Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SN SE
TA
SI
M
UNIVER
AR
ANG
PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING &
KENDAL
skripsi
Sarjana Pendidikan
oleh
Ratih Irawati
4301403013
JURUSAN KIMIA
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
skripsi pada.
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Mengesahkan,
NIP. 131965839
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA
Panitia:
Ketua Sekretaris
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seutuhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Ratih Irawati
NIM. 4301403013
iv
MOTTO
MOTTO
• ‘The only good is knowledge, and the only evil is ignorance’ (Diogenes
Laertius).
mendoakanku.
5. My self
v
KATA PENGANTAR
CTL (Contextual Teaching & Learning) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk
melaksanakan penelitian.
4. Drs. Nurwachid Budi S, M.Si dan Drs. Kasmui, M.Si sebagai dosen
menyusun skripsi.
5. Drs. Sutopo, M.Pd sebagai kepala SMA N 1 Kendal yang telah memberi ijin
6. Nur Anni Kartikawati, S.Si sebagai guru kimia SMA N 1 Kendal yang
vi
7. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2003 yang telah memberikan
8. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis baik selama penelitian
maupun selama penyusunan skripsi ini, yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO ..................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
ix
2. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran .................. 8
B. Pembahasan .............................................................................. 58
x
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 69
B. Saran ......................................................................................... 70
LAMPIRAN .............................................................................................. 72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
9. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I, II, dan III pada pokok
bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual siswa
kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal ........................................................ 55
10. Hasil kuesioner pengamatan minat siswa siklus I, II, dan III
pada pokok bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual siswa
kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal ......................................................... 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
20. Lembar Pengamatan Minat Siswa ........................................................ 142
23. Daftar Nilai Pre tes dan Post tes .......................................................... 175
28. Hasil Kuesioner Minat Siswa pada Pokok Bahasan Koloid Melalui
Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal ...... 184
xv
BAB I
PENDAHULUAN
proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
pembentukan intelektual dan tidak melatih mereka menjadi insan yang kreatif,
standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan
(www.sma1-sltg.sch.id).
memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan yang
proses sains dan pemahaman produk sains. Kimia merupakan salah satu
latihan.
yang telah diterima dari guru atau teori yang ada di buku/LKS dengan kata
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan konsep tersebut guru tidak hanya
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Koloid Siswa Kelas
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman istilah maka perlu ditegaskan istilah-
istilah berikut:
1. Aktivitas Belajar
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses
2. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil prestasi belajar kimia
berupa nilai setelah siswa melakukan proses belajar mengajar kimia pada
3. Pendekatan Kontekstual
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan aktivitas dan hasil belajar kimia pokok bahasan Koloid dengan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
3. Bagi sekolah
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang berupa tingkah laku,
belajar yang berpusat pada siswa, siswa aktif dan guru sebagai fasilitator.
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terpisah satu dengan yang
lain pada diri orang yang belajar. Siswa akan belajar lebih baik jika
meraba dengan alat indera manusia yang diteruskan pada struktur kognitif
pelajaran dengan bantuan guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia,
betul terwujud.
aktivitas sendiri. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
siswa pada saat proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Untuk
ditugaskan.
diagram peta.
10
membuat model.
yang disajikan oleh guru. Bila siswa berpartisipasi secara aktif, maka ia
3. Hasil Belajar
setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2004: 4). Pada umumnya hasil
belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu:
a. Faktor dari dalam siswa, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi
b. Faktor dari luar diri siswa, yaitu kualitas pengajaran atau tinggi rendahnya
1) Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus
siswa, mudah diterima siswa, dan kelas menjadi hidup. Metode panyajian
ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap sesuatu yang
4. Pendekatan Kontekstual
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
berikut:
2004: 106).
1) Konstruktivisme (Construktivism)
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
sendiri, dan
2) Menemukan (Inquiry)
3) Bertanya (Questioning)
keingintahuan siswa
dan sebagainya.
berikut:
5) Pemodelan (Modelling)
pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru (Nurhadi 2004: 49).
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
bahwa siswa mengalami proses belajar yang benar (Nurhadi 2004: 52).
d) Berkesinambungan
adalah.
Selain itu, siswa dilatih memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam
suatu situasi, misalnya dalam bentuk stimulasi, dan masalah yang memang ada
prinsip-prinsip berikut:
(www.sma1-sltg.sch.id).
kehidupan kita. Belajar kimia tidak bisa hanya dengan duduk, mendengarkan
ceramah atau cerita saja. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang efektif
dan kondusif.
bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil yang diinginkan.
disertai dengan diskusi yang sesuai, diharapkan siswa dapat bangkit sendiri
Bahasan Koloid
Pokok materi koloid pada kelas XI IPA semester II yang dipelajari secara
Inggris pada tahun 1861. Sewaktu meneliti proses difusi berbagai zat
dalam medium cairan, Graham mengamati bahwa zat-zat seperti lem kanji,
gelatin, getah dan albumin berdifusi sangat lambat dan tidak mampu
yang berarti ’seperti lem” (bahasa Yunani: kolla = lem, oidos = seperti).
sistem koloid adalah suatu campuran zat-zat yang tersebar merata dengan
Tabel 2 berikut.
Sebagaimana halnya larutan yang tersususun dari zat terlarut dan pelarut,
sistem koloid juga tersusun dari dua komponen, yaitu fasa terdispersi,
yaitu zat yang tersebar merata serta fasa pendispersi, yaitu zat medium
koloid dapat berupa gas, cair atau padat. Namun perlu dikemukakan
bahwa campuran gas dengan gas tidaklah membentuk sistem koloid, sebab
Dari tabel di atas jelas bahwa proses-proses di alam sekitar kita banyak
dalam air yang mengandung sedikit NaOH juga merupakan sistem koloid,
b. Sifat-sifat Koloid
1) Efek Tyndall
maka berkas cahaya itu akan terlihat jelas. Sebab partikel-pertikel debu
tersebut.
Tyndall, karena hal ini mula-mula diterangkan oleh John Tyndall (1820-
larutan sejati. Partikel-pertikel dalam larutan yang berupa molekul atau ion
2) Gerak Brown
disebut gerak Brown, berdasarkan nama ahli botani bangsa Inggris yang
menemukan gerakan ini pada tahun 1827, yaitu Robert Brown (1773-
1858).
partikel koloid jauh lebih besar dari molekul mediumnya, maka partikel
koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan kecepatannya diubah
3) Adsorpsi Koloid
sangat luas. Sifat adsorpsi dari koloid dapat kita saksikan antara lain, pada
serbuk karbon dengan cairan usus akan membentuk sistem koloid yang
b) Pada proses pemurnian gula pasir, gula yang masih kotor (berwarna
coklat) dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid
yang berupa tanah diatom atau karbon. Kotoran pada gula akan
Sifat koagulasi partikel koloid antara lain, dapat kita amati pada proses-
b) Jika bagian tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+ atau Fe3+ segera
a) Koloid liofil yaitu koloid yang “senang cairan” (bahasa Yunani: lyo =
koloid itu. Jika medium pendispersinya air, istilah yang dipakai adalah
hidrofil (senang air). Contoh koloid liofil adalah lem kanji, protein,
dan agar-agar.
air, istilah yang dipakai ialah hidrofob (benci air). Contoh koloid
c. Pembuatan Koloid
1) Cara Kondensasi
Salah satu cara pembuatan koloid adalah cara kondensasi,
menggumpalkan partikel-partikel larutan yang terlalu kecil menjadi
partikel yang berukuran koloid. Partikel-partikel larutan yang berupa
ion, atom atau molekul dapat dikondensasi atau digumpalkan menjadi
ukuran koloid melalui cara fisis ( penurunan kelarutan) atau cara kimia
(reaksi-reaksi tertentu).
2) Cara Dispersi
Suatu koloid dapat dibuat melalui cara dispersi yaitu
menghaluskan partikel-partikel suspensi yang terlalu besar menjadi
partikel-partikel yang berukuran koloid (Anshory 1999: 122-134).
d. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
Koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam,
industri, makhluk hidup, dan pertanian. Di industri, aplikasi koloid untuk
produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat
saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala
besar.
Contoh aplikasi kimia koloid dalam industri dapat dilihat pada tabel 4
berikut.
Tabel 4. Aplikasi kimia koloid dalam industri
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu
Industri kosmetika dan perawatan Krim, pasta gigi
tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun
Industri pertanian Pestisida, dan insektisisda
Industri farmasi Penisilin untuk suntikan
27
1) Pemutihan gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Hal ini dilakukan
2) Pengambilan partikel koloid asap dan debu dari gas buangan pabrik
asap dan debu yang terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini
arsenik oksida.
Air sungai mengandung partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion Na+, Mg2+, dan
Ca2+ yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu air laut, maka
ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat.
4) Penggumpalan darah
Jika terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil
stiptik atau tawas yang mengandung ion Al3+ dan Fe3+. Ion ini akan
28
penggumpalan darah.
Tawas mengandung ion Al3+ yang cukup kecil tetapi bermuatan. Ion
positif.
koloid adalah:
penggunaannya di industri.
sehari-hari.
pendekatan ini juga melibatkan siswa secara aktif dan mengaitkan materi
B. Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
di Jl Raya Barat No. 126 Kendal, kelas XI IPA 1 semester II tahun ajaran
laki-laki.
B. Fokus Penelitian
suatu penelitian. Fokus penelitian juga biasa disebut dengan obyek penelitian
atau variabel penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi
fokus penelitian adalah hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik serta aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas fisik siswa
kontekstual.
31
C. Rancangan Penelitian
tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur kerja tersebut secara garis besar
2006: 74).
dilaksanakan secara bertahap, yaitu melalui siklus 1, 2, dan 3. Jadi dalam hal
ini, bila setelah diberi perlakuan belum ada peningkatan hasil, maka akan
1. Menentukan permasalahan
observasi situasi dan kondisi siswa, guru dan proses pembelajaran agar
dilaksanakan.
2. Perencanaan tindakan
pendekatan kontekstual.
bahasan koloid.
2) Sifat-sifat koloid
3) Pembuatan koloid
3. Pelaksanaan Tindakan
pembuatan koloid.
4. Observasi
berlangsung.
f. Menelaah hasil pre tes dan post tes untuk menilai segi kognitif dengan
5. Refleksi
siklus berikutnya.
6. Analisis Data
1. Dokumentasi
penelitian dan data nilai ulangan semester 1 bidang studi kimia yang
35
diambil dari daftar nilai SMA N 1 Kendal. Data ini akan digunakan untuk
3. Tes
sebelum dan setelah siswa diberi perlakuan. Sebelum tes digunakan untuk
diadakan uji coba soal pada kelas di luar kelas penelitian. Uji coba soal
4. Lembar observasi
pembelajaran berlangsung.
siswa pada akhir pertemuan yang diisi siswa, dan selanjutnya dianalisis.
36
F. Perangkat Penelitian
1. Instrumen penelitian
guru, lembar pengamatan minat siswa, serta alat ukur hasil belajar yaitu tes
kognitif.
Instrumen berupa lembar soal sebagai alat ukur hasil belajar kognitif
diuji cobakan di luar sampel. Dari hasil uji coba kemudian dianalisis untuk
2. Analisis instrumen
2002: 144).
a. Analisis validitas
144).
37
Mp − Mt p
rp bis = (Arikunto 2002: 79)
St q
Keterangan:
rp bis = koefisien korelasi biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor seluruh siswa
St =standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = 1-p
n−2
thitung =
1 − (rpbis ) 2
lebih besar dari ttabel termasuk item yang valid. Dan item yang kurang
dari ttabel termasuk item yang tidak valid perlu direvisi atau tidak
Siklus 1
Butir soal yang tidak valid : 1, 3, 11, 13, 17, 20, 21, 22, 26, 29, dan
30.
Butir soal yang valid : 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18,
Siklus II
Butir soal yang tidak valid : 7, 13, 20, 22, 28, dan 30.
Butir soal yang valid : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, dan 29.
Siklus III
Butir soal yang valid : 1, 3, 4, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
b. Analisis reliabilitas
⎛ k ⎞ ⎛ S 2 − ∑ pq ⎞
r11 = ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ (Arikunto 2002: 101)
⎝ k −1⎠ ⎜ S 2 ⎟
⎝ ⎠
Keterangan:
diperoleh r tabel sebesar 0,316. Soal uji coba siklus 1, siklus 2, dan siklus
3 diperoleh r11 berturut-turut sebesar 0,822 ; 0,846 ; 0,79. Ketiga harga r11
BA B
DP = − B (Arikunto 2002: 213)
JA JB
Keterangan:
DP = daya pembeda
BA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok
atas
BB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok
bawah
JA = banyaknya siswa pada kelompok atas
JB = banyaknya siswa pada kelompok bawah
bila D negatif, semua tidak baik, jadi butir soal yang mempunyai nilai
analisis daya beda soal untuk setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
40
Siklus I
Kriteria jelek : 1, 3, 11, 13, 17, 20, 21, 22, 26, 29, dan 30 (soal
dibuang)
Siklus II
Kriteria cukup : 1, 5, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, dan 27.
Siklus III
JBA + JBB
IK =
JS A + JS B
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB = jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA = jumlah siswa pada kelompok atas
JSB = jumlah siswa pada kelompok bawah
berikut.
Siklus I
Soal sedang : 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 22,
Siklus II
Soal sedang : 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 23,
dan 25.
Siklus III
hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah
tindakan.
42
1. Merekapitulasi nilai tes semester I dan nilai pre tes dan post tes pada tiap
siklus.
3. Penilaian
rumus:
X =
∑x
N
Keterangan:
X = nilai rata-rata
∑ x = jumlah nilai
N = jumlah peserta tes
berikut:
n
NP % = X 100%
N
Keterangan:
pembelajaran.
n
NP % = X 100%
N
Keterangan:
faktor subyektif
melakukannya.
44
Menurut Mulyasa (2004: 99) seorang peserta didik tuntas belajar jika ia
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas tersebut.
45
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
guru bidang studi kimia dan siswa. Berdasarkan hasil observasi, diketahui
bahwa siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal mempunyai hasil belajar yang
rendah dan aktivitas siswa di kelas yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat
dari hasil tes semester I didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 56,8, dan 7
Rendahnya hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik
dari dalam diri siswa itu sendiri ataupun pengaruh lingkungan. Metode yang
diterapkan guru sudah cukup baik, namun kurang bervariasi, yaitu hanya
menggunakan metode ceramah dan tugas. Sehingga ada beberapa siswa yang
karena materinya sulit, banyak rumus dan hafalan. Apabila hal ini tidak segera
siswa bahwa kimia bukanlah pelajaran yang sulit dan membosankan. Langkah
Penelitian tindakan kelas ini meliputi tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dan
a. Hasil belajar
sebanyak 24 meliputi materi sifat-sifat koloid, dan pada siklus III soal
menguasai materi. Data hasil belajar (kognitif) pre tes (sebelum) dan
Tabel 5. Nilai hasil belajar (kognitif) siklus I, II, dan III pada pokok
bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual siswa kelas
XI IPA 1 SMA N 1 Kendal
Siklus
I II III
No Pencapaian Pre Post Pre Post Pre Post
tes tes tes tes tes tes
1. Nilai terendah 31,6 42,1 45,8 58,3 53,3 60
2. Nilai tertinggi 87,5 94,7 95,8 95,8 93,3 93,3
3. Rata-rata nilai 62,9 69,7 71,4 76,7 72,9 77
4. Ketuntasan 48,8 58,1 62,8 72,1 76,7 86,0
belajar (%)
Keterangan: Data hasil belajar kognitif dapat dilihat pada lampiran 23.
besar atau sama dengan 65. Pada siklus I, rata-rata nilai pre tes adalah
62,9 dan rata-rata nilai post tes adalah 69,7 sehingga daya serap secara
rata-rata pre tes adalah 71,4 dan rata-rata nilai post tes adalah 76,7.
Secara individu daya serapnya telah berhasil tetapi secara klasikal daya
Hasil belajar pada siklus III, rata-rata nilai pre tes kelas sebesar
72,9 dan rata-rata nilai post tes sebesar 77. Daya serap secara individu
Sedangkan dari siklus II ke siklus III rata-rata nilai post tes dan
telah berhasil.
diagram berikut.
49
100
76,7 77
69,7 71,4 72,9
80
62,9
Rata-rata 60 rata-rata pre tes
nilai 40 rata-rata post tes
20
0
1 2 3
Siklus ke-
100,00% 86%
80,00% 72,10%
Persentase
58,10%
60,00%
Ketuntasan belajar
kognitif secara
40,00% klasikall
20,00%
0,00%
1 2 3
Siklus ke-
hari.
besar atau sama dengan 65. Pada siklus I, rata-rata nilai adalah 63,1
sehingga secara individu daya serapnya masih rendah. Dalam hal ini,
yaitu dengan rata-rata kelas 65,4 dan ketuntasan belajar secara klasikal
yaitu dengan rata-rata kelas 70,2 dan ketuntasan belajar secara klasikal
sebesar 88,4%.
51
dikatakan berhasil.
diagram berikut.
75 70,2
Nilai rata-rata
70 65,4
63,1 Rata-rata
65
kelas
60
55
1 2 3
Siklus ke-
60,00%
Persentase
40,00% siswa yang
20,00% tuntas
0,00% belajar
1 2 3
Siklus ke-
kehidupan sehari-hari.
besar atau sama dengan 65. Pada siklus I, rata-rata nilai adalah 62,6
sehingga secara individu daya serapnya masih rendah. Dalam hal ini,
Hasil belajar afektif pada siklus III telah mencapai target, yaitu
sebesar 86%.
berhasil.
berikut.
72
69,5
70
Nilai rata-rata
68 66,8
66 Peningkatan rata-rata
64 62,6 hasil belajar siswa
62
60
58
1 2 3
Siklus ke-
100,00% 86%
Peresentase 80,00% 72,10%
Peningkatan
60,00% 53,50% persentase siswa
40,00% yang tuntas
belajar
20,00%
0,00%
1 2 3
Siklus ke-
Tabel 8. Hasil observasi pelaksanaan tindakan guru siklus I, II, dan III
pada pokok bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual
siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal
No. Kegiatan Persentase
1. Siklus I 71,4%
2. Siklus II 80%
3. Siklus III 95%
Keterangan: Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.
peningkatannya sebesar 15%. Kinerja guru sudah baik dari siklus I dan
indikator. Secara garis besar, hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I, II, dan III pada pokok
bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual siswa kelas XI
IPA 1 SMA N 1 Kendal
No. Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III
1. Aktivitas siswa kurang - - -
2. Aktivitas siswa cukup 9,3% 2,3% -
3. Aktivitas siswa baik 79% 67,5% 48,9%
4. Aktivitas siswa sangat baik 11,7% 30,2% 51,1%
5. Rata-rata nilai aktivitas siswa 64,4 68,2 71,7
6. Persentase ketuntasan nilai 65,1% 74,4% 86%
aktivitas secara klasikal
Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24.
baik 7%, dan sangat baik 11,7%. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas siswa
siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65. Dari nilai rata-
rata yang diperoleh, aktivitas belajar siswa masih rendah dan ketuntasan
Hal ini nampak dari semakin banyak siswa yang menjawab pertanyaan
aktivitas siswa dengan kriteria cukup hanya 2,3%, aktivitas siswa baik
56
67,5%, dan aktivitas sangat baik 30,2%. Nilai rata-rata aktivitas siswa
dengan kriteria baik 48,9% dan kriteria sangat baik sebesar 51,1%.
75
Rata-rata nilai
71,7
68,2 Rata-rata
70 aktivitas
64,4 siswa
65
60
1 2 3
Siklus ke-
100,00% 86%
74,40%
80,00% 65,10%
Persentase
60,00% Persentase
40,00% ketuntasan
aktivitas siswa
20,00%
0,00%
1 2 3
Siklus ke-
siswa terdiri dari 8 item. Hasil analisis siswa dirangkum pada tabel 10
berikut.
Tabel 10. Hasil kuesioner pengamatan minat siswa siklus I, II, dan III pada pokok
bahasan koloid melalui pendekatan kontekstual siswa kelas XI IPA 1
SMA N 1 Kendal
Jumlah
No. Pertanyaan S TS STS
SS
1. Saya senang terhadap pembelajaran pokok
materi koloid yang baru saja dilaksanakan 16 27 - -
(yaitu dengan pendekatan kontekstual/ CTL).
2. Saya lebih tertarik dengan pembelajaran yang
dikaitkan dengan kejadian sehari-hari di 21 22 - -
lingkungan/ pengalaman saya seperti yang
diterapkan guru.
3. Saya tidak bosan ketika kegiatan pembelajaran 19 19 5 -
berlangsung.
4. Saya selalu bekerjasama dengan teman satu 20 22 1 -
kelompok, teman sekelas, dan guru.
5. Teman dalam kelompk dapat membantu saya 23 19 1 -
dalam menerima pokok materi koloid.
6. Saya merasa lebih mudah memahami materi
pelajaran dengan pembelajaran (dengan 16 26 1 -
pendekatan kontekstual/ CTL).
7. Saya benar-benar memahami kesimpulan akhir 10 27 6 -
yang saya buat.
8. Setiap pembelajaran, saya ingin proses
pembelajaran dikaitkan dengan kejadian 22 21 - -
sehari-hari di lingkungan atau pengalaman
saya seperti yang diterapkan guru.
58
B. Pembahasan
lebih bermakna.
1. Silus I
penelitian, hasil belajar siswa belum memenuhi harapan. Hal ini dapat
diketahui dari nilai rata-rata kelas sebesar 56,8, dan 7 dari 43 siswa
yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas agar siswa lebih siap
menghadapi bahan pelajaran dan mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
yang terdiri dari 4-5 siswa, kemudian guru membagikan lembar kerja
lembar kerja siswa/ LKS dengan bantuan guru. Setiap kelompok diberi
simpulan dari materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru. Dalam
dalam memori atau ingatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati
mengajar.
suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis
temuannya antara satu kelompok dengan kelompok lain. Selain itu, untuk
menyamakan konsep antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan
keaktifan siswa.
belajar secara klasikal 62,8%. Pada hasil belajar afektif, diperoleh nilai
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk
fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit untuk diamati.
mengajar.
disebabkan dari keaktifan siswa yang kurang optimal selain itu guru masih
62
kurang bisa mengelola kelas. Siswa masih enggan bertanya pada guru jika
mengalami kesulitan.
siklus diadakan refleksi oleh penulis dan guru mitra terhadap pelaksanaan
c. Perlu memberi penguatan kepada siswa yang bertanya dan yang mau
kegiatan, alat, bahan, dan sarana lain yang diperlukan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
2. Siklus II
pada siklus II ternyata tampak hasilnya. Hal ini dapat diketahui dari proses
siklus I.
belajar pada siklus II adalah 76,7 dengan ketuntasan belajar secara kalsikal
Pada hasil belajar afektif diperoleh nilai rata-rata 66,83 dengan ketuntasan
siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II meningkat dari 69,7 pada siklus I
menjadi 72,1 pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal mengalami
peningkatan dari 58,14 pada siklus I menjadi 72,1% pada siklus II pada
hasil belajar kognitif yang juga diikuti pada hasil belajar afektif dan
psikomotorik.
I. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat dari 64,41
pada siklus I menjadi 68,25 pada siklus II dan ketuntasan belajar secara
klasikal meningkat dari 65,1% pada siklus I menjadi 74,4% pada siklus II.
mencapi tujuan.
temannya, masih ada siswa yang pasif, tidak mau menjawab pertanyaan
dari guru atau mengemukakan pendapatnya. Selain itu, guru kurang bisa
berikut:
b. Lebih memotivasi siswa khususnya pada siswa yang pasif pada saat
3. Siklus III
lancar.
dengan hasil belajar pada siklus I, siklus II dan sebelum tindakan hasil
siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus III, nilai rata-rata aktivitas
Melalui teguran yang tegas, guru dapat mengendalikan siswa yang ramai
Selain itu, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk
belajar meningkat.
siklus III, siswa juga diberi kuesioner pengamatan minat siswa terhadap
kontekstual. Ternyata tanggapan siswa secara umum cukup baik, hal ini
ditunjukkan dengan hasil kuesioner yang dapat dilihat pada tabel 10.
siswa tidak mengalami kesulitan dan merasa bahwa materi kimia bukanlah
Seperti pada siklus II, pada akhir siklus III juga diadakan refleksi
memahami materi.
III dinilai cukup berhasil dan telah memenuhi target penulis seperti yang
(CTL) pada konsep sistem gerak dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
BAB V
A. Simpulan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Kendal dapat
1. Rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 64,4 pada siklus I, 68,2 pada siklus
2. Rata-rata nilai hasil belajar kognitif pada post tes sebagai evaluasi sebesar
69,7 pada siklus I, 76,7 pada siklus II, dan 77 pada siklus III.
3. Rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik sebesar 63,1 pada siklus I, 65,4
4. Rata-rata nilai hasil belajar afektif sebesar 62,6 pada siklus I, 66,8 pada
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan adalah:
yang baik oleh guru pada saat siswa melaksanakan pengamatan dan
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.