Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS ANAK
2011
Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Pendahuluan
Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam era
liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia
Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-
MP yakni:
Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen
yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit
oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for
Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan
1
The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of
the hospital of the future, November 20, 2008.
2
The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for
hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007.
3
WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in
Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003
4
WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.
August 2003.
1
diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program
WHO World Alliance for Patient Safety – Move Program sebagai world class
hospitals’ benchmarking.
Sedangkan sampai saat ini definisi akan World Class yang ada hanya dari UK
Prime Minister Cabinet of Office yang mencanangkan Program World Class
Services – dikatakan sebagai World Class bila memenuhi tiga syarat kriteria
berikut: 7
5
WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement
in Hospitals). 2007.
6
WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008
7
UK Cabinet Office. Excellence and fairness – achieving world class. London, 2008.
8
WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/
Copenhagen, 2005.
2
Sistem Akreditasi IPDSA
3
Manajemen Mutu (Quality Management) IPDSA
4
kesehatan. Oleh karena itu saat ini dibutuhkan tidak hanya ’doing things
right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’
(dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi keduanya
disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things
right’. (Gambar 2 dan 3). 10,11,12,
10
Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
11
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
12
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
5
Gambar 3. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan dan pendidikan. 13-15
Perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari cara ‘inspection’, quality control,
quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai dengan
perkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk
seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah ‘continuous quality
improvement’ untuk ‘total quality’ dan Inggris memakai istilah quality
assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality improvement’ maupun
untuk ‘total quality’ dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 4).
6
Gambar 4. Skema sederhana perkembangan mutu.
Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal
akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia
pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah ‘inspection’
dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewart
mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai
‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A (Plan, Do,
Study dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya
Deming sebagai P-D-C-A (Plan, Do, Check dan Action). Kaidah PDCA ini
menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai ‘generic form of quality
system’ dalam ‘quality assurance’ dari BSI 5751 (British Standards of
Institute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat
Gambar 5).
7
Gambar 5. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2008
13
Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we
learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6.
14
Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
8
Management (TQM) yakni understanding the customer, understanding the
hospital’s business, quality systems, continuous quality improvement dan
quality tools. (Lihat Gambar 6).
9
Quality Assurance (QA)
Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam
perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas
dan tinggi (‘total quality’).
1. Standar
15
Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences
with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201.
16
Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie,
accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care 000;12(3):
169-75.
17
Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.
18
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
19
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
10
Gambar 7. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan
tehnik Donabedian dan Maxwell.
11
Gambar 8. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwell
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.
12
Aspek legalitas Akreditasi di Indonesia
Bila kita kaji akan pengembangan akreditasi untuk institusi perguruan tinggi
sesuai perundangan dan peraturan yang belaku adalah:
1. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Pasal 60 dan 61)
2. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Pasal 47).
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional (Pasal 86, 87 dan 88).
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 tahun 2005
tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Pasal 60:
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal
setiap jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh
pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai
bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 61:
(1) Sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan
setelah lulus ujian yang dislenggrakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara dan lembaga
pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan
13
tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 47:
(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun;
b. memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
c. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada
perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
(2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk
menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai
dengan kebutuhan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi
yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 86:
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dapat
pula dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh
Pemerintah untuk melakukan akreditasi.
14
(3) Akreditasi sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai
bentuk akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan
kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 87:
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86
ayat (1) dilakukan oleh :
a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)
terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;
b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap
program dan/atau satuan pendidian jenjang pendidikan Tinggi;
dan
c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF)
terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana duimaksud pada ayat
(1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk
oleh Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreiditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88:
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2)
dapat melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari
Menteri.
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.
b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi
pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
15
Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukan
akreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belum
mempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untuk
institusi pendidikan dokter spesialis.
Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukan
akreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belum
mempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untuk
institusi pendidikan dokter spesialis meskipun telah ada yamg namanya
Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi yang terdiri atas 15 standar
seperti berikut:
Standar 1. Kepemimpinan
Standar 2. Kemahasiswaan
Standar 3. Sumber daya manusia
Standar 4. Kurikulum
Standar 5. Prasarana dan Sarana
Standar 6. Pendanaan
Standar 7. Tata pamong (governance)
Standar 8. Sistem pengelolaan
Standar 9. Sistem pembelajaran
Standar 10. Suasana akademik
Standar 11. Sistem informasi
Standar 12. Sistem jaminan mutu
Standar 13. Lulusan
Standar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Standar 15. Program studi
20
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku I – Naskah Akademik, Jakarta 2008.
21
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku II – Standar danProsedur, Jakarta 2008.
22
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku III – Pedoman Penyusunan Portofolio, Jakarta
2008.
23
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku IV – Pedoman Asesmen Lapang, Jakarta 2008.
24
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku V – Pedoman Penilaian Portofolio, Jakarta 2008.
25
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku VI – Matriks Penilaian Portofolio Akreditasi
Institusi, Jakarta 2008.
16
Deskripsi masing-masing stadar beserta rincian elemen-elemen yang dinilai
itu adalah sebagai berikut.
Standar 1. Kepemimpinan
1.1. Deskripsi Standar Kepemimpinan
Kepemimpinan perguruan tinggi merupakan aspek yang dinilai
berdasarkan merit dalam bidang akademik. Kepemimpinan yang baik
ditingkat institusi harus dapat menumbuhkan kepemimpinan yang
baik pula pada unit-unit di bawahnya. Sebagai suatu aspek yang
bersifat komprehensif maka kepemimpinan institusi yang baik dinilai
dari kemampuan menumbuhkan konsensus dan pemahaman di setiap
unit dalam institusi sehingga semua upaya dan langkah pengembangan
didasari oleh visi dan misi institusi, kesadaran terhadap mutu serta
mengacu pada harapan-harapan pemangku kepentingan
(stakeholders). Keberhasilan pengembangan kepemimpinan yang baik
didalam suatu institusi juga direfleksikan dari tumbuhnya suatu
suasana akademik yang menjamin kebebasan akademik, komunikasi,
koordinasi, dan interaksi yang efektif serta mengimplementasikan
praktek-praktek baik (good practices) yang berkembang dalam
institusi.
Standar 2. Kemahasiswaan
2.1. Deskripsi Standar Kemahasiswaan
Mahasiswa adalah kelompok internal stakeholder yang harus
mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh
17
lembaga pendidikan. Mahasiswa juga merupakan bagian generasi
muda bangsa yang membutuhkan pengembangan fisik dan kepribadian
sebagai calon-calon SDM atau pemimpin yang berkualitas dimasa
datang.
Perguruan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa agar bisa
mengembangkan segala potensi yang dimiliki melalui berbagai
kegiatan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menyiapkan
layanan yang berkualitas untuk pengembangan minat dan bakat dalam
bidang seni budaya, olah raga, kepekaan sosial dan kemasyarakatan,
pelestarian lingkungan hidup serta kreativitas lainnya. Perguruan
tinggi juga harus mampu mengembangkan nilai-nilai profesionalisme
agar mahasiswa dapat beradaptasi secara cepat saat memasuki dunia
profesi.
18
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan
program tri darma perguruan tinggi.
Perguruan tinggi harus dapat mengelola dan menempatkan
sumberdaya manusia sebagai komponen utama untuk mensukseskan
program perguruan tinggi dalam rangka mencapai visi dan misinya.
Perguruan tinggi harus mempunyai sistem pengelolaan sumberdaya
manusia yang lengkap sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan
pengembangan.
19
Standar 4. Kurikulum
4.1. Deskripsi Standar Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan seluruh kegiatan pembelajaran
mahasiswa sebagai rujukan program studi dalam merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya
untuk mencapai tujuan program studi. Kegiatan pembelajaran
mahasiswa adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa
dari kegiatan perkuliahan (tatap muka atau jarak jauh), praktikum
atau praktek, seminar, dan tugas-tugas perkuliahan lainnya.
Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekat
keilmuan bidang studi dan kebutuhan pemangku kepentingan
terhadap bidang ilmu yang dicakup oleh suatu program studi dengan
memperhatikan dan mengikuti perkembangan Ipteks. Oleh karena
itu, kurikulum harus selalu dikembangkan atau dimutakhirkan secara
periodik untuk menyesuaikannya dengan perkembangan Ipteks dan
kebutuhan pemangku kepentingan.
Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan
tercapainya komptensi lulusan dalam setiap program akademik pada
tingkat program studi. Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlu
maka perguruan tinggi dapat menetapkan penyertaan komponen
kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang
disusun oleh masing-masing program studi. Perguruan tinggi harus
mampu menciptakan sistem tata pamong yang dapat mendorong
pemutakhiran kurikulum ditingkat program studi sesuai dengan
perkembangan Ipteks yang dinamis. Sistem penjaminan mutu di
tingkat perguruan tinggi harus pula mengikutsertakan pemantauan
pelaksanaan serta evaluasi hasil-hasil yang dicapai sebagai cerminan
dari adanya peningkatan mutu berkelanjutan dalam penyelenggaraan
program-program akademik perguruan tinggi tersebut.
Peranan institusi perguruan tinggi yang menaungi program studi
tersebut adalah memfasilitasi dan memberdayakan program studi
dalam mengembangkan kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ipteks dan kebutuhan pemangku kepentingan.
20
perencanaan, pengembangan, dan pemutakhiran kurikulum secara
berkala dan berkesinambungan.
b. Perguruan tinggi memiliki komitmenn untuk mengalokasikan
anggaran dan mempersiapkan sumberdaya yang dapat digunakan
oleh program studi untuk merencanakan melaksanakan,
mengembangkan, memutakhirkan kurikulum.
c. Perguruan tinggi memiliki bukti berupa data dan laporan yang
menunjukkan bahwa program studi telah merencanakan,
melaksanakan, mengembangkan, dan memutakhirkan kurikulum.
21
b. Perguruan tinggi memiliki kebijakan, pedoman, panduan, dan
peraturan yang jelas tentang keamanan dan keselamatan
penggunaan sarana dan prasarana di tingkat institusi. Bukti
pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dilacak dari
peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan berkala di
tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempat-tempat
lain di mana kegiatan dilaksanakan.
c. Perguruan tinggi mempunyai dokumen kepemilikan, hibah, sewa,
atau pinjam melalui kesepakatan atau perjanjian sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku antara perguruan tinggi dan pihak
terkait.
Standar 6. Pendanaan
22
prasarana.
c. Perguruan tinggi harus mempunyai sistem montoring dan evaluasi
pendanaan secara internal yang akuntabel dengan terhadap
semua unit kerja dengan persetujuan dari pimpinan yang
berwenang.
d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme penetapan biaya pendidikan
yang dibebankan kepada mahasiswa serta laporan proses
pengambilan keputusan.
e. Perguruan tinggi mampu memperoleh dukungan dana untuk
program akademik dari luar institusi.
Standar 7. Tatapamong
23
sehingga semua sivitas akademika dapat dengan mudah meng-
aksesnya.
c. Perguruan tinggi mengembangkan SOP yang memberikan
gambaran jelas tentang mekanisme untuk melakukan
perencanaan, pengembangan serta implementasi kebijakan-
kebijakan perguruan tinggi bagi setiap unit tatapamong.
d. Perguruan tinggi secara bertanggung jawab menyebarluaskan
hasil kinerjanya secara berkala kepada stakeholders sebagai
bentuk akuntabilitas publik
24
Standar 9. Sistem Pembelajaran
25
pemadam kebakaran), kesehatan dan kenyamanan (suhu,
pencahayaan, sirkulasi udara), d.peralatan bantu bagi pengunjung
(mesin photo-copy, alat pencari katalog buku), jenis dan bahan
putaka lengkap (buku teks bahasa Indonesia dan bahasa asing,
jurnal luar dan dalam negeri, e-journals, bahan audio video),
layanan antar perpustakaan, layanan e-library dengan
perputakaan di fakultas/jurusan/prodi, rasio buku dengan
jumlah mahasiswa memadai (1:10 sampai 1:20), rasio buku teks
terbitan 5 tahun terakhir dibandingkan dengan total jumlah
buku, waktu layanan perpustakaan menacapai 8 – 10 jam sehari,
program pemeliharaan perpustakaan secara berkala (fumigasi,
kebersihan), dan ruang diskusi untuk kelompok belajar
mahasiswa.
e. Memiliki ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa.
f. Sistem Pembelajaran menjamin terselenggaranya proses
pembelajaran yang objektif, adil dan akuntabel dicerminkan dari
adanya evaluasi mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara
berkala dan hasilnya ditindaklanjuti.
26
10.2. Elemen Penilaian
27
Berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat
cepat maka perguruan tinggi harus mampu melakukan pengelolaan
yang profesional serta pemutahiran terhadap piranti keras dan
lunak, sumber daya manusia serta organisasi pengelola untuk
menjamin pertumbuhan sistem informasi yang telah dibangun
tersebut. Perguruan tinggi juga harus menjamin akses bagi
mahasiswa, staf dan sivitas akademika lainnya untuk memanfaatkan
keberadaan sistem informasi tersebut melalui peraturan-
peraturan yang transparan.
28
mutu dibentuk ditingkat institusi dan dapat pula dikembangkan di
tingkat fakultas/jurusan, sesuai dengan kebutuhan.
Sistem penjaminan mutu internal pada suatu perguruan tinngi
tercermin pada adanya pengorganisasian, dan manual mutu yang
memuat pernyataan mutu sebagai komitmen institusi, kebijakan
mutu, prosedur mutu instruksi kerja mutu. Perguruan tinggi harus
menetapkan sasaran mutu yang harus dicapai oleh unit-unit kerja
sesuai dengan kapasitas dan kinerja masing-masing. Perguruan
tinggi juga harus memiliki mekanisme peningkatan mutu
berkelanjutan serta pengembangan sistem penjaminan mutu untuk
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan di tingkat nasional
maupun internasional.
29
b. Perguruan tinggi menetapkan sasaran mutu, memonitor dan
mengevaluasi pencapaiannya, minimal di bidang pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Perguruan tinggi merekrut calon mahasiswa yang bermutu.
d. Perguruan tinggi memiliki daya tarik institusi bagi calon
mahasiswa dari berbagai daerah di indonesia dan luar negeri.
e. Perguruan tinggi memiliki rekaman data yang diolah menjadi
informasi untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan
informasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dini
kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan.
f. Perguruan tinggi memiliki komitmen institusi untuk menyediakan
dana yang menjamin upaya peningkatan mutu internal serta
akreditasi, secara terus menerus.
30
13.2. Elemen Penilaian
a. Perguruan tinggi memiliki angka efisiensi edukasi yang ideal.
b. Masa tunggu lulusan untuk bekerja relatif singkat.
c. Perguruan tinggi memiliki upaya-upaya dalam melakukan
pelacakan lulusan secara periodik.
d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme yang menjamin evaluasi
hasil pelacakan lulusan digunakan sebagai umpan balik bagi
institusi dalam menentukan kebijakan akademik
e. Perguruan tinggi memberikan layanan bimbingan karir dan
informasi kerja bagi mahasiswa dan lulusan
31
14.2 Elemen Penilaian
32
d. Pengabdian kepada masyarakat yang terkait dengan
penelitian.
e. Penghargaan karya inovatif dosen dan/ mahasiswa dalam 5
tahun terakhir.
f. Jumlah dosen yang menulis buku ajar yang diterbitkan selama
5 tahun terakhir
b. Perguruan tinggi memfasilitasi agar karya-karya ilmiah dosen
memperoleh paten/hak cipta
c. Perguruan tinggi memacu dosen dan mahasiswa untuk melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat per tahun
33
Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh BAN-PT terhadap perguruan
tinggi negeri dan swasta yang dapat berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, dan akademi. Akreditasi dilakukan melalui prosedur
sebagai berikut:
34
11. Tim asesor melakukan asesmen lapang ke lokasi perguruan tinggi
selama 3 atau 5 hari.
12. Tim asesor melaporkan hasil asesmen lapang kepada BAN-PT paling
lama seminggu setelah asesmen lapang.
13. BAN-PT memvalidasi laporan tim asesor.
14. BAN-PT menetapkan hasil akreditasi pergutuan tinggi.
15. BAN-PT mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat luas,
menginformasikan hasil keputusan kepada asesor yang terkait, dan
menyampaikan sertifikat akreditasi kepada pergutuan tinggi yang
bersangkutan.
35
PERGURUAN TIM ASESOR
BAN-PT TINGGI
• Memenuhi syarat
• Mengembangkan kelayakan
perangkat instrumen • Menyampaikan
• Mngumumkan usul akreditasi
pelaksanaan AIPT
• Menilai dokumen
akreditasi secara
• Verifikasi dokumen mandiri
akreditasi perguruan • Menyusun dan
tinggi menyampaikan
• Menunjuk tim asesor laporan penilaian
mandiri kepada BAN-
PT
Mengundang tim
asesor untuk
menyepakati hasil • Menyepakati hasil
penilaian mandiri asesmen lapang
kelompok asesor
• Verifikasi laporan
asesmen lapang.
• Melaporkan hasil • Menetapkan
verifikasi kepada Keputusan Akreditasi.
Sidang Pleno BAN- • Mengumumkan hasil
PT akreditasi kepada
masyarakat terkait
• Menyampaikan
sertifikasi akreditasi
kepada perguruan
tinggi
36
Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesi
dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 10) yang disusun
bersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
(sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yang
menyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter
spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telah
diserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa
Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor
29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Gambar 10. Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis
Anak 2005
37
Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacu
kepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation
for Medical EducationDocuments – World Standards for Medical Education,
British General Medical Council dan Royal College of Physicians, American
Institute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi di
tanah air.
Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan
Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4
Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi;
selengkapnya adalah sebagai berikut :
38
Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis (Gambar 11).
Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari:
39
maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu buku
sebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam Buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.
Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensi
dan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World
Federation for Medical Education – perbedaannya hanya dari segi format
urutan.
40
sampai 39 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak 2005.
41
November 2008 dan Kedua pada Rapat Kerja di Jakarta tanggal 9 – 10
Januari 2010 serta beberapa usulan masukan penyempurnaan – maka Komisi
III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia telah melakukan
revisi instrumen tersebut menjadi terdiri dari 9 standar dengan 36 kriteria
dan 180 indikator penilaian IPDSA sebagimana dalam Tabel 1 berikut:
Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. Visi, Misi, Objektif dan Target 1 5
2. Program Pendidikan 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator
42
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005
pada halaman 23 sampai 24.
2. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41
sampai 43.
3. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45
sampai 61.
4. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 71 sampai 73.
5. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 72 sampai 95.
43
Dalam Panduan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical
Education 2005 tersebut diperuntukan untuk pendidikan dokter, sedangkan
untuk pendidikan dokter spesialis belum ada – namun secara umum dari segi
substansi kemungkinan tidak akan berbeda. Substansi dalam WHO/WFME
Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 tersebut mirip
dengan nomor 2 di atas pada halaman 9 yakni Panduan Penilaian Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8
dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 pada halaman 41 sampai 43.
26
Wass V, Bowden R, Jackson. The principles of assessment design. In: Jackson N, Jamieson A, Khan
A (eds). Assessment in Medical Education and Training. Oxford: Radcliffe Publishing; 2007. p. 11-26.
44
Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator
serta nilai dari setiap indikator tersebut. Akreditasi merupakan langkah
kedua dari 3 langkah dalam program quality assurance. Ringkasan beberapa
batasan/sstilah dalam Akreditasi IPDSA:
1. Definisi Akreditasi
3.Tujuan Akreditasi
45
iii. Untuk memberikan jaminan kepada pihak yang
berkepentingan (peserta didik, tenaga didik, pemilik institusi
dan penyandang dana)
4. Konsep Akreditasi
5. Struktur Akreditasi
6. Model Akreditasi
8. Monitoring Akreditasi
46
9. Evaluasi Akreditasi
47
Pada rapat keja Kolegium tanggal 10-11 Januari 2010 telah diadakan self-
assessment kedua dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 2 dan Gambar 12
dan 13 berikut.
Tabel 2.
48
Gambar 14. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA.
Gambar 15. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA dalam bentuk laba
laba (spider web)
49
3. Continuous Quality Improvement (CQI)
50
Tabel 3. Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakarta 10 – 11 Januari 2010
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
Rencana Strategis 2008 2009 2010 2011
Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II
Self-Assesment 1 2
Persiapan dan
pematangan:
4. instrumen
5. surveyor/asesor
Akreditasi
Re-akreditasi
51
Pada prakteknya program pendidikan dokter spesialis dilaksanakan di rumah
sakit yang juga sebagai institusi pelayanan dan sebagaimana dalam Undang
Undang RI Nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 25
Tahun 2009 tentang Layanan Publik (termasuk kesehatan) ada 9 fungsi
manajemen medik – fungsi nomor 5 adalah peningkatan kinerja (Gambar 17).
Maka seyogya institusi tersebut Medik bersiap mengantisipasi untuk
membuat Key Performance Indicators (KPIs)27 Gambar 18 untuk tingkat
Departemen/SMF dan individu profesi yang nantinya dirangkum sebagai satu
kesatuan dengan Kinerja Rumah Sakit (Tabel 4)
27
Firmanda D. Key Performance Indicators (KPIs) Rumah Sakit. Disampaikan pada Workshop Key
Performance Indicators (KPIs) di RSUP Fatmawati Jakarta, 24-25 Mei 2010.
52
Organisasi Institusi:
1. efektif
2. efisien
3. akuntabel
CLINICAL GOVERNANCE
1. aksesibiltas pelayanan
2. keselamatan pasien
3. meningkatkan mutu dan standar
4. kepastian hukum
53
KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPIs)
Visi ……………………………………………………………………………………………..
Misi 1. ………………………………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………
Nilai Nilai 1. ………………………………………………………………………………………..
2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………
Direktorat/Komite
……………………………………………………………………………………………..
Bidang/Bagian/Instalasi/
SMF …………………………………………………………………………………………….
Seksi/Sub Bagian/Divisi/
Koordinator …………………………………………………………………………………………….
Critical Success Factors 1. ………………………………………………………………………………………..
(CSFs) 2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………
Key Performance 1. ………………………………………………………………………………………..
Indicators (KPIs) 2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………
Gambar 18. Contoh Format Key Performance Indicators (KPIs) untuk IPDSA
54
INSTRUMEN AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai visi, misi dan
tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak di IPDSA
tersebut.
Penilaian Surveyor:
55
Instrumen Akreditasi Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
Parameter 1:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Program Pendidikan
Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Anak .
Penilaian Surveyor:
56
Parameter 2:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
57
Parameter 3:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
58
Parameter 4:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian isi Log Book dengan
Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
Penilaian Surveyor:
59
Parameter 5:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas pengisian Log Book dan
pembubuhan tanda tangan supervisor terkait.
Penilaian Surveyor:
60
Parameter 6:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
61
Instrumen Akreditasi Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
62
Parameter 2:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
63
Parameter 3:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
64
Parameter 4:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
65
Parameter 5:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
66
Parameter 6:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
67
Parameter 7:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
68
Parameter 8:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
69
Instrumen Akreditasi Standar 4: Peserta Didik di Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang
tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Anak,
Penilaian Surveyor:
1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut
telah menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria
penerimaan serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan
Kurikulum dari Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan institusi
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), maka IPDSA
tersebut mendapat nilai 4.
2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan
mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta
pemberhentian peserta didik tersebut dengan bukti :
i. Daftar hadir
ii. Notulen kegiatan dan hasilnya
iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut
bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
70
Parameter 2:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan penjelasan tentang tentang hak, tugas
dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di
institusi tersebut.
Penilaian Surveyor:
71
Instrumen Akreditasi Standar 5: Staf Pengajar di Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi
seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah melaksanakan dokumentasi akan kualifikasi dan
lisensi seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) – maka IPDSA tersebut mendapat nilai
4.
2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan kegiatan
dokumentasi diatas berupa bukti :
i. Daftar hadir
ii. Notulen kegiatan dan hasilnya
iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut
bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
72
Parameter 2:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai uraian tugas
seluruh staf pengajar di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA telah mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf
pengajar dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut
mendapat nilai 3.
2. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf
pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka urainan tugas staf
pengajar tersebut secara umum maupun rinci - bila jawaban mereka
sesuai dengan ang tertulis , maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.
3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan
parameter uraian tugas tersebut dengan bukti:
i. Daftar hadir
ii. Notulen kegiatan dan hasilnya
iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut
bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
73
Instrumen Akreditasi Standar 6: Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana perpustakaan di
IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
74
Parameter 2:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana teknologi informasi
dan audio-visual di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
75
Parameter 2:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat pertemuan
ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
76
Parameter 4:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat diskusi
kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
77
Parameter 5:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana peralatan
penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai
objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
78
3. Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan)
tentang pengembangan sarana peralatan penunjang diagnostik dan
terapeutik lengkap yang dibutuhkan dan disetujui oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta
tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka
IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
79
Parameter 6:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana media komunikasi
yang dibutuhkan antar staf pengajar dan peserta didik untuk mencapai
objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
80
Parameter 7:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana dan tempat
pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis di
IPDSA tersebut.
Penilaian Surveyor:
81
Parameter 8:
Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya staf pengajar sebagai
pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah di IPDSA
tersebut.
Penilaian Surveyor:
82
Instrumen Akreditasi Standar 7: Program Evaluasi di Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
83
dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang program tersebut –
bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.
84
Parameter 2:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 60% rencana jadwal Program
Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak – maka IPDSA tersebut
mendapat nilai 3.
2. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 80% rencana jadwal Program
Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak – maka IPDSA tersebut
mendapat nilai 3.
3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan
parameter rencana kerja tersebut di IPDSA dengan bukti:
i. Daftar hadir
ii. Notulen kegiatan dan hasilnya
iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut
bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
85
Parameter 3:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut pelaksanaan pencapaiannya sudah mencakup 4-5
bidang dari enam bidang dalam Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak – maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3.
2. Bila IPDSA tersebut melaksanakan seluruh keenam bidang dalam
Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak – maka IPDSA
tersebut mendapat nilai 4.
3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan
parameter tersebut di IPDSA dengan bukti :
i. Daftar hadir
ii. Notulen kegiatan dan hasilnya
iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut
bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.
86
Instrumen Akreditasi Standar 8: Tatakelola dan administrasi di
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
87
Parameter 2:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
88
Parameter 3:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
89
Parameter 4:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
90
Instrumen Akreditasi Standar 9: Program Peningkatan Mutu
(Quality Improvement) di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Parameter 1:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal yang teratur
tentang pertemuan rutin tersebut, akan tetapi belum/tidak
dilaksanakan – maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3.
91
Parameter 2:
Operasional:
Penilaian Surveyor:
92
LEMBAR PENILAIAN SURVEYOR AKREDITASI IPDSA
Pilih salah satu nilai dari setiap kriteria dan beri tanda dalam kotak yang sesuai.
NILAI
Standar/Kriteria 1 2 3 4 5 JUMLAH
S1 S1 P1 .................
S2 S2 P1
S2 P2
S2 P3
S2 P4
S2 P5 .................
S2 P6
S3 S3 P1
S3 P2
S3 P3
S3 P4
S3 P5
S3 P6
S3 P7 .................
S3 P8
S4 S4 P1
S4 P2 .................
S5 S5 P1
S5 P2 .................
S6 S6 P1
S6 P2
S6 P3
S6 P4
S6 P5
S6 P6
S6 P7 .................
S6 P8
S7 S7 P1
S7 P2
S7 P3 .................
S8 S8 P1 .
S8 P2
S8 P3 ................
S8 P4
S9 S9 P1
S9 P2 .................
JUMLAH NILAI .................
PERSENTASE NILAI = (JUMLAH NILAI /180) X 100% .................
TINGKAT SKOR .................
Nama Surveyor:
93
(…………………………………………..…)
DF-2011
94