Está en la página 1de 3

Jadikan Siswa Generasi Berpengharapan

Bencana silih berganti, tsunami di Aceh dan Pangandaran, gempa di Nias, Yogyakarta,
dan Jawa Tengah, Longsor di Sumatra Barat, lumpur Lapindo Brantas yang susah dicari
solusinya, tenggelamnya kapal laut Senopati, hilangnya pesawat terbang Adam Air dan
banjir dimana-mana menjadi episode kelabu bangsa Indonesia. Lebih tragis lagi
kemiskinan terus bertambah, lima puluh persen penduduk Indonesia berpendapatan di
bawah 2 dollar US, dan pemberantasan korupsi tidak maksimal menambah daftar
panjang penderitaan negeri ini.
Semua kejadian di atas menjadikan masyarakat Indonesia gamang akan masa
depannya. Terlebih siswa sebagai generasi penerus menjadi sangat paranoid akan
perjalanan hidupnya. Masih adakah ruang untuk menggapai harapan menjadi tanda
tanya besar bagi generasi kita.
Ancaman ekologi, perpolitikan yang tidak pernah dewasa, sempitnya lapangan kerja,
dan pemiskinan struktural menguras emosi generasi kita, dan jika tidak terkelola
dengan baik akan menjadikan sebuah keputusasaan dan tanpa pengharapan.
Membangkitkan motivasi, memberi penyadaran, dan pengharapan bagi generasi muda
adalah tugas kita semua.
Tokoh masyarakat, negarawan, agamawan, politisi, dan dunia pendidikan berkewajiban
melaksanakan tugas tersebut sesuai porsi masing-masing. Tugas yang utama adalah
memberi contoh tindakan yang terpuji dan menjalankan tugas dengan berorientasi
kepada kemaslahatan dan kesinambungan generasi.

Negarawan harus menjadi suri tauladan yang baik, tutur kata dan tindakannya jangan
sampai membingungkan masyarakat, tidak emosional dan menjadi penyejuk segenap
lapisan masyarakat. Agamawan harus komitmen dan setia dengan keyakinan serta
keilmuannya, jika tidak maka umat akan kehilangan pegangan dan muncul
kegersangan kehidupan yang berpotensi anarki. Politisi sebagai wakil rakyat mesti setia
pada konstituennya, bukannya malah setia terbatas pada garis politiknya yang
biasanya rigid dan tidak jarang primordial.

Tugas Dunia Pendidikan


Dunia pendidikan mempunyai tugas yang komplek berkaitan dengan membangkitkan
motivasi, memberi penyadaran, dan pengharapan bagi peserta didiknya. Menciptakan
generasi yang bervisi dan bermisi terhadap kehidupannya adalah sesuatu yang penting.
Bangunan visi dan misi yang jelas akan membangkitkan motivasi untuk berprestasi, dan
prestasi hidup amatlah penting karena kesuksesan hidup di masa depan adalah
akumulasi prestasi itu sendiri.
Tugas yang kedua bagi dunia pendidikan adalah memberi penyadaran terhadap siswa.
Proses penyadaran adalah dialektika antara realitas dunia luar dengan kediriannya,
antara harapan dan kenyataan, antara peluang dan hambatan, serta antara kekuatan
dan kelemahan. Dengan penyadaran seperti ini maka siswa harus senantiasa dibekali
dengan SWOT pribadi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman).
Dengan kesadaran yang tinggi akan eksistensinya maka siswa akan mempunyai
kesadaran posisi koordinat hidupnya. Dengan demikian maka akan tercipta generasi
yang kreatif, inovatif, tidak mudah putus asa, tidak mudah stress dan bukan generasi
yang mudah frustasi dan reaktif terhadap dinamika kehidupan.
Tugas yang ketiga adalah menciptakan generasi yang berpengharapan. Generasi yang
berpengharapan adalah generasi yang berharap untuk lebih baik, untuk lebih berguna,
dan harapan untuk lebih menjadi manusia.
Harapan untuk lebih baik adalah sebuah evolusi diri, sebuah proses dialektika antara
kondisi kediriannya sekarang dengan norma-norma positif yang berlaku dalam
masyarakat, agama, dan bernegara, serta dalam cakupan lokal, nasional, dan
internasional. Dialektika ini membawa sebuah evaluasi sikap agar termotivasi untuk
berhijrah dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
Harapan untuk lebih berguna penting untuk diajarkan dalam kehidupan siswa karena
akan memberi kepuasan batin dan memperkuat eksistensinya sebagai makhluk sosial.
Dengan demikian siswa harus senantiasa diajarkan dan digali potensi-potensi yang
dimiliki, baik yang sifatnya kompetitif maupun komparatif. Terlebih kelebihan-kelebihan
komparatif harus digali dengan sungguh-sungguh karena akan menjadikan seorang
siswa berguna secara khusus, menjadi pembeda dari yang lain.
Harapan untuk lebih menjadi manusia adalah cita-cita akhir dari sebuah poses
pendidikan, sebagai sebuah proses humanisasi. Proses ini dimulai dari ruang segi empat
yang dinamakan kelas. Dari ruangan inilah pangkal terciptanya generasi yang humanis
atau yang tidak. Dari sinilah budaya itu dibentuk yang nantinya terakumulasi menjadi
sebuah peradaban, sebab apa yang tercermin dalam realitas hidup adalah out come
pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian jelaslah bahwa proses yang benar dan baik menjadi kunci utama
pembangunan manusia sesungguhnya. Benar artinya proses pembelajaran diajarkan
dengan kejujuran, berstandar proses, adaptif terhadap perkembangan keilmuan dan
teknologi dan baik berarti proses pembelajaran disampaikan dengan cara yang
beretika, bermoral.
Kejujuran dalam proses selama ini terabaikan sehingga kini banyak dihasilkan prestasi-
prestasi yang artifisial. Proses kini tidak lagi standar karena membunuh ruang
kreatifitas siswa, dan hanya menghasilkan generasi copy-paste. Untuk itu perlu
dilakukan rekonstruksi pembelajaran untuk menjadi lebih jujur dan berstandar
proses.Menjadikan generasi berpengharapan adalah proses yang panjang, dijalani
dengan sungguh-sungguh dan penuh komitmen, serta dibarengi sikap yang optimis.
Eksistensi bangsa ini adalah eksistensi generasi muda kini, tanpa adanya pengharapan
bagi generasi muda berarti tiada pula pengharapan untuk bangsa ini di masa
mendatang. Untuk itu, jadikanlah siswa sebagai generasi yang berpengharapan.

También podría gustarte