Está en la página 1de 26

92 CARA AGAR PUTERA-PUTERI KITA

TERBIASA DENGAN SHALAT

PENULIS:

HANNA’ BINTI ABDUL AZIZ ASH-SHANI’

PENERJEMAH:

AHMAD AFANDI

PENDAHULUAN

‫ان سح يى ان سحًٍ ا ث عى‬

Segala puja–puji kami persembahkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam.

Kesejahteraan dan keselamatan semoga tetap mengalir ke haribaan Nabi besar Muhammad

beserta semua keluarga dan sahabatnya.

Buku yang berada di tangan kita ini merupakan ringkasan dari buku yang telah saya

tulis sebelumnya, yakni buku yang berjudul “Usaha-usaha bagi Orang Tua agar Puteraputerinya
Terbiasa Melaksanakan Shalat.” Dalam buku tersebut saya menyusun kumpulan

cara-cara yang saya ambil dari berbagai pengalaman, sebagai usaha agar anak-anak menjadi

terbiasa dengan shalat.

Saya yakin, buku ini sudah cukup untuk dijadikan pegangan bagi kita dalam usaha

membiasakan shalat pada putera-puteri kita. Karena semua intisari dari buku yang saya tulis

sebelumnya ada pada buku ringkasan yang saya buat lebih menarik dan lebih bagus ini, bak

bunga mawar yang wanginya harum semerbak.

Tidak lupa saya ingatkan pada pembaca, bahwa ketika saya menyebut kata ‘anak atau

anak-anak’, maka maksudnya adalah mencakup anak laki-laki dan anak perempuan (puteraputeri).
Tetapi di saat yang lain, saya juga memaksudkan kata itu untuk anak yang masih

kecil dan yang sudah besar. Maka saya harapkan pada para pembaca agar benar-benar

memperhatikan dan mengingat hal ini, agar tidak terjadi kerancuan dan kesalah pahaman.
Dan sekarang, mari kita mulai.

1. Dalam melakukan berbagai upaya agar anak terbiasa dengan shalat, kita harus ikhlas,

mengharap ridla Allah semata dan mengharap balasan-Nya di akhirat kelak. Sehingga

dengan ini kita akan merasa bagaikan gunung yang tidak akan dapat goyah hanya

karena desiran angin cobaan dan ujian dari Allah SWT.

2. Tanamkan pada jiwa putera-puteri kita, bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di

mana saja mereka berada, bahwa malaikat maut akan selalu siap untuk mencabut

nyawa mereka dalam situasi dan kondisi apapun juga.

3. Jalinlah kerja sama dengan tetangga dekat kita. Dalam suatu kesempatan, ajaklah

putera-puteri mereka menghadiri mesjid. Dan dalam kesempatan yang lain, giliran

mereka yang mengajak putera-puteri kita akan hal yang sama. Ingatkan putera-puteri

mereka agar melaksanakan shalat di mesjid saat mereka tidak berada di samping

putera-puterinya. Dan berpesanlah pada tetangga kita agar mereka bersedia

1 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. E-mail:

fandi_rrr@yahoo.com, cp: 085743904236/ 085292134678. Penerjemah terbuka untuk berdiskusi


seputar Hukum

dan Hukum Islam.mengingatkan putera-puteri kita untuk segera melaksanakan shalat ketika kita tidak

berada di samping putera-puteri kita. Juga ketika putera-puteri kita sedang asyik

bermain, padahal waktu shalat sudah tiba.

4. Setiap kita membimbing mereka, bacakanlah ayat berikut pada mereka,

‫ي سٖ ا ث أٌ ي ؼ هى ان ى‬

Artinya:

“Tidakkah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala

perbuatannya?”(al-Alaq: 14)

Dengan memahami ayat ini, diharapkan mereka akan segera melaksanakan shalat

sekalipun kita tidak berada di samping mereka. Secara tidak langsung, kita juga telah
menanamkan pada diri mereka bahwa Allah akan selalu mengawasi perbuatan mereka.

Akhirnya mereka akan dengan ikhlas melaksanakan kewajiban shalat dan ibadah-ibadah

lainnya. Mereka melaksanakan shalat tidak karena takut pada kita, tetapi karena hati

mereka telah terpenuhi dengan kecintaan pada Allah, mengagungkan-Nya, mengharapkan

pahala-Nya, serta takut akan siksa-Nya.

Dalam upaya ini, jangan selalu mengatakan bahwa kita akan selalu mengawasi mereka,

kemudian dengan mengatakan itu kita merasa bahwa kita telah menanamkan pada diri

mereka akan sifat raqabah (selalu mengawasi makhluk)-Nya. Maka akibatnya, mereka

melaksanakan shalat hanya ketika kita berada di samping mereka. Ini akan berpengaruh

negatif dalam proses pembimbingan putera-puteri kita. Seolah kita menyerahkan

sepenuhnya upaya tersebut kepada Allah, tanpa kita harus ikut bertanggung jawab.

5. Jangan sampai kita menampakkan sikap keputus-asaan di hadapan mereka. Karena ini

akan membuat mereka lebih berbangga dan congkak dengan diri mereka.

Sebagaimana halnya berputus asa dari rahmat Allah yang akan mengakibatkan

su’uddhan (berburuk sangka) dan dapat mengurangi kadar keimanan pada-Nya.

Ibnu Qayyim pernah mengatakan:

“Barang siapa berputus asa dari rahmat dan kasih sayang Allah, maka buruk sangka akan

timbul dalam hatinya.”

6. Buatlah sebuah majelis ilmu untuk seluruh anggota keluarga kita. Pemateri atau guru

pengajarnya dapat diperankan oleh kita, isteri kita, atau salah satu dari putera-puteri

kita yang besar dan sudah dianggap mampu. Majelis ini berfungsi sebagai ajang

pembelajaran, saling bertukar pikiran dan saling menasehati. Masalah waktunya bisa

dilaksanakan satu minggu satu kali dengan durasi waktu setengah jam atau lebih

tergantung kebutuhan, yang terpenting adalah kontinuitas majelis tersebut. Karena

sebentar tapi konsisten lebih baik dari pada dengan durasi waktu yang lama tapi hanya
berlangsung satu kali. Dengan majelis ini diharapkan seluruh anggota keluarga kita

dapat memetik hasil yang maksimal.

7. Peringatan bagi seorang ayah yang tidak dapat menyertai putera-puterinya, baik

karena urusan pekerjaan, sedang terbaring sakit atau karena sudah bercerai dengan

isteri, agar dia juga selalu mengikuti perkembangan anaknya melalui telepon, dengan

tujuan supaya dia juga ikut merasakan peristiwa yang dialami anaknya, begitu pula

sebaliknya.Banyak yang telah melakukan hal ini. Bahkan ketika dia harus ke luar kota akibat

tuntutan pekerjaan, dia selalu menyempatkan diri untuk menjalin hubungan dan

berkomunikasi secara langsung dengan anak-anaknya, tidak lupa dia menanyakan perihal

shalat pada mereka.

8. Sampaikan pada putera-puteri kita akan bahaya su’ul khatimah (mati dalam keadaan

tidak mempunyai iman) agar mereka dapat menghindari penyebab-penyebabnya.

Sampaikan pula akan nikmatnya husnul khatimah (mati dalam keadaan beriman) agar

mereka melakukan hal-hal yang menjadi penyebabnya.

9. Dalam upaya memberi mereka bimbingan, kita harus bersungguh-sungguh agar

mereka selalu melaksanakan shalat. Jangan sekali-kali kita membiarkan mereka

bermalas-malasan dalam melaksanakan shalat.

10. Sampaikan pada mereka masalah-masalah seputar akhirat disertai bandingannya

dengan masalah-masalah dunia serta segala aspek dan unsur-unsur yang terkait di

dalamnya. Agar putera-puteri kita terbiasa dengan dialektika seputar masalah duniaakhirat, juga agar
mereka mengetahui bahwa urusan akhirat tidak lebih penting dari

urusan dunia. Dengan demikian, mereka akan sadar bahwa melaksanakan shalat tepat

pada waktunya lebih utama dari pada melaksanakan kewajiban-kewajiban sekolah,

mengikuti satu rakaat dalam shalat lebih utama dari pada bermain sepak bola, dan

menjaga ketepatan waktu shalat lebih penting dari pada berbincang-bincang dengan

teman, bercakap-cakap di telepon atau melihat acara televisi.


11. Berpindah rumah jika menurut kita dapat menjadi lebih baik dan mendatangkan

keuntungan-keuntungan. Jika tidak atau bahkan sebaliknya, maka hal ini tidak perlu

dilakukan.

12. Menjalin hubungan dengan pihak sekolah tempat putera-puteri kita belajar dan

bekerja sama dengan dewan guru di sana, supaya mereka bersedia menjelaskan

kepada siswa tentang balasan bagi orang yang selalu melaksanakan shalat dan dosa

akibat meninggalkannya. Dalam penjelasan mereka, para siswa diminta untuk

bertanya. Misalnya; bagaimana caranya agar kita dapat secara konsisten

melaksanakan shalat? Atau menanyakan kesediaan masing-masing dewan guru untuk

setiap harinya melontarkan pertanyaan minimal pada tiga orang siswa, “Apakah kamu

melaksanakan shalat shubuh pada hari ini?”

13. Belilah buku-buku gambar yang bervariasi untuk putera-puteri kita yang masih kecil,

agar mereka terbiasa berinteraksi dengan gambar. Kemudian belilah buku-buku atau

kertas bergambar yang menjelaskan tentang tata-cara berwudlu’ dan shalat serta

memuat bacaan-bacaan yang biasa dipakai dalam berdzikir.

14. Dekaplah putera-puteri kita, menciumnya, menepuk bahunya, dan mengelus

punggungnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Hal ini kita lakukan setiap kali

mereka selesai melaksanakan shalat, agar mereka terus tergerak dan termotivasi untuk

terus melakukannya, tanpa kita harus memberi mereka hadiah atau imbalan yang

dapat menimbulkan efek negatif.

15. Bagaimana caranya agar setiap kita membangunkan putera-puteri kita untuk

melaksanakan shalat, mereka dengan segera melakukannya?Banyak cara yang bisa kita lakukan, antara
lain:

• Berkomunikasi dengan bahasa yang halus

• Menepuk pahu/pundaknya dan mengelus-elus kepalanya

• Sampaikan pada mereka kisah-kisah yang dapat menjadi suri tauladan,


sehingga membuatnya lebih bergairah dan dapat menghilangkan rasa

kantuknya. Misalnya, “Pada hari ini kamu akan pergi ke anu,

sedangkan si fulan akan berkunjung kemari. Si fulan itu anaknya

pintar, selalu sukses dan berprestasi…dan seterusnya.

• Setelah membangunkan, biarkan dulu putera-puteri kita untuk tidur

lagi sejenak. Lima menit atau tiga menit kemudian bangunkanlah

mereka kembali jika memang waktu shalat masih banyak.

• Matikan AC kamarnya

• Hidupkan lampu kamarnya.

• Ambillah air dan percikkan ke wajahnya bila perlu.

• Memanggilnya seraya mendo’akannya. Seperti, “Bangunlah anakku,

mudah-mudahan Allah melapangkan dadamu.”

• Sampaikanlah petuah-petuah yang dapat membuat diri mereka selalu

berharap akan rahmat Allah, takut akan siksa-Nya, dan selalu ingat

pada-Nya. Misalnya, “Shalat dapat membuat kuburanmu terang

benderang kelak”, atau “Bangunlah anakku, karena kita lah yang

menentukan perihal surga atau neraka yang akan kita pilih.”

• Tariklah selimutnya, bangunkan mereka dengan menggoncanggoncangkan tubuhnya secara halus


disertai dengan memanggilnya

untuk segera bangun.

• Dekatkan jam waker yang dapat menyuarakan adzan pada telinga atau

tubuh mereka.

• Jangan sampai kita mengatakan, “Bangunlah, sudah waktunya

sekolah.”, tetapi katakanlah pada mereka, “Bangunlah, sudah

waktunya shalat shubuh.”


• Bangunkan mereka sambil bercanda dan dengan guyonan-guyonan

menyegarkan. Lalu bacakan secara berulang-ulang pada mereka ayatayat al-Quran, hadits-hadits Nabi,
atau syair-syair yang ada kaitannya

dengan shalat. Ini adalah cara yang cukup efektif dan telah banyak

dipraktekkan. Tetapi dengan syarat harus dibaca dengan khusyu’ dari

hati yang terdalam dan disertai dengan penjelasan maknanya secara

lugas.

• Setelah membangunkan mereka, ikutilah di belakangnya sampai kita

dapat memastikan bahwa mereka tidak akan tidur lagi di tempat lain.

• Berilah hadiah dan perhatian khusus di antara putera-puteri kita yang

bangun dan melaksanakan shalat lebih awal dari yang lain.

• Berilah sanjungan dan pujian di antara putera-puteri kita yang bisa

membangunkan dan mengajak shalat yang lain.

• Dan yang terakhir, jika mereka masih enggan untuk bangun dan segera

malaksanakan shalat, pukullah

mereka yang sudah mencapai umur

sepuluh tahun. kita memukul mereka karena terdorong rasa kasih

sayang dan agar tubuh mereka tidak tersentuh panasnya api neraka.

2 Yakni dengan pukulan peringatan yang dapat membuatnya jera, bukan dengan pukulan yang dapat

membuatnya tersiksa.16. Gantungkanlah hati putera-puterimu pada Allah SWT. Dengan kata lain,
tanamkanlah

dasar-dasar keimanan dan ketauhidan pada diri mereka. Seperti cinta dan patuh

terhadap perintah Allah dan rasul-Nya, berharap rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya

dan beriman sepenuh hati kepada-Nya.

Dalam rangka penenaman dasar-dasar ini, ajaklah putera-puteri kita untuk berdiskusi dan
bertukar pikiran dengan kita seputar masalah tauhid rububiyyah (kepercayaan bahwa

Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, melestarikan, dan akan

menghancurkan alam), tauhid uluhiyyah (Kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya

Tuhan yang patut dan wajib disembah), dan seputar nama-nama dan sifat Allah SWT.

Tauhid bila diumpamakan dengan anggota tubuh adalah sebagai kepalanya, hanya tubuh

dengan kepala sehat dan normal saja yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban

agama yang dibebankan padanya, terlebih kewajiban shalat yang memang sangat

membutuhkan kesabaran dan iman yang kuat.

17. Seorang ayah harus memiliki kharisma di mata putera-puterinya, yakni posisi ayah

yang dihormati dan disegani melebihi ibu mereka. Sehingga dia dapat memerintah

dan mengingatkan shalat secara langsung kepada putera-puterinya. Jangan sampai dia

lepas tangan dan melemparkan tanggung jawab hanya sebagai kewajiban ibu mereka

saja.

18. Khusus untuk putera-puteri kita yang masih kecil, kita harus selalu mengingatkan

mereka agar tidak lupa melaksanakan shalat ketika sudah tiba waktunya, jangan

sekali-kali kita mengabaikan dan enggan mengingatkan mereka. Karena biasanya,

acap kali seorang anak selalu melaksanakan shalat, tetapi tidak tepat dan awal waktu

atau bahkan tidak menghiraukan sama-sekali perihal waktu shalat. Di sinilah fungsi

orang tua agar selalu mengingatkan mereka.

Kita juga perlu membedakan mana di antara putera-puteri kita yang segera beranjak

shalat ketika diingatkan, dan mana yang enggan melaksanakannya walaupun sudah

diingatkan berkali-kali.

Mengingatkan mereka adalah langkah awal dalam tingkatan proses pembiasaan shalat

bagi mereka, dan mungkin langkah ini dapat berlangsung sekian lama. Setelah mereka

terbiasa dengan shalat, dengan sendirinya mereka akan merasa bahwa shalat adalah salah
satu bagian yang tak terpisahkan dalam hidup mereka, pada akhirnya mereka akan selalu

melaksanakan shalat sekalipun tidak diingatkan.

19. Peringatan bagi orang tua;

Jangan sekali-kali kita menggantungkan proses pembiasaan ini pada isteri/suami kita.

Karena masing-masing dari kita mempunyai tanggung jawab yang sama. Kelak Allah

juga akan meminta pertanggungjawaban kita, menanyakan apa yang telah kita

lakukan untuk putera-puteri kita, dan tidak menanyakan apa yang telah dilakukan

suami/isteri kita.

Bentuk penggantungan tersebut misalnya seorang ayah mengatakan, “Ibunya anakanak lalai dan
tidak memperhatikan perihal shalat mereka.” Atau seorang ibu

mengatakan, “Ayahnya anak-anak yang enggan membantu saya, padahal dia tidak

berhalangan sama sekali, seolah dia sudah melepaskan tanggung jawab yang

dibebankan Allah padanya.”20. Perkirakan dan bayangkan banyaknya pahala yang akan kita peroleh
sebagai balasan

dari upaya membiasakan putera-puteri kita untuk melaksanakan kewajiban shalat dan

perbuatan baik lainnya. Rasulullah SAW telah bersabda:

ٍ‫ف بػه ّ أجس ي ثم فه ّ خ يس ػ هٗ دل ي‬

Artinya: “Barang siapa memberi petunjuk perihal kebaikan, maka dia akan

memperoleh pahala sepadan dengan pahala yang diperoleh pelakunya.”

Bayangkan berapa banyak pahala yang kita peroleh bila dihitung dari banyaknya shalat

yang dilakukan putera-puteri kita sepanjang hidupnya? Berapa kali lipat pahala kita jika

misalnya kita memilki anak yang banyak? Betapa banyak kebaikan yang menghampiri

kita jika putera-puteri kita melakukannya lima kali dalam sehari, terlebih jika kita juga

melaksanakan shalat rawatib (shalat sunnah pada sebelum dan sesudah shalat fardlu) dan

shalat-shalat sunnah lainnya.

21. Pada awal proses pembiasaan, sebaiknya setiap kali putera-puteri kita selesai
melaksanakan shalat, kita segera memberi mereka hadiah/imbalan, seperti permen,

kue, buah-buahan dan sebagainya. Selanjutnya, hadiah tersebut bisa kita berikan

sehari satu kali dikumpulkan setelah mereka genap melakukan shalat lima waktu.

Setelah ada perkembangan, misalnya putera-puteri kita melaksanakan shalat atas

inisiatif sendiri tanpa harus diingatkan, pemberian hadiah bisa dilakukan seminggu

satu kali, selanjutnya sebulan satu kali, tergantung kebijakan kita. Yang terpenting

pemberian hadiah harus kita lakukan dengan adil dan terus ingatkan pada mereka

bahwa shalat adalah kewajiban yang ditetapkan Allah bukan kita, dan balasan pahala

yang akan diberikan-Nya lebih besar dari hadiah/imbalan yang kita berikan.

22. Sebaiknya kita memperkirakan bentuk dan kadar kasih sayang yang kita berikan pada

putera-puteri kita. Bagi putera-puteri kita yang selalu menjaga shalatnya, berikanlah

perhatian dan kasih sayang lebih sebagai bentuk kepedulian kita. Sedangkan yang

enggan dan bermalas-malasan, tegur dan selalu ingatkan mereka sebagai bentuk

kasih-sayang kita.

Banyak di kalangan orang tua yang menerapkan hal ini hanya pada urusan akademis

mereka di sekolah, padahal apabila diterapkan dalam urusan shalat, maka hal ini akan

banyak membantu dan memberikan hasil.

23. Saat Kita tidak berada di samping mereka atau sebaliknya, kita harus selalu menjalin

hubungan, baik dengan menelponnya, mengirim pesan singkat/SMS ke handphonenya

dan sebagainya. Ingatkan pada mereka agar selalu melaksanakan shalat ketika sudah

masuk waktunya, yakni dengan kata-kata yang bagus sekiranya dapat mempengaruhi

dan menggerakkan mereka untuk segera melaksanakannya.

24. Jelaskan pada putera-puteri kita bahwa kewajiban shalat tidak akan pernah gugur

sekalipun dalam keadaan sedang berkecamuk perang, takut akan mara bahaya, atau

sedang terbaring sakit. Ajari mereka tata-cara shalat khouf (shalat di kala takut karena
berkecamuk perang, binatang buas atau lainnya), dan sampaikan pula bahwa andaikan

shalat tidak cukup penting untuk dilaksanakan, maka orang yang sedang dilanda

ketakutan atau terbaring sakit tidak akan berkewajiban lagi melaksanakannya. Maka

betapa wajibnya pelaksanaan shalat bagi orang yang sehat dan dalam keadaan

normal?25. Sekali-kali, berilah sesuatu yang istimewa pada putera-puteri kita. Yakni dapat berupa

sesuatu non-material seperti kecupan, perhatian dan kasih sayang lebih. Dapat juga

berupa sesuatu material seperti hadiah atau piknik.

26. Ketika putera-puteri kita sedang duduk bersama para famili seperti kakek, paman, dan

bibi, ceritakan kebaikan-kebaikan putera-puteri kita pada mereka, dan sekali-kali

disertai pujian dan sanjungan. Hal ini dapat membangkitkan motivasi mereka agar

terus terpacu melaksanakan shalat dan perbuatan baik lainnya.

27. Sekalipun dalam keseharian kita beramah-tamah bahkan bercanda dengan puteraputeri kita,
tetapi ketika sedang menyuruh dan mengingatkan mereka shalat, kita

harus tegas dan menunjukkan kharisma pada mereka. Ketika mereka enggan dan

bermalas-malasan, kita harus lebih tegas lagi dan sesekali memarahi mereka dengan

bijaksana dan didasarkan ketakutan akan murka Allah.

28. Ajaklah mereka untuk melihat VCD/DVD tentang tata cara berwudlu dan shalat.

Sehingga dapat menggerakkan mereka untuk ikut mempraktekkannya.

29. Adakan sebuah perlombaan di mesjid atau tempat lainnya dalam rangka agar mereka

terus terpacu untuk menjaga shalatnya, yang pesertanya melibatkan anak-anak

tetangga. Buatlah semeriah mungkin dengan hadiah-hadiah yang menarik.

30. Penuhi permintaan-permintaan mereka yang menurut kita masuk akal, dengan syarat

mereka harus selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Jangan sesekali kita

mengabaikan permintaan mereka, karena hal ini juga akan mempengaruhi kadar

kepatuhan mereka pada kita.

31. Ceritakanlah kisah-kisah tentang orang-orang yang mereka kenal. Agar mereka dapat
mengambil pelajaran dari kisah hidup orang-orang itu, bagaimana kondisi

kehidupannya akibat meninggalkan shalat, perilakunya yang buruk, terombangambing tanpa


petunjuk dari Allah, dan kegelapan yang selalu tampak dari wajah

mereka.

32. Jangan hanya memotivasi mereka agar selalu rajin menghadiri mesjid, tapi lebih dari

itu, kita harus memberi mereka motivasi agar selalu melaksanakan shalat di mesjid

tepat pada waktunya.

33. Ajak putera-puteri kita untuk berbincang-bincang secara khusus dan intensif, di kamar

mereka atau di kamar kita. Sampaikan pada mereka semua hal yang kita ketahui

perihal shalat. Seperti balasan pahala bila mengerjakannya, balasan siksa bila

meninggalkannya, dan fungsi shalat yang dapat mendatangkan kebaikan dan dapat

mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dengan seizin Allah.

34. Bila usia putera-puteri kita sudah genap sepuluh tahun, pukullah mereka bila enggan

atau bermalas-malasan melaksanakan shalat. Tentunya dengan pukulan yang

mendidik dan sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan agama. Jika perasaan kita

sedang campur aduk dan tidak tenang bercampur amarah, jangan sekali-kali kita

memukul mereka, karena tujuan kita dalam memukul tidak lagi sebagai sarana untuk

mendidik mereka, tetapi bercampur dengan kemarahan yang timbul dari diri kita

sendiri, bukan semata karena Allah. Kita juga jangan bersikap acuh dengan

membiarkan mereka ketika meninggalkan shalat.35. Daftarkan putera-puteri kita untuk ikut dalam
study tour atau berpariwisata yang

diadakan oleh Pendidikan Tahfidh al-Quran mesjid yang pesertanya adalah pemudapemuda yang saleh.
Agar mereka dapat menerapkan secara langsung bagaimana cara

menjaga kontinuitas pelaksanaan shalat tepat pada waktunya dengan konteks situasi di

perjalanan. Dan agar perangai dan perbuatan baik orang-orang saleh yang ikut dalam

perjalanan itu berpengaruh dan membekas dalam diri mereka.

36. Jadilah suri tauladan bagi putera-puteri kita. Misalnya dengan melaksanakan shalat
tepat pada waktunya, bahkan lebih banyak dan lebih awal dari mereka.

37. Biasakan putera-puteri kita agar mau saling mengingatkan untuk shalat. Tidak hanya

memikirkan dan mementingkan kebaikan dirinya sendiri, tetapi juga kebaikan

saudaranya pada khususnya dan kebaikan umat islam pada umumnya.

38. Tulislah pada secarik kertas perihal hukuman-hukuman yang akan diterima orang

yang meninggalkan shalat di dunia dan akhirat kelak. Buatlah dengan tulisan yang

bagus, jelas, dan menarik. Selanjutnya tempelkan di tempat yang sekiranya dapat

dibaca oleh putera-puteri kita.

39. Lakukanlah shalat bersama putera-puteri kita, jangan sampai menjadikan shalat hanya

sebagai rutinitas belaka. Dan buatlah sekiranya cara yang kita gunakan bisa mereka

terima dengan baik.

40. Sampaikan motivasi-motivasi moral yang positif pada putera-puteri kita. Misalnya

dengan mengatakan, “Hari ini, saya harap kamu merasa tenang dan bahagia karena

telah berhasil melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya.” Dan dorongan

lainnya tergantung kebijakan kita.

41. Bagi putera-puteri kita yang rajin dan selalu menjaga shalatnya, berilah posisi khusus

di mata kita dan porsi perhatian lebih di banding yang enggan dan bermalas-malasan

menjaga shalatnya. Misalnya dengan mengajak mereka untuk turut terlibat dalam

urusan yang tidak biasa mereka sentuh, atau temani mereka dalam melakukan

berbagai aktivitas.

42. Jangan sampai kita merasa bosan untuk terus melontarkan pertanyaan yang sama

beberapa kali setiap hari pada putera-puteri kita. Jangan biarkan mereka berjalan

sendiri, karena dengan ini kita akan memperoleh balasan pahala. Pertanyaan yang kita

lontarkan haruslah diungkapkan dengan ungkapan yang santun dan lemah lembut.

Seperti, “Anakku sayang, apakah kamu sudah melaksanakan shalat? Semoga Allah
memberkatimu”, atau “Bunga mawarku yang harum semerbak, apakah kamu sudah

melaksanakan shalat? Semoga Allah menerangi hatimu.”

43. Berpikirlah terlebih dahulu tentang prospek ke depan terutama kelak mengenai upaya

pembiasaan shalat untuk anak sebelum kita menikah dan berencana mempunyai anak.

Kita dapat memulainya dari sekarang. Memilih calon pasangan yang shaleh/shalehah

agar memperoleh keturunan yang baik dan berbakti pada kita.

44. Ketika semua anggota keluarga berkumpul, manfaatkan kesempatan ini dengan

bersama-sama melaksanakan shalat jam’ah.45. Biarkan putera-puteri kita melihat air mata yang
bercucuran keluar dari kedua mata

kita saat sedang memberi mereka peringatan akan panasnya api neraka dan pedihnya

siksa Allah dan mengajak mereka untuk selalu berbuat baik dan menetapi jalan

menuju surga. Dengan itu, mereka akan merasa yakin akan kebenaran ucapan kita dan

merasa tersentuh dan tergerak untuk memetuhi apa yang kita sampaikan.

46. Jika seorang ibu yang melakukan usaha pembiasaan shalat untuk anak, maka sang

ayah harus ikut pula membantunya. Minimal ketika seorang ibu berhalangan

melakukannya karena udzur syar’i (halangan yang ditolelir oleh agama) seperti

sedang haid atau nifas. Karena dalam keadaan haid dan nifas, seorang ibu biasanya

lupa untuk mengingatkan shalat anaknya. Di sinilah tanggung jawab besar menanti

sang ayah, dia dituntut untuk mengingatkan shalat pada putera-puterinya. Jika sang

ayah yang melakukan pembiasaan itu dan kemudian berhalangan, maka seorang ibu

wajib berbesar hati untuk tidak mengabaikan dan bermalas-malasan dalam

mengingatkan shalat anaknya sampai batas maksimal, yakni sampai dia berhalangan

karena udzur syar’i.

47. Jelaskan pada mereka ayat-ayat yang menerangkan tentang balasan bagi orang yang

melaksanakan shalat dan siksa bagi orang yang meninggalkannya, disertai dengan

penjelasan hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut. Hal ini juga merupakan
amanat dan tanggung jawab yang kita pikul sebagai orang tua. Bawalah ikhtisar kitab

tafsir,

ini akan mempermudah tugas kita.

48. Berilah mereka motivasi dengan sanjungan dan pujian saat selesai melaksanakan

shalat. Ini akan membuat mereka lebih bersemangat dan terpacu untuk melaksanakan

yang lebih baik. Dulu Rasulullah SAW juga sering melontarkan pujian pada para

sahabatnya agar mereka lebih bersemangat untuk berbuat kebaikan. Seperti pujian

Rasulullah kepada Asyaj Abdul Qais, “Ada dua hal dalam dirimu yang disenangi

Allah; murah hati dan sabar.”

49. Berusahalah untuk selalu menyertai putera-puteri kita setiap waktu, seimbang antara

aktivitas yang berhubungan dengan dunia dan yang berhubungan dengan akhirat.

Dengan harapan mereka dapat memahami dan melaksanakannya.

50. Setiap kita ingin melaksanakan shalat fardlu tepat pada waktunya, ajak pula puteraputeri kita untuk
ikut melaksanakan shalat bersama-sama sampai kita memastikan

tidak ada yang terlewat dari semua anggota keluarga kita.

51. Kita jangan hanya mengatakan pada mereka “Shalatlah!”, karena hal ini tidak cukup

efektif untuk mereka. Bahkan di antara orang tua ada yang mengulang-ulang kata ini

sekian lama, sehingga putera-puteri mereka menjadi bosan bahkan tidak memahami

arti yang sebenarnya dari kata itu. Akibatnya, muncul di benak mereka pertanyaan,

“Mengapa orang tua menyuruh saya shalat? Shalat itu melelahkan.”

Demikian pula tidak cukup kita hanya mengatakan, “Orang yang selalu melaksanakan

shalat akan masuk surga dan orang yang meninggalkannya akan masuk neraka.” Maka

putera-puteri kita hanya bisa berkomentar, “Apa sih baiknya surga? Apa pula neraka itu?”

Tetapi sebaiknya kita menjelaskan secara rinci hal-hal yang harus mereka kerjakan dan

3 Saya tawarkan pada Kita kitab “Taisir al-Mannan fi Tafsiri kalami ar-Rahman” yang ditulis oleh Syeikh
Abdurrahman bin Sa’di.hal-hal yang harus mereka tinggalkan, sesuaikan penjelasan kita dengan umur
mereka.

Sehingga pada akhirnya timbul kesadaran dalam diri mereka dengan sendirinya.

52. Berbicaralah dengan halus dan lembut pada mereka, “Saya sangat menyayangi kamu

dan saya tidak ingin kamu masuk neraka. Kamu tidak akan menemukan orang yang

menasehatimu seperti saya. Anakku, kamu adalah darah dagingku, saya tidak rela bila

kamu masuk neraka. Saya ingin kamu masuk surga bersamaku jika Tuhan memang

menghendaki. Selamanya saya tidak akan membiarkan kamu menjadi kayu bakar api

neraka.

53. Bila putera-puteri kita menapaki usia tujuh tahun. Ambillah janjinya supaya bersedia

melaksanakan shalat dengan mendekati mereka pelan-pelan. Siapkan diri mereka. Ini

akan lebih memudahkan kita untuk upaya selanjutnya.

54. Ketika putera-puteri kita menyampaikan pertanyaan seputar hari kiamat, jadikanlah

kesempatan itu untuk menjawabnya secara lugas serta menghubungkan perihal

kebahagiaan dan keselamatan yang akan diperoleh pada hari itu dengan shalat yang

harus mereka lakukan sekarang.

55. Targhib (hal-hal yang dapat membuat mereka berharap akan ridla Allah) dan tarhib

(yang dapat membuat mereka takut akan siksa-Nya), harus kita sampikan secara

berimbang, jangan sampai berat sebelah dengan memberikan porsi lebih salah satu

dari keduanya.

56. Dalam mengarungi bahtera kehidupan, kita beserta keluarga juga harus menyibukkan

diri dengan urusan ketuhanan, tenggelam dalam beribadah kepada-Nya dan

membiasakan untuk selalu mendekatkan diri dengan sungguh-sungguh pada-Nya.

Oleh karena itu, sejak dini kita harus menanamkan dan mengokohkan keyakinan

putera-puteri kita akan benarnya tingkatan-tingkatan balasan bagi orang yang

mengerjakan dan meninggalkan ibadah. Misalnya kita menyampaikan pada mereka


bahwa orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan siksa, orang yang

melakukan maksiat akan memperoleh balasan yang setimpal di dunia dan akhirat

kelak, dan bahwa ketaatan akan mendatangkan manisnya hidup, kemudahan dalam

menyelesaikan urusan, petunjuk kebenaran dan kebahagiaan, terlebih bagi orang yang

selalu menjaga shalatnya.

57. Jelaskan pada putera-puteri kita tentang nikmat-nikmat Allah yang mereka rasakan

selama ini, jelaskan secara panjang lebar dan mendetail. Upayakan agara perhatian

mereka tertuju pada nikmat-nikmat yang biasanya dianggap remeh oleh kebanyakan

orang. Lalu jelaskan pada mereka bahwa nikmat-nikmat tersebut wajib kita syukuri

dengan cara beribadah dan shalat kepada sang pemberi nikmat; Allah. Buatlah mereka

agar selalu mencintai-Nya.

58. Katakan pada mereka, “Shalat merupakan identitas seorang muslim yang

membedakannya dari orang kafir. Seseorang hanya mempunyai dua pilihan, menjadi

muslim atau kafir. Dua hal yang tidak akan pernah menyatu dalam diri seseorang.”

59. Bersyukurlah ketika kita melihat mereka melaksanakan shalat tanpa ada seorang pun

yang mengingatkannya.60. Kita harus memastikan bahwa wudlu mereka sempurna. Ikuti di belakangnya
ketika

mereka berwudlu. Bacakan hadits Rasulullah berikut di dekat telinga mereka, “

‫نّ ٔ ضٕء ل ن ًٍ ص هخ ل‬

“Orang yang tidak mempunyai wudlu, maka shalatnya tidak sah”

61. Saat putera-puteri kita menyukai sesuatu, jelaskan padanya bahwa sesuatu yang

mereka sukai akan dilipatgandakan kelak di surga dan kelezatan rasanya akan lebih

sempurna. Segala sesuatu yang yang tedapat di surga lebih baik dari yang ada di

dunia.

62. Sebaiknya seorang ibu memberi petuah pada puterinya, bahwa orang yang berbuat
maksiat akan diliputi kegelapan yang tampak jelas di wajahnya. Meskipun secara lahir

dia memilki kulit putih, atau bahkan sudah dirias dengan satu kilo kosmetik

kecantikan sekalipun. Sebaliknya, orang yang berbuat kebaikan akan dihiasi cahaya

yang terpancar jelas dari wajahnya, meskipun secara lahir dia memiliki kulit cokelat

atau sawo matang. Sebab, hal ini tidak berkaitan sama sekali dengan warna kulit

lahiriah, dan tidak seorangpun yang dapat menyembunyikannya. Karena setiap orang

yang memiliki mata hati akan dapat melihatnya dengan jelas.

63. Curahkanlah segenap kemampuan kita dalam membimbing mereka shalat

sebagaimana ketika kita membimbing mereka belajar, atau bahkan porsi untuk

membimbing mereka untuk shalat harus lebih banyak dari pada belajar.

64. Berceritalah tentang kisah-kisah klasik sampai kontemporer. Yakni yang

menceritakan tentang husnul khatimah (akhir yang baik), su’ul khatimah (akhir yang

jelek), akibat meninggalkan shalat dan balasan bila selalu melaksanakannya.

65. Bacalah ayat-ayat di bawah ini secara berulang-ulang saat Kita mengingatkan mereka

untuk shalat dalam berbagai kesempatan.

‫ان ص هخ ٔأق يًٕا‬

“dan dirikanlah shalat olehmu”

‫ق بَ ز يٍ ل ٔق ٕيٕا ان ٕ صطٗ ٔان ص هخ ان ص هٕاد ػ هي حبف ظٕا‬

“peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena

Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’” (al-Baqarah: 238)

‫ف ص هٗ زث ّ ٔذك سا ظى*ر صك ٗ يٍ أف هح ق د‬

“sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri (dengan beriman)*

dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang” (al-A’la: 14-15)

‫ان ساك ؼ يٍ يغ ٔزك ؼٕا ٔأر ٕاان صك بح ٔأق يًٕاان ص هخ‬

“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’” (al-Baqarah: 43)

4 Riwayat al-Hakim dalam kitab al-Mustadrok bab bersesuci. Hadits ke-518. juz 1 hal. 245.‫أق ى ث ُي ي ب‬
‫شو‡‡ع ٌ‡و ك‡‡ذال إٌ اث ك‡‡أص ا‡‡و ٖ‡‡ػم ث س‡‡ٔاص ز‡‡ان ً ُك ٌ‡ع ِ‡ٔاٌ ان ً ؼسٔف‡‡ة ز‡‡ٔأو ان ص هخ‬

‫ان ًٕز‬

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan

cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang

menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah)” (Luqman: 17)

ٌ‫ٔ نّ‡‡ٔزض ا ٌ‡‡أطغٔ ان صك بح ٔأر يٍ ان ص هخ ٔأق ى ان ٕن ٗ ان جبْ ه يخ ر جسج ر جسجٍ ٔل ث يٕر كٍ ف ي ٔق س‬

‫ر طٓ يسا ٔي طٓسك ى ان ج يذ أْم ان سجط ػ ُ كى ن يرْت ا ي سي د إَ ًب‬

“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah

laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah

zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa darimu dan ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya” (al-Ahzab:
33)

‫ن هراك سي ٍ ذك سٖ ذان ك ان ع ي ئبد ي رْ جٍ ان ح ع ُبد إٌ ان ه يم يٍ ٔشن فب ان ُٓ هس طسف ي ان ص هخ ٔأق ى‬

“dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada

bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu

menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orangorang yang ingat”
(Huud: 114)

‫ح يب ديذ يب ٔان صك بح ث بن ص هخ ٔأٔ صبَ ي ك ُذ يب أي ٍ ي جبزك ب ٔج ؼ ه ُي‬

“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia

memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku

masih hidup” (Maryam: 31)

‫ظبٌْٕ ص ه زٓى ػٍ ان ري ٍ*ن هًط ف ف يٍ ف ٕي م‬

“maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat * (yaitu) orang-orang yang lalai

dari shalatnya” (al-Maa’uun: 4-5)


66. Bagi seorang ibu, jika berencana menyertai puterinya bepergian demi suatu

kepentingan, lalu kita melihatnya tidak cekatan saat berpakaian, maka jangan sampai

kita mengatakan, “Cepat shalat, kita sudah terlambat”, tetapi “sebaiknya kita

mengatakan, “Cepatlah berpakaian, tapi jangan terburu-buru dalam melaksanakan

shalat.” Jangan sampai pula mencelanya hanya karena mereka tidak segera

melaksanakan shalat sehingga menghambat kepentingannya. Tetapi kita cukup

memerintahnya agar dia melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

67. Sampaikan lebih banyak hadits tentang signifikansi shalat di sisi Allah, hari kiamat,

surga, neraka, dan enam rukun iman secara universal.

68. Berdoalah agar Allah menghidupkan hati putera-puteri kita. Doakan mereka dengan

hal-hal yang baik, jangan sebaliknya. Selalu doakan mereka baik saat mereka tidak

ada atau pada saat mereka berada di samping kita.69. Cintailah putera-puteri kita dengan sepenuh hati
semata-mata karena Allah, sehingga

kita berkemampuan membimbing mereka dalam meniti jalan menuju surga dan

menghindari jalan ke neraka.

70. Bertawakkallah kepada Allah dan berbaik sangkalah kepada-Nya atas kesempurnaan

dan keberhasilan upaya yang kita rintis. Berdoalah pada-Nya agar memudahkan

upaya kita dan agar budi pekerti putera-puteri kita diperbaiki oleh-Nya.

71. Kita akan merasa letih dan lelah hanya pada lima tahun pertama saja, selebihnya kita

tinggal menikmati hasil upaya kita di sisa umur kita. Kita akan merasa bahagia

dengan perangai baik putera-puteri kita. Hal itu akan terjadi jika kita berupaya

membiasakan mereka untuk shalat dan berbuat kebaikan sejak dini, terutama pada

fase pertama.

72. Ajarilah mereka surat-surat pendek dari al-Qur’an dan jelaskan isi kandungannya,

agar mereka dapat memahami dan menghafalkannya, supaya mereka kemudian dapat

menggunakannya dalam pelaksanaan shalat.


73. Belilah mukena (rukuh) dan sajadah baru untuk puteri kita, supaya dia lebih

termotivasi dalam melaksanakan shalat.

74. Bayangkan bagaimana bila kelak putera-puteri kita masuk neraka, sedangkan puteraputeri si anu
masuk surga. Sebagai orang yang mempunyai hati nurani dan jiwa kasih

sayang, Kita pasti tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tetapi ada orang yang

tertipu dan tidak memahami arti kasih sayang kepada anak yang sebenarnya. Dia

hanya memperlihatkan kasih sayangnya dengan merasa iba ketika anaknya

kedinginan dan kepanasan. Iba ketika harus membangunkannya saat tidur dan iba

ketika harus membangunkannya untuk menunaikan shalat dan melakukan hal-hal

yang dirasa berat. Padahal dengan begitu, dia malah membiarkan mereka merasakan

adzab yang pedih. Jika dia memahami makna kasih sayang yang sesungguhnya, maka

dia tidak akan membiarkan mereka terjerumus ke neraka jahanam. Maka di mana

letak kasih sayang kita kepada mereka sebagai orang tua?

75. Ketika menegur atau memberi mereka hukuman, klasifikasikan hal itu di antara

putera-puteri kita. Hal itu harus disesuaikan dengan mentalitas dan karakter mereka

yang telah kita ketahui setelah sekian lama berinteraksi bersama mereka. Karena

teguran dan hukuman yang kita berikan pada salah seorang dari mereka belum tentu

sesuai untuk diterapkan pada yang lain.

76. Bantulah mereka agar dapat melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Antara lain

dengan beberapa cara sebagai berikut:

• Memperbaharui jadwal makan siang keluarga kita, jangan melakukannya saat

waktu shalat dhuhur atau shalat ashar.

• Memperbaharui jadwal makan malam, jangan melakukannya saat waktu shalat

isya.

• Ketika kita mencari tempat tinggal, usahakan menempati rumah yang

bersebelahan dengan mesjid.


• Sediakan air hangat saat cuaca dingin, demikian pula sebaliknya bila cuaca panas.

• Sediakan waktu yang cukup bagi mereka untuk tidur. Jangan biarkan mereka

tidur sejenak ketika hampir masuk waktu shalat, hal ini mengakibatkan mereka

tidak bangun ketika sudah masuk waktu shalat.Misalnya :

• Seorang ibu menidurkan anaknya yang sudah tamyiz (dapat membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk) terlebih dahulu saat waktu shalat isya masih lama, sebagai

langkah pembelajaran bagi mereka.

• Sebelum shalat ashar, upayakan anak-anak kita untuk makan sedikit saat makan siang,

kemudian tidur sebentar untuk persiapan shalat.

• Usahakan agar mereka tidak beranjak tidur sebelum melaksanakan shalat fardlu,

terlebih jika waktu shalat hampir tiba.

77. Upayakan dan persiapkan mereka agar dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam

hal ibadahnya. Misalnya dengan mengatakan pada mereka berulang-ulang, “Saya

telah menyuruhmu untuk melaksanakan shalat, kelak kamu akan dihisab (dihitung

amal perbuatannya) oleh Allah perihal shalat ini. Saya takut jika kamu kelak masuk

neraka. Saya ingin kelak kamu masuk surga. Maka kamu sekarang tinggal memilih

mana yang akan kamu ambil.

78. Ceritakan pada mereka hal-hal yang kita peroleh dari seminar dan diskusi-diskusi

yang kita ikuti, hal-hal yang kita peroleh dari buku ketika mereka melihat kita sedang

membaca, atau hal-hal yang kita peroleh dari kaset-kaset saat mereka memergoki kita

sedang mendengarkannya. Yang penting hal-hal tersebut berkaitan dengan shalat dan

hari kiamat secara universal.

Misalnya :

“dalam seminar yang saya ikuti tadi, kyai ini menjelaskan tentang siksa kubur,

demikian…demikian…dst.”
“dalam buku yang saya baca ini, saya menemukan pengetahuan baru tentang kegunaan

shalat, yakni demikian….dst.”

“dalam kaset yang saya dengarkan ini, saya menyimak kisah-kisah yang sangat menarik

perihal balasan bagi orang yang meninggalkan shalat, yakni demikian….dst.”

79. Praktek langsung ke lapangan. Undanglah kerabat-kerabat dekat untuk menemani

putera-puteri kita dalam belajar tata-cara berwudlu dengan langsung

mempraktikkannya. Dan pada hari berikutnya praktik shalat dan kemudian

dilanjutkan dengan prektik shalat berjamaah.

Adakan sebuah kompetensi tentang bagaimana pelaksanaan shalat yang baik dan benar.

Lalu dilanjutkan dengan kompetensi lisan seputar masalah-masalah dasar yang

berhubungan dengan wudlu dan shalat.

Praktik lapangan seperti ini akan membuat mereka lebih cepat memperoleh pemahaman

dan mengurangi resiko lupa.

80. Tumbuhkan spirit dalam diri masing-masing mereka untuk bersaing dalam melakukan

ibadah, perbuatan baik pada umumnya dan shalat pada khususnya.

81. Khusus untuk putera-puteri kita, sediakan buku-buku dan kaset-kaset tentang namanama dan sifat-
sifat Allah, hukumnya orang yang meninggalkan shalat, tentang alam

kubur, surga dan neraka. Demikian pula buku-buku yang berisi gambar-gambar yang

menjelaskan tata-cara memandikan mayat, mengkafaninya, menggali kubur dan

membuat liang lahat. Dengan semua buku itu, hati mereka akan lebih tergerak dan

terpacu untuk selalu melaksanakan shalat.82. Jangan sampai kita lengah untuk selalu mengingatkan
mereka untuk melaksanakan

shalat kapanpun dan di manapun mereka berada. Di luar rumah, sedang terbaring

sakit, dalam perjalanan, hari ujian, hari libur, bergadang saat menginap di rumah

kerabat dan sebagainya.

83. Dua puluh menit sebelum masuk waktu shalat, ajaklah putera-puteri kita untuk
mempersiapkan diri. Sehingga mereka akan terbiasa mengikuti takbiratul ihramnya

shalat. Dengan demikian jika mereka tertinggal satu atau dua rakaat shalat, maka

mereka tidak akan menganggapnya remeh.

84. Setelah kita sering berdoa meminta pertolongan pada Allah, mintalah bantuan kepada

orang yang juga berkewajiban melaksanakan shalat dan tinggal di rumah kita. Seperti

kakek, nenek, paman, bibi, pembantu dan yang lainnya. Mintalah supaya mereka juga

memainkan perannya untuk memotivasi putera-puteri kita untuk melaksanakan shalat.

85. bagi seorang ibu yang hobi menghadiri pesta pernikahan bersama puterinya yang

sudah menapaki usia remaja. Kemudian tiba-tiba wudlu puterinya batal setelah

beberapa lama dia merias wajahnya dengan face powder sedangkan dia belum

melaksanakan shalat isya misalnya. Keadaan kemudian menjadi dilematis, karena dia

juga menghadapi resiko terlambat menghadiri pesta pernikahan. Bagaimana reaksi

dan sikap sang ibu seharusnya?

Dengan penuh lapang dada dan tanpa mencela, mintalah puteri Kita agar segera

membasuh mukanya, berwudlu kemudian shalat, sekalipun dengan resiko terlambat

menghadiri pesta. Kita harus berhati-hati, jangan sampai kita mengatakan, “Kamu shalat

nanti saja kalau kita sudah kembali (yakni setelah waktu shalat habis). Jika demikian kita

akan termasuk orang yang diterangkan dalam surat al-Ma’un ayat 4-5:

‫ظبٌْٕ ص ه زٓى ػٍ ان ري ٍ*ن هًط ف ف يٍ ف ٕي م‬

“maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat * (yaitu) orang-orang yang lalai

dari shalatnya” (al-Maa’uun: 4-5)

Kita juga harus waspada, karena dengan demikian kita telah mengantarkan puteri kita

untuk berbuat maksiat.

Jangan sampai api neraka membakar tubuh kita dan puteri kita hanya karena urusan pesta.

86. Mintalah putera-puteri kita yang sudah besar agar berkenan memotivasi adik-adiknya
untuk shalat, karena terkadang pengaruh mereka lebih besar dari pada kita dalam

waktu tertentu.

87. Dalam urusan shalat, kita juga harus peduli pada anak kecil yang datang berkunjung

ke rumah kita. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang sampai

dia mencintai saudaranya seperti halnya dia mencintai dirinya sendiri.”

Kita pasti

merasa senang saat melihat putera-puteri kita shalat, maka kita seharusnya juga

bersikap demikian terhadap anak saudara muslim lainnya.

5 HR. Bukhari, Kitab al-Iman. Bab Iman Mencakup juga Mencintai Saudaranya seperti Halnya Dia
Mencintai

Dirinya.88. Proyeksikan putera-puteri kita yang masih kecil agar supaya senang mengikuti
kakakkakaknya dalam urusan shalat dan ibadah lainnya (seperti membaca al-Qur’an,

bersedekah, melakukan umrah dan sebagainya).

89. Katakan pada putera-puteri kita, “Sebagaimana sang kakak meminta adik-adiknya

shalat, sang adik juga harus mengigatkan shalat jika melihat kakak-kakaknya

bermalas-malasan melakukannya. Karena saling mengingatkan untuk shalat juga

termasuk al-amru bi al-ma’ruf wa an-nahyu ‘an al-munkar (menyuruh untuk berbuat

kebaikan dan melarang berbuat kejahatan) yang merupakan ibadah agung dan akan

mendatangkan balasan pahala yang besar.

90. Mayoritas ibu-ibu tidak berpangku tangan untuk terus berupaya membiasakan puteraputerinya
shalat ketika sang ayah tidak ada (baik karena telah meninggal, telah

bercerai, sedang bepergian atau karena tuntutan pekerjaan). Sebab mereka telah

menyadari bahwa mereka juga dibebani tanggung jawab baik saat sang ayah ada atau

tidak. Maka seorang ayah seharusnya juga menyadari tanggung jawabnya ketika sang

ibu tida ada (meninggal, cerai, sakit atau tuntutan pekerjaan).

91. Ceritakan pada mereka kisah tentang rekan-rekan kita, dan mintalah agar mereka
duduk dengan tertib.

Saat seorang ibu mengetahui bahwa puteri rekannya yang seusia dengan puterinya selalu

menjalankan hal-hal yang disyariatkan Allah, maka sering-seringlah dia berkunjung ke

rumah rekannya itu sambil mengajak puterinya, dan kemudian dia meminta agar rekannya

juga melakukan kunjungan balasan secara berkala. Demikian pula bagi seorang ayah, dia

harus melakukan sesuatu untuk puteranya.

92. Kita harus mempunyai prinsip yang kuat, jangan plin-plan dan ragu-ragu dalam

bertindak. Peganglah prinsip kita itu dengan teguh.

Sebagai penutup, dengan izin Allah kita akan berhasil dalam membimbing putera-puteri

kita agar terbiasa dengan shalat. Jangan lupa bahwa kita sekarang sedang berjuang.

Dengan artian, kita akan merasa lelah dan berat dalam upaya ini, tetapi kita akan

memperoleh balasan pahala dari-Nya. Maka, kita tidak boleh enggan dan berputus asa.

Karena selain kita, semua manusia juga sedang berjuang untuk anak-anak mereka. Dan

sadarilah bahwa Allah akan selalu menyertai perjuangan kita.

También podría gustarte