Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Keadaan gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi dan pada
akhirnya menimbulkan masalah gizi. Sampai saat ini ada 4 masalah gizi utama yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat yaitu kurang energy protein (KEP), anemia
gizi besi, kurang vitamin A (KVA), dan gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY).
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro
bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK)
adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita
1
2
Dalam hal ini seorang manajer program kesehatan masyarakat dituntut untuk
dan masalah program yang berkaitan dengan kejadian kekurangan gizi. Untuk
masa datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah
pemantauan.
maka pada kegiatan magang kali ini mahasiswa peminatan gizi program studi
tahun 2009.
magang.
magang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
daerah di bidang kesehatan berdasarkan azas ekonomi dan tugas pembantuan (Dinkes
kesehatan.
Cianjur, 2008).
posyandu.
6
satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil yang diinginkan.
Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat kebijakan yang telah
yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan/
terutama ditujukan kepada kelompok rentan ibu hamil, ibu nifas dan menyusui serta
Yodium (GAKY).
Kesehatan Republik Indonesia, ada beberapa program yang minimal dilaksanakan Dinas
kepada Balita
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi
yang berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul
Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan
dosis 100.000 S.I. yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A
berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59
bulan.
Untuk cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6-11
bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu
Sumber Data berasal dari FIII Gizi, LB3-SIMPUS, Kohort Balita dan Biro Pusat
2000;
2002.
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 80% pada tahun 2005
dan 90% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah yang
dgunakan dalam kegiatan pemberian kapsul vitamin A kepada balita ini adalah
Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III.
Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi yang
Untuk cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang
mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Sumber Data diperoleh dari Kohort LB3 Ibu, PWS-KIA, Perkiraan sasaran ibu
bersalin di wilayah kerja yang sama dihitung dengan formula 1.05 x CBR wilayah kerja
yang sama x jumlah penduduk di wilayah kerja yang sama. Sedangkan untuk rujukannya
Tahun 2001.
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 70% pada tahun 2005
dan 90% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah yang
Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan
yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat Gakin secara tepat,
MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biscuit yang dapat dibuat dari
campuran beras, dan atau beras merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati,
terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan
Untuk cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan
BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari
selama 90 hari.
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi usia 6-11 bulan dan Spesifikasi MP-ASI
tahun 2004.
11
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 90% pada tahun 2005
dan 100% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah yang
dgunakan dalam kegiatan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi garis merah
1) Pendataan sasaran;
3) Pengelolaan MP-ASI untuk bayi usia 6-11 bln dan anak usia 12-23 bln;
6) Distribusi MP-ASI;
7) Pencatatan/Pelaporan;
Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahun sampai dengan 4 tahun 11
bulan), yang ada di kabupaten/kota. Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < -3, dan atau dengan tanda-tanda klinis
hipotermi;
makan anak.
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di
sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada
Wabah KLB), Laporan KLB gizi buruk Puskesmas dan atau Rumah Sakit. Sedangkan
Kabupaten/Kodya, 1998;
1998;
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 100% pada tahun
2005 dan 100% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah
yang dgunakan dalam kegiatan balita gizi buruk mendapat perawatan ini adalah
3) Pelayanan kasus;
4) Evaluasi.
Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang 2 (dua) bulan
berturut-turut naik berat badannya dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.
Balita yang naik berat badannya (N) adalah Balita yang ditimbang (D) di
Posyandu maupun di luar Posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada
pertumbuhan balita.
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 60% pada tahun 2005
dan 80% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah yang
dgunakan dalam kegiatan pemantauan balita yang naik berat badannya adalah
SIMPUS;
laporan
luar posyandu
4) Bimbingan teknis.
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita BGM yang ditemukan disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Sedangkan rumus perhitungannya yaitu:
15
yaitu Pedoman UPG, Pedoman pengisian KMS, dan Pedoman pemantauan pertumbuhan
balita.
Target dari program ini yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 8% pada tahun 2005
dan 5% pada tahun 2010. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-langkah yang
1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan
luar posyandu;
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menilai hasil dari
program yang dilaksanakan, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed
back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi sulit rasanya
untuk mengetahui sejauh mana tujuan – tujuan yang direncanakan itu telah mencapai
Evaluasi Program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil
yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-
Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian
hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan dapat
dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan
datang.
datang.
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan desempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat
pencapaian hasil kegiatan dan program dengan harapan atau renacana yang sudah
ditetapkan.
Evaluasi merupakan bagian integral dari proses manajemen. Dalam evaluasi itu
Daur Evaluasi
Dari gambar daur evaluasi diatas, tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi
dievaluasi. Ini karena apa saja bisa dievaluasi, apakah itu rencananya, sumber daya,
proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan serta
pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan – batasan yang dipakai agar
Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa aspek, maka dilakukan
perancangan desain.
5. Melakukan pengamatan,
pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini disajikan dalam bentuk
Keenam langkah evaluasi diatas dapat dipadatkan dua langkah terpenting yaitu
menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi dan merancang metode (cara)
melaksanakannya.
1. Menetapkan apa yang akan dievaluasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan
mengkaji secara sistem yaitu dengan menguraikan proses kegiatan menurut unsur-
unsur sistem yaitu: input, proses, output, outcome, impact, feed back serta
environment.
dilakukan:
1. Pencapaian
2. Mengukur kemajuan
3. Meningkatkan pemantauan
Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program.
7. Mengumpulkan informasi
8. Berbagi pengalaman
Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk
mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang
komunitas lokal.
melakukan evaluasi, tetapi tidak semua alasan selalu muncul pada setiap kasus
pengevaluasian. Akan tetapi, ke sepuluh alasan inilah yang paling sering muncul dan
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat, adekuat dan sesuai dengan tujuan
pendekatan sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan
dimana penilaian secara komprehensif dapat dilakukan dengan menilai input, proses,
dan output.
kategori yaitu :
1) Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri tempat
pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia, dana, sarana dan
prasarana. Evaluasi input ini memfokuskan pada berbagai unsure yang masuk dalam
2) Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang
telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang
dihadapi serta pemecahannya. Evaluasi ini memfokuskan diri pada aktivitas program
21
yang melibatkan interaksi langsung antara klien denga staf ‘terdepan’ (line staff)
berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut. Evaluasi
pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program,
berdasarkan perubahan perilaku klien. Misalnya saja, pada kasus penanganan anak
development indeks)
untuk dipertimbangkan. Indikator dibawah ini adalah sembilan indikator yang paling
Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu
benar-benar ada. misalnya, dalam suatu program pembangunan social yang menyatakan
bahwa diperlukan satu tenaga kader local yang terlatih untuk menangani 10 rumah
tangga maka perlu dicek apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.
22
teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan
kompor tersebut mengunakan lebih banyak minyak tanah ataupun kayu dibandingkan
dengan kompor yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka
teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila
Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang stategis,
dimana sebagian besar warga desa dapat dengan mundah dating ke puskesmas. Atau,
apakah suatu posko becana alam berada dalam jangkauan dari korban bencana tersebut.
Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh
saja, seberapa banyak PUS (pasangan usia subur) yang memanfaatkan layanan jasa
puskesmas dalam upaya meningkatkan KB mandiri. Atau, brapa banyak anak jalanan
menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana
23
kelompok sasaran. Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi
Pelayanan Masyarakat (human service organizations) sudah memenuhi syarat dalam hal
keramahan, keresposifan dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles
dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Misalnya, berapa banyak sumber
daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaat guna membangun sarana
Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan
guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan
sumber daya yang ada dalam upaya mncapai tujuan. Misalnya saja, suatu layanan yang
bisa dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu
terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan maka yang akan terjadi adalah
Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan
mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka penduduk yang
BAB III
Alur kegiatan magang di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Persiapan magang
Pengajuan surat magang
Konfirmasi surat magang.
Penyusunan proposal magang.
Konsultasi dan revisi proposal magang.
Sosialisasi dengan pihak Dinkes Tangsel
Pelaksanaan Magang
Konsultasi kegiatan magang
Observasi lapangan
Input data gizi
Wawancara dengan bagian gizi
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisa data
Bimbingan dengan dosen pembimbing dan
pembimbing lapangan
Bagan 3.1
Alur Kegiatan Magang
26
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi magang. Berikut ini akan
pembimbing fakultas.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang
di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Tahun 2010
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Senin 1 Februari - Perkenalan dengan pihak Dinas Kesehatan Dinas
Selatan
Puskesmas. Kota
Selatan
Rabu 10 − Melakukan input data gizi bulan Januari Dinas
Tangerang
Selatan
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Jumat 12 - Melanjutkan evaluasi laporan tahunan Dinas
Tangerang
Selatan
Senin 15 − Rekapitulasi data gizi buruk bulan januari Dinas
Selatan. Tangerang
Selatan
Rabu 17 − Studi literature. Dinas
Tangerang
Selatan
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Kamis 18 − Rekapitulasi data LB3 gizi buruk. Dinas
Tangerang
Selatan
Jumat 19 - Melakukan input data nama balita gizi Dinas
Selatan
31
Tangerang
Selatan
Selasa 23 − Melanjutkan analisis program gizi Dinas Dinas
Tangerang
Selatan
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Rabu 24 − Membantu melakukan evaluasi laporan Dinas
pembimbing. Tangerang
Selatan
Kamis 25 − Melakukan analisis data tahunan program Dinas
lapangan Selatan
Selatan. Kota
gizi. Selatan
Tangerang
Selatan
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Rabu 3 Maret − Penyusunan laporan magang. Dinas
Tangerang
Selatan
Kamis 4 Maret − Penyusunan laporan magang. Dinas
Tangerang
Selatan
Tangerang
33
Selatan
Senin 8 Maret − Konsultasi mengenai laporan magang. Dinas
Selatan
34
BAB IV
terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008,
4.1.1 Visi
Visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan berpedoman pada visi kesehatan
nasional dan provinsi. Melalui visi ini diharapkan pada tahun 2009 gambaran
yang hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
yang tentunya diperlukan dukungan dan kerjasama oleh sektor lain untuk
mewujudkannya.
Tangerang Selatan telah menetapkan visinya untuk tahun 2009 yaitu ”Rakyat Tangerang
4.1.2 Misi
35
Bagan 4.1
A. Ketenagaan
dan proses persalinan dan untuk menurunkan AKB dan AKI. Jumlah Tenaga ini tiap
kesehatan.
Tabel berikut memperlihatkan jumlah tenaga kerja yang ada di wilayah Dinas
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Kerja
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Tahun 2009
Tenaga Kesehatan
Perawat
Bidan
Jumlah
Kesehatan
Dokter
Dokter Gigi
AhliGizi
Sanitasi
Umum
Ahli
Ahli
No Puskesmas
1 Serpong 3 1 13 1 1 1 0 20
2 Pondok 2 3 10 7 1 1 0 24
3 Pamulang
Jagung 3 4 9 6 1 1 0 24
4 Ciputat 2 3 4 4 1 0 0 14
5 Kampung 2 3 7 5 1 1 0 19
Sawah
38
Ahli Sanitasi
Dokter Gigi
Kesehatan
Ahli Gizi
Perawat
Dokter
Jumlah
Umum
Bidan
Ahli
No Puskesmas
6 Jombang 2 2 8 5 1 0 0 18
7 Ciputat Timur 1 1 9 3 1 0 0 15
8 Pondok Aren 2 2 9 7 1 1 0 22
9 Jurang Mangu 2 2 6 2 0 1 0 13
10 Setu
Timur 3 2 12 5 0 0 1 23
Kota Tangerang 22 23 87 45 8 6 1 192
Selatan
B. Dana
Tabel berikut ini menunjukkan jumlah sarana yang ada di wilayah Dinas
Tabel 4.2
Jumlah Sarana
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
Puskesmas Pusling
No Kecamatan Jumlah Pustu
Non DPT DPT Roda 4 Roda 2
1 Serpong 1 0 1 2 1 4
Utara
2 Serpong 1 0 1 5 1 3
3 Setu 1 0 1 2 1 3
Puskesmas Pusling
No Kecamatan Jumlah Pustu
Non DPT DPT Roda 4 Roda 2
4 Pamulang 0 1 1 2 1 4
5 Cipuat 3 0 3 2 3 12
6 Ciputat 1 0 1 2 1 3
39
Timur
7 Pondok 2 0 2 1 2 5
Aren
Jumlah 9 1 10 16 10 34
Keterangan :
3. Pustu
Sedangkan untuk prasarananya bisa dilihat dari table berikut ini.
40
Tabel 4.3
Kecamatan Kota
1 Rumah Sakit 3 2 1 2 3 3 - 14
2 Puskesmas 1 1 1 3 1 2 1 10
3 Puskesmas Pembantu 2 1 1 2 1 2 2 11
7 Praktek
Swasta Dokter Gigi 42 46 81 28 36 28 6 267
Total Kota
Serpong Ciputat Pondok
Serpong Pamulang Ciputat Setu Tangerang
Utara Timur Aren
Selatan
10 Laboratorium Klinik 1 3 7 7 5 6 1 30
11 Swasta
Optik 2 - 9 5 15 9 2 42
12 Apotik 6 5 10 9 25 18 2 75
13 Toko Obat Berijin 2 - - 2 1 - 1 6
16 Pengobatan Tradisional 4 8 4 5 2 7 1 31
17 Puskesmas Keliling 1 1 1 3 1 2 1 10
42
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi
perbaikan gizi.
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
Selain tugas diatas, seksi gizi juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya
yaitu:
masyarakat.
tugasnya.
Sumber daya manusia (SDM) yang ada di bagian gizi terdiri dari Kepala Seksi
Tugas dari kepala seksi gizi meliputi pengumpulan data, pengolahan data,
pengaturan gizi masyarakat. Adapun rincian dari tugas kepala seksi adalah sebagai
berikut:
b) Membagi tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada staf gizi
gizi masyarakat.
gizi masyarakat.
f) Mengonsep dan memaraf naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan
kewenangannya.
Tugas dari staf gizi meliputi melaksanakan program gizi serta pemantauan
kegiatan di Puskesmas serta menerima laporan dari Puskesmas. Adapun tugas dari
gizi masyarakat
Selatan, kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi dibantu oleh Tenaga Pelaksana Gizi. Tenaga
Pelaksana Gizi tersebar di sepuluh wilayah kerja Puskesmas dengan latar belakang
pendidikan gizi dan bidan. Dari sepuluh Tenaga Pelaksana Gizi tersebut, tidak semuanya
berlatar belakang gizi. Sehingga ini salah satu kendala dan permasalahan dalam
Selain TPG, ada 54 bidan desa dan para kader posyandu yang ikut serta dalam
kegiatan program perbaikan gizi. Para kader ini merupakan ujung tombak keberhasilan
suatu program. Karena kader disini sebagai penggerak dari masyarakat untuk ikut serta
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sarana dan prasarana merupakan hal
Meskipun Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ini baru satu tahun berdiri,
tetapi sarana dan prasarana yang ada sudah memadai yang terdiri dari dua laptop, dan
Pada tahun 2009, Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan ini ada sepuluh Puskesmas. Kesepuluh Puskesmas tersebut adalah
Puskesmas Serpong, Pondok Aren, Ciputat Timur, Ciputat, Jurang mangu, Jombang,
4.3 Gambaran Umum Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Selatan mengacu pada empat masalah gizi utama yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat yaitu kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, kurang vitamin A
(KVA), dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Akan tetapi untuk gangguan
akibat kekurangan yodium ini, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum
dilaksanakan. Rencana untuk program GAKY ini akan dijalankan pada tahun 2010.
46
Adapun program perbaikan gizi yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kota
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pencatatan hasil dari berat
badan dan tinggi badan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Kegiatan posyandu ini
dilakukan setiap bulan bagi balita yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan sesuai
bertujuan untuk memantau pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulannya oleh
kader Posyandu yang merupakan tenaga sukarela dan telah mendapatkan latihan oleh
instansi kesehatan. Di dalam melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu
keterampilan tersendiri oleh petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara benar.
a. Analisis SKDN
Analisis data SKDN diperoleh dari hasil kegiatan Posyandu setiap bulan. SKDN
terdiri dari S adalah (Semua balita yang ada di Posyandu wilayah kerja Dinas
Kesehatan), K adalah (jumlah balita yang terdaftar di Posyandu dan memiliki KMS), D
adalah (jumlah balita yang datang dan ditimbang di Posyandu), dan N adalah (anak
balita yang ditimbang dan berat badannya naik sesuai dengan garis pertumbuhan).
47
Adapun indikator yang digunakan, yaitu : D/S (Partisipasi Masyarakat dalam program),
K/S (Cakupan Program), N/S (Efektifitas Program), dan N/D (Keberhasilan Program).
dalam KMS. Dari KMS itu bisa diketahui balita BGM. Jumlah balita BGM akan dicatat
balita BGM kepada Puskesmas sehingga diketahui jumlah balita BGM di tingkat
Kegiatan pemantauan status gizi balita ini dilakukan pada bulan Agustus.
Kegiatan ini dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dari masing-masing
Puskesmas. Tidak semua balita diukur dan ditimbang. Hanya balita yang menjadi
sampel saja yang dilakukan pengukuran dan penimbangannya. Indikator yang digunakan
Kegiatan Bulan Penimbangan Balita ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu
pada bulan Februari dan Agustus. Pengukuran dan penimbangan dilakukan oleh para
kader posyandu. Sasaran dalam kegiatan ini adalah semua balita yang ada di wilayah
Program perbaikan gizi pada ibu hamil ini ditujukan supaya kebutuhan gizi bagi
ibu hamil tercukupi. Sehingga resiko terjadinya anemia dan KEK (Kurang Energi
Kronik) bisa diatasi. Salah satu program yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan adalah pemberian tablet Fe bagi ibu hamil dan pemberian makanan
Sasaran dalam kegiatan ini adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah Dinas
Pelaksanaan dari kegiatan ini yaitu setiap bulan melalui puskesmas yang ada di wilayah
kerjanya.
Sasaran dari kegiatan ini yaitu ibu hamil yang mengalami KEK yang ada di
wilayah Tangerang Selatan. Kegiatan ini diawali dengan pencatatan ibu hamil yang
KEK, setelah diketahui ibu hamil yang KEK, maka dilakukan pemberian makanan
tambahan dari ibu hamil yang KEK tersebut. Untuk mengetahui ibu hamil yang
Pencatatan dari ibu hamil yang KEK ini dilakukan setiap bulan melalui
Sasaran dalam pemberian kapsul vitamin A pada balita ini adalah balita usia 6-11
bulan dan balita usia 12-59 bulan. Adapun kapsul vitamin A yang diberikan yaitu warna
biru diberikan pada balita usia 6-11 bulan. Sedangkan warna merah diberikan pada balita
Pendistribusian vitamin A pada balita dilakukan dalam dua periode yaitu bulan
Sasarannya yaitu semua ibu nifas yang ada di Wilayah Tangerang Selatan Kapsul
vitamin A yang diberikan kepada ibu nifas adalah kapsul dengan warna merah.
Adapun pendistribusian vitamin A pada ibu nifas ini dilakukan setiap bulan
Program penanggulangan gizi buruk ini bertujuan untuk menangani masalah gizi
buruk dari awal ditemukan kasus. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
menanggulangi masalah gizi buruk yang ada di wilayah Tangerang Selatan adalah:
Balita yang terdeteksi terkena gizi buruk, langsung dilakukan perawatan baik di
puskesmas maupun rumah sakit terdekat. Perawatan ini bisa berupa pengobatan
b. Pemberian MP-ASI
Selain dilakukan perawatan terhadap balita gizi buruk, pemberian MP-ASI juga
dijalankan oleh Dinas Kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memulihkan keadaan balita
Selain pemberian MP-ASI bagi balita gizi buruk, MP-ASI juga diberikan kepada
semua balita Gakin (Keluarga Miskin) yang ada di wilayah Tangerang Selatan.
Selatan
Evaluasi dalam suatu program kegiatan sangat diperlukan guna mengukur tingkat
keberhasilan dari program yang sudah dilakukan, karena dengan evaluasi akan diperoleh
umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan tersebut. Tanpa
adanya evaluasi sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan – tujuan yang
monitoring terhadap sepuluh Puskesmas yang ada di Wilayah kerjanya. Ada beberapa
alasan dilakukannya suatu evaluasi program gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
1) Melihat apakah program perbaikan gizi yang dilaksanakan itu sudah mencapai
baik.
4) Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. Yaitu mengatasi permasalahan
Proses evaluasi ini ditujukan untuk menilai input, proses, output dan outcome
dari suatu program gizi yang dilaksanakan oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.
sistem dalam melaksanakan evaluasi program gizi. Dalam pedekatan sistem ini, seksi
gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menilai input, proses, dan output. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada alur pendekatan sistem berikut ini.
INPUT
PROSES
Data
Pengumpulan
SDM data. OUTPUT
Bagan 4.2
4.4.1 Input
Evaluasi input ini lebih memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam
evaluasi input program perbaikan gizi yang sudah dijalankan oleh seksi gizi Dinas
4.4.1.1 Data
Data merupakan hal yang penting dalam evaluasi suatu program. Secara
keseluruhan data yang ada di Dinas Kesehatan ini diperoleh dari laporan LB3 (lampiran
Tangerang Selatan, karena laporan LB3 sudah mencakup laporan dari semua program
dan kegiatan yang ada di puskesmas dan posyandu. Sehingga data cukup dari format
LB3 dari Puskesmas. Data R1 gizi tidak dilaporkan ketingkat Dinas Kesehatan karena
data ini ada di tingkat posyandu. Data F3 gizi juga tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan
(laporan wabah KLB 24 jam) tidak dilaporkan, karena yang dilaporkan adalah laporan
53
W2 (laporan KLB satu minggu). Laporan W1 ada di tingkat puskesmas. Dari laporan
W1 itu akan di rekap untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan dalam bentuk laporan W2.
Data laporan LB3 itu mencakup semua program yang ada di Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan. Selain laporan LB3, data juga diperoleh dari laporan kegiatan
PSG dan BPB, laporan W2 dan laporan balita gizi buruk tiap bulannya.
Kesehatan melalui bagian perencanaan. Sehingga seksi gizi memperoleh data mengenai
Sedangkan laporan W2 mengenai kasus gizi buruk ini diperoleh dari bagian
surveilans. Dan laporan mengenai balita gizi buruk tiap bulannya langsung dari
Salah satu faktor keberhasilan suatu program adalah tersedianya sumber daya
manusia yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Evaluasi program
perbaikan gizi ini dilakukan oleh seksi gizi bekerjasama dengan bagian perencanaan.
Tenaga yang ada di seksi gizi sebanyak tiga orang yang terdiri dari kepala seksi gizi dan
dua staff gizi. Dimana staff gizi akan melakukan analisis dari data gizi yang diperoleh
dari bagian perencanaan. Kepala seksi gizi akan mengoreksi evaluasi program perbaikan
gizi.
4.4.1.3 Dana
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan
54
dan Belanja Daerah (APBD) untuk semua pelaksanaan program perbaikan gizi. Mereka
tidak mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
4.4.1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan evaluasi dari data LB3, laporan
kegiatan PSG dan BPB, laporan W2 dan laporan balita gizi buruk tiap bulannya yaitu
4.4.1.5 Waktu
Dalam melakukan evaluasi program perbaikan gizi, ada dua tahap yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan seksi gizi yaitu evaluasi bulanan dan
evaluasi tahunan. Evaluasi bulanan ini dilakukan setiap bulan oleh seksi gizi. Sehingga
jika ada masalah dan kendala dalam pelaksanaan program perbaikan gizi bisa langsung
perbaikan gizi ini meliputi laptop, printer dan alat-alat tulis yang lainnya.
4.4.2 Proses
Evaluasi proses ini lebih memfokuskan pada aktivitas suatu program. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi proses ini yaitu proses
tersebut. Tabel ini menunjukkan perbandingan antara standar dan keadaan yang ada di
Tabel 4.4
kendala dan masalah yang dihadapi. ini ada 6 kendala dan permasalahan
Pada tahap evaluasi proses ini pelaksanaan dari masing-masing kegiatan sudah
mencapai target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan. Dalam pelaksanaan
program perbaikan gizi di wilayah Kota Tangerang Selatan, ada beberapa kendala dan
permasalahan yang dihadapi oleh seksi gizi. Adanya kendala dan permasalahan ini
mungkin bisa menjadi salah satu hambatan dari keberhasilan suatu program.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, beberapa kendala dan permasalahan yang
1. Kurangnya validitas data dan data riil yang sukar didapat. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam pengisian data baik di LB3, laporan W2, maupun laporan
balita gizi buruk tiap bulannya dan kurangnya pemahaman mengenai definisi
ketimpangan antara laporan LB3 dan W2. Sehingga bisa jadi wilayah tersebut
sebenarnya mempunyai permasalahan gizi tetapi karena datanya kurang valid, maka
sehingga dari tingkat Puskesmas terlambat juga pelaporan datanya. Akibat yang bisa
ditimbulkan dari keterlambatan data yang masuk yaitu laporan ke Dinas Kesehatan
Propinsi, Bappeda, dan Wali Kota jadi terlambat, proses evaluasi terhambat dan
gizi. Salah satu contohnya yaitu keterlambatan dalam pelaporan balita yang gizi
3. Adanya data yang tidak lengkap dari laporan bulanan (LB3) Puskesmas. Hal ini
mungkin karena kesalahan penulisan, kesalahan data dari tingkat Posyandu dan
pemahaman yang kurang mengenai cara pengisian laporan bulanan (LB3). Sehingga
Selain itu proses penyusunan program dari hasil evaluasi juga terhambat. Maka
TPG
Koordinator
Bidan Desa
Kader
Kader Posyandu
57
Bagan 4.3
Semua program gizi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,
pelaksanaanya dipengaruhi oleh aktivitas dari Posyandu yang ada di wlayah kerja
Puskesmas. Aktivitas posyandu masih tergantung kepada keberadaan bidan desa dan
kader posyandu. Kader yang ada di Posyandu akan melaporkan hasil kegiatannya ke
bidan desa. Selain adanya bidan desa, koordinator kader posyandu juga mengawasi
pelaksanaan dan pelaporan dari kegiatan yang ada. Laporan dari kader posyandu itu
akan di laporkan ke Puskesmas setempat melalui Tenaga Pelaksana Gizi oleh bidan desa
yang bekerjasama dengan koordinator kader posyandu. Tenaga Pelaksana Gizi akan
melakukan rekapitulasi data untuk bisa dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang
yang dijalankan. Seksi gizi memperoleh data dari bagian perencanaan yang nantinya
Dari alur tersebut, Dinas Kesehatan Kota Tangerang selatan dibagian seksi gizi
menerima laporan dari Puskesmas melalui bagian perencanaan. Laporan rutin yang
58
masuk ke seksi gizi berupa laporan bulanan (LB3), laporan W2 dan laporan balita gizi
buruk. Selain laporan rutin, ada juga laporan khusus bagi program gizi yang
pelaksanaannya tidak setiap bulan. Laporan khusus ini seperti laporan kegiatan Bulan
vitamin A bagi balita usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan. Laporan Bulan
Penimbangan Balita dan pendistribusian vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan
Agustus. Sedangkan laporan Pemantauan Status Gizi dilakukan setiap bulan Agustus.
Dari laporan-laporan yang ada, dilakukan evaluasi program gizi. Dimana tujuan
dilakukanya evaluasi adalah untuk megetahui keberhasilan dari program gizi tersebut
Selain alur pelaporan, alur pelaksanaan kegiatan dari semua program perbaikan
Seksi Gizi
TPG
Koordinator
Bidan Desa
Kader
Kader Posyandu
Sasaran
59
Bagan 4.4
menetapkan program-program yang akan dilaksanaan. Dari Seksi gizi ini akan
desa dan para kader menjalankan program perbaikan gizi tersebut. Kader Posyandu
Tangerang Selatan
Dalam melakukan evaluasi program perbaikan gizi yang dijalankan oleh Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, adapun alurnya bisa dilihat pada bagan berikut ini:
Pengumpulan Data
Laporan LB3
Laporan W2
Analisis Data
Bagan 4.5
yang ada di wilayah kerjanya. Data yang diperoleh mencakup semua program
perbaikan gizi yang sudah dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan. Data ini berasal dari LB3 program perbaikan gizi dari bagian perencanaan,
surveilans.
b) Dilakukan analisis dari data yang ada sesuai dengan tujuan dari evaluasi
4.4.3 Output
61
Selatan. Laporan tahunan ini berasal dari rekapitulasi dan analisis dari pencapaian
cakupan program yang sudah dilaksanakan. Laporan tahunan ini akan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi, Bapeda dan Wali kota. Laporan tahunan mencakup semua
target dari Standar Pelayanan Minimal (SPM), hasil pencapaian program tahun
sebelumnya, dan hasil survey seperti Riskesdas 2007, susenas dan sebagainya. Namun
dikarenakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ini masih baru, maka pencapaian
Berikut ini tabel perbandingan antara standar dari evaluasi output dengan keadaan yang
ada di lapangan.
Tabel 4.5
Evaluasi output menilai pencapaian setiap Dari semua program perbaikan gizi
SPM, hasil pencapaian program tahun balita yang mengalami gizi buruk, gizi
sebelumnya, dan hasil survey seperti kurang, status gizi kurus sekali, dan
Riskesdas 2007, susenas dan sebagainya status gizi kurus melebihi angka yang
62
berikut:
a. Analisis SKDN
Cakupan dari kegiatan SKDN Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun
93,10%, efektifitas program (N/S) sebesar 53,60%, dan keberhasilan program (N/D)
sebesar 72,33%.
Cakupan program SKDN Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009
sudah mecapai target yang ditetapkan yaitu target tingkat pertisipasi masyarakat (D/S)
(K/S) mencapai 80%, efektifitas program (N/S) sebesar 40%, dan keberhasilan program
Target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah sebesar
15%. Bila dibandingkan dengan target tersebut, nilai balita BGM di Dinas Kesehatan
Dari kegiatan Pemntauan Status Gizi pada balita di wilayah Kota Tangerag
Selatan tahun 2009, output yang diperoleh dengan indikator BB/U yaitu prevalensi balita
yang mengalami gizi buruk sebesar 1%, gizi kurang 9, 43%, gizi baik sebesar 85,74%
Sedangkan untuk indikator TB/U yaitu prevalensi balita yag mengalami pendek
sebesar 14,06%, dan balita yang normal sebesar 85,94%. Selain indikator BB/U dan
TB/U, indikator yang digunakan yaitu BB/TB. Dimana prevalensi balita yang kurus
sekali adalah sebesar 0,85%, kurus sebesar 4,67%, normal 88,41% dan gemuk 6,07%.
Tangerang Selatan ini adalah diketahuinya prevalensi balita yang mengalami gizi buruk
sebesar 0,51%, balita gizi kurang sebesar 5,76%, balita gizi baik 91,60% dan balita yang
Cakupan kegiatan pemberian tablet Fe1 bagi Ibu Hamil Di wilayah Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan sebesar 97,72%. Sedangkan untuk tablet Fe3 sebesar
95,47%.
Target yang ditetapkan seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
untuk pencapaian cakupan pemberian tablet Fe1 sebesar 90% dan Fe3 sebesar 80%.
yang KEK di wilayah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah 100%. Jadi
semua ibu hamil yang megalami KEK sudah memperoleh makanan tambahan.
Kota Tangerang Selatan pada balita usia adalah sebesar 6-11 bulan adalah sebesar
98,33%. Sedangkan pada balita usia 12-59 bulan, cakupan pencapaiannya sebesar
95,68%.
berdasarkan SPM adalah sebesar 90%. Sehingga program distribusi vitamin A ini sudah
berdasarkan SPM adalah sebesar 90%. Sehingga program distribusi vitamin A ini sudah
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah 100%. Jadi semua balita yang
mengalami gizi buruk sudah langsung ditangani dan dilakukan perawatan rawat inap dan
rawat jalan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit setempat. Perawatan yang ada
Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 ini sudah mencapai target. Target yang
b. Pemberian MP-ASI
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 adalah sebesar 100%. Hal ini
66
berarti bahwa semua balita BGM Gakin yang ada di wilayah Kota Tangerang selatan
Target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk
kegiatan ini adalah sebesar 100%. Sehingga cakupan program ini sudah mencapai target.
digunakan untuk suatu proses evaluasi, ada 9 indikator yang perlu dipertimbangkan.
Namun di Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan, hanya 4 indikator yang dijadikan
apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada. Unsur yang
ada dalam program perbaikan gizi Dinas Kesehata Tagerang Selatan ini meliputi data,
SDM, dana, metode, waktu, sarana dan prasarana. Dimana dalam pelaksanaannya dana
Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
‘jangkauan’ pihak-pihak yang membutuhkan. Indikator ini bisa dilihat dari bentuk
layanan bagi keluarga miskin berupa pemberian MP-ASI pencapaiannya sudah 100%.
Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh
ini bisa dilihat dari output yaitu pencapaian suatu program. Dimana semua program yang
ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah mencapai target. Sehingga bisa
dikatakan semua kelompok sasaran sudah memanfaatkan program yang ada di Dinas
Kesehatan.
menerima layanan tersebut. Indikator ini dilihat dari pencapaian cakupan dar masing-
BAB V
5.1 KESIMPULAN
yang baru berdiri tahun 2009. Dimana ada sepuluh Puskesmas yang ada
dari kesehatan keluarga. Dimana dalam kesehatan keluarga itu terdiri dari
seksi gizi, KIA, dan lansia_remaja. Staf yang ada di seksi gizi terdiri dari
c) Ada empat program gizi yang dijalankan oleh Dinkes Kota Tangerang
d) Evaluasi yang dilakukan oleh Dinkes Kota Tangerang Selatan Seksi Gizi
yang ada di wilayah kerjanya. Setelah itu dilakukan analisis dari data
i. Data yang mencakup Laporan LB3, laporan W2 dan laporan balita gizi
ii. Sumber daya manusia yang ada terdiri dari tiga orang dibagian seksi gizi
vi. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan evaluasi yaitu
2. Proses, meliputi:
5.2 SARAN
70
balita yang gizi buruk tiap bulannya bagi tenaga pelaksana gizi yang ada di
Puskesmas.
3) Adanya reward bagi puskesmas yang tepat waktu dalam melaporkan datanya
4) Kroscek dari data yang masuk, baik laporan LB3, W2 dan laporan balita gizi
5) Setelah dilakukan evaluasi, diharapkan ada feed back dari program yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indnesia Sehat 2010. Jakarta:
Depkes, RI. Buku Panduan Pengelolaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/ Kota.
Depkes, RI. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM). Jakarta: Depkes RI.
2008.
EGC. 2004.
Cipta. 2003.
Mahasatya. 2005.