Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh
Dina Mardhatillah
YOGYAKARTA
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelapa sawit pertama kali dibangun di Indonesia pada tahun 1911 di daerah
Sumatera Utara dengan luas 5.123 Ha. Pada tahun 1957 pemerintah Indonesia
nyata dimulai pada tahun 1967 dengan luas 144.308 ha, hingga tahun 2009 luas
perkebunan sawit mencapai 7.125.331 juta ha, dengan total produksi CPO
dalam bentuk; CPO dan produk turunan, yang dimaksud produk turunan dapat
berupa produk antara dan produk hilir. Pada periode tahun 2001 - 2005 ekspor
produk antara sebesar 21.552.000 juta ton sedangkan ekspor CPO sebesar
15.931.636 juta ton. Tetapi pada periode tahun 2006 - 2009 volume ekspor
produk antara lebih rendah sebesar 24.392.000 dibandingkan volume ekspor CPO
sebesar 29.285.841. Nuryanti (2008) mengatakan kenaikan pajak ekspor CPO dan
produk antara dari tahun 2006 sebesar (1,5%) menjadi (6,5%), hal ini mendorong
produsen CPO memproduksi dan mengekspor CPO bukan produk antara, hal ini
1
Pada kenyataannya ekspor produk antara mempunyai nilai tambah yang
lebih besar dibandingkan ekspor CPO. Sugema (2007) mengatakan nilai tambah
produk CPO AS$ 458 per ton sedangkan nilai tambah produk antara AS$ 488 per
hanya berjumlah 10 pabrik, dengan kapasitas terpasang 11 juta ton per tahun, dan
atau apakah betul pajak ekspor membebani ekspor produk antara. Berdasarkan
menjalankan manajemen.
pelaksana.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
1848 (Pahan, 2005). Saat ini kelapa sawit sebagai tanaman perkebunan
Tanaman kelapa sawit mulai dikembangkan oleh pemerintah pada tahun 1967.
Berdasarkan (Tabel 1), pada periode 1967 - 1978 sebagian besar perkebunan
98,892 ha (68,5%), dan swasta sekitar 46,235 ha (32%). Pada periode tahun
1979 - 1989 total luas area perkebunan besar baik milik pemerintah maupun
swasta 144.308 ribu ha, selain itu terdapat perkebunan milik rakyat seluas
220.707 ha (32%). Pada periode 1990 - 2000 areal Perkebunan kelapa sawit
215.879 ribu ha (8%). Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit telah
tercermin dari peningkatan areal perkebunan sawit, pada tahun 2009 total luas
oleh perkebunan swasta seluas 522.383 ribu ha (21%), dan yang terkecil
3
Peningkatan luas areal tersebut diikuti dengan peningkatan produksi
CPO sebagai berikut: Pada periode 1967 - 1978 produksi CPO terbesar di
hasilkan oleh perkebunan milik pemerintah sebanyak 228.71 ribu ton (97 %),
sedangkan perkebunan swasta hanya 5.905 ribu ton (3%). Pada periode tahun
1979 - 1989 produksi CPO sudah dihasilkan oleh perkebunan rakyat sebesar
182,929 ribu ton (15%), produksi CPO tertinggi masih dihasilkan oleh
perkebunan milik pemerintah sebesar 745.470 ribu ton (56%), dan swasta
sebanyak 395,315 ribu ton (29%). Pada periode 1990 - 2000 produksi CPO
tertinggi dihasilkan oleh perkebunan milik swasta sebesar 2.845.395 juta ton
pemerintah sebesar 186.789 ribu ton (5,2%). Pada periode tahun 2001 - 2009
produksi CPO dari perkebunan milik rakyat 3.512.123 juta ton (45%) hampir
ton (46%).
rata-rata 2,15 ton. Pada perkebunan milik negara produksi CPO 2,77 ton/ha,
perkebunan milik swasta produksi CPO 1,87 ton/ha, dan perkebunan milik
4
Tabel 1: Penambahan luas lahan perkebunan sawit dan produksi CPO
shortening, cocoa butter, dan sabun. Proses yang dimaksud adalah refining
dan fraksinasi; yang akan menghasilkan produk seperti RBD olein, RBD
stearin, crude stearin, crude olein, dan DALMS sebagai produk samping
(Bailey, 1996). Produk ini disebut sebagai produk antara karena untuk dapat
5
Secara diagramatis masing-masing proses tersebut dapat dilihat pada
DALMS (5%)
6
Berikut ini adalah penjelasan prinsip masing-masing proses
1. Refining
selain minyak dalam CPO seperti zat warna (pigmen), gum, senyawa odor,
dan asam lemak bebas. Pada proses refining ada tiga tahapan proses yaitu
a. Degumming
b. Bleaching
7
suhu 950C selama 1,5 jam dan diakhiri dengan proses filtrasi (Howes,
c. Steam Refining
bebas dan senyawa penyebab bau pada minyak. Proses steam refining
1. Fraksinasi
efisien baik dari segi biaya maupun dari segi proses ( Wong et al., 1991
dengan nilai cloud point yang rendah dan mempunyai stabilitas yang
8
Berdasarkan diagram alir pada Gambar 1(a,b,c), maka hasil
olein, RBD stearin, crude olein dan crude stearin. Persentase secara
antara yang terdapat di pasaran adalah RBD stearin, RBD olein, RBD palm
9
Tabel 4: Perkembangan volume ekspor CPO dan produk antara CPO
Indonesia dalam (ribu matrik ton)
Produk antara CPO (ton)
RBD palm RBD Total produk
Tahun CPO RBD olein oil stearin DALMS antara
2.140.00
2006 6.113.631 2.614.000 901.000 0 175.000 5.830.000
2007 5.701.286 3.692.000 838.000 936.000 280.000 5.746.000
1.121.00
2008 7.904.178 3.831.000 772.000 0 366.000 6.090.000
1.554.00
2009 9.566.746 4.107.000 752.000 0 313.000 6.726.000
total 29.285.84 14.244.00 5.751.00 1.134.00
(ton) 1 0 3.263.000 0 0 24.392.000
Sumber: kementrian Perdagangan, 2010
Produk antara CPO yang paling banyak diekspor adalah RBD olein.
Hal ini dikarenakan RBD olein merupakan produk antara yang akan diolah
lebih lanjut menjadi minyak goreng (Tomek and Robinson, 1972 cit. Ibrahim,
2009). Pada tahun 2002-2003 terjadi kenaikan ekspor RBD stearin sebesar
230 ribu ton dari 970 pada tahun 2002 menjadi 1.200.000 juta ton pada tahun
2003. kemudian diurutan kedua adalah produk antara RBD stearin 1.650.000
juta ton.
Ekspor CPO (Tabel 3) terihat pada periode tahun 2001 – 2005 sebesar
15.931.636 juta ton lebih rendah dibandingkan ekspor produk antara sebesar
21.552.000 juta ton. Penurunan ekspor produk antara mulai terjadi pada tahun
2006. Terlihat pada (Tabel 4) periode 2005 – 2006 ekspor RBD olein
mengalami penurunan sebesar 716 ribu ton dari 3.330.000 juta ton pada tahun
2005 menjadi 2.624.000 juta ton pada tahun 2006. Penurunan ekspor RBD
10
stearin terlihat pada periode tahun 2006 – 2007 sebesar 1.204.000 juta ton,
dari 2.140.000 juta ton pada tahun 2006 menjadi 936 juta ton pada tahun
2007. Pada tahun 2009 ekspor CPO sebesar 29.566.746 juta ton dan volume
Biaya adalah nilai yang diukur dalam satuan uang yang digunakan
untuk memperoleh barang atau jasa yang dapat memberikan manfaat di massa
antara terbagi menjadi dua yaitu investasi dan biaya operasional. Secara detail
1. Investasi
2. Biaya operasional
11
komponen biaya operasional pabrik pengolahan CPO menjadi produk
pajak, jika pajak penjualan tinggi akan mempengaruhi laba setelah pajak
yang diperoleh.
dilihat dari:
Nilai AAR (%) lebih besar dari keuntungan yang diisyaratkan, maka
Nilai AAR (%) lebih kecil dari keuntungan yang diisyaratkan, maka
investasi layak.
12
2. Average accounting rate of return
Accounting rate of return (Rp) lebih besar dari rate of return yang
Accounting rate of return (Rp) lebih kecil dari rate of return yang
Investasi
pay back periode= x 1tahun
Cash Flow
Pay back periode lebih kecil dari waktu yang ditargetkan (5 tahun),
Pay back periode lebih besar dari waktu yang ditargetkan (5 tahun),
13
4. Internal rate of return (IRR) adalah mencari discount rate yang
npv rr
IRR=rr+ x (rt−rr)
TPV rr−TPV rt
npv rr
x (rt−rr )Dimana:
TPV rr−TPV rt
IRR (%) lebih besar dari keuntungan yang diisyaratkan (%), maka
investasi layak
IRR (%) lebih kecil dari keuntungan yang diisyaratkan (%), maka
14
dengan present value dari investasi. untuk menilai investasi tersebut
Dimana:
K = Required rate of return atau weight average cost of capital.
At = Cash flow untuk periode t
Total present value of cash flow (Rp) lebih besar dari investasi
Total present value of cash flow (Rp) lebih kecil dari investasi maka,
PV of cashflow
Pi=
investasi
15
F. Manajemen pabrik refining dan fraksinasi
a. Perencanaan
mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengendalian (controlling)
16
Tujuan manajemen pada pabrik refinery dan fraksinasi adalah
mengolah CPO menjadi produk antara yaitu RBD olein dan RBD stearin yang
merupakan sub sistem – sub sistem manajemen yang saling berhubungan dan
terkait satu dengan lainnya untuk mencapai suatu tujuan ( Simatupang, 1995).
tingkatan pertama adalah manajer puncak (top manager), tingkat kedua adalah
akan dijelaskan secara detail sebagai berikut (Banoma, 1989 cit. Daft, 2006) :
a. Top manager
b. Middle manager
17
unit bisnis, manajer umum, administrator, manajer lini produk, manajer
c. Project manajer
adalah sistem vertical organization, dimana perintah berasal dari top manager
18
Gambar 2: Lay out alokasi tenaga kerja refinery dan fraksinasi
(Jiungpe, 2008)
19
2. Job description pada pabrik refinering dan fraksinasi
log book
pada mesin
b. Operator degumming
20
Menjalankan proses degumming dan menjaga konsistensi kondisi
operasinya
terjadi
c. Operator bleaching
21
d. Operating deodorizing
produksi fraksinasi
ditetapkan
22
Mengawasi pelaksanaan preventive maintenace dan memastikan
log book
pada mesin.
f. Operating fraksination
hasilnya
23
g. Operating Maintenance
24
25
26