengan kegiatan yang lain.
- Ciptakan kegiatan dan komunikasi yang sederhana. Kegiatannya hendaknya
dibuat menjadi lebih sederhana dan bertahap.
- Beri penentraman hati dengan pujian yang akan meningkatkan harga diri daan
memperkuat perilakunya.
- Hindari berdebat dengan pasien demensia.
- Libatkan oranglain/keluarga untuk membantu pasien mengingatkan menjaga
oral hygienenya.
Instruksi paska perawatan yang dapat diberikan kepada pasien tentang gigi tiruannya
adalah Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan
masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang-
kurangnya 2 kali dalam sehari, pagi bangun tidur dan malam sebelum tidur. Bagi
lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat dipelihara, caranya sebagai
berikut:
1. Gigi palsu dapat dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kain
kasa atau sapu tangan yang bersih, bila kesulitan dapat dibantu oleh
keluarga/perawat.
2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan di bawah air mengalir sampai
bersih. Bila perlu dapat digunakan pasta gigi.
3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam dengan air bersih di
dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau dijemur. Bagi mereka
yang sudah tidak mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap
kali habis makan harus melakukan kumur-kumur untuk mengeluarkan sisa
makanan yang melekat di antara gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi tetapi
karena kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk mebersihkan gigi dan
mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal dip anti bisa
dibantu perawat atau petugas.
DAFTAR PUSTAKA