Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh:
Dwi Ristianingsih
A1.0900515
GOMBONG
2010
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
A. Definisi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua Timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun
refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan
Leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara
inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra.
Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena
hubungannya dengan uretra.
Pengkajian
§ Pola berkemih
§ Frekuensi
§ Volume
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa,
maka perlu lapor.
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan
pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan
hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di
kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada
normal
Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya
fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
Stress psikologi
Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan
tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya
tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode
waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-
otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.
Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya lebih sering berkemih.
Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter). Obat diuretiik dapat
meningkatkan output urine. Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Urine
Warna :
Bau :
Berat jenis :
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume
yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.
Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
Normal berat jenis : 1010 – 1025
Kejernihan :
pH :
Protein :
Darah :
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
Adanya darah dalam urine — hematuria.
Glukosa :
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat
sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak —- menetap pada
pasien DM
Adanya gula dalam urine —- glukosa
Keton :
Obstruksi
Pertumbuhan jaringan abnormal
Batu
Infeksi
Masalah-masalah lain.
§ Retensi
Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan diri.
Menyebabkan distensi kandung kemih
Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml
Urine ini merangsang refleks untuk berkemih.
Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 –
4000 ml urine
Penyebab
§ Inkontinensi urine
Penyebab Inkontinensi
Proses ketuaan
Pembesaran kelenjar prostat
Spasme kandung kemih
Menurunnya kesadaran
Menggunakan obat narkotik sedative
C. Fokus Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
- Menanyakan lokasi atau bagian tubuh pasien yang dirasakan sakit
- mengkaji eliminasi urine pasien
- sejak kapan merasakan sakit
2. pengukuran klinik
- keadaan umum pasien cukup baik,namun pasien mengeluh sakit pada perutnya
3. pemeriksaan fisik
Kepala :bentuk kepala mesosepal, tidak ada lesi/benjolan,rambut
pendek lurus, warna putih tidak lebat.
Mata :bentuk mata simetris, konjungtiva ananemis, fungsi
penglihatan cukup baik.
Leher :tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
Hidung :bentuk hidung simetris , tidak ada polip, cukup bersih.
Mulut :mukosa bibir agak kering, lidah dan gigi agak kotor, tidak ada
stomatitis.
Telinga :tidak ada serumen, bentuk simetris, pendengaran baik.
Dada :paru-paru
Inspeksi : retraksi dada bagus
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
Jantung
Inspeksi : tidak ada pembesaran jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
Abdomen :tidak ada asites, ada nyeri tekan, ada luka jahit dan lubang
irrigasi
Integumen :warna kulit sawo matang,turgor kulit baik,tidak ada edema
Ekstermitas :tangan kanan terpasang infus, kaki masih lemah untuk
berjalan.
Genetalia :jenis kelamin laki-laki,cukup bersih, terpasang kateter.
a. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab
Hari/tanggal : Senin/ 18 Oktober 2010
Hematologi
CBC
Lekosit 7.38 10^3/ul 4.80 – 10-.80
Eritrosit 4.81 10^6/ul 4.70 – 6.10
Haemoglobin 14.3 g/dl 14.0 – 18.0
Hematokrit 42.0 % 42.0 – 52.0
MCV 87.3 Fl 79.0 – 99.0
MCH 29.7 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 34 g/dl 33.0 – 37.0
Trombosit 194 10^3/ul 150 - 450
Gol. Darah O
CT 5 Mnt
BT 3 Mnt
Kimia Klinik
Gula sewaktu 108.0 Mg/dl Premature: 2.50 80.0
Newborn: 30.0 90.0
Adult:20.0 105.0
D. Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatannya
Gangguan pola eliminasi b. d adanya luka post operasi
Tindakan / Intervensi
Daftar Pustaka