Está en la página 1de 8

http://chicamayonnaise.blogspot.com/2010/03/spektrofotometri-serapan-atom-aas.

html

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)

Minggu, 14 Maret 2010

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-
unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom
bebas unsur tersebut.
Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur logam
yang sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi, kemudian dengan metoda
spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda AAS.
Keuntungan metoda AAS adalah:
•Spesifik
•Batas (limit) deteksi rendah
•Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
•Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum
pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
•Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
•Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

a.Prinsip Pengukuran dengan Spektrofotometer Serapan Atom


Spektrofotometri serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses
penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi.

Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi
elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam
atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas.

Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
karakteristik untuk setiap atom bebas.

Adanya absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu perpindahan
elektron dalam atom, dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain.

Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang mengabsorpsi energi radiasi sehingga
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Emisi terjadi apabila ada elektron yang berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah sehingga
terjadi pelepasan energi dalam bentuk radiasi.
Panjang gelombang dari radiasi yang menyebabkan eksitasi ke tingkat eksitasi tingkat-1 disebut
panjang gelombang radiasi resonansi. Radiasi ini berasal dari unsur logam/metaloid.

Radiasi resonansi dari unsur X hanya dapat diabsorpsi oleh atom X, sebaliknya atom X tidak
dapat mengabsorpsi radiasi resonansi unsur Y. Tak ada satupun unsur dalam susunan berkala
yang radiasi resonansinya menyamai unsur lain.
Hal inilah yang menyebabkan metode AAS sangat spesifik dan hampir bebas gangguan karena
frekuensi radiasi yang diserap adalah karakteristik untuk setiap unsur. Gangguan hanya akan
terjadi apabila panjang radiasi resonansi dari dua unsur yang sangat berdekatan satu sama lain.

Atomisasi
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1.Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC atau
lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara memasukan cairan
tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk
atomisasi setiap unsur berbeda.
Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi
penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda
pula.

Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:


•Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan dianalisa
•Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
•Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
•Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC),
N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC), Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC)
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung perbandingan
gas bahan bakar dan oksidan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :


1.Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil. Dianjurkan
dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2.Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang dianalisa.
3.Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
•Tidak mudah meledak bila kena panas
•Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
•Mempunyai titik didih > 100 ºC
•Mempunyai titik nyala yang tinggi
•Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

Pembuatan atom bebas dengan menggunakan nyala (Flame AAS)


Contoh: Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber sehingga terbentuk
aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh campuran gas oksidan dan bahan bakar akan
mengalami proses atomisasi

2.Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang karbon (CRA –
Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2
elektroda.

Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung
menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat
diatur hingga 3000 ºC. pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :

•Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut


•Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau oksida
logam
•Pengatoman (atomization)

3.Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb yang mudah
terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan dengan
membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya
melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).
Skema peralatan AAS
1.Sumber radiasi berupa lampu katoda berongga
2.Atomizer yang terdiri dari pengabut dan pembakar
3.Monokromator
4.Detektor
5.Rekorder

a.Sumber radiasi resonansi


Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow Cathode
Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda berongga biasanya
terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur
murni yang dikehendaki. Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa,
diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya
digunakan ialah Ne, Ar atau He.

Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus listrik yang
terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan positif ini menembaki
atom-atom yang terdapat pada katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut.
Atom-atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom
yang berada dalam nyala.

b.Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner (sistem pembakar)
•Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan ukuran
partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara)
dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-
partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke
dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
•Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan
bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum memasuki burner.
•Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur yang
akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.

c.Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di dalam nyala,
energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan
dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh
monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah mengalami absorpsi
tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas
pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.

d.Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur intensitas
radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.

e.Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan secara
otomatis kurva absorpsi.

Diposkan oleh Chica Mayonnaise di Minggu, Maret 14, 2010

http://www.scribd.com/doc/41517418/Spektrofotometri-Serapan-Atom

4. DASAR TEORI
Spektrofotometri serapan atom merupakan salah satu metode
analisis yang dapat digunakan untuk menentukan unsur - unsur di
dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian serta selektivitas
tinggi.
Pada perkembangan terakhir cara analisis spektrofotometer
serapan atom selain atomisasi dengan nyala (FAAS= Flame Atomic
Absorption Spectrophotometry), dapat juga dilakukan atomisasi
tanpa nyala yaitu dengan menggunakan energi listrik pada batang
karbon
(GFAAS
=
Grafit
Furnace
Atomic
Absorption
Spectrophotometry) atau bahkan hanya dengan penguapan
(CVAAS= Cold Vapor Atomic Absoption Spectrophotometry),
misalnya pada analisis Hg.
Proses atomisasi dengan energi listrik pada batang atom dapat
mengurangi gangguan spektrum emisi dari nyala atau absorpsi
oleh nyala dan besarnya suhu dapat diatur dengan mudah dengan
mengatur arus listrik yang digunakan
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis
yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi atom-atom
yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Penyebab energi tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam atom ke tingkat energi yang lebih tinggi (exited
state). Pengurangan intensitas radiasi yang diberikan sebanding
dengan jumlah atom pada tingkat energi dasar yang menyerap
energi radiasi tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang
diteruskan (transmitan) atau mengukur intensitas radiasi yang
diserap (absorbansi) maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan
dapat ditentukan.
Metode analisis ini sangat selektif karena frekuensi radiasi
diserap adalah karakteristik untuk setiap unsur. Radiasi yang
diserap ini adalah radiasi resonansi, yaitu radiasi yang berasal dari
di-eksitasi atom dari tingkat eksitasi ke tingkat energi dasar.
Dalam spektrofotometri serapan atom, lampu katoda rongga
(Hollow Cathode Lamp) digunakan sebagai sumber radiasi
resonansi yang diberikan. Lampu ini sesuai dengan unsur yang
akan dianalisis. Radiasi resonansi ini mempunyai panjang
gelombang atau frekuensi yang karakterisitik untuk setiap unsur.
Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan
melalui medium yang panjangnya b dan mengandung atom-atom
pada tingkat dasar energi dengan konsentrasi c, maka radiasi akan
diserap sebagian dan intensitas radiasi akan berkurang menjadi I,
sehingga berlaku persamaan:
I=Io.10-abc
atau
T= I/ Io = 10.-abc
Jika –logT=A,
maka
LogIo/ I =a.b.c
dan A= a.b.c
dengan,
a = k/2.303 = koefisien serapan (serapan molar)
k = konstanta perbandingan
A = log Io/I = absorbansi
I/Io
= tranmitasi (T)
Syarat gas yang digunakan dalam FAAS adalah sebagai berikut :
1. Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk
atomisasi unsur yang akan dianalisis sehingga diperoleh efisiensi
atomisasi yang tinggi;
2. Disarankan tidak menggunakan oksigen murni karena mudah
terjadi ledakan;
3. Gas cukup murni dan bersih, ketidakmurnian gas dan atau adanya
debu dapat
menyebabkan spektrum dan nyala tidak stabil;
4. Gas-gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan.
Untuk keperluan rutin, cukup sediakan 2 jenis campuran gas, yaitu:
1. Udara-asetilen, dapat digunakan analisis 35 unsur, temperature nyala
1900-21000C
2. N2O-asetilen, dapat digunakan analisis 37 unsur, temperature nyala
2200-32000C
Atomizer
Atomizer terdiri atas sistem pengabut (nebulizer) dan sistem
pembakar (burner) sehingga sistem atomizer disebut juga dengan
sistem pengabut-pembakar (burner - nebulizer system).
Monokromator dan detektor
Pada analisis kuantitatif, ada tiga macam metode yang sesuai dan
secara umum lebih sering digunakan pada penentuan unsur di dalam
suatu bahan, seperti yang akan diuraikan di bawah ini :
1. Metode relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau
transmitasi dari larutan blanko, larutan standar, dan larutan
cuplikan. Rumus perhitungan yang digunakan :
Cs
Co
Ao
As
Ao
Ab
=


Cs =
Co
x
Ao
Ab
Ao
As


Dengan :
Ab = absorbansi larutan baku
Ao = absorbansi larutan blanko
As = absorbansi larutan cuplikan
Co = konsentrasi larutan baku
Cs = konsentrasi larutan cuplikan
2. Metode kurva kalibrasi / standar, yaitu dengan membuat kurva
antara konsentrasi larutan standar (sebagai absis) lawan
absorbansi (sebagai ordinat) yang kurva tersebut berupa garis
lurus. Kemudian dengan cara menginterpolasikan adsorbansi
larutan cuplikan ke dalam kurva standar tersebut, akan
diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.
3. Metode penambahan standar
Untuk kondisi tertentu, metode kurva kalibrasi baik karena
adanya matrik yang mengganggu pengukuran absorbansi atau
transmitannya.
Pada metode ini, dibuat sederetan larutan cuplikan dengan
konsentrasi yang masing – masing ditambah larutan standar,
dan unsur yang dianalisis oleh konsentrasi mulai dari 0 ppm
sampai konsentrasi tertentu.
Absorbansi masing – masing larutan diukur dan dibuat kurva
absorbansi terkonsentrasi unsur standar yang ditambahkan.
Ekstrapolasi dari kurva ke konsentrasi akan diperoleh intersep
yang merupakan konsentrasi unsur di dalam cuplikan yang
diukur.
Selain cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur di dalam larutan
cuplikan dapat dihitung dengan persamaan.

También podría gustarte