Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2006
2
Pendahuluan
a. Faktor Biotik
Faktor ini merupakan penyebab kerusakan yang paling banyak merugikan tanaman
karena pada umumnya menyerang tanaman secara langsung. Secara umum faktor biotik
dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis penyebab kerusakan. Untuk itu kerusakan
3
yang disebabkan oleh tumbuhan parasit dan hewan. Penyebab kerusakan oleh hewan pada
umumnya disebabkan oleh filum Arthropoda dan Molusca. Sedangkan jenis tumbuhan
banyak disebabkan oleh beberapa parasit, misalnya jamur, bakteri, ganggang, mikoplasma,
rickettsia, dan ujud sub-mikrokopis yaitu virion dan viroid.
b. Faktor a-Biotik
Faktor ini merupakan faktor lingkungan fisik yang dapat menyebabkan kerusakan atau
penyakit pada beberapa tanaman, seperti suhu, kelembaban, intensitas sinar, kelebihan dan
kekurangan unsur hara, serta faktor keasaman tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
tanaman sakit jika dalam keadaan ekstrim, dan toleransi tanaman rendah, dalam keadaan
normal bagi tanaman, tidak menunjukkan gejala, artinya tidak menyebabkan kelainan pada
tanaman.
Faktor biotik dan a-biotik menentukan timbulnya hama dan penyakit tanaman , sehingga
dapat menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang terserang. Untuk itu diperlukan
adanya pengetahuan tentang hama dan penyakit serta cara pengendaliannya. Tujuan dari
pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah mencegah terjadinya penurunan produksi
tanaman yang secara ekonomis merugikan. Pada umumnya kita hanya memperhatikan
penyakit tanaman yang merusak secara berarti. Usaha pengendalian itu hanya perlu
dilakukan bila biaya yang diperlukan lebih kecil dari kerugian yang terjadi akibat penyakit
tersebut.
Prinsip utama adalah mempelajari aspek perlindungan tanaman terhadap adanya
gangguan pada tanaman yang secara ekonomis mempengaruhi nilai ekonomis, sosial,
budaya dan ekologis
4
Unsur-Unsur
Penyebab Kerusakan
Pengertian Patogen sebagai OPT adalah jasad renik atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman, jasad renik ini terdiri dari jamur, bakteri,
mikoplasma, rickettsia, clamidia, serta virus (virion dan viroid), dan protozoa. Nematoda
sering pula dimasukan dalam kelompok ini (Agrios, 1978), karena bentuk dan ukurannya
yang mikroskopis, mekanisme infeksi, serta gejala yang disebabkannya menyerupai jasad
renik. Apabila tanaman terinfeksi patogen, maka tanaman akan memberikan reaksi
spesifik. Reaksi ini muncul sebagai akibat adanya perubahan-perubahan (abnormalitas)
baik perubahan fisiologis maupun morfologi. Abnormalitas dapat terjadi pada sel, jaringan
dan organ. Urutan-urutan proses terjanya infeksi sampai munculnya gejala ini disebut
sindrom . Gejala penyakit dapat bersifat lokal maupun sistemik, dan tipenya adalah
hiperplastik, hipoplastik, atau nekrosis. Umumnya penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh jasad renik, selain tampak gejala, juga dikenal adanya tanda (sign) yang merupakan
pengenalan keberadaan patogen, baik secara visual maupun mikroskopis. Tanda tersebut
dapat berupa sebagian atau keseluruhan bentuk morfologi patogen.
a b
a b
Kelas serangga mempunyai banyak anggota, dan dari beberapa kelas yang ada
tidak kurang dari 90 persen anggotanya adalah insekta, dan tidak kurang dari 640 000 jenis
yang telah ditemukan. Tipe alat mulut binatang ini pada dasarnya adalah menggigit dan
mengunyah, menusuk dan menghisap, tetapi dapat juga bervariasi, sehingga didapat kan
beberapa tipe alat mulut. Gejala kerusakan pada tanaman akibat serangan beberapa spesies
serangga pada umumnya adalah;
Beberapa serangga termasuk dalam ordo penting sebagai hama tanaman adalah,
- Lepidoptera (Moths, buterflies)
- Hemiptera (bugs, aphids, scale insect)
- Diptera (Flies)
- Isoptera (termites)
- Hymenoptera (Waps, Ants, Bees)
- Dermaptera (earwigs)
- Colleoptera (beetles)
- Orthoptera (locust, crikets)
7
Beberapa ciri struktur serangga dapat digunakan untuk membedakan jenis serangga
adalah, berdasarkan alat mulut, sayap, dan organ lain.
Anggota dari kelas ini meliputi kurang lebih 45 000 jenis yang berstatus sebagai
hama tanaman. Tipe mulut binatang ini adalah menggaruk, menhisap sehingga daun yang
terserang menjadi kuning keperakan dan pada akhirnya nekrosis. Sebagian besar
Tetranichidae membuat benang-benang seperti sarang laba-laba dan mereka berkumpul di
bawahnya. Pada umumnya yang berstatus sebagai hama tanaman adalah yang tergolong
dalam genus Tetranichus. Kebanyakan peledakan populasi hama tungan terjadi pada
musim kemarau, gejala serangan adalah daun berbercak tampak seperti perak, dan lama-
lama mengering. Beberapa famili penting adalah,
- Eriophyidae - Tarsonemidae
- Tetranychidae
Gambar 2. Kolembola
8
Moluska (binatang bertubuh lunak). Sebagai hama tanaman digolongkan dalam beberapa
kelas penting, diantaranya adalah,
Binatang ini makan pada bagian tanaman dengan menggunakan gigi parut sehingga
tampak tanda-tanda seperti daun berlubang, batang rebah atau patah. Binatang ini
mengeluarkan lendir sehingga membekas pada substrat yang dilalui tampak basah dan
mengkilat.
Berbagai kerusakan akibat serangan hama tanaman dapat terjadi pada; Daun,
batang, ranting, batang, akar, buah, dan bunga. Serangan hama-hama tersebut dapat terjadi
pada bagian dalam maupun permukaan luar bagian tanaman.
9
2.4 Mamalia
Filum ini banyak dijumpai sebagai hama tanaman, khususnya dari beberapa spesiesnya
hanya beberapa saja yang mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian. Sebagai
contoh; Babi hutan, Landak, Musang. Tikus (Ratus-ratus sp.) merupakan hama penting,
selain menyerang tanaman di lapang, juga pada tempat-tempat penyimpanan. Sebagai
binatang pengerat, tikus banyak menyerang padi di areal-persemaian dan areal-produksi.
Gejala kerusakan pada tanaman padi di lapang diketahui berdasarkan gejala kerusakan
yang spesifik, yaitu terjad kerusakan di tengah areal. Tanaman banyak yang tercabut,
batang patah, serta daun rusak. Di lapang tikus menyerang tanaman padi pada awal masak
susu sampai menjelang panen.
a b
berupa kutikula lentur dan transparan yang bersifat sebagai pelindung dan
memudahkan pergerakan. Pada bagian anterior (depan) terdapat stilet yang berfungsi
sebagai alat mulut untuk menusuk jaringan tanaman (Gambar 4) Contoh salah satu
spesies nematoda yang penting sebagai hama dan penyakit tanaman adalah
Meloidogyne sp.
a. Morfologi Jamur
Jamur atau fungi merupakan organisme eucaryotic yang secara khusus terdiri dari
filament tidak bergerak (non-motile), multi nukleat dan bercabang-cabang. Struktur
somatis tersebut disebut hyfa atau miselia. Hifa-fifa tersebut secara kolektif akan
membentuk struktur vegetatif yang disebut thalus atau miselium (Gambar 5).
Miselium jamur berasal dari perkecambahan beberapa bentuk propagul seperti
spora yang berkecambah. Ujung-ujung hifa yang relatif lunak berdinding tipis
mengandung sitoplasma yang padat dan memberikan tempat pertumbuhan selanjutnya,
secara aktif dan membagi diri sesuai dengan fungsi sel, secara diferensiasi sel.
Terutama pada fungsi plastida, akan menyebabkan modifikasi pertumbuhan. Untuk
penetrasi ke dalam sel inangnya maka diferensiasinya adalah membentuk jarum
penetrasi (penetration peg) atau hautorium.
Infeksi jamur dalam tubuh inangnya dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu mulai
saat inokulasi sampai timbul gejala. Keberhasilan infeksi jamur bergantung pada
kondisi lingkungan, tanaman, patogenisitas dan virulensi.
d. Reproduksi Jamur
e. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk atau morfologi jamur, jamur digolongkan dalam beberapa ordo
1. Myxomycetes adalah tidak bermiselium, struktur somatisnya berbentuk
menyerupai plasmodium, berkembang biak melalui zoospora.
2. Phycomycetes adalah bermiselium bulat memanjang menyerupai tabung, dan tidak
bersekat atau septa, tampak menyerupai sel yang memanjang.
3. Ascomycetes adalah jamur membentuk spora aseksual yang disebut askospora,
berjumlah delapan spora untuk setiap askus. Askus bebentuk gada, dan miselium
bersekat memanjang menyerupai pita.
4. Basidiomycetes adalah jamur dengan miselium bersekat memanjang, alat perkembang
biakannya dengan spora yang disebut basidiospora atau speridia, dibentuk dalam
wadah khusus yang disebut basidia.
5. Deuteromycetes adalah jamur tidak sempurna artinya belum diketahui alat
perkembangbiakan seksualnya. Berkembang biak dengan bagian vegetatif atau spora
vegetatif atau konidia. Miselium bersekat memanjang.
Bakteri dapat bergerak, pada seluruh atau sebagian tubuhnya dilengkapi dengan rambut
getar (flagella). Berdasarkan letak flagella, bakteri dibagi dalam beberapa kelompok,
Bakteri kadang membentuk spora yang fungsinya sebagai alat mempertahankan diri dari
keadaan yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan hidup bakteri.
Mikoplasma, adalah jasad renik atau mikroorganisme berukuran kecil dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop elektron, tubuhnya lunak tidak dibatasi oleh dinding sel yang
kuat, tidak dapat bergerak aktif (non-motil), tidak berspora seperti halnya bakteri atau
jamur. Bentuknya tidak tetap (polimorphic atau amuboid). Mikoplasma (MLO) sangat
peka terhadap antibiotik tetrasiklin dan kloramfenikol, tetapi tahan terhadap penisilin.
MLO termasuk klas Mollicutes dan ordo Mycoplasmatales (Edward dan Freundt, 1967).
Famili terpenting adalah Mycoplasmataceae, Acholeplasmataceae, dan Spiroplasmataceae
masing-masing mempunyai satu genus penting yaitu Mycoplasma, Acholeplasma dan
Spiroplasma.
Gambar 9.
Bakteri Lopotrichus
16
Rickettsia, adalah mikroorganisme yang bersifat gram negatif dan berdinding sel.
Ukurannya lebih kecil dari mikoplasma. Beberapa bentuknya spherical, batang, dan
polimorfik. juga (Hopkins et al, 1973) melaporkan bahwa suatu penyakit yang disebut
phony peach diseases disebabkan oleh rickettsia. Demikian pula Coheen et al (1976)
melaporkan bahwa gejala etiolasi dan pierce's diseases pada tanaman anggur disebabkan
oleh rickettsia.
2.8 Virus
a. Sifat-sifat virus
Virus adalah suatu ujud yang berukuran submikroskopis, berkembang biak hanya
dapat terjadi dengan bantuan metabolisme sel inangnya, serta memanfaatkan energi
dari hasil metabolisme inangnya. Sebagai ujud yang sub microskopis susunan
tubuhnya terdiri dari asam nukleat (RNA/DNA) dan protein (virus lengkap=virion).
Beberapa dari jenisnya bahkan tidak mengadung protein (virus telajang=viroid).
Berdasarkan pengamatan secara sub-mikroskopis dengan mikroskop elektron, diketahui
bahwa virus tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam (Gambar 10),
RNA
Protein
Penyakit yang ditimbulkan hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh
patogen, perbedaannya adalah tidak menular. Degan demikian sering disebut sebagai
penyakit fisiologis, atau non-parasiter. Sebagai contoh penyakit karena kekurangan atau
keracunan unsur hara (Gambar 11 dan 12)
19
Faktor-Faktor
Penyebab timbulnya
Hama dan Penyakit
Stern, Smith, van den Bosch, dan Hagen (1959) adalah kelompok entomologiawan
dari universitas California yang pertamakali melontarkan konsepsi pengendalian hama
terpadu. Mereka menjelaskan adanya tiga keadaan/faktor yang menyebabkan suatu spesies
binatang atau organisme dapat muncul sebagai hama. Tiga keadaan tersebut merupakan
faktor penyebab timbulnya status binatang atau organisme sebagai hama.
Beberapa faktor dapat menimbulkan timbulnya hama maupun penyakit, faktor-faktor
tersebut dapat bekerja sendiri-sendiri maupun bekerjasama satu sama lain (berinteraksi).
Toleransi manusia dapat pula merubah status organisme binatang sebagai hama, sebagai
contoh di Amerika sebelum kacang-kacangan dipasarkan dalam keadaan beku, maka
kerusakan akibat hisapak kepik Lygus sp. Tidak penah dihiraukan, tetapi setelah kacang-
kacangan tersebut dipasarkan melalui industri pengawetan sayuran, maka diinginkan
adanya kacang-kacangan yang sama sekali tidak mempunyai bintik-bintik akibat serangan
hama kepik. Oleh karena itu manusia kemudian menurunkan toleransi yang berarti
menurunkan ambang ekonomi kepik Lygus tersebut sehingga status serangga yang belum
merupakan hama tidak penting menjadi hama penting.
Gangguan-gangguan hama dan/atau penyakit pada tanaman dapat terjadi pada, saat
sebelum panen, pada saat tanam, pembibitan, setelah panen, transportasi, dan pada saat
penyimpanan. Gangguan-gangguan hama dan penyakit pada tanaman dapat terjadi pada
sebagian atau seluruh organ tanaman, misalkan pada akar, batang, daun, bunga, biji.
Timbulnya serangan hama/penyakit biasanya ditandai dengan adanya tanda-tanda (sign)
khusus yang biasanya sangat spesifik, misalnya, keadaan cuaca. Tersedianya inang, dan
pada keadaan tertentu misalnya terjadi setelah penyemprotan pestisida, panen, pemupukan
dan sebagainya.
Pencegahan atau perlindungan yang efektif terhadap efisiensi pertumbuhan
tanaman dari gangguan hama dan/ atau penyakit adalah suatu syarat yang esensiel untuk
mempertahankan produksi pertanian yang optimum. Besarnya penurunan produksi
tergantung pada penyimpangan-penyimpangan atau abnormalitas pertumbuhan tanaman,
dan ini pula sangat bergantung pada fluktuasi atau variasi yang ada. Beberapa pendapat
mengemukakan, secara umum mengemukakan bahwa tanaman sakit terjadi karena akibat
adanya perubahan-perubahan fungsi dan bentuk normal. Gangguan hama dan penyakit
terhadap perubahan fungsi tanaman tampak ditandai dengan adanya gejala yang spesifik.
Intensitas serangan hama/penyakit sangat bergantung pada beberapa faktor.
b. Tanaman Inang
- Kesesuaian tanaman, makanan, tempat tinggal, dsb.
- Populasi tanaman inang yang cukup banyak dan memadai.
c. Virulensi Hama/Penyakit
- Daya adaptasi terhadap lingkungan atau substrat yang tinggi
- Daya berkembangbiak yang cepat
- Daya serang dan kemampuan makan yang tinggi.
Secara fisiologis lingkungan dapat berpengaruh secara langsug, atau dapat pula
secara tidak langsung. Faktor lingkungan dapat berintegrasi dengan faktor-faktor yang
lain. Usaha pengendalian yang paling baik adalah dengan menormalkan kembali keadaan
lingkugan pada situasi pertanaman yang sebenarnya, cara ini disebut pula sebagai
pengendalian secara alami (natural control). Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara sebagai anjuran diantaranya adalah; pengaturan jarak tanam, pengaturan
naungan, pengairan, pemupukan berimbang, pengaturan penggunaan pestisida secara
bijaksana.
Seperti halnya organisme lain hama membutuhkan nutrisi yang spesifik, dan
dibutuhkan untuk kesatbilan dan perkembangan hidupnya. Adanya perubahan kondisi
tanah karena usaha pemupukan, akan berpengaruh terhadap kondisi tanah yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap tanaman yang berhubungan langsung dengan hama.
Contoh seperti pada kutu hijau (green aphids; Macrosiphum granarium ) populasinya
bertambah padat apabila kandungan nitrogen tanaman tinggi, demikian pula terjadi pada
wereng coklat, peningkatan penggunaan pupuk nitrogen dapat mempercepat perkembangan
populasi wereng (Dyck, 1974). Selain nitrogen, juga unsur hara lain berpengaruh terhadap
perkembangan hama, misalnya Magnesium pada jeruk terhadap kutu jeruk (Lepidosaphes
becki), Fosfor pada kacang terhadap kutu hitam (Black aphid, Aphis crasivora).
Fenomena ketahanan yang bersifat genetik, ada suatu anggapan bahwa ketahanan
tanaman tersebut masih bersifat fenotip; yaitu keadaan lingkungan fisik berpengaruh lebih
dominan, akan tetapi sesungguhnya tanaman inang sendiri mempunyai peranan yang cukup
penting dalam menentukan perkembangan hama maupun penyakit tumbuhan. Timbulnya
suatu kerusakan atau penyakit pada tanaman adalah karena adanya kesesuaian gen inang
dan gen penyebab penyakit. Usaha pengendalian yang sesuai adalah mengatur ketidak
sesuaian gen penyebab penyakit dan gen tanaman inang. Pengaturan ini dapat diciptakan
dengan melalui program seleksi dan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas tahan
(breeding for resistant). Di alam sifat ketahanan tanaman harus bersifat poligenik, bukan
monogenik. Seringkali masalah perkembangan hama dan penyakit tanaman pada waktu
ada jenis tanaman yang dimasukkan pada komunitas biotik yang baru. Tanaman-tanaman
jenis baru ini tidak akan dapat menahan serangan organisme-organisme yang asli pada
ekosistem tersebut. Contoh, pada waktu tanaman kentang dari Bolivia dimasukan ke
daerah Amerika Serikat bagian Barat, maka tanaman baru tersebut terserang oleh kumbang
"Colorado" kentang (Leptinotarsa decemlineata) yang memang asli dari daerah tersebut.
Salahsatu faktor ekologi yang pada akhir-akhir ini sangat mendorong banyaknya ledakan
hama dan penyakit tanaman adalah hasil pemuliaan yang menghasilkan genotip tanamn
yang rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Tujuan pemuliaan adalah mendapatkan
varietas tanaman baru yang mempunyai kualitas dan produksi yang tinggi, akan tetapi
seringkali varietas-varietas tersebut memiliki sifat yang rentan terhadap serangan hama dan
penyakit tanaman. Karena sifat-sifat ketahanan tidak terbawa dalam sifat yang baru
tersebut. Misalnya ada varietas baru tanaman shorgum (Shorgum vulgare) yang kapasitas
produksinya tinggi, tetapi ternyata rentan terhadap serangan kumbang Blisus (Blisus
leucopterus). Banyak hama dan penyakit tanaman yang memiliki variabilitas genetik yang
mampu mengatasi faktor ketahanan tunggal yang berada pada tanaman inangnya, juga
mempunyai variabilitas yang tinggi. Pada ekosistem tertentu hama dan penyakit tanaman
ditekan oleh suatu sifat gen tunggal tersebut, tetapi karena rendahnya variabilitas genetik
yang ada pada tanaman, hama dan penyakit tanaman tersebut dengan cepat dapat mengatasi
ketahanan tunggal tadi dan kembali dengan cepat dapat mengatasi ketahanan tunggal tadi
dan kembali menyerang tanaman dengan intensitas serangan yang lebih berat. Contoh di
Amerika dalam keadaan tertentu lalat Hessian (Mayatiola destructor) dapat menyesuaikan
dari dan mengatasi beberapa varietas gandum hasil seleksi yang tahan. Sifat ketahanan
tanaman gandum terhadap lalat Hessian diturunkan melalui satu sifat tunggal yang
dominan, sedangkan kemampuan serangga untuk tetap hidup pada varietas gandum yang
tahan tersebut bersifat resesif. Keadaan demikian juga dimiliki oleh serangga wereng
coklat (Nilaparvata lugens) yang merupakan hama utama pada tanaman padi di Indonesia.
Hama tersebut mampu membentuk biotipe baru yang dapat hidup merusak pada varietas
tahan wereng tersebut.
24
Tersedianya tanaman inang yang berlebihan (akibat monokultur) dapat
merangsang perkembangan hama maupun penyakit tertentu yang dapat mendominasi
organisme yang lain. Demikian pula peraturan jarak tanam akan merubah habitat ekologi
sehingga mempengaruhi sifat perkembangan bagi hama dan penyakit tanaman. Dalam
sistem lingkungan pertanian dikenal komunitas biotik yang sederhana, karena ditanamnya
satu jenis tanaman tertentu dalam waktu yang lama dan dalam luasan yang besar. Keadaan
semacam ini kurang stabil, sehingga memberikan lingkungan yang sesuai bagi
peningkatan populasi hama dan penyakit tanaman secara eksplosif. Suatu jenis tanaman
ditanam di suatu lahan secara terus menerus akan mengakibatkan kerugian besar dan dalam
keadaan yang ekstrim dapat mengagalkan tanaman yang diusahakan. Suatu usaha untuk
memperkecil dominasi hama maupun peyakit tertentu yang dapat menyebab epidemi
maupun endemi disuatu tempat, yaitu dapat dilakukan melalui usaha manipulasi. Usaha
manipulasi bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi inang yang berlebihan, misalnya
dilakukan melalui pengurangan luasan lahan, polikultur atau multipelkroping cara tersebut
dianggap cara yang lebih menguntungkan. Usaha heterogenisasi lahan tanaman budidaya
tanaman merupakan cara yang baik dalam program pengendalian hama dan penyakit secara
keseluruhan, dapat menekan perkembangan populasi dalam kurun waktu relatif lama.
Strategi pengendalian hama dan penyakit dengan mengembangkan prinsip tiga
faktor tersebut di atas lebih banyak mendasari prinsip ekologi. Pengetahuan perkembangan
hama dan penyakit dalam suatu tingkat populasi dan penyebaran selalu dihubungkan
dengan ruang, waktu dan sifat.
- Kontinyu
Xt = Xo. e rt
Penentuan populasi hama dan penyakit tanaman pada waktu tertentu bergantung pada
pola perkembanggannya;
a. Perkembangan Majemuk dapat dicirikan, hama dan penyakit tanaman berkembang
terhadap waktu secara logaritma, berkembang dengan pesat. Inokulum pertama akan
menjadi sumber inokulum selanjutnya bagi tanaman berikutnya, sehingga sumber
inokulum akan menjadi lebih banyak.
b. Perkembangan Sederhana dapat dicirikan, hama dan penyakit tanaman berkembang
terhadap waktu secara perlahan, mengikuti pola logistik, perkembangannya relatif
lambat. Inokulum pertama tidak menjadi sumber inokulum berikutnya. Sumber infeksi
atau inokulum jumlahnya tetap atau tidak menjadi semakin banyak.
Gejala penyakit dapat muncul dan terjadi pada seluruh tanaman atau sebagian tanaman
yaitu pada organ-organ tanaman seperti pada daun, batang, bunga, buah dan akar. Gejala
semacam ini dinamakan penyakit morfologis dan biasanya gejala yang ditimbulkan tampak
26
mata (visual), meskipun demikian ada gejala penyakit yang dapat diseteksi dengan indera
lain, misalnya bau, rasa, rabaan. Gejala yang tampak secara mikroskopis disebut sebagai
tanda adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, jaringan, dan organ tanaman.
Berbagai bentuk perubahan akibat adanya infeksi patogen, khususnya yang berhubungan
dengan perubahan bentuk, fungsi atau kematian sel, jaringan maupun organ.
Hiperplastik, adalah pertumbuhan sel, jaringan atau organ yang berlebihan. Apabila
pertumbuhannya terlalu cepat akibat dari pembelahan sel yang terlalu cepat, sehingga
tampak sel-sel yang banyak dalam satu jaringan disebut gejala hiperplasia. Sedang
pertumbuhan terlalu cepat akibat dari pertumbuhan sel yang cepat, sehingga tampak sel-sel
berukuran besar (giant cells) dalam satu jaringan disebut gejala hipertrofi. Gejala penyakit
yang termasuk dalam kelompok ini adalah;
- Sapu (Witches' broom), pertumbuhan tunas laten yang tumbuh berlebihan. Misalnya
serangan jamur Marasmius perniciusus pada tanaman cacao. MLO pada tanaman kacang
tanah, dan kacang panjang.
- Cecidia, pembekaan setempat berupa bisul-bisul, bintil pada akar, dan tumor. Misalnya
serangan bakteri Agrobacterium tumefacien pada tanaman mawar dan tomat. Gall pada
tomat, dan beberapa jenis dari famili Solanaceae yang terserang nematoda Meloidogyne.
- Intumescensia, pembekaan pada daun atau batang yang agak
memanjang (Udema).
- Erinose, perkembangan trikhoma daun yang cepat, sehingga pada permukaannya tampak
seperti beledu, misalnya pada Crotalaria retusa terinfeksi MLO.
- Kudis, perkembangan sel epidermis yang berlebihan. Misalnya infeksi Streptomyces
scabies pada tanaman kentang. Serta pada daun, batang, dan pada buah tanaman jeruk.
- Daun menggulung atau mengeriting, adanya ketidak seimbangan pertumbuhan daging
daun dan tulang daun baik floem atau xilem. Misal infeksi PLRV pada kentang, Virus
kerupuk pada kacang tanah.
- Faciasi, perubahan organ tanaman yang seharusnya bulat menjadi pipih.
Nekrotik, adalah kematian sel, jaringan, atau organ. Adalah gejala kerusakan proto-
plasma yang diiukuti dengan kematian seluruh tanaman. Gejala penyakit yang tergolong
pada gejala nekrotik adalah,
- Nekrose, matinya sekelompok sel atau jaringan tanaman yang terbatas pada jaringan ter-
tentu. Biasanya gejala berbentuk bintik, bercak; coklat, hitam, atau warna lain, dengan
berbagai bentuk, bercincin, oval, bulat atau garis. Misal infeksi jamur Alternaria porri
pada bawang, Exobasidium vexans pada Camelia tea
- Hidrosia, gejala kebasahan pada bagian tanaman sebelum sel, jaringan, orgam mati.
- Khlorosis, gejala kekuningan pada bagian tanaman, daun, akibat rusaknya kloroplast.
- Layu, pada sebagian atau seluruh tanaman, misalnya layu pada daun, kuncup, buah, dan
organ sekulen lain akibat kehilangan tekanan turgor. Kelayuan dapat diakibatkan
rusaknya sistem perakaran atau infeksi pada jaringan pengangkut, misalnya penyakit layu
pada batang akibat infeksi jamur fusarium pada tanaman tomat, serangan bakteri
Xanthomonas pada tanaman tembakau.
- Terbakar, terjadinya kematian jaringan (burn) pada bagian organ tertentu, pada daun
karena pegaruh bahan an-organik. Gejala ini sering muncul secara mendadak, bentuknya
tidak menentu. Misalnya gejala penyakit yang disebabkan oleh kekeringan, suhu,
pestisida dan polusi udara.
- Mati ujung, gejala matinya batang, cabang, atau ranting yang mulai dari pucuk dan me-
luas ke bawah. Misalnya infeksi Rhizoctonia pada tanaman kopi dan lombok, Colletotri-
chum pada tanaman jeruk.
- Busuk, gejala busuk dibedakan dalam jenis busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry
rot). Busuk basah terjadi pada bagian tanaman yang sukulen misalnya busuk
basah karena infeksi Pseudomonas seruginosa pada tanaman anggrek. Erwinia
carotovora pada tanaman wortel. Gejala busuk makin lama menjadi mengering (menjadi
mumi) atau disebut sebagai mumifikasi, misalnya pada buah kakao.
28
- Damping off, busuk dan matinya tanaman bibit atau kecambah, bila kecambah terinfeksi
dan mati sebelum muncul kepermukaan tanah disebut pre-emergence damping off,
sedang bila mati setelah muncul disebut post emergence damping off. Misal penyakit
akibat infeksi jamur rizochtonia, fusarium, sclerotium, dan pytium pada berbagai
kecambah tanaman di pembibitan.
- Kanker, gejala terjadi pada bagian tanaman yang berkayu, kelihatan mengering, berbatas
tegas dan pecah-pecah. Pada akhirnya kulit runtuh dan tampak bagian dalamnya.
Misalnya penyakit pada bidang sadapan akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora
pada tanaman karet, P. cinamoni pada kayu manis.
- Pendarahan, gejala kerluarnya cairan dari bagian batang tanaman berkayu, bila cairan
tersebut berbentu latex, gejalanya disebt latexosis seperti yang terjadi pada jamur upas
Corticium salmonicolor. Apabila cairan berbentuk blendok, disebut gumosis. Misal;
pada jeruk yang terserang Diplodia natalensis. Bila yang keluar berupa damar atau resin
disebut resinosis, misal ; pada tanaman suku coniferea.
Serangga tidak hanya memindahkan dan menyebarkan patogen, tetapi juga membantu
menginokulasi ke dalam sel atau jaringan tanaman. Sebagian besar serangga sebagai
vektor mempunyai tipe mulut menusuk dan menghisap, misalnya spesies-spesies dari
famili Aphididae dan Cicadellidae.
Perlindungan Tanaman
terhadap Gangguan
Hama dan Penyakit
Pengendalian mengandung maksud menekan populasi atau intensitas
serangan sampai batas yang tidak merugikan secara ekonomis. Dalam sistem pengendalian
ini pertimbangan ekonomis dan ekologis serta sosialogis nampak jelas.
Pertimbangan ekonomis dalam sistem pengendalian yaitu adanya usaha menekan
populasi atau intensitas serangan jasat pengganggu sampai batas tertentu yang tidak
menimbulkan kerugian ekonomis. Ini berarti bahwa biaya pengendalian yang dikeluarkan
relatif murah, karena tidak menekan pupulasi atau intensitas serangan serendah rendahnya
apalagi sampai nol adalah tidak ekonomis. Penekanan populasi atau mengurangi intensitas
serangan cukup hanya sampai batas toleransi atau batas yang tidak merugikan secara
ekonomis saja.
Dari segi pertimbangan ekologis, sistem pengendalian dapat mengurangi atau
mencegah dampak negatif terhadap lingkungan walaupundigunakan pestisida. Dengan
melakukan penyemprotan atau pemberian pestisida yang relatif sedikit, maka dampak
negatif adanya lingkungan dapat dikurangi atau dihilangkan. Dalam sistem pengendalian
tindakan penyemprotan atau penggunakan pestisida hanya apabila populasi atau tingkatan
serangan telah melampaui batas yang merugikan secara ekonomis. Tindakan penyemprotan
atau penggunakan pestisida akan dahkiri setelah populasi atau tingkat serangan menurun
sampai batas tertentu yang tidak merugikan secara ekonomis.
Dalam sistem pengendalian konsep monitoring terhadap populasi atau tingkat
serangan selalu dilakukan. Monitoring ini akan dapat memberi informasi status dari pada
hama atau penyakit, apakah membutuhkan pengendalian atau tidak. Menjaga atau
memelihara tingkat populasi atau tingkat serangan selalu dibawah batas " Ambang
ekonomi" dengan melakukan tindakan tindakan pngendalian selain penggunaan pestisida
(bercocok tanam yang baik, menanam varietas tahan dan lain lain ), merupakan usaha yang
sering dilakukan dalam sistem pengendalian.
Bahwa semua fasilitas penggunaan metode-metode pengendalian dan tersedianya
sarana sarana pengendalian di daerah yang berdekatan dengan petani, merupakan
pertimbangan sosiologis dalam sistem pengendalian. Dalam sistem pengendalian ini
diharapkan metode metode yang dipergunakan dapat diterima atau dikerjakan oleh petani
(farmer acceptance). Oleh karena itu semua metode pengendalian harus cukup sederhana,
dan mudah dilakukan, murah. aman, dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya pada prinsipnya
didasarkan pada dua strategi, dimana dua strategi tersebut dipakai sebagai pedoman,
diantanya adalah;
32
a. Bersifat langsung (kuratif=pemberantasan) atau eradikasi.
b. Bersifat tidak langsung (preventif=pencegahan) atau regulasi.
Pelaksanaan yang kedua dilakukan apabila cara pertama "terlalu sukar" atau
menanggung resiko tinggi untuk dilakukan, sehingga memerlukan pertimbangan-
pertimbangan lain (seperti pertimbangan ekonomis, ekologis dsb.). Pelaksanaan
penangggulangan secara prinsip mempertimbangkan;
- keefektifan
- dapat dilaksakan dan ada alternatifnya
- tidak merusak lingkungan atau berpengaruh samping negatif pada kurun
waktu pendek maupun panjang.
a. Metode Tunggal
- Metode Bercocok Tanam (Agronomics practice)
Metode ini dilakukan dengan cara pengaturan cara bercocok tanam yang baik,
benar dan tepat, menyesuaikan waktu tanam serta cara budidayanya. Prinsip
metode ini adalah untuk tujuan praktis terhadap pengendalian hama atau penyakit
tertentu, diharapkan dengan teknik manipulasi dapat menghambat laju
perkembangan populasi dan produktivitas tanah dan tanaman dapat dipertahankan
33
dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, berbagai metode yang dapat
dilakukan adalah;
1. Penggunaan varietas tahan terhadap hama atau penyakit, sifat ketahan dapat
bersifat
antibiosis Biokhemis
toleran Aktif dan Pasif
non-preferensi Fisis/mekanis
Ketahanan tanaman bergantung pada kesesuaian gen tanaman inang dan penyebab
kerusakan itu sendiri, sifat ini seringkali tidak kekal. Peristiwa ini sering terjadi
dengan adanya peristiwa;
- Mutasi
- Hibridisasi
- Adaptasi
Disamping adanya perubahan sifat dari tanaman inang, perubahan lain dapat
terjadi pada penyebabnya (hama atau penyakit), yang sering kali timbul
dikarenakan adanya variasi, sehingga timbul "strain, race, koloni, f.Sp."
Individu-individu dengan kemampuan "serang" yang berbeda, walaupun
individu-individu tersebut berasal dari induk yang sama. Bentuk "ketahanan"
tanaman yang lain dapat pula diperoleh dengan tidak merubah sifat genetik
tanaman, yaitu dilakukan dengan menghindarkan diri dari serangan atau sat
terjadinya outbreak atau epidemi hama maupun penyakit. Ketahanan ini disebut
sebagai ketahanan ekologis. Yang dimaksud tanaman tahan terhadap hama dan
penyakit adalah tanaman yang masih dapat berproduksi secara normal, walaupun
mendapat serangan hama dan penyakit tanaman.
Tahan terhadap hama oleh Painter diklasifikasikan dalam tiga kelompok
yaitu,
2. Rotasi Tanaman, pencegahan serangan hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan
dengan cara menghindarkan serangan. Cara atau metode yang umum dilakukan adalah
melalui rotasi tanaman atau pergiliran tanaman. Tujuan utama adalah memutus daur
hidup penyebab penyakit, rantai makanan atau merubah kebiasaan hidup penyebab
penyakit. Beberapa hal yang harus diketahui adalah;
4. Pembajakan Tanah/ Pengolahan Tanah, tujuan utama adalah memperbaiki aerasi dan
draenasi tanah, dilain pihak mempunyai tujuan,
a. merangsang pertumbuhan hama atau penyakit lebih cepat,
b. memecahkan masa dormasi,
c. meningkatkan kompetisi dalam lingkungan mikoflora dalam tanah.
a. Pemangkasan,
b. Pemupukan secara berimbang,
c. Pengaturan pengairan,
d. Mempercepat waktu panen, dan
e. Penggunaan tanaman perangkap.
35
Penggunaan tanaman perangkap atau jebakan dengan tujuan untuk memberi
peluang hama atau penyakit melalui daya tarik atau preferensinya pada tanaman yang
paling disukai, sehingga utama dapat selamat dari serangan. Cara ini biasanya diikuti
dengan usaha pemberantasan cara lain yang dilakukan secara integrasi baik secara
bersama-sama atau berurutan, untuk mencegah peledakan populasi selanjutnya.
Sebagai contoh pengendalian Diaphorina citri 'CVPD' dengan menggunakan
tanaman Muraya indica (kemuning). Muraya lebih disukai serangga diaphorina
daripada tanaman jeruk.
Metode ini merupakan metode yang lebih praktis dan sering digunakan, karena
memiliki beberapa keuntungan, selain praktis dan lebih cepat dan mudah dilakukan
dan tanpa perlakuan yang menyulitkan. Walaupun demikian dalam usaha kegiatan
penanggulangan tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Beberapa cara fisik untuk menekan populasi penyebab kerusakan pada tanaman
adalah;
a. Pemanasan,
b. Pendinginan,
c. Mengatur kelembaban,
d. Energi, perangkap lampu/sinar, dan pengaturan sinar,
e. Suara,
f. Pencegahan eksklusi dengan jaring, dan pembatas.
Penngunaan bahan kimia merupakan cara yang banyak dilakukan karena dianggap
paling efektif. Dalam segi penggunaannya perlu diperhatikan antara lain; tepat dosis,
konsentrasi, waktu, dan tepat sasaran. Berbagai rangkaian yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan bahan kimia untuk tujuan 'bio-assay' adalah sebagai berikut,
Pengujian bahan kimia tersebut di atas digunakan untuk memilih jenis bahan
kimia yang baik.
- Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida adalah salahsatu bahan kimia yang bersifat mematikan
terhadap organisme sasaran, baik serangga-serangga hama maupun patogen penyebab
penyakit. Telah diketahui bahwa dalam penggunaan pestisida dalam rangka
penanggulangan hama maupun penyakit harus memperhatikan berbagai akibat.
37
Sebagai contoh adalah: (1) Akumulasi rantai kehidupan (Wild of life) , dan (2)
Resurgensi atau kemungkinan timbulnya hama atau penyakit baru yang lebih tahan.
Berbagai resiko seringkali muncul dengan tanpa diduga, dan pada umumnya bersifat
negatif, misalnya, terjadi perubahan sifat keseimbangan alami, yang secara ekologis
berpengaruh terhadap perubahan habitat atau ekosistemnya.
Usaha penanggulangan dengan metode biologis adalah cara yang secara ekologis
dianjurkan, dengan memanfaatkan musuh alami, baik parasit, predator, atau
penggunaan antagon. Caranya dapat dilakukan dengan;
a. Perlindungan dan pengelolaan musuh alami,
b. Mendatangkan, menambah koloni spesifik parasit dan predator,
c. Membiakan dan menyebarkan musuh-musuh alami.
Pengertian secara sempit, yaitu penggunaan musuh alami, baik secara introduksi
maupun menggunakan yang sudah ada disuatu daerah yang kemudian dikelola agar
potensi penekanan populasi hama sasaran semakin efektif. Metode ini hanya terbatas
dengan memanfaatkan musuh alami parasit, predator maupun antagon. Introduksi
musul alami, termasuk pula pelepasan dan evaluasi penggunaan sarana pengendalian
hayati, teknik ini lebih banyak membutuhkan pengalaman. Koservasi, usaha
pengametan alami yang telah ada disuatu daerah. Dengan memanipulasi lingkungan,
usaha konservasi musuh alami hama akan terpelihara dengan baik. Augementasi,
39
usaha pembiakan masal musuh alami, baik didatangkan dari luar daerah maupun yang
berasal dari daerah itu sendiri.
Pengertian secara luas dari istilah pengendalian cara biologis adalah
mengehendaki usaha pengendalian yang dikenal dan banyak penggunaannya. Ordish
(1967) mengemukakan bahwa pengendalian hayati adalah: " Penggunaan beberapa
bentuk kehidupan untuk mengatasi bentuk kehidupan lain yang menimbulkan
kerugian" sebagai contoh adalah penggunaan varietas unggul tahan hama, teknik
jantan mandul yang juga sering disebut sebagai Autocidal Control . Dalam pengertian
lain yang ada kaitannya dengan pengertian dalam arti luas adalah pengendalian hayati
Classic dan Modern . Pengendalian hayati klasik pengendalian hayati yang dititik
beratkan dengan penggunaan introduksi musuh alami, sedang yang modern ialah
usaha pengelolaan musuh alami yang sudah ada teknik augementasi dan konservasi.
Sering disebut pula bahwa pengendalian hayati modern mencakup penggunaan
feromon, serangga jantan mandul. Sehingga pengendalian hayati modern disamakan
dengan pengendalian hayati dalam arti yang luas.
Perbedaan pengendalian alami (natural control) dan pengendalian hayati (bilogical
control). Secara prinsip antara pengendalian hayati dan pengendalian alami, adalah
pengendalian hayati musuh alami diusahakan oleh manusia untuk ditingkatkan ke-
mampuan sifat parasitisme atau predatorismenya, sedang pengendalian alami, musuh
alami tidak diatur oleh manusia, akan tetapi diatur oleh alam. Jadi secara singkat
adalah adanya campur tangan manusia atau tidak dalam ekosistemnya.
Huffaker mendefinisikan pengendalian alami adalah;" Suatu usaha untuk memper
tahankan jumlah populasi (biomass) pada kondisi batas atas dan batas bawah
tertentu pada suatu kurun waktu tertentu dibatasi oleh aktifitas faktor lingkungan
yang bersifat biotik maupun abiotik "
Pengendalian Alami
(Natural control)
- Kekurangan. Kecepatan usaha, kegiatan musuh alami itu sendiri dalam menekan
populasi hama memerlukan waktu, sehingga secara tidak langsung memerlukan
waktu yang lama, selain itu bukan sebagai usaha curatif. Kepastian hasil, juga
belum dapat dipastikan, karena masih bersifat ramalan, dan diperkirakan hanya
didasarkan pada faktor-faktor pendukung. Perlu penanganan khusus, untuk usaha
pengendalian ini membutuhkan supervisi oleh orang yang ahli, serta ketersedian
sarana yang memadai.
- Kelebihannya. Ekonomi, untuk jangka pendek kurang menguntungkan karena pada
awalnya diperlukan biaya yang tinggi, namun untuk jangka panjang, terutama
sarana pengendalian hayati yang digunakan telah mapan dan berkembangbiak
dengan baik keberhasilan itu akan berlangsug terus. Ekologi, penggunaan sarana
pengendalian hayati khususnya terhadap serangga-serangga hama tidak
menimbulkan dampak negatif. Efikasi, dengan menggunakan musuh alami maka
agen tersebut dapat atau mampu mencari sendiri sasaran dimanapun tersembunyi.
Sasaran atau lokasi yang tidak terjangkau dengan cara kimiawi dan mekanik dapat
dicapai dengan cara hayati. Efisiensi, untuk jangka panjang, setelah sarana
pengen-dalian mapan dan berkembangbiak dengan baik, ulangan pengendalian
tidak perlu dilakukan kecuali apabila terjadi musibah akibat goncangan iklim.
Metode ini lebih banyak bersifat pencegahan, terutama dalam hal penekanan
perkembangan dan penyebaran hama atau penyakit. Berbagai cara yang digunakan
adalah ;
a. Karantina tumbuhan
b. Undang-undang atau peraturan (regulasi)
c. Sertifikasi.
Pada metode ini mempunyai prinsip yaitu melestarikan alam kehidupan dalam
bentuk keseimbangan terhadap populasi fauna dan flora pada kurun waktu yang relatif
lama, mencegah dampak negatif terhadap lingkungan, dan menekan kerusakan tanaman
sampai batas ambang ekonomis. Caranya adalah menterpadukan beberapa cara tunggal
yang dilakukan secara bersama-sama atau melakkan beberapa kombinasi cara
penanggulangan yang dapat digunakan untuk lebih dari satu organisme sasaran dan
bukan untuk organisme bukan target atau musuh alami dsb. Usaha pengendalian hama
dan penyakit dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara berurutan dengan syarat
bahwa cara yang digunakan tidak saling mengurangi efektifitasnya atau bersifat
antagonis.
Usaha pengendalian hama terpadu dilaksanakan dengan menterpadukan beberapa
usaha pengendalian cara tunggal. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah;
Usaha pengendalian hama secara terpadu dapat dilaksanakan dan harus memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara tunggal. Karena ada kemungkinan
42
bahwa cara tunggal memberikan pengaruh yang lebih baik, dan memberikan resiko
yang lebih kecil. Hasil evaluasi akhir bahwa populasi hama terakhir dapat ditekan dan
secara ekonomis cukup menguntungkan serta dampaknya terhadap lingkungan relatif
kecil. Sistem pengendalian cara terpadu mempunyai tujuan praktis, efektif, tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, efektif, dan efisien. Dan merupakan cara
termudah yaitu melalui penekanan kepada pendekatan agroekosistem. Guna mengelola
dan mengendalikan agen-agen pengganggu lain pada tingkatan yang masih dapat
diterima , dapat mencegah terjadinya kerusakan ekonomi dan sosial, baik pada masa
sekarang maupun pada masa akan datang.
Sekarang ini telah banyak masalah yang dihadapi akibat beberapa usaha
pengendalian hama. Yang menjadi masalah adalah adanya dampak lingkungan, perubahan
keseimbangan alam biologi, dan sebagainya. Selain hasil positif yang terdapat di masing-
masing usaha pengendalian yang dilakukan terdapat pula hasil negatif. Misalnya dari hasil
pengendalian hama akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, akan tetapi dalam kurun
waktu yang lama membutuhkan biaya yang tinggi, muncul masalah baru misalnya adanya
hama atau penyakit baru yang sebelumnya tidak ada.
Dari hasil negatif yang muncul, timbul suatu pemikiran atau konsep pengelolaan
hama (pest management) secara terpadu (integrated pest management). Prinsipnya adalah
meserasikan taraf produksi pertanian yang tinggi dan mantap, menstabilkan keseimbangan
alam dengan memperhatikan prinsip ekologi.
Yang dimaksud dengan hama (pest) adalah serangga, patogen, dan gulma yang
merusak tanaman pertanian. Semua jasad pengganggu dapat dikatakan sebagai hama.
Sedang penyakit adalah akibat gangguan jasad pengganggu, sehingga tanaman tumbuh
secara abnormal, baik secara fisiologis maupun morfologis. Abnormalitas pertumbuhan
tanaman biasanya ditandai dengan timbulnya gejala. Jenis penyakit yang timbul
bergantung pada penyebab kerusakan/gangguan dan fungsi abnormalitas tanaman.
Pengertian ini menunjukkan bahwa hama merupakan konsep yang dilibatkan
sebagai jasad pengganggu dipandang hanya dari kepentingan manusia. Tanpa adanya
campur tangan manusia mungkin tidak akan timbul istilah hama. Manusia merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan yang ada disekitar lingkungannya, sedang
"hama" merupakan merupakan bagian dari penyusun lingkungan yang mampu
mempertahankan diri terhadap lingkungannya, serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi,
dan mampu merubah sifat cara hidupnya untuk menyesuaikan lingkungannya.
Konsep pest management timbul karena adanya dapak negatif dari beberapa
usaha pemberantasan hama dan penyakit tanaman, diantaranya adalah timbul karena;
a. Ambang ekonomi,
Yaitu tingkat kepadatan populasi hama yang membutuhkan suatu tindakan untuk
pencegahan adanya peningkatan populasi berikutnya, yang dapat mencapai tingkat luka
ekonomi.
c. Kerusakan ekonomi,
Tingkat kerusakan yang membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk
pengendaliannya.
45
d. Keseimbangan umum,
Kepadatan populasi hama rata-rata pada kurun waktu yang cukup lama tanpa disertai
perubahan cuaca yang menetap.
Pertimbangan Ekonomis
dalam Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman
Fi = Y - ( X + C )
Terdapat empat metode penilaian tanaman sakit dan pengaruhnya terhadap hasil
normal, adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui kunci stadia perkembangan tanaman secara deskriptif, kronologis
suatu jenis tanaman secara spesifik.
2. Mengetahui metode penilaian untuk menentukan derajad kerusakan tanaman.
3. Menilai dan menentukan nilai kehilangan hasil secara kuantitas dan kualitas.
4. Menghitung nilai ekonomi, dari beaya yang digunakan dan diperoleh
sehubungan dengan pelaksanaan pengelolaan kerusakan akibat serangan hama
penyakit tanaman.
49
PENUTUP
Program pengelolaan hama dan penyakit tanaman (Pest management) masih harus
ditingkatkan dapal upaya memperoleh hasil yang baik. Program ini berprinsip pada nilai-
nilai ekosistem. Pendekatan ekosistem secara komprehensif diperlukan untuk mengatasi
masalah hama dan penyakit tanaman. Kebijakan ini merupakan usaha pengendalian hama
penyakit secara terpadu untuk mengatasi masalah timbulnya hama dan penyakit pada suatu
saat dan tempat tertentu.
50
Kelestarian atau kesinambungan sumberdaya alam termasuk sumberdaya
keanekaragaman hayati menuntut prasyarat yang sama pentingnya yaitu,
1. Kepastian sumber (lahan maupun apa yang tumbuh di atas nya).
2. Kontinyuitas produksi dalam pemanfaatannya.
3. Ekosistem terjaga dan dipertahankan.
4. Manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat terjamin.
Usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah usaha manusia untuk
meningkatkan produksi tanaman. Dengan memperhatikan kelestarian alam dan terjadinya
keseimbangan keanekaragaman hayati perlu dilakukan program pengelolaan hama dan
penyakit tanaman, yaitu dengan cara;