Está en la página 1de 50

DASAR-DASAR

PERLINDUNGAN TANAMAN

OLEH : TUTUNG HADIASTONO

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2006
2

Pendahuluan

Pertanian merupakan suatu proses produksi yang bergantung pada proses


pertumbuhan taanaman, yang diawali dari awal pertumbuhan tanaman sampai panen,
permasalahannya adalah produktivitas tanaman selalu rendah, hal karena adanya penyebab
kerusakan yang besar peranannya dalam proses produksi tanaman. Khusus untuk produksi
tanaman dalam menghasilkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kepentingan manusia
sangat bergantung pada faktor lingkungan, faktor tanaman, dan faktor penyebab kerusakan.
Salahsatu faktor penyebab yang mempengaruhi keberhasilan tanaman dalam berproduksi
adalah adanya kerusakan tanaman akibat adanya serangan hama maupun penyakit, dimana
bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas secara teknis maupun ekonomis sangat
merugikan.
Pada umumnya hama dan penyakit selalu dapat ditemukan pada tanaman meskipun
intensitas serangannya berbeda-beda, bergantung pada tempat dan musim. Kerusakan
tanaman karena hama dapat ditemukan secara kronis di suatu daerah atau hanya diemukan
sewaktu-waktu, yaitu apabila terjadi eksplosi. Untuk menekan kerugian yang ditimbulkan
oleh hama dan penyakit tanaman, penting sekali mengetahui faktor-faktor yang
memungkinkan timbulnya keadaan hama dan penyakit tanaman menjadi pesat
perkembangannya. Perkembangan hama dan penyakit tanaman, terutama populasi,
mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan lingkungan, sebagai tempat hidupnya.
Keadaan lingkungan tersebut selalu berubah, sehingga hama dan penyakit tanaman yang
hidup di dalam sistemnya juga mengalami perubahan.
Populasi hama dan penyakit tanaman dapat meningkat sampai melampui batas ambang
ekonomis sampai pada puncak maksimum, kemudian menurun kembali sampai batas di
atas batas ambang ekonomi. Sehingga untuk menentukan saat pengendalian dan
pentingnya pengendalian diperlukan data mengenai perkembangan hama dan penyakit
tanaman secara pasti, dengan demikian diharapkan pengendalian hama tersebut dapat
mencapai efisiensi yang tinggi, sehingga dapat menekan biaya relatif tinggi. Secara
garis besar penyebab kerusakan atau gangguan yang ditandai dengan timbulnya kerusakan
pada tanaman digolongkan dalam;

a. Faktor Biotik

Faktor ini merupakan penyebab kerusakan yang paling banyak merugikan tanaman
karena pada umumnya menyerang tanaman secara langsung. Secara umum faktor biotik
dapat digolongkan lagi menjadi beberapa jenis penyebab kerusakan. Untuk itu kerusakan
3
yang disebabkan oleh tumbuhan parasit dan hewan. Penyebab kerusakan oleh hewan pada
umumnya disebabkan oleh filum Arthropoda dan Molusca. Sedangkan jenis tumbuhan
banyak disebabkan oleh beberapa parasit, misalnya jamur, bakteri, ganggang, mikoplasma,
rickettsia, dan ujud sub-mikrokopis yaitu virion dan viroid.

b. Faktor a-Biotik

Faktor ini merupakan faktor lingkungan fisik yang dapat menyebabkan kerusakan atau
penyakit pada beberapa tanaman, seperti suhu, kelembaban, intensitas sinar, kelebihan dan
kekurangan unsur hara, serta faktor keasaman tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
tanaman sakit jika dalam keadaan ekstrim, dan toleransi tanaman rendah, dalam keadaan
normal bagi tanaman, tidak menunjukkan gejala, artinya tidak menyebabkan kelainan pada
tanaman.

Faktor biotik dan a-biotik menentukan timbulnya hama dan penyakit tanaman , sehingga
dapat menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang terserang. Untuk itu diperlukan
adanya pengetahuan tentang hama dan penyakit serta cara pengendaliannya. Tujuan dari
pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah mencegah terjadinya penurunan produksi
tanaman yang secara ekonomis merugikan. Pada umumnya kita hanya memperhatikan
penyakit tanaman yang merusak secara berarti. Usaha pengendalian itu hanya perlu
dilakukan bila biaya yang diperlukan lebih kecil dari kerugian yang terjadi akibat penyakit
tersebut.
Prinsip utama adalah mempelajari aspek perlindungan tanaman terhadap adanya
gangguan pada tanaman yang secara ekonomis mempengaruhi nilai ekonomis, sosial,
budaya dan ekologis
4

Unsur-Unsur
Penyebab Kerusakan

2.1 Konsep Umum


Beberapa pengertian yang perlu diketahui untuk mempelajari Perlindungan
tanaman secara umum adalah mempelajari konsep hama dan tanaman sakit. Apakah
tanaman sakit itu, bagaimana ciri-ciri tanaman sakit, pengetahuan terhadap beberapa contoh
tanaman sakit penting, hama dan penyakit serta permasalahannya, gejala kerusakan akibat
serangan hama dan penyakit. Penyebab kerusakan, baik akibat biotis maupun non-biotis,
Stabilisasi penyakit tanaman melalui postulat Koch, dan Usaha pengendalian hama dan
penyakit.
Hama adalah semua jenis penyebab kerusakan baik tumbuhan maupun hewan
merusak tanaman pertanian, dan jika ditinjau dari segi kepentingan manusia, secara
ekonomis merugikan karena dapat menurunkan produksi tanaman baik secara kualitas
maupun kuantitas. Definisi tersebut jelas mengandung pengertian, bahwa apabila binatang
atau organisme lain yang merusak tanaman akan secara ekonomis tidak merugikan, maka
organisme tersebut belum dapat disebut sebagai hama, oleh karena itu organisme-
organisme perusak tanaman dapat dikatagorikan sebagai hama. Status hama bagi
organisme pengganggu tanaman (OPT) berbeda-beda pada keadaan dan tempat yang
berbeda.

Beberapa katagori status OPT sebagai hama adalah;


a. Bahwa OPT sebagai perusak tanaman dapat menurunkan nilai
komoditi, baik kualitas maupun kuantitas.
b. Bahwa OPT sebagai perusak tanaman bersaing dengan manusia
untuk tujuan yang sama.
c. Bahwa OPT sebagai perusak tanaman menjadi masalah dalam
usaha pertanian.

Apabila OPT menyerang tanaman dan menimbulkan kerusakan telah memenuhi


ketiga katagori tersebut di atas maka organisme tersebut dapat disebut sebagai hama utama
(major pest). Oleh karena itu sebagai hama utama dapat pula diartikan sebagai hama yang
merugikan manusia, terutama kaitannya dengan kepentingan kehidupan dan ekonomi
manusia, dan populasinya mendominasi OPT lain yang ada, sehingga menimbulkan
masalah dalam pengusahaan pertanian. Beberapa OPT mempunyai status sebagai hama
5
sekunder (minor pest ), hama ini mempunyai status setingkat di bawah hama utama,
dibandingkan dengan hama utama, secara ekonomis, masih dianggap kurang penting,
pengaruh yang bersifat merugikan masih dianggap rendah atau kurang merugikan. Hama
sekunder ini kadang-kadang masih bersifat sementara, walaupun demikian pada suatu
waktu yaitu apabila keadaan mendukung, hama sekunder yang kurang potensial akan
berubah menjadi hama utama yang potensial.

Pengertian Patogen sebagai OPT adalah jasad renik atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman, jasad renik ini terdiri dari jamur, bakteri,
mikoplasma, rickettsia, clamidia, serta virus (virion dan viroid), dan protozoa. Nematoda
sering pula dimasukan dalam kelompok ini (Agrios, 1978), karena bentuk dan ukurannya
yang mikroskopis, mekanisme infeksi, serta gejala yang disebabkannya menyerupai jasad
renik. Apabila tanaman terinfeksi patogen, maka tanaman akan memberikan reaksi
spesifik. Reaksi ini muncul sebagai akibat adanya perubahan-perubahan (abnormalitas)
baik perubahan fisiologis maupun morfologi. Abnormalitas dapat terjadi pada sel, jaringan
dan organ. Urutan-urutan proses terjanya infeksi sampai munculnya gejala ini disebut
sindrom . Gejala penyakit dapat bersifat lokal maupun sistemik, dan tipenya adalah
hiperplastik, hipoplastik, atau nekrosis. Umumnya penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh jasad renik, selain tampak gejala, juga dikenal adanya tanda (sign) yang merupakan
pengenalan keberadaan patogen, baik secara visual maupun mikroskopis. Tanda tersebut
dapat berupa sebagian atau keseluruhan bentuk morfologi patogen.

2.2 Arthropoda dan Moluska sebagai Hama Tanaman


Arthropoda atau binatang berbuku-buku merupakan filum yang terbesar dalam dunia
binatang. Lebih dari 75 persen jenis binatang yang telah dikenal termasuk filum
Arthropoda.

a b

a b

Gambar 1. a. Hexapoda ; b. Araknida


6

Penyebab kerusakan (Hama) untuk kedua organisme penyebab kerusakan tersebut


secara sederhana dapat dibedakan berdasarkan sifat morfologinya. Arthropoda merupakan
binatang berbuku-buku/beruas. Sebagai hama tanaman digolongkan dalam beberapa kelas
penting, (Gambar 1)

( a ) Hexapoda / Insekta (serangga)


Ciri umum serangga adalah
- Tubuh dan kaki beruas-ruas
- Tubuh terbagi menjadi tiga daerah; Caput, toraks, dan abdomen
- Mempunyai tiga pasang kaki yang beruas
- Bersayap satu atau dua pasang, dan ada yang tidak bersayap
- Berantena satu pasang.

Kelas serangga mempunyai banyak anggota, dan dari beberapa kelas yang ada
tidak kurang dari 90 persen anggotanya adalah insekta, dan tidak kurang dari 640 000 jenis
yang telah ditemukan. Tipe alat mulut binatang ini pada dasarnya adalah menggigit dan
mengunyah, menusuk dan menghisap, tetapi dapat juga bervariasi, sehingga didapat kan
beberapa tipe alat mulut. Gejala kerusakan pada tanaman akibat serangan beberapa spesies
serangga pada umumnya adalah;

- Daun berlubang, pada bagian tengah atau tepi


- Daun tinggal tulang, sehingga tampak seperti lidi atau gorden
- Daun menggulung
- Daun berbercak kuning, karena berkas tusukan, keriting, dan
salah bentuk.
- Batang rebah atau terpotong, tergerek, sehingga bagian atas
tanaman layu
- Buah berlubang, biji hampa dan mengecil, busuk.

Beberapa serangga termasuk dalam ordo penting sebagai hama tanaman adalah,
- Lepidoptera (Moths, buterflies)
- Hemiptera (bugs, aphids, scale insect)
- Diptera (Flies)
- Isoptera (termites)
- Hymenoptera (Waps, Ants, Bees)
- Dermaptera (earwigs)
- Colleoptera (beetles)
- Orthoptera (locust, crikets)
7
Beberapa ciri struktur serangga dapat digunakan untuk membedakan jenis serangga
adalah, berdasarkan alat mulut, sayap, dan organ lain.

( b ) Araknida (akarina, tungau, mite)


Ciri umumnya binatang ini adalah:
- berkaki 3-4 pasang dan beruas-ruas
- tubuh terbagi dalam dua bagian
- tidak bersayap
- alat tambahan berupa sepasang celicerate dan sepasang pedipalpus.

Anggota dari kelas ini meliputi kurang lebih 45 000 jenis yang berstatus sebagai
hama tanaman. Tipe mulut binatang ini adalah menggaruk, menhisap sehingga daun yang
terserang menjadi kuning keperakan dan pada akhirnya nekrosis. Sebagian besar
Tetranichidae membuat benang-benang seperti sarang laba-laba dan mereka berkumpul di
bawahnya. Pada umumnya yang berstatus sebagai hama tanaman adalah yang tergolong
dalam genus Tetranichus. Kebanyakan peledakan populasi hama tungan terjadi pada
musim kemarau, gejala serangan adalah daun berbercak tampak seperti perak, dan lama-
lama mengering. Beberapa famili penting adalah,

- Eriophyidae - Tarsonemidae
- Tetranychidae

( c ) Kolembola (ekor pegas)


Anggota dari kolembola (Gambar 2) banyak ditemukan pada
sisa-sisa tanaman (jerami). Dua famili terpenting adalah;
- Isotomidae
- Sminthoridae

Gambar 2. Kolembola
8

Moluska (binatang bertubuh lunak). Sebagai hama tanaman digolongkan dalam beberapa
kelas penting, diantaranya adalah,

( a ) Snail ( binatang bertubuh lunak bercangkang) contoh; Achatina


fillica (jw=bekicot)
( b ) Slugs (binatang bertubuh lunak tanpa cangkang)
Moluska banyak berperan sebagai hama penting pada tanaman khususnya pada daerah-
daerah lembab dan pada tempat-tempat pembibitan. Moluska termasuk kelas Gastropoda
lebih suka pada tempat lembab, dan aktivitasnya di malam hari. Oleh karena itu
perkembangan nya lebih banyak di musim penghujan. Ciri dari binatang ini tidak
mempunyai kaki sejati, pergerakannya dilakukan oleh otot-otot (kaki palsu) yang berada di
bagian bawah tumbuhnya. Tidak terdapat pembagian tubuh yang jelas. Segmentasi
tampak pada bagian mata dan antena bertangkai yang dapat ditarik keluar masuk
(retractile). Struktur tubuhnya lunak tanpa kerangka. Cangkang yang berada di bagian
luas atau pada punggung berfungsi sebagai pelindung tubuh yang lunak (Gambar 3)

Gambar 3. a. Snail ; b. Slug

Binatang ini makan pada bagian tanaman dengan menggunakan gigi parut sehingga
tampak tanda-tanda seperti daun berlubang, batang rebah atau patah. Binatang ini
mengeluarkan lendir sehingga membekas pada substrat yang dilalui tampak basah dan
mengkilat.
Berbagai kerusakan akibat serangan hama tanaman dapat terjadi pada; Daun,
batang, ranting, batang, akar, buah, dan bunga. Serangan hama-hama tersebut dapat terjadi
pada bagian dalam maupun permukaan luar bagian tanaman.
9

2.3 Contoh-contoh Kerusakan Tanaman yang Disebabkan oleh Arthropoda

No Tanaman Gejala Kerusakan Genus Ordo


1 Pisang Defoliasi Daun Erionata Lepioptera
menggulung
2 Padi Malform Batang berlubang Sesamia Lepidoptera
3 Jagung Malform Tongkol Heliotis Lepidoptera
4 Kedelai Defoliasi Daun Lamprosema Lepidoptera
menggulung
5 Apel Nekrosis Daun, Ranting Tetranichus Acarina

2.4 Mamalia
Filum ini banyak dijumpai sebagai hama tanaman, khususnya dari beberapa spesiesnya
hanya beberapa saja yang mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian. Sebagai
contoh; Babi hutan, Landak, Musang. Tikus (Ratus-ratus sp.) merupakan hama penting,
selain menyerang tanaman di lapang, juga pada tempat-tempat penyimpanan. Sebagai
binatang pengerat, tikus banyak menyerang padi di areal-persemaian dan areal-produksi.
Gejala kerusakan pada tanaman padi di lapang diketahui berdasarkan gejala kerusakan
yang spesifik, yaitu terjad kerusakan di tengah areal. Tanaman banyak yang tercabut,
batang patah, serta daun rusak. Di lapang tikus menyerang tanaman padi pada awal masak
susu sampai menjelang panen.

2.5 Nematoda Parasit sebagai Penyebab Kerusakan


a. Struktur dan Biologi Nematoda
Kelas nematoda merupakan anggota yang berperan sebagai hama kususnya
kerusakan-kerusakan yang terjadi di bawah tanah. Nematoda berukuran kecil, bebentuk
silindris dan memanjang, bilateral simetris dan tubuhnya tidak bersegmen. Lapisan bagian
luar
10

a b

Gambar 4. a. Nematoda Parasit ; b. Gejala Serangan


pada Akar

berupa kutikula lentur dan transparan yang bersifat sebagai pelindung dan
memudahkan pergerakan. Pada bagian anterior (depan) terdapat stilet yang berfungsi
sebagai alat mulut untuk menusuk jaringan tanaman (Gambar 4) Contoh salah satu
spesies nematoda yang penting sebagai hama dan penyakit tanaman adalah
Meloidogyne sp.

b. Kehidupan dan Penyebaran


Nematoda penyebab penyakit tanaman pada umumnya dicirikan dengan adanya stilet
pada bagian alat mulutnya (Gambar 4 a). Spesies-spesies nematoda parasit termasuk
dalam ordo Tylenchida. Ada diantaranya yang bertindak sebagai vektor virus yaitu
spesies-spesies dari ordo Dorylaimoidea. Sebagai OPT yang hidup di dalam tanah,
penyebaran nematoda bergantung pada keadaan tanah. Dalam keadaan basah dan
berstruktur remah, penyebaran nematoda lebih cepat dibandingkan dengan dalam
keadaan kering dan berstruktur liat.

c. Gejala Penyakit dan Kerusakan


Serangan nematoda menyebabkan puru akar (Gambar 4 b), bercak akar, malformasi
daun, akar dan batang. Dengan stiletnya nematoda dapat mengeluarkan enzim yang
dapat menyebabkan malformasi sel atau jaringan tanaman yang terserangan. Gejala
pada bagian atas tanah dapat berupa layu, kerdil, ranting, daun tidak produktif. Untuk
memastikan serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat berdasarkan tanda dan
gejalanya. Misalnya gejala puru akar, dan secara mikroskopis ditemukan
organismenya.

d . Interaksi dengan Penyebab Penyakit Lain


Kehidupan nematoda seringkali berinteraksi dengan OPT lain khususnya hubungan
parasitesme, sinergisme, dan antagonisme. Interaksi nematoda parasit dengan virus
11
tumbuhan sering ditemukan, misalkan nematoda sebagai vektor, atau kerjasama dalam
mekanisme infeksinya.

2.6 Jamur Parasit sebagai Penyebab Kerusakan

a. Morfologi Jamur
Jamur atau fungi merupakan organisme eucaryotic yang secara khusus terdiri dari
filament tidak bergerak (non-motile), multi nukleat dan bercabang-cabang. Struktur
somatis tersebut disebut hyfa atau miselia. Hifa-fifa tersebut secara kolektif akan
membentuk struktur vegetatif yang disebut thalus atau miselium (Gambar 5).
Miselium jamur berasal dari perkecambahan beberapa bentuk propagul seperti
spora yang berkecambah. Ujung-ujung hifa yang relatif lunak berdinding tipis
mengandung sitoplasma yang padat dan memberikan tempat pertumbuhan selanjutnya,
secara aktif dan membagi diri sesuai dengan fungsi sel, secara diferensiasi sel.
Terutama pada fungsi plastida, akan menyebabkan modifikasi pertumbuhan. Untuk
penetrasi ke dalam sel inangnya maka diferensiasinya adalah membentuk jarum
penetrasi (penetration peg) atau hautorium.

Gambar 5. Struktur Fungi

Terdapat dua jenis hifa pada jamur, yaitu;


- hifa tidak bersekat (Coenocytic) terdapat pada jamur-jamur tingkat rendah
(Phycomycetes; Chytridiomycetes).
- hifa bersekat (Cellular), merupakan ciri khas dari jamur tingkat tinggi, baik tingkat
sempurna (Basidiomycetes, Ascomycetes) maupun yang belum sempurna
(Deuteromycetes).
12
b. Bentuk-bentuk struktur Adaptatif Jamur

Bentuk-bentuk modifikasi miselium jamur akan ditemukan, dan bentuk-bentuk ini


merupakan bentuk struktur adaptasi terhadap kondisi yang kurang baik bagi kehidupan
jamur, atau merupakan struktur yang mempunyai fungsi khusus diantaranya adalah;

- Rhizomorph adalah kumpulan hifa yang membentuk berkas memanjang, dan


mempunyai lapisan luar yang keras.
- Sclerotium adalah kumpulan hifa yang memadat dan mempunyai dinding yang
keras berfungsi sebagai alat bertahan diri dari kondisi yang tidak menguntungkan.
- Clamidospore adalah hifa yang membulat, berdidinding tebal dan keras, berfungsi
sebagai alat bertahan diri. Terdapat dua bentuk klamidospora yaitu intercalary
(letaknya di tengah) dan terminal (letaknya di ujung hifa).

c. Infeksi Jamur terhadap Tanaman

Infeksi jamur dalam tubuh inangnya dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu mulai
saat inokulasi sampai timbul gejala. Keberhasilan infeksi jamur bergantung pada
kondisi lingkungan, tanaman, patogenisitas dan virulensi.

d. Reproduksi Jamur

Jamur mempunyau alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak,


reproduksi jamur berlangsung melalui dua cara, bergantung pada jenis dan keadaan
lingkungan dimana jamur berada. Dua cara umum diketahui adalah cara seksual (cara
kawin) dan cara a-seksual (tidak kawin).

1. Pembiakan aSeksual (cara tak kawin)


Cara pembiakan ini hampir dilakukan oleh semua klas jamur, walaupun caranya
berbeda-beda bergantung pada klasnya. Pada Phycomycetes pembiakan seksual
terjadi diawali dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk
dalam kantong yang disebut sporangium (kotak spora). Pada ordo tingkat rendah
sporangiospora tidak berdinding dan tidak dapat bergerak (non-motil) disebut
aplanospora. Pada golongan jamur yang tingkatannya lebih tinggi lagi akan
membentuk konidia (Gambar 6), ini adalah spora yang dibentuk melalui frakmentasi
ujung hifa. Pada umumnya konidia pada ujung-ujung hifa tertentu yang disebut
konidiofor atau tangkai konidi. Konidi ada yang bersel satu ada pula yang bersel
lebih dari satu, dan bahkan memanjang hampir menyerupai miselium. Konidiofor
mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang paling sederhana sampai ke yang
kompleks.
13

Gambar 6. Konidi Jamur Deuteromycetes

2. Pembiakan Seksual (cara kawin)

Cara pembiakan ini berlangsung dengan bermacam cara bergantung dari


kelasnya, khusus untuk Deuteromycetes (jamur imperfek), pembiakan seksual
belum diketahui. Pada Phycomycetes yang paling sederhana, pembiakannya dengan
persatuan antara dua gamet yang sama (kompatibel=isogamet) dalam sifat morfologi
dan disebut isogamet (Gambar 7). Proses persatuannya disebut isogami. Pada
jamur yang lebih tinggi tingkatannya terjadi persatuan antara dua sel kelamin yang
tidak sama morfologinya, dan ini disebut heterogamet. Proses pertemuannya
disebut heterogami atau anisogami. Gamet-gamet yang berukuran kecil adalah sel
jantan disebut antheridium dan yang betina berukuran lebih besar disebut oogonium.

Gambar 7. Siklus Hidup Jamur Phytophthora


14

e. Klasifikasi

Berdasarkan bentuk atau morfologi jamur, jamur digolongkan dalam beberapa ordo
1. Myxomycetes adalah tidak bermiselium, struktur somatisnya berbentuk
menyerupai plasmodium, berkembang biak melalui zoospora.
2. Phycomycetes adalah bermiselium bulat memanjang menyerupai tabung, dan tidak
bersekat atau septa, tampak menyerupai sel yang memanjang.
3. Ascomycetes adalah jamur membentuk spora aseksual yang disebut askospora,
berjumlah delapan spora untuk setiap askus. Askus bebentuk gada, dan miselium
bersekat memanjang menyerupai pita.
4. Basidiomycetes adalah jamur dengan miselium bersekat memanjang, alat perkembang
biakannya dengan spora yang disebut basidiospora atau speridia, dibentuk dalam
wadah khusus yang disebut basidia.
5. Deuteromycetes adalah jamur tidak sempurna artinya belum diketahui alat
perkembangbiakan seksualnya. Berkembang biak dengan bagian vegetatif atau spora
vegetatif atau konidia. Miselium bersekat memanjang.

f. Contoh-Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Jamur/fungi

- Damping off dan Seedling blight - Root rot


- Vascular Wilt - Downey mildew
- Powdery mildew - Leaf spot
- Rust - Smuts
- Beberapa penyakit Pasca panen

2.7 Bakteri, Mikoplasma, Rickettsia sebagai Penyebab


Kerusakan
Bakteri termasuk tumbuhan tingkat rendah (Schizophyta, individu berbentuk sel
tunggal, kadang-kadang membentuk koloni). Beberapa genus penting yang bertindak
sebagai parasit tanaman adalah (Tabel 1).
Bakteri adalah micoorganisme, sebagian besarnya hidupnya sebagai saprofit,
sebagian kehidupannya berguna bagi manusia, dan sebagian lain merupakan penyebab
penyakit bagi manusia binatang dan tumbuhan. Semua bakteri penyebab penyakit pada
tanaman pada umumnya adalah saprofit fakultatif dan dapat ditumbuhkan pada media
buatan (agar-agar). Bakteri disebut pula sebagai mikro organisme uniselular, tidak
mempunyai khlorofil dan berkembang biak dengan membelah diri (fission). Bentuk atau
morfologi bakteri dapat berupa bola (spherical), berbentuk batang (rod, bacillus), atau
spiral (spiirallus).
15

Tabel 1. Beberapa Genus Penting sebagai Parasit Tanaman

No Genus Bakteri Sifat Gram Sifat lain


1 Corynebacterium + Fermentasi
2 Erwinia - Fermentasi
3 Pseudomonas - Flourescence, Koloni berwarna merah
4 Xanthomonas - Koloni berwarna kuning
5 Agrobakterium - Ketolactose

Bakteri dapat bergerak, pada seluruh atau sebagian tubuhnya dilengkapi dengan rambut
getar (flagella). Berdasarkan letak flagella, bakteri dibagi dalam beberapa kelompok,

1. Monotrichus, mempunyai satu flagelum pada salah satu ujung tubuhnya.


2. Lopotrichus, mempunyai seberkas flagelum pada salah satu ujung tubuhnya (Gambar
9).
3. Peritrichus, mempunyai banyak flagelum diseluruh dinding tubuhnya.
4. Ampitrichus, mempunyai flagelum bipolar. Pada kedua ujung tubuhnya berflagelum.
5. Atrichus, tidak mempunyai flagelum.

Bakteri kadang membentuk spora yang fungsinya sebagai alat mempertahankan diri dari
keadaan yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan hidup bakteri.

Mikoplasma, adalah jasad renik atau mikroorganisme berukuran kecil dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop elektron, tubuhnya lunak tidak dibatasi oleh dinding sel yang
kuat, tidak dapat bergerak aktif (non-motil), tidak berspora seperti halnya bakteri atau
jamur. Bentuknya tidak tetap (polimorphic atau amuboid). Mikoplasma (MLO) sangat
peka terhadap antibiotik tetrasiklin dan kloramfenikol, tetapi tahan terhadap penisilin.
MLO termasuk klas Mollicutes dan ordo Mycoplasmatales (Edward dan Freundt, 1967).
Famili terpenting adalah Mycoplasmataceae, Acholeplasmataceae, dan Spiroplasmataceae
masing-masing mempunyai satu genus penting yaitu Mycoplasma, Acholeplasma dan
Spiroplasma.

Gambar 9.
Bakteri Lopotrichus
16
Rickettsia, adalah mikroorganisme yang bersifat gram negatif dan berdinding sel.
Ukurannya lebih kecil dari mikoplasma. Beberapa bentuknya spherical, batang, dan
polimorfik. juga (Hopkins et al, 1973) melaporkan bahwa suatu penyakit yang disebut
phony peach diseases disebabkan oleh rickettsia. Demikian pula Coheen et al (1976)
melaporkan bahwa gejala etiolasi dan pierce's diseases pada tanaman anggur disebabkan
oleh rickettsia.

2.8 Virus
a. Sifat-sifat virus

Virus adalah suatu ujud yang berukuran submikroskopis, berkembang biak hanya
dapat terjadi dengan bantuan metabolisme sel inangnya, serta memanfaatkan energi
dari hasil metabolisme inangnya. Sebagai ujud yang sub microskopis susunan
tubuhnya terdiri dari asam nukleat (RNA/DNA) dan protein (virus lengkap=virion).
Beberapa dari jenisnya bahkan tidak mengadung protein (virus telajang=viroid).
Berdasarkan pengamatan secara sub-mikroskopis dengan mikroskop elektron, diketahui
bahwa virus tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam (Gambar 10),

- Berbentuk bulat (spherical, poliheudral)


- Berbentuk batang (rod, flexious)
- Berbentuk basil (basilus, peluru)

Dari bentuk-bentuk tersebut masih banyak yang mengalami perubahan atau


modifikasi. Ukuran virus secara sub-mikroskopis adalah nano meter (nm), rata-rata
berukuran 10-25 nm diameter dan 25-1000 nm panjang.
17

RNA

Protein

Gambar 10. Bentuk-Bentuk dan struktur Komponen


Virus Tumbuhan

b. Hubungan Virus dan Inangnya


Hubungan virus dan tanaman inang sangat beragam, terdapat satu jenis virus yang
dapat menginfeksi berbagai jenis inang, tetapi ada pula yang spesifik, serta ada satu
jenis iiang dapat terinfeksi oleh berbagai jenis virus. Hubungan virus dan inangnya
berkaitan dengan perkembangan virus itu sendiri. Virus berkembang biak hanya
dengan bantuan energi dari hasil metabolisme inang. Salahsatu sifat parasitisme virus
terhadap tanaman inang adalah pengambil alihan energi inang untuk keperluan
perkembangbiakan virus.

c. Hubungan Virus dengan Vektor


Secara pasif virus menyebar dari tanaman ke tanaman melalui bantuan vektor, terdapat
tiga tipe hubungan virus dan vektor dikaitkan dengan kemampuan tular vektor atau
persistensi, yaitu; non-persistent (stylet borne virus), semi persistent dan persistent.
18
d. Klasifikasi
Sebagai ujud/partikel sub-mikroskopis, penggolongan virus masih belum jelas, akan
tetapi berdasarkan jenis tanaman, gejala, jenis asam nukleat, jumlah protein, cara
penularan, virus masih dapat dikelompokkan satu sama lain.

2.9 Parasit Algae, Protozoa, dan Tanaman Berbiji


(Phanerogam)
Algae, Protozoa, dan beberapa tanaman berbiji ada yang hidupnya sebagai parasit
(heterotrop) karena beberapa dari jenisnya belum dilengkapi zat hijau daun. Diantara
jenisnya telah ditemukan dapat mengganggu tanaman (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan Parasit

No Jenis Parasit Genus Jenis Penyakit


1 Algae Chepalouros sp. Cacar pada tanaman teh, cengkeh, mangga
2 Protozoa Phytomonas sp Penyakit merah pada tanaman kopi
3 Phaenorogam Cuscuta sp. Dodder (jw=taliputri)

Protozoa adalah mikroorganisme mikroskopis dapat menyebabkan penyakit pada beberapa


tanaman, misalkan Phytomonas leptovasorum menyebabkan penyakit merah/nekrosis pada
floem tanaman kopi di Suriname. Demikian pula pada penyakit tersebut disebut sebagai
hardrot pada tanaman kelapa juga disebabkan oleh protozoa ber flagela.

2.10 Penyebab Penyakit Abiotik

a. Kondisi udara : Kelembaban, Temperatur, Radiasi


sinar matahari
b. Kondisi tanah : pH, Kelebihan dan kekurangan unsur
hara
c. Bahan kimia dan mekanikal
d. Kultur praktis

Penyakit yang ditimbulkan hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh
patogen, perbedaannya adalah tidak menular. Degan demikian sering disebut sebagai
penyakit fisiologis, atau non-parasiter. Sebagai contoh penyakit karena kekurangan atau
keracunan unsur hara (Gambar 11 dan 12)
19

Gambar 11. Gejala Penyakit Defisensi


Unsur Mikro

Gambar 12. Gejala Penyakit Keracunan


Unsur Mikro
20

Faktor-Faktor
Penyebab timbulnya
Hama dan Penyakit

Stern, Smith, van den Bosch, dan Hagen (1959) adalah kelompok entomologiawan
dari universitas California yang pertamakali melontarkan konsepsi pengendalian hama
terpadu. Mereka menjelaskan adanya tiga keadaan/faktor yang menyebabkan suatu spesies
binatang atau organisme dapat muncul sebagai hama. Tiga keadaan tersebut merupakan
faktor penyebab timbulnya status binatang atau organisme sebagai hama.
Beberapa faktor dapat menimbulkan timbulnya hama maupun penyakit, faktor-faktor
tersebut dapat bekerja sendiri-sendiri maupun bekerjasama satu sama lain (berinteraksi).

a. Tidak adanya interaksi beberapa faktor pendukung, dalam suatu sistem


keseimbangan di alam (habitat). Terputusnya rantai makanan kompetisi dan persaingan,
simbiosis, parasitisme dan predatorisme menyebabkan peningkatan populasi hama maupun
penyakit. Arthropoda dapat berstatus sebagai hama setelah dipindahkan atau ikut pindah
sehingga melewati batas geografis tertentu, dan berhasil meninggalkan parasit dan predator
dan penyakit di daerah asalnya. Dua puluh tahun setelah pemindahan organisme tersebut,
organisme kutu Cottony cushion dari Australia ke Callifornia, hama tersebut menjadi
bencana besar yang mengancam tanaman jeruk. Di Indonesia juga terjadi pada hama kutu
loncat pada tanaman lamtoro Gung. Usaha pengendalian hama baru tersebut berhasil
setelah mendatangkan parasit dan predator dari negeri asal hama tersebut. Predator yang
dapat menekan kutu adalah kumbang Vedalia. Hama tersebut kemudian meletus kembali
setelah DDT digunakan secara luas karena ternyata racun DDT membunuh predator atau
parasit kutu tersebut yang telah berkembang di California.

b. Tersedianya makanan yang cukup, disukai, dan jumlahnya berlebihan, dapat


menyebabkan kenaikan laju perkembangan populasi (rate growth of populasi) hama.
Kesesuaian inang dan berlebihan, perubahan sistem tanamdan kondisi lingkungan.
Pemasukan atau import spesies tanaman baru yang sebelumnya tidak ada pada suatu
daerah, sering pula menciptakan kondisi yang sesuai untuk peningkatan kepadatan populasi
organisme. Beberapa contoh misalnya pemasukan tanaman alfalfa sebagai tanaman
makanan ternak di California, maka kupu-kupu alfalfa hanya ada dalam jumlah kecil, akan
tetapi dengan tersedianya tanaman alfalfa yang cukup banyak, maka kupu-kupu tersebut
berkembang pesat.
21
c. Keadaan kondisi lingkungan yang baik (favourable) bagi organisme (hama dan
penyakit) sehingga sangat membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Ketiga
situasi tersebut sangat menentukan perkembangan hama dan penyakit, terutama adalah
laju populasi yang cepat, kemampuan menyerang (virulensi), intensitas serangan dan daya
adaptasi. Kondisi makro/mikro klimat, tersedianya tempat untuk berlindung, bertelur, dan
tempat tinggal bagi hama dan/atau penyakit.

Toleransi manusia dapat pula merubah status organisme binatang sebagai hama, sebagai
contoh di Amerika sebelum kacang-kacangan dipasarkan dalam keadaan beku, maka
kerusakan akibat hisapak kepik Lygus sp. Tidak penah dihiraukan, tetapi setelah kacang-
kacangan tersebut dipasarkan melalui industri pengawetan sayuran, maka diinginkan
adanya kacang-kacangan yang sama sekali tidak mempunyai bintik-bintik akibat serangan
hama kepik. Oleh karena itu manusia kemudian menurunkan toleransi yang berarti
menurunkan ambang ekonomi kepik Lygus tersebut sehingga status serangga yang belum
merupakan hama tidak penting menjadi hama penting.

Gangguan-gangguan hama dan/atau penyakit pada tanaman dapat terjadi pada, saat
sebelum panen, pada saat tanam, pembibitan, setelah panen, transportasi, dan pada saat
penyimpanan. Gangguan-gangguan hama dan penyakit pada tanaman dapat terjadi pada
sebagian atau seluruh organ tanaman, misalkan pada akar, batang, daun, bunga, biji.
Timbulnya serangan hama/penyakit biasanya ditandai dengan adanya tanda-tanda (sign)
khusus yang biasanya sangat spesifik, misalnya, keadaan cuaca. Tersedianya inang, dan
pada keadaan tertentu misalnya terjadi setelah penyemprotan pestisida, panen, pemupukan
dan sebagainya.
Pencegahan atau perlindungan yang efektif terhadap efisiensi pertumbuhan
tanaman dari gangguan hama dan/ atau penyakit adalah suatu syarat yang esensiel untuk
mempertahankan produksi pertanian yang optimum. Besarnya penurunan produksi
tergantung pada penyimpangan-penyimpangan atau abnormalitas pertumbuhan tanaman,
dan ini pula sangat bergantung pada fluktuasi atau variasi yang ada. Beberapa pendapat
mengemukakan, secara umum mengemukakan bahwa tanaman sakit terjadi karena akibat
adanya perubahan-perubahan fungsi dan bentuk normal. Gangguan hama dan penyakit
terhadap perubahan fungsi tanaman tampak ditandai dengan adanya gejala yang spesifik.
Intensitas serangan hama/penyakit sangat bergantung pada beberapa faktor.

3.1 Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman

Perkembangan hama dan penyakit tanaman dapat terjadi apabila faktor-faktor


penunjang sangat membantu bagi kehidupannya. Perkembangan hama dan penyakit
ditentukan oleh tiga faktor penentu, antara lain adalah;
22
a. Lingkungan Fisik
- Suhu
- Kelembaban Habitat , pola tanam, dan situasi sistem
- Intensitas Cahaya (Agroekosistem, ekosistem)

b. Tanaman Inang
- Kesesuaian tanaman, makanan, tempat tinggal, dsb.
- Populasi tanaman inang yang cukup banyak dan memadai.

c. Virulensi Hama/Penyakit
- Daya adaptasi terhadap lingkungan atau substrat yang tinggi
- Daya berkembangbiak yang cepat
- Daya serang dan kemampuan makan yang tinggi.

Perkembangan hama dan penyakit tanaman terjadi apabila faktor-faktor penunjang


sangat menguntungkan dan membantu bagi kehidupan hama maupun penyakit. Ketiga
faktor tersebut di atas mempunyai peranan penting sehubungan dengan laju
perkembangannya ( r ), bila tanaman rentan lingkungan favourable, hama dan/atau penyakit
agresif.

Secara fisiologis lingkungan dapat berpengaruh secara langsug, atau dapat pula
secara tidak langsung. Faktor lingkungan dapat berintegrasi dengan faktor-faktor yang
lain. Usaha pengendalian yang paling baik adalah dengan menormalkan kembali keadaan
lingkugan pada situasi pertanaman yang sebenarnya, cara ini disebut pula sebagai
pengendalian secara alami (natural control). Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara sebagai anjuran diantaranya adalah; pengaturan jarak tanam, pengaturan
naungan, pengairan, pemupukan berimbang, pengaturan penggunaan pestisida secara
bijaksana.

Seperti halnya organisme lain hama membutuhkan nutrisi yang spesifik, dan
dibutuhkan untuk kesatbilan dan perkembangan hidupnya. Adanya perubahan kondisi
tanah karena usaha pemupukan, akan berpengaruh terhadap kondisi tanah yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap tanaman yang berhubungan langsung dengan hama.
Contoh seperti pada kutu hijau (green aphids; Macrosiphum granarium ) populasinya
bertambah padat apabila kandungan nitrogen tanaman tinggi, demikian pula terjadi pada
wereng coklat, peningkatan penggunaan pupuk nitrogen dapat mempercepat perkembangan
populasi wereng (Dyck, 1974). Selain nitrogen, juga unsur hara lain berpengaruh terhadap
perkembangan hama, misalnya Magnesium pada jeruk terhadap kutu jeruk (Lepidosaphes
becki), Fosfor pada kacang terhadap kutu hitam (Black aphid, Aphis crasivora).

Pestisida dapat merubah fisiologi tanaman, pestisida berupakan biosida yang


potensial, sehingga kadang-kadang penggunaannya kurang terkendali. Perubahan fisiologi
23
pada tanaman salahsatunya dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap hama dan
penyakit tanaman.

Fenomena ketahanan yang bersifat genetik, ada suatu anggapan bahwa ketahanan
tanaman tersebut masih bersifat fenotip; yaitu keadaan lingkungan fisik berpengaruh lebih
dominan, akan tetapi sesungguhnya tanaman inang sendiri mempunyai peranan yang cukup
penting dalam menentukan perkembangan hama maupun penyakit tumbuhan. Timbulnya
suatu kerusakan atau penyakit pada tanaman adalah karena adanya kesesuaian gen inang
dan gen penyebab penyakit. Usaha pengendalian yang sesuai adalah mengatur ketidak
sesuaian gen penyebab penyakit dan gen tanaman inang. Pengaturan ini dapat diciptakan
dengan melalui program seleksi dan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas tahan
(breeding for resistant). Di alam sifat ketahanan tanaman harus bersifat poligenik, bukan
monogenik. Seringkali masalah perkembangan hama dan penyakit tanaman pada waktu
ada jenis tanaman yang dimasukkan pada komunitas biotik yang baru. Tanaman-tanaman
jenis baru ini tidak akan dapat menahan serangan organisme-organisme yang asli pada
ekosistem tersebut. Contoh, pada waktu tanaman kentang dari Bolivia dimasukan ke
daerah Amerika Serikat bagian Barat, maka tanaman baru tersebut terserang oleh kumbang
"Colorado" kentang (Leptinotarsa decemlineata) yang memang asli dari daerah tersebut.
Salahsatu faktor ekologi yang pada akhir-akhir ini sangat mendorong banyaknya ledakan
hama dan penyakit tanaman adalah hasil pemuliaan yang menghasilkan genotip tanamn
yang rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Tujuan pemuliaan adalah mendapatkan
varietas tanaman baru yang mempunyai kualitas dan produksi yang tinggi, akan tetapi
seringkali varietas-varietas tersebut memiliki sifat yang rentan terhadap serangan hama dan
penyakit tanaman. Karena sifat-sifat ketahanan tidak terbawa dalam sifat yang baru
tersebut. Misalnya ada varietas baru tanaman shorgum (Shorgum vulgare) yang kapasitas
produksinya tinggi, tetapi ternyata rentan terhadap serangan kumbang Blisus (Blisus
leucopterus). Banyak hama dan penyakit tanaman yang memiliki variabilitas genetik yang
mampu mengatasi faktor ketahanan tunggal yang berada pada tanaman inangnya, juga
mempunyai variabilitas yang tinggi. Pada ekosistem tertentu hama dan penyakit tanaman
ditekan oleh suatu sifat gen tunggal tersebut, tetapi karena rendahnya variabilitas genetik
yang ada pada tanaman, hama dan penyakit tanaman tersebut dengan cepat dapat mengatasi
ketahanan tunggal tadi dan kembali dengan cepat dapat mengatasi ketahanan tunggal tadi
dan kembali menyerang tanaman dengan intensitas serangan yang lebih berat. Contoh di
Amerika dalam keadaan tertentu lalat Hessian (Mayatiola destructor) dapat menyesuaikan
dari dan mengatasi beberapa varietas gandum hasil seleksi yang tahan. Sifat ketahanan
tanaman gandum terhadap lalat Hessian diturunkan melalui satu sifat tunggal yang
dominan, sedangkan kemampuan serangga untuk tetap hidup pada varietas gandum yang
tahan tersebut bersifat resesif. Keadaan demikian juga dimiliki oleh serangga wereng
coklat (Nilaparvata lugens) yang merupakan hama utama pada tanaman padi di Indonesia.
Hama tersebut mampu membentuk biotipe baru yang dapat hidup merusak pada varietas
tahan wereng tersebut.
24
Tersedianya tanaman inang yang berlebihan (akibat monokultur) dapat
merangsang perkembangan hama maupun penyakit tertentu yang dapat mendominasi
organisme yang lain. Demikian pula peraturan jarak tanam akan merubah habitat ekologi
sehingga mempengaruhi sifat perkembangan bagi hama dan penyakit tanaman. Dalam
sistem lingkungan pertanian dikenal komunitas biotik yang sederhana, karena ditanamnya
satu jenis tanaman tertentu dalam waktu yang lama dan dalam luasan yang besar. Keadaan
semacam ini kurang stabil, sehingga memberikan lingkungan yang sesuai bagi
peningkatan populasi hama dan penyakit tanaman secara eksplosif. Suatu jenis tanaman
ditanam di suatu lahan secara terus menerus akan mengakibatkan kerugian besar dan dalam
keadaan yang ekstrim dapat mengagalkan tanaman yang diusahakan. Suatu usaha untuk
memperkecil dominasi hama maupun peyakit tertentu yang dapat menyebab epidemi
maupun endemi disuatu tempat, yaitu dapat dilakukan melalui usaha manipulasi. Usaha
manipulasi bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi inang yang berlebihan, misalnya
dilakukan melalui pengurangan luasan lahan, polikultur atau multipelkroping cara tersebut
dianggap cara yang lebih menguntungkan. Usaha heterogenisasi lahan tanaman budidaya
tanaman merupakan cara yang baik dalam program pengendalian hama dan penyakit secara
keseluruhan, dapat menekan perkembangan populasi dalam kurun waktu relatif lama.
Strategi pengendalian hama dan penyakit dengan mengembangkan prinsip tiga
faktor tersebut di atas lebih banyak mendasari prinsip ekologi. Pengetahuan perkembangan
hama dan penyakit dalam suatu tingkat populasi dan penyebaran selalu dihubungkan
dengan ruang, waktu dan sifat.

Hama dan Penyakit umumnya adalah parasit-parasit yang mengganggu tanaman.


Beberapa nama inisial parasitisme yang dimilikinya dapat digolongkan ;
a. Parasit-parasit obligat
b. Parasit-parasit fakultatif (lebih bersifat kosmopolitan).

Piemental (1982) bahwa dengan diketahuinya banyak penyebab munculnya hama


dapat dimengerti apa sebabnya penggunaan pestisida secara sepihak , cara budidaya
tanaman yang kurang baik, penggunaan varietas tahan, serta adanya inteaksi antara faktor
lingkungan tidak berhasil menekan populasi hama, bahkan sebaliknya bahkan
meningkatkan populasi suatu organisme yang sebelumnya bukan menjadi masalah dalam
pertanian sehingga berubah menjadi status hama maupun penyakit tanaman. Dengan
memperhatikan interaksi antara berbagai komponen ekosistem perlu diketahui dan di
pelajari berkaitan dengan peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman yang
dirasakan menjadi kendala dalam pengusahaan pertanian.
25
3.2 Sifat-Sifat Perkembangan Hama dan Penyakit
Perkembangan hama atau penyakit bergantung pada jenis dan kondisi lingkungan
dimana hama dan penyakit berada. Terdapat dua sifat perkembangan yang dapat
menentukan populasi pada waktu-waktu tertentu, yaitu;

a. Perkembangan Majemuk (Compound interest)


- Discontinyu
Xt = Xo (1 + r)t

- Kontinyu
Xt = Xo. e rt

b. Perkembangan Sederhana (Simple interest)


Xt = Xo (1 + rt)

catatan : Diskontinyu ; bila r cukup rendah


Kontinyu ; bila r cukup tinggi
Xt adalah populasi Hama atau penyakit pada saat (waktu) t
Xo adalah populasi Hama atau penyakit pada saat (waktu) 0
e adalah bilangan eksponensial
r adalah laju perkembangan (jumlah/waktu)
t adalah waktu

Penentuan populasi hama dan penyakit tanaman pada waktu tertentu bergantung pada
pola perkembanggannya;
a. Perkembangan Majemuk dapat dicirikan, hama dan penyakit tanaman berkembang
terhadap waktu secara logaritma, berkembang dengan pesat. Inokulum pertama akan
menjadi sumber inokulum selanjutnya bagi tanaman berikutnya, sehingga sumber
inokulum akan menjadi lebih banyak.
b. Perkembangan Sederhana dapat dicirikan, hama dan penyakit tanaman berkembang
terhadap waktu secara perlahan, mengikuti pola logistik, perkembangannya relatif
lambat. Inokulum pertama tidak menjadi sumber inokulum berikutnya. Sumber infeksi
atau inokulum jumlahnya tetap atau tidak menjadi semakin banyak.

3.3 Gejala Penyakit yang Disebabkan oleh Patogen

Gejala penyakit dapat muncul dan terjadi pada seluruh tanaman atau sebagian tanaman
yaitu pada organ-organ tanaman seperti pada daun, batang, bunga, buah dan akar. Gejala
semacam ini dinamakan penyakit morfologis dan biasanya gejala yang ditimbulkan tampak
26
mata (visual), meskipun demikian ada gejala penyakit yang dapat diseteksi dengan indera
lain, misalnya bau, rasa, rabaan. Gejala yang tampak secara mikroskopis disebut sebagai
tanda adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, jaringan, dan organ tanaman.
Berbagai bentuk perubahan akibat adanya infeksi patogen, khususnya yang berhubungan
dengan perubahan bentuk, fungsi atau kematian sel, jaringan maupun organ.

Berbagai bentuk gejala berdasarkan perubahan sitologi dan histologinya, yaitu


gejala;
a. Hyperplastic (hiperplastik)
b. Hypoplastic (hipolastik)
c. Necrotic (nekrotik)

Hiperplastik, adalah pertumbuhan sel, jaringan atau organ yang berlebihan. Apabila
pertumbuhannya terlalu cepat akibat dari pembelahan sel yang terlalu cepat, sehingga
tampak sel-sel yang banyak dalam satu jaringan disebut gejala hiperplasia. Sedang
pertumbuhan terlalu cepat akibat dari pertumbuhan sel yang cepat, sehingga tampak sel-sel
berukuran besar (giant cells) dalam satu jaringan disebut gejala hipertrofi. Gejala penyakit
yang termasuk dalam kelompok ini adalah;

- Sapu (Witches' broom), pertumbuhan tunas laten yang tumbuh berlebihan. Misalnya
serangan jamur Marasmius perniciusus pada tanaman cacao. MLO pada tanaman kacang
tanah, dan kacang panjang.
- Cecidia, pembekaan setempat berupa bisul-bisul, bintil pada akar, dan tumor. Misalnya
serangan bakteri Agrobacterium tumefacien pada tanaman mawar dan tomat. Gall pada
tomat, dan beberapa jenis dari famili Solanaceae yang terserang nematoda Meloidogyne.
- Intumescensia, pembekaan pada daun atau batang yang agak
memanjang (Udema).
- Erinose, perkembangan trikhoma daun yang cepat, sehingga pada permukaannya tampak
seperti beledu, misalnya pada Crotalaria retusa terinfeksi MLO.
- Kudis, perkembangan sel epidermis yang berlebihan. Misalnya infeksi Streptomyces
scabies pada tanaman kentang. Serta pada daun, batang, dan pada buah tanaman jeruk.
- Daun menggulung atau mengeriting, adanya ketidak seimbangan pertumbuhan daging
daun dan tulang daun baik floem atau xilem. Misal infeksi PLRV pada kentang, Virus
kerupuk pada kacang tanah.
- Faciasi, perubahan organ tanaman yang seharusnya bulat menjadi pipih.

Hipoplastik, adalah hambatan pertumbuhan sel, jaringan atau organ. Apabila


pertumbuhannya terlalu lambat akibat dari pembelahan sel yang terlalu lambat, sehingga
tampak sel-sel yang sedikit dalam satu jaringan disebut gejala hipoplasia. Sedang
pertumbuhan terlalu lambat akibat dari pertumbuhan sel yang lambat, sehingga tampak sel-
sel berukuran kecil (stunt cells) dalam satu jaringan disebut gejala hipotrofi. Kegagalan
tanaman atau bagian tanaman sel, jaringan atau organ secara penuh, sehingga tampak
27
ukuran di bawah normal dan warna pucat merupakan ciri gejala hipoplastik. Beberapa
gejala yang termasuk dalam kelompok ini adalah;
- Kerdil, adalah kegagalan tanaman mencapai pertumbuhan pada ukuran sempurna . Misal
nya infeksi virus kerdil kuning dan kerdil rumput pada tanaman padi.
- Rosset, terhambatnya pertumbuhan memanjang dari batang, ruas-ruas batang sehingga
daun tampak seperti karangan bunga .
- Pertumbuhan aSimetri, terhambatnya pertumbuhan separuh dari tanaman, sehingga tam-
pak seperti "penceng' tumbuh tidak simetri. Misalnya penyakit Pokhkabung karena
serangan jamur Fusarium moniliformae pada tanaman tebu.
- Klorosis, menguningnya bagian daun karena terhambatnya pembentukan kloroplas.
Misalnya, gejala infeksi virus mosaik pada berbagai tanaman budidaya. Veinbanding,
Veinclearing, yaitu menguningnya tulang daun.
- Etiolasi, pertumbuhan memanjang disertai memucatnya warna daun dan daun
menyempit

Nekrotik, adalah kematian sel, jaringan, atau organ. Adalah gejala kerusakan proto-
plasma yang diiukuti dengan kematian seluruh tanaman. Gejala penyakit yang tergolong
pada gejala nekrotik adalah,
- Nekrose, matinya sekelompok sel atau jaringan tanaman yang terbatas pada jaringan ter-
tentu. Biasanya gejala berbentuk bintik, bercak; coklat, hitam, atau warna lain, dengan
berbagai bentuk, bercincin, oval, bulat atau garis. Misal infeksi jamur Alternaria porri
pada bawang, Exobasidium vexans pada Camelia tea
- Hidrosia, gejala kebasahan pada bagian tanaman sebelum sel, jaringan, orgam mati.
- Khlorosis, gejala kekuningan pada bagian tanaman, daun, akibat rusaknya kloroplast.
- Layu, pada sebagian atau seluruh tanaman, misalnya layu pada daun, kuncup, buah, dan
organ sekulen lain akibat kehilangan tekanan turgor. Kelayuan dapat diakibatkan
rusaknya sistem perakaran atau infeksi pada jaringan pengangkut, misalnya penyakit layu
pada batang akibat infeksi jamur fusarium pada tanaman tomat, serangan bakteri
Xanthomonas pada tanaman tembakau.
- Terbakar, terjadinya kematian jaringan (burn) pada bagian organ tertentu, pada daun
karena pegaruh bahan an-organik. Gejala ini sering muncul secara mendadak, bentuknya
tidak menentu. Misalnya gejala penyakit yang disebabkan oleh kekeringan, suhu,
pestisida dan polusi udara.
- Mati ujung, gejala matinya batang, cabang, atau ranting yang mulai dari pucuk dan me-
luas ke bawah. Misalnya infeksi Rhizoctonia pada tanaman kopi dan lombok, Colletotri-
chum pada tanaman jeruk.
- Busuk, gejala busuk dibedakan dalam jenis busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry
rot). Busuk basah terjadi pada bagian tanaman yang sukulen misalnya busuk
basah karena infeksi Pseudomonas seruginosa pada tanaman anggrek. Erwinia
carotovora pada tanaman wortel. Gejala busuk makin lama menjadi mengering (menjadi
mumi) atau disebut sebagai mumifikasi, misalnya pada buah kakao.
28
- Damping off, busuk dan matinya tanaman bibit atau kecambah, bila kecambah terinfeksi
dan mati sebelum muncul kepermukaan tanah disebut pre-emergence damping off,
sedang bila mati setelah muncul disebut post emergence damping off. Misal penyakit
akibat infeksi jamur rizochtonia, fusarium, sclerotium, dan pytium pada berbagai
kecambah tanaman di pembibitan.
- Kanker, gejala terjadi pada bagian tanaman yang berkayu, kelihatan mengering, berbatas
tegas dan pecah-pecah. Pada akhirnya kulit runtuh dan tampak bagian dalamnya.
Misalnya penyakit pada bidang sadapan akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora
pada tanaman karet, P. cinamoni pada kayu manis.
- Pendarahan, gejala kerluarnya cairan dari bagian batang tanaman berkayu, bila cairan
tersebut berbentu latex, gejalanya disebt latexosis seperti yang terjadi pada jamur upas
Corticium salmonicolor. Apabila cairan berbentuk blendok, disebut gumosis. Misal;
pada jeruk yang terserang Diplodia natalensis. Bila yang keluar berupa damar atau resin
disebut resinosis, misal ; pada tanaman suku coniferea.

3.4 Penyebaran Penyakit


Pada umumnya penyebaran penyakit tanaman terjadi secara pasif, agensia penyebar
penyakit tanaman di alam adalah angin, air, vektor, dan bahkan kadang-kadang secara tidak
sengaja dibantu oleh manusia melalui alat-alat pertaniannya. Berbagai cara penyebaran
penyakit tanaman di alam.
- Melalui angin, beberapa patogen tanaman penyebarannya terbawa melalui angin, khusus-
nya patogen jamur yang menghasilkan spora maupun konidium pada permukaannya
disebarkan dengan mudah oleh angin maupun air, seperti pada penyakit karat. Patogen-
patogen tersebut harus menghasilkan sebuah spora untuk berkembang, menyebar, dan
menetap pada kondisi yang sesuai. Beberapa jamur sebagai patogen sangat mudah dan
sesuai dipindahkan melalui angin, dengan melepaskan sejumlah spora di udara.
- Melalui air, penyebaran melalui media ini relatif lebih sedikit dibandingkan dengan cara
pertama, walaupun demikian penyebaran melalui air cukup penting. Kecuali melalui
aliran sungai, percikan hujan yang deras dapat menyebarkan inokulum kebagian tanaman
yang dekat dengan permukaan tanah.
- Melalui vektor, baik serangga, tungau, atau nematoda

Serangga tidak hanya memindahkan dan menyebarkan patogen, tetapi juga membantu
menginokulasi ke dalam sel atau jaringan tanaman. Sebagian besar serangga sebagai
vektor mempunyai tipe mulut menusuk dan menghisap, misalnya spesies-spesies dari
famili Aphididae dan Cicadellidae.

Mites, merupakan binatang yang juga mempunyai kemampuan menularkan patogen,


akan tetapi hanya beberapa patogen saja. Tidak seperti pada serangga yang kemampuan
dan jangkauannya relatif lebih luas.
29

Nematoda, juga dapat menyebarkan beberapa jenis patogen, misalnya bakteri


Corynebacterium fasciana, dan virus tomato necrosis virus, tomato spotwilt virus
- Melalui udara, penyebaran dengan cara ini mempunyai pengertian yang lebih luas,
karena di dalamnya dikemukakan pula terjadi proses terjadinya siklus penyebaran di
alam. Penyebaran inokulum melalui udara umumnya terjadi pada patogen jamur dan
bakteri, jarang pada nematoda, virus, MLO dan rickettsia.
- Melalui manusia, secara tidak sengaja penyebaran dapat terjadi melalui alat-alat
pertanian, dari binatang piaraan, perbanyakan tanaman, yang semuanya itu adalah karena
kelalaian manusia.

3.5 Tahap-Tahap Perkembangan Penyakit

Dalam kehidupannya penyakit-penyakit tanaman mengalami beberapa fase untuk


perkembangannya. Berbagai fase perkembangan penyakit tanaman adalah, mulai dari fase
inokulasi sampai pada fase penyebaran.
- Inokulasi, adalah fase awal suatu proses dimana patogen mengadakan kontak dengan
tanaman.
- Penetrasi, adalah masuknya patogen ke dalam inangnya. Masuknya patogen ke dalam
inangnya dapat terjadi secara aktif dan pasif. Secara alami, mereka dapat masuk melalui
lubang-lubang alami. Dan secara aktif patogen masuk ke dalam sel, jaringan tanaman
dengan bantuan reaksi enzim yang dikeluarkan oleh patogen itu sendiri untuk menghacur
kan dinding sel tanaman inang.
- Infeksi, adalah proses dimana patogenmengadakan kontak dengan sel tanaman yang peka,
dan mengambil makanan dalam sel tanaman. Terjadinya infeksi pada tanaman akibat
masuknya patogen di dalam tanaman karena sifat parasitesmenya, patogenistas, dan
virulensinya.. Terjadinya infeksi tanaman ditandai dengan timbulnya gejala. Gejala
penyakit timbul akibat adanya interaksi antara patogen dan tanaman inangnya.
- Inkubasi, adalah masa mulai dari saat inokulasi sampai timbulnya
infeksi/gejala penyakit.
- Invasi, setelah infeksi, dilanjutkan dengan perkembangan/ penyebaran patogen di dalam
tubuh inangnya. Perkembangan ini bergantung pada interaksi inang dan sifat patogen,
apakah berkembang ke seluruh tubuh inang (sistemik), atau hanya setempat (lokal).
- Reproduksi, adalah perkembangan patogen yang diikuti dengan bertambah banyaknya
jumlah patogen di dalam inangnya. Patogen tanaman berkembang secara cepat dan
dalam jumlah yang banyak.
- Penyebaran, hanya beberapa macam patogen saja yang dapat bergerak sendiri, seperti
bakteri dan beberapa jamur yang dapat berenang. Penyebaran patogen ada yang bersifa
pasif dan aktif. Bagi mereka yangbergerak secara pasif pada umumnya dilakukan atas
bantuan agen lain, misanya vektor, angin, air dan sebagainya. Sedang yang aktif, ke-
banyakan dibantu oleh beberapa alat tambahan, misalnya flagelum. Bagi patogen-patogen
30
yang tidak segera mendapatkan sasarannya (inang), pada umumnya mereka segera
membentuk struktur pertahanan diri. Berbagai alat atau struktur pertahanan diri,
bergantung pada jenis patogen. Misalnya bakteri (spora), jamur (Sclerotium,
Klamidospora, dan sebagainya), nematoda (masa telur, larva), virus (mantel protein).
31

Perlindungan Tanaman
terhadap Gangguan
Hama dan Penyakit
Pengendalian mengandung maksud menekan populasi atau intensitas
serangan sampai batas yang tidak merugikan secara ekonomis. Dalam sistem pengendalian
ini pertimbangan ekonomis dan ekologis serta sosialogis nampak jelas.
Pertimbangan ekonomis dalam sistem pengendalian yaitu adanya usaha menekan
populasi atau intensitas serangan jasat pengganggu sampai batas tertentu yang tidak
menimbulkan kerugian ekonomis. Ini berarti bahwa biaya pengendalian yang dikeluarkan
relatif murah, karena tidak menekan pupulasi atau intensitas serangan serendah rendahnya
apalagi sampai nol adalah tidak ekonomis. Penekanan populasi atau mengurangi intensitas
serangan cukup hanya sampai batas toleransi atau batas yang tidak merugikan secara
ekonomis saja.
Dari segi pertimbangan ekologis, sistem pengendalian dapat mengurangi atau
mencegah dampak negatif terhadap lingkungan walaupundigunakan pestisida. Dengan
melakukan penyemprotan atau pemberian pestisida yang relatif sedikit, maka dampak
negatif adanya lingkungan dapat dikurangi atau dihilangkan. Dalam sistem pengendalian
tindakan penyemprotan atau penggunakan pestisida hanya apabila populasi atau tingkatan
serangan telah melampaui batas yang merugikan secara ekonomis. Tindakan penyemprotan
atau penggunakan pestisida akan dahkiri setelah populasi atau tingkat serangan menurun
sampai batas tertentu yang tidak merugikan secara ekonomis.
Dalam sistem pengendalian konsep monitoring terhadap populasi atau tingkat
serangan selalu dilakukan. Monitoring ini akan dapat memberi informasi status dari pada
hama atau penyakit, apakah membutuhkan pengendalian atau tidak. Menjaga atau
memelihara tingkat populasi atau tingkat serangan selalu dibawah batas " Ambang
ekonomi" dengan melakukan tindakan tindakan pngendalian selain penggunaan pestisida
(bercocok tanam yang baik, menanam varietas tahan dan lain lain ), merupakan usaha yang
sering dilakukan dalam sistem pengendalian.
Bahwa semua fasilitas penggunaan metode-metode pengendalian dan tersedianya
sarana sarana pengendalian di daerah yang berdekatan dengan petani, merupakan
pertimbangan sosiologis dalam sistem pengendalian. Dalam sistem pengendalian ini
diharapkan metode metode yang dipergunakan dapat diterima atau dikerjakan oleh petani
(farmer acceptance). Oleh karena itu semua metode pengendalian harus cukup sederhana,
dan mudah dilakukan, murah. aman, dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya pada prinsipnya
didasarkan pada dua strategi, dimana dua strategi tersebut dipakai sebagai pedoman,
diantanya adalah;
32
a. Bersifat langsung (kuratif=pemberantasan) atau eradikasi.
b. Bersifat tidak langsung (preventif=pencegahan) atau regulasi.

Pelaksanaan yang kedua dilakukan apabila cara pertama "terlalu sukar" atau
menanggung resiko tinggi untuk dilakukan, sehingga memerlukan pertimbangan-
pertimbangan lain (seperti pertimbangan ekonomis, ekologis dsb.). Pelaksanaan
penangggulangan secara prinsip mempertimbangkan;
- keefektifan
- dapat dilaksakan dan ada alternatifnya
- tidak merusak lingkungan atau berpengaruh samping negatif pada kurun
waktu pendek maupun panjang.

Dari pernyataan di atas untuk mempertimbangankan usaha penangggulangan


hama maupun penyakit diperlukan beberapa ketentuan, antara lain adalah;

4.1 Pengaturan Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit


Pertimbangan untuk tujuan efektifitas, efisiensi, dan pertimbangan ekonomis. Hal
ini perlu dalam pengaturan dan penyusunan strategi pengendalian. Strategi yang digunakan
adalah mempertimbangkan unsur-unsur yang ada, diantaranya adalah sifat Xo, r, dan t.
Dengan demikian strategi yang digunakan adalah menekan Xo, memperkecil r, dan
memperpendek waktu t. Tujuan utama adalah menyelamatkan tanaman terhadap
gangguan, sehingga selamat dari kerugian ekonomis, maupun ekologis, serta sosial bagi
kehidupan masyarakat.

4.2 Metode Penerapan Penanggulangan Hama dan Penyakit


Tanaman (Perlindungan Tanaman)
Berbagai metode penerapan penanggulangan hama dan penyakit tanaman
dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan kehilangan hasil yang secara sosial dan
ekonomis merugikan. Dua metode dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang
ada, diantaranya adalah;

a. Metode Tunggal
- Metode Bercocok Tanam (Agronomics practice)
Metode ini dilakukan dengan cara pengaturan cara bercocok tanam yang baik,
benar dan tepat, menyesuaikan waktu tanam serta cara budidayanya. Prinsip
metode ini adalah untuk tujuan praktis terhadap pengendalian hama atau penyakit
tertentu, diharapkan dengan teknik manipulasi dapat menghambat laju
perkembangan populasi dan produktivitas tanah dan tanaman dapat dipertahankan
33
dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, berbagai metode yang dapat
dilakukan adalah;

1. Penggunaan varietas tahan terhadap hama atau penyakit, sifat ketahan dapat
bersifat

antibiosis Biokhemis
toleran Aktif dan Pasif
non-preferensi Fisis/mekanis

Kriteria ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit adalah;


Sangat tahan (kebal/imune)
Tahan (resistant)
Sedang (moderate)
Tidak tahan (rentan/susceptible)

Ketahanan tanaman bergantung pada kesesuaian gen tanaman inang dan penyebab
kerusakan itu sendiri, sifat ini seringkali tidak kekal. Peristiwa ini sering terjadi
dengan adanya peristiwa;
- Mutasi
- Hibridisasi
- Adaptasi

Disamping adanya perubahan sifat dari tanaman inang, perubahan lain dapat
terjadi pada penyebabnya (hama atau penyakit), yang sering kali timbul
dikarenakan adanya variasi, sehingga timbul "strain, race, koloni, f.Sp."
Individu-individu dengan kemampuan "serang" yang berbeda, walaupun
individu-individu tersebut berasal dari induk yang sama. Bentuk "ketahanan"
tanaman yang lain dapat pula diperoleh dengan tidak merubah sifat genetik
tanaman, yaitu dilakukan dengan menghindarkan diri dari serangan atau sat
terjadinya outbreak atau epidemi hama maupun penyakit. Ketahanan ini disebut
sebagai ketahanan ekologis. Yang dimaksud tanaman tahan terhadap hama dan
penyakit adalah tanaman yang masih dapat berproduksi secara normal, walaupun
mendapat serangan hama dan penyakit tanaman.
Tahan terhadap hama oleh Painter diklasifikasikan dalam tiga kelompok
yaitu,

- non-preferensi, tidak dipilihnya suatu varietas tanaman oleh hama, karena


mempunyai hubungan erat dengan warna, bau, rasa , refleksi cahaya, struktur
fisik daun batang, dan adanya stimulasi bahan kimia yang menyebabkan bau
dan rasa.
34
- Antibiosis, suatu bentuk resistensi yang dapat didefinisikan sebagai sebagai
pengaruh yang merugikan oleh tanaman terhadap serangan hama. Dapat
diakibatkan oleh senyawa-senyawa kimia spesifik yang memberikan pengaruh
mematikan bagi serangga yang makan.
- Toleransi, tanaman dapat bertahan terhadap suatu serangan hama, sehingga
masih tetap berproduksi secara normal.

2. Rotasi Tanaman, pencegahan serangan hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan
dengan cara menghindarkan serangan. Cara atau metode yang umum dilakukan adalah
melalui rotasi tanaman atau pergiliran tanaman. Tujuan utama adalah memutus daur
hidup penyebab penyakit, rantai makanan atau merubah kebiasaan hidup penyebab
penyakit. Beberapa hal yang harus diketahui adalah;

- harus mengetahui jenis hama atau penyebab penyakit,


- harus dilakukan secara serentak,
- mengatur waktu tanam yang tepat.

3. Pemusnahan Sisa-sisa Tanaman atau Sanitasi, kemampuan hama dan penyebab


penyakit dapat hidup pada sisa-sisa tanaman dalam bentuk pupa, telur, sklerotium,
merupakan sumber inokulum yang potensial, karena bisa bertindak sebagai sumber
infeksi pada periode tanam berikutnya. Pelaksanaan pembasmian dapat dilakukan
melalui pembakaran, pembenaman, penggenangan dsb.

4. Pembajakan Tanah/ Pengolahan Tanah, tujuan utama adalah memperbaiki aerasi dan
draenasi tanah, dilain pihak mempunyai tujuan,
a. merangsang pertumbuhan hama atau penyakit lebih cepat,
b. memecahkan masa dormasi,
c. meningkatkan kompetisi dalam lingkungan mikoflora dalam tanah.

5. Perubahan Waktu Tanam


Tujuannya adalah menyelamatkan tanaman terhadap serangan gangguan hama
atau penyakit dengan menghindarkan dari saat-saat terjadinya outbreak atau epidemi.
Penanaman dapat dilakukan lebih awal atau pada akhir musim tanam. Cara atau metode
lain yang berkaitan dengan usaha bercocok tanam adalah;

a. Pemangkasan,
b. Pemupukan secara berimbang,
c. Pengaturan pengairan,
d. Mempercepat waktu panen, dan
e. Penggunaan tanaman perangkap.
35
Penggunaan tanaman perangkap atau jebakan dengan tujuan untuk memberi
peluang hama atau penyakit melalui daya tarik atau preferensinya pada tanaman yang
paling disukai, sehingga utama dapat selamat dari serangan. Cara ini biasanya diikuti
dengan usaha pemberantasan cara lain yang dilakukan secara integrasi baik secara
bersama-sama atau berurutan, untuk mencegah peledakan populasi selanjutnya.
Sebagai contoh pengendalian Diaphorina citri 'CVPD' dengan menggunakan
tanaman Muraya indica (kemuning). Muraya lebih disukai serangga diaphorina
daripada tanaman jeruk.

- Metode Fisik/Mekanik dan Kimia

Metode ini merupakan metode yang lebih praktis dan sering digunakan, karena
memiliki beberapa keuntungan, selain praktis dan lebih cepat dan mudah dilakukan
dan tanpa perlakuan yang menyulitkan. Walaupun demikian dalam usaha kegiatan
penanggulangan tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Beberapa cara fisik untuk menekan populasi penyebab kerusakan pada tanaman
adalah;

a. Pemanasan,
b. Pendinginan,
c. Mengatur kelembaban,
d. Energi, perangkap lampu/sinar, dan pengaturan sinar,
e. Suara,
f. Pencegahan eksklusi dengan jaring, dan pembatas.

Metode pengendalian ini digunakan pemanfaatan sumber tenaga (energi) seperti


cara tersebut di atas. Penggunaan uap air panas yangdisalurkan melalui pipa-pipa di
bawah tanah dapat membunuh nematoda parasit tanaman. Pemanfaatan sinar
matahari dengan jalan memperpanjang jarak tanam, dapat menekan populasi dan
intensitas serangan. Penggunaan arus listrik dengan voltase rendah (12 volts) yang
dipasang disekeliling lahan dapat menolak serangan hama tikus, selain itu
penggunaan sinar ultra violet, sinar γ dapat membunuh atau mensterilkan serangga-
serangga jantan, atau merusak sel-sel kelamin serangga jantan. Selain menggunakan
sinar juga dapat menggunakan gelombang radio aktif.

Penggunaan alat-alat seperti sweeping net, lampu perangkap, bunyi-bunyian


merupakan cara pengendalian mekanik. Sweeping net digunakan untuk menangkap
serangga-serangga dewasa, yang kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan.
Penggunaan sweeping net dapat mengurangi populasi serangga dewasa apabila
dilakukan secara periodik. Penempatan lampu perangkap (light trap) dapat pula
mengurangi populasi serangga hama. Penggunaan lampu perangkap efektif untuk
serangga-serangga yang tertarik akan sinar. Pemasangan rutin pada setiap malam
36
pada saat populasi tinggi, dapat mengurangi atau menekan populasi dengan efektif
dan efisien. Selain itu juga digunakan bunyi-bunyian, khususnya untuk menghalau
burung-burung di sawah pada saat padi sedang 'bunting' atau pembentukan malai.
Sering pula dipasang alat menyerupai orang-orangan untuk menghalau burung
pemakan bulir padi.
Pemungutan ulat, kepompong, maupun telur-telur serangga disertai dengan
membuang atau pemetikan daun-daun yang terserang penyakit dengan menggunakan
tangan, merupakan cara mekanik yang efektif dan aman.

Beberapa cara kimia dapat dilakukan dengan cara,


a. Penggunaan zat penarik (attractant),
b. Penggunaan zat penolak (repellent),
c. Penggunaan zat pembasmi (pestisida),
d. Penggunaan zat penghambat pertumbuhan, semacam hormon.

Penngunaan bahan kimia merupakan cara yang banyak dilakukan karena dianggap
paling efektif. Dalam segi penggunaannya perlu diperhatikan antara lain; tepat dosis,
konsentrasi, waktu, dan tepat sasaran. Berbagai rangkaian yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan bahan kimia untuk tujuan 'bio-assay' adalah sebagai berikut,

a. Mengenal masalah hama atau penyakit.


b. Diketahui macam, jenis/spesiesnya,
c. Dosis, konsentrasi yang digunakan,
d. Dipilih 3-5 bahan kimia yang terbaik,
e. Skrening terhadap daya bunuh terhadap organisme bukan sasaran (e.g. burung,
unggas, ikan, musuh alami dsb.)
f. Hasil akhir seleksi bahan kimia dapat dinilai,
- Keefektifannya
- Mempunyai resiko rendah
- Sifat residu yang baik
- Tersedia di pasaran
- Harga terjangkau
- Melindungi lingkungan

Pengujian bahan kimia tersebut di atas digunakan untuk memilih jenis bahan
kimia yang baik.

- Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida adalah salahsatu bahan kimia yang bersifat mematikan
terhadap organisme sasaran, baik serangga-serangga hama maupun patogen penyebab
penyakit. Telah diketahui bahwa dalam penggunaan pestisida dalam rangka
penanggulangan hama maupun penyakit harus memperhatikan berbagai akibat.
37
Sebagai contoh adalah: (1) Akumulasi rantai kehidupan (Wild of life) , dan (2)
Resurgensi atau kemungkinan timbulnya hama atau penyakit baru yang lebih tahan.
Berbagai resiko seringkali muncul dengan tanpa diduga, dan pada umumnya bersifat
negatif, misalnya, terjadi perubahan sifat keseimbangan alami, yang secara ekologis
berpengaruh terhadap perubahan habitat atau ekosistemnya.

Pestisida/biosida adalah bahan kimia yang bersifat membunuh. Sesuai dengan


sasarannya bahan kimia ini dapat digolongkan dalam kelompok berdasarkan
organisme sasarannya; (1) insektisida, (2) Fungisida, (3) Bakteriosida, (4) Akarisida,
dan (5) Nematisida. Bahan kimia lain yang sering digunakan, kecuali pestisida adalah
bahan kimia yang mempunyai sifat; (1) Protektif, bahan kimia yang dapat melindungi
tanaman dari gangguan hama maupun penyakit, (2) Eradikan, bahagn kimia yang
dapat membunuh secara langsung, sehingga dalam pelaksanaan nya harus dilakukan
setelah ada serangan, (3) Desinfektan, (4) Desinfestan, dan (5) Sitemik, aktifitasnya
terjadi setelah diabsorbsi oleh tanaman, baik melalui akar atau melalui daun.
Aplikasi pestisida terhadap hama dan penyakit, disamping sifat-sifat di atas cara
penggunaannya juga bergantung pada jenis dan formulasinya. Beberapa senyawa
kimia dapat larut dalam air dan atau larut dalam minyak. Oleh karena itu penggunaan
yang efektif pembentukan formulasinya harus digunakan sekompatibel mungkin, dan
tidak semua bahan kimia 100 persen dapat larut di dalam zat pelarut (mungkin hanya
10, 20, 35 persen saja). Pembentukan formulasi bahan kimia sangat penting, dan
untuk dapat larut biasanya ditambahkan berbagai senyawa tambahan, seperti,

a. Kapur, aceton (senyawa padat atau cair),


b. Wetting agents/emulsifiers, agar dapat mudah larut dalam air,
c. Senyawa sinergist, untuk mencegah kerusakan bahan aktif,
d. Bahan perekat, spreaders, atau surfactant.

- Campuran bahan kimia,


Campuran bahan kimia 'pestisida' mempunyai tujuan untuk efisiensi, dan efektifitas
dari dua jenis bahan kimia yang mempunyai sifat "berbeda", sebagai contoh Captan
dengan Malathion dan Capthion, sehingga dapat berfungsi ganda yaitu dapat bersifat
sebagai Akarisida dan fungisida, dan juga dapatmengendalikan kutu daun.

- Aplikasi bahan kimia,


Aplikasi bahan kimia 'pestisida' dilakukan sesuai dengan bentuk atau
formulasinya.

a. Dust - Aireal, dusting, kadang-kadang dicampur pupuk.


- Ground, aplikator dengan tekanan udara 'gravity-feed systems'
b. Spray - Aireal, ultra low volume.
- Ground, boom spray dengan menggunakan traktor.
38
c. Fogy - Pengkabutan
d. Injecting - Disuntikan, khususnya pada tanaman berkayu.
e. Fumigation. - dari padat/cair ke Gas

Penggunaan pestisida merupakan cara pengendalian yang banyak dilakukan oleh


para petani. Beberapa pertimbangan dapat dijelaskan disini antara lain, (a) Dengan
menggunakan pestisida maka hasil pengendalian langsung dapat diketahui dalam
waktu singkat, (b) Lebih mudah dan praktis dilakukan, ( c) Mudah didapatkan karena
tersedia di sekitar atau di dekat tempat tinggal petani, dan tersedia cukup.
Penggunaan pestisida yang benar mempunyai dampak positif yang menguntung
kan dalam pengendalian organisme pengganggu. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemakaian pestisida adalah;

- Pestisida digunakan apabila terdapat serangan OPT yang membahayakan tanaman.


- Dosis yang diberikan harus sesuai dengan dosis anjuran yang telah
direkomendasikan
- Interval pemberian harus tepat dan sesuai dengan anjuran.
- Penggunaan "broad-spectrum pesticide" supaya dihindari.
- Dampak negatif dari residu pestisida perlu diperhatikan.

- Metode Biologis (Pengendalian Hayati)

Usaha penanggulangan dengan metode biologis adalah cara yang secara ekologis
dianjurkan, dengan memanfaatkan musuh alami, baik parasit, predator, atau
penggunaan antagon. Caranya dapat dilakukan dengan;
a. Perlindungan dan pengelolaan musuh alami,
b. Mendatangkan, menambah koloni spesifik parasit dan predator,
c. Membiakan dan menyebarkan musuh-musuh alami.

Suatu bentuk pengendalian dengan memanfaatkan organisme lain dengan maksud


untuk menekan atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh penyebab penyakit
atau hama, paling tidak dapat menekan daya ketahanannya.

Pengertian secara sempit, yaitu penggunaan musuh alami, baik secara introduksi
maupun menggunakan yang sudah ada disuatu daerah yang kemudian dikelola agar
potensi penekanan populasi hama sasaran semakin efektif. Metode ini hanya terbatas
dengan memanfaatkan musuh alami parasit, predator maupun antagon. Introduksi
musul alami, termasuk pula pelepasan dan evaluasi penggunaan sarana pengendalian
hayati, teknik ini lebih banyak membutuhkan pengalaman. Koservasi, usaha
pengametan alami yang telah ada disuatu daerah. Dengan memanipulasi lingkungan,
usaha konservasi musuh alami hama akan terpelihara dengan baik. Augementasi,
39
usaha pembiakan masal musuh alami, baik didatangkan dari luar daerah maupun yang
berasal dari daerah itu sendiri.
Pengertian secara luas dari istilah pengendalian cara biologis adalah
mengehendaki usaha pengendalian yang dikenal dan banyak penggunaannya. Ordish
(1967) mengemukakan bahwa pengendalian hayati adalah: " Penggunaan beberapa
bentuk kehidupan untuk mengatasi bentuk kehidupan lain yang menimbulkan
kerugian" sebagai contoh adalah penggunaan varietas unggul tahan hama, teknik
jantan mandul yang juga sering disebut sebagai Autocidal Control . Dalam pengertian
lain yang ada kaitannya dengan pengertian dalam arti luas adalah pengendalian hayati
Classic dan Modern . Pengendalian hayati klasik pengendalian hayati yang dititik
beratkan dengan penggunaan introduksi musuh alami, sedang yang modern ialah
usaha pengelolaan musuh alami yang sudah ada teknik augementasi dan konservasi.
Sering disebut pula bahwa pengendalian hayati modern mencakup penggunaan
feromon, serangga jantan mandul. Sehingga pengendalian hayati modern disamakan
dengan pengendalian hayati dalam arti yang luas.
Perbedaan pengendalian alami (natural control) dan pengendalian hayati (bilogical
control). Secara prinsip antara pengendalian hayati dan pengendalian alami, adalah
pengendalian hayati musuh alami diusahakan oleh manusia untuk ditingkatkan ke-
mampuan sifat parasitisme atau predatorismenya, sedang pengendalian alami, musuh
alami tidak diatur oleh manusia, akan tetapi diatur oleh alam. Jadi secara singkat
adalah adanya campur tangan manusia atau tidak dalam ekosistemnya.
Huffaker mendefinisikan pengendalian alami adalah;" Suatu usaha untuk memper
tahankan jumlah populasi (biomass) pada kondisi batas atas dan batas bawah
tertentu pada suatu kurun waktu tertentu dibatasi oleh aktifitas faktor lingkungan
yang bersifat biotik maupun abiotik "

Pengendalian Alami
(Natural control)

Density Independent Factors Density Dependent Factors

Abiotic factor Biotic factor Reciprocal NonReciprocal


- Iklim - Kualitas Makanan - Parasit - Makanan
- Tanah - Kesesuaian Lingkungan - Predator - Ruang lingkup
- Antagon
40
Kekurangan dan kelebihan pengendalian hayati, setiap usaha manusia termasuk
usaha pengendalian cara hayati mempunyai kekurangan dan kelebihan dibandingkan
dengan cara lain,

- Kekurangan. Kecepatan usaha, kegiatan musuh alami itu sendiri dalam menekan
populasi hama memerlukan waktu, sehingga secara tidak langsung memerlukan
waktu yang lama, selain itu bukan sebagai usaha curatif. Kepastian hasil, juga
belum dapat dipastikan, karena masih bersifat ramalan, dan diperkirakan hanya
didasarkan pada faktor-faktor pendukung. Perlu penanganan khusus, untuk usaha
pengendalian ini membutuhkan supervisi oleh orang yang ahli, serta ketersedian
sarana yang memadai.
- Kelebihannya. Ekonomi, untuk jangka pendek kurang menguntungkan karena pada
awalnya diperlukan biaya yang tinggi, namun untuk jangka panjang, terutama
sarana pengendalian hayati yang digunakan telah mapan dan berkembangbiak
dengan baik keberhasilan itu akan berlangsug terus. Ekologi, penggunaan sarana
pengendalian hayati khususnya terhadap serangga-serangga hama tidak
menimbulkan dampak negatif. Efikasi, dengan menggunakan musuh alami maka
agen tersebut dapat atau mampu mencari sendiri sasaran dimanapun tersembunyi.
Sasaran atau lokasi yang tidak terjangkau dengan cara kimiawi dan mekanik dapat
dicapai dengan cara hayati. Efisiensi, untuk jangka panjang, setelah sarana
pengen-dalian mapan dan berkembangbiak dengan baik, ulangan pengendalian
tidak perlu dilakukan kecuali apabila terjadi musibah akibat goncangan iklim.

a. Fungsi tanah sebagai faktor penghambat hama dan penyakit


Tanah sebagai media tanaman dan mikro fauna maupun flora sebagai antagonis
mempunyai peranan aktif dalam menekan parasit parasit tanaman yang hidup di
dalam tanah. Sifat tanah dengan antagon-antagonnya bersifat menekan per-
kembangan parasit tanaman di dalam tanah. Disamping itu pula organisme-
organisme tanah dapat menekan melalui kompetisi baik makanan maupun ruang.
Organisme tanah juga dapat mempercepat proses dekomposisi, sehingga dapat
berpengaruh terhadap sifat tanah.

b. Metode pengendalian biologis


Pada metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, terutama penggunaan
musuh alami,
- Inokulasi antagon (jamur, bakteri, mikoplasma)
- Inokulasi parasit (jamur, bakteri, mikoplasma)
- Pelepasan parasit dan predator
- Merubah ekologi mikroflora, dengan cara mengatur kelembaban, penambahan
bahan organik/kompos pada habitat atau substratnya.
41
- Peraturan (Karantina)

Metode ini lebih banyak bersifat pencegahan, terutama dalam hal penekanan
perkembangan dan penyebaran hama atau penyakit. Berbagai cara yang digunakan
adalah ;
a. Karantina tumbuhan
b. Undang-undang atau peraturan (regulasi)
c. Sertifikasi.

Peraturan pemerintah dapat mencegah timbulnya serangan hama atau penyakit


tanaman di suatu daerah. Sebagai contoh dilakukannya undang-undang karantina
yang memeriksa atau melarang masuknya hasil pertanian atau bahan-bahan tanaman
tanpa ijin dinas karantina, merupakan usaha pencegahan penyebaran hama dan
penyakit tanaman. Dinas karantina akan memeriksa apakan bahan-bahan atau produk
pertanian yang diimpor dari luar negeri tidak mengandung atau membawa hama atau
penyakit.

b. Metode Pengendalian Hama secara Terpadu

Pada metode ini mempunyai prinsip yaitu melestarikan alam kehidupan dalam
bentuk keseimbangan terhadap populasi fauna dan flora pada kurun waktu yang relatif
lama, mencegah dampak negatif terhadap lingkungan, dan menekan kerusakan tanaman
sampai batas ambang ekonomis. Caranya adalah menterpadukan beberapa cara tunggal
yang dilakukan secara bersama-sama atau melakkan beberapa kombinasi cara
penanggulangan yang dapat digunakan untuk lebih dari satu organisme sasaran dan
bukan untuk organisme bukan target atau musuh alami dsb. Usaha pengendalian hama
dan penyakit dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara berurutan dengan syarat
bahwa cara yang digunakan tidak saling mengurangi efektifitasnya atau bersifat
antagonis.
Usaha pengendalian hama terpadu dilaksanakan dengan menterpadukan beberapa
usaha pengendalian cara tunggal. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah;

1. Memperhatikan faktor-faktor secara terperinci dan tuntas, sehingga dapat dicirikan


secara tepat dan umum,
2. Memilih kombinasi perlakuan yang tepat, maupun organisme sasarannya.
3. Pengawasan pelaksanaan dan pemilihan bahan serta peralatan yang tepat.
4. Memperhatikan kepentingan ekonomi dan ekologi.

Usaha pengendalian hama secara terpadu dapat dilaksanakan dan harus memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara tunggal. Karena ada kemungkinan
42
bahwa cara tunggal memberikan pengaruh yang lebih baik, dan memberikan resiko
yang lebih kecil. Hasil evaluasi akhir bahwa populasi hama terakhir dapat ditekan dan
secara ekonomis cukup menguntungkan serta dampaknya terhadap lingkungan relatif
kecil. Sistem pengendalian cara terpadu mempunyai tujuan praktis, efektif, tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, efektif, dan efisien. Dan merupakan cara
termudah yaitu melalui penekanan kepada pendekatan agroekosistem. Guna mengelola
dan mengendalikan agen-agen pengganggu lain pada tingkatan yang masih dapat
diterima , dapat mencegah terjadinya kerusakan ekonomi dan sosial, baik pada masa
sekarang maupun pada masa akan datang.

Pola pengendalian hama terpadu dapat dilakukan dengan berbagai cara


pendekatan nya. Terdapatnya interaksi antara hama dan lingkungannya tampaknya lebih
mendekati pola pengendalian lintas disiplin (cross-disiplinary integrations). Pola ini
cenderung dinamakan integrasi horisontal. Dilain pihak usaha pengendalian
dilakukan secara terpisah, tujuannya adalah mempertahankan populasi di bawah tingkat
kerusakan ekonomi. Pola ini cenderung dinamakan integrasi vertikal.
43

Pengelolaan Hama Tanaman


(Pest Management)

Sekarang ini telah banyak masalah yang dihadapi akibat beberapa usaha
pengendalian hama. Yang menjadi masalah adalah adanya dampak lingkungan, perubahan
keseimbangan alam biologi, dan sebagainya. Selain hasil positif yang terdapat di masing-
masing usaha pengendalian yang dilakukan terdapat pula hasil negatif. Misalnya dari hasil
pengendalian hama akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, akan tetapi dalam kurun
waktu yang lama membutuhkan biaya yang tinggi, muncul masalah baru misalnya adanya
hama atau penyakit baru yang sebelumnya tidak ada.

Dari hasil negatif yang muncul, timbul suatu pemikiran atau konsep pengelolaan
hama (pest management) secara terpadu (integrated pest management). Prinsipnya adalah
meserasikan taraf produksi pertanian yang tinggi dan mantap, menstabilkan keseimbangan
alam dengan memperhatikan prinsip ekologi.

5.1 Masalah Hama dalam Bidang Pertanian

Yang dimaksud dengan hama (pest) adalah serangga, patogen, dan gulma yang
merusak tanaman pertanian. Semua jasad pengganggu dapat dikatakan sebagai hama.
Sedang penyakit adalah akibat gangguan jasad pengganggu, sehingga tanaman tumbuh
secara abnormal, baik secara fisiologis maupun morfologis. Abnormalitas pertumbuhan
tanaman biasanya ditandai dengan timbulnya gejala. Jenis penyakit yang timbul
bergantung pada penyebab kerusakan/gangguan dan fungsi abnormalitas tanaman.
Pengertian ini menunjukkan bahwa hama merupakan konsep yang dilibatkan
sebagai jasad pengganggu dipandang hanya dari kepentingan manusia. Tanpa adanya
campur tangan manusia mungkin tidak akan timbul istilah hama. Manusia merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan yang ada disekitar lingkungannya, sedang
"hama" merupakan merupakan bagian dari penyusun lingkungan yang mampu
mempertahankan diri terhadap lingkungannya, serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi,
dan mampu merubah sifat cara hidupnya untuk menyesuaikan lingkungannya.

Dalam perkembangan teknologi pertanian, terdapat banyak segi-segi yang secara


langsung atau tidak langsung dapat memacu perkembangan hama, misalnya penanaman
dengan sistem monokultur, penggunaan pupuk yang berlebihan, dampak pestisida, dan
sebagainya. Masalah hama tidak semakin ringan dengan semakin intensifnya pola
penanaman dan majunya teknologi dalam bidang pertanian. Timbulnya wabah dapat
terjadi suatu waktu, dengan adanya kondisi yang menguntungkan bagi hama untuk
44
berkembang (favourable), dan dengan tersedianya makanan yang sesuai dan dalam jumlah
yang banyak serta didukung dengan tidak adanya faktor pembatas, maka wabah akan
terjadi. Wabah terjadi ditandai dengan kondisi lingkungan menguntungkan, tersedia
tanaman inang, dan terdapat hama dominan. Beberapa konsep dalam pengendalian hama
biasanya diperlukan beberapa saranan sebagai komponen usaha pengendalian.

5.2 Timbulnya Konsep Pest Management

Konsep pest management timbul karena adanya dapak negatif dari beberapa
usaha pemberantasan hama dan penyakit tanaman, diantaranya adalah timbul karena;

a. Pengaruh negatif pestisida terhadap hama,


b. Pengaruh peledakan hama /timbulnya wabah karena monokultur,
c. Pengaruh varietas kurang tahan,
d. Pengaruh rotasi tanaman yang kurang tepat,
e. Pengaruh multiple croping yang kurang tepat,
f. dan sebagainya.

5.3 Konsep Ekosistem


Kestabilan komponen lingkugan dalam suatu sistem keseimbangan alam adalah
mutlak dilakukan untuk menghilangkan permasalahan hama. Berawal dari landasan ini
konsep pengelolaan hama tanaman dilaksanakan dengan prinsip mempertahankan
keseimbangan alam. Usaha penanggulangan hama dilakukan apabila perlu, dan tidak
dilakukan pemberantasan sampai mencapai populasi mendekato nol. Suatu organisme
dapat dikatakan sebagai hama apabila populasinya dapat merusak tanaman, dan secara
ekonomis merugikan. Beberapa istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan konsep
ekosistem adalah;

a. Ambang ekonomi,
Yaitu tingkat kepadatan populasi hama yang membutuhkan suatu tindakan untuk
pencegahan adanya peningkatan populasi berikutnya, yang dapat mencapai tingkat luka
ekonomi.

b. Tingkat luka ekonomi,


Tingkat kepadatan populasi terendah yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi

c. Kerusakan ekonomi,
Tingkat kerusakan yang membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk
pengendaliannya.
45
d. Keseimbangan umum,
Kepadatan populasi hama rata-rata pada kurun waktu yang cukup lama tanpa disertai
perubahan cuaca yang menetap.

Penentuan jumlah populasi yang ditetapkan untuk penentuan tingkat ambang


ekonomi, tingkat kerusakan ekonomi bagi hama-hama tertentu tidak selalu tetap,
tergantung pada jenis atau nilai tanaman, musim, dan daerah, serta kepentingannya.

5.4 Pengendalian Alami (Natural Control)


Suatu proses alam yang mampu mempertahankan kepadatan populasi yang
dinamis melalui kurun waktu yang lama dan berada pada batas-batas tertentu. Proses
tersebut dipengaruhi oleh kombinasi elemen-elemen biotis dan abiotis dalam suatu
lingkungan tertentu, secara langsung dapat mempengaruhi penekanan pertumbuhan dan
perkembangan hama baik secara langsung maupun tidak langsung.

5.5 Pemberantasan hama dan penyakit tanaman

Istilah pemberantasan hama dan penyakit tanaman mengandung arti pembasmian


(kuratif). Dalam hal pemberantasan hama dan penyakit tanaman misalnya, populasi
serangan ditekan serendah-rendahnya hampir mendekati atau sama dengan nol. Hal ini
jelas bertentangan dengan konsep pelestarian lingkungan hidup, dimana ekssistensi atau
keberadaan jasad di alam ini dalam beberapa hal perlu dilestarikan. Apabila dalam istilah
pemberantasan terhadap semua serangga tanpa terkecuali atau tidak selektif, berarti semua
organisme atau jasad serangga akan terberantas dan populasi nya dapat mencapai nol. Oleh
karena itu sistem pemberantasan, dianggap kurang ekonomis dan ekologis. Tidak
ekonomis karena diperlukan biaya yang cukup besar untuk menurunkan tingkat populasi
serendah-rendahnya atau mencapai nol. Dikatakan tidak ekologis karena untuk menekan
populasi serendah mungkin memerlukan pestisida yang lebih banyak, sehingga dapat
meracuni lingkungan. Selain itu sistem pemberantasan selalu menitik beratkan pada
penggunaan pestisida.

Pemberantasan dengan menggunakan pestisida untuk membunuh OPT telah di


kenal sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Racun arsenat telah dikenal oleh bangsa
Yunani dan Cina sejak abad I setelah masehi. Penggunaan secara modern dimulai tahun
1867 ketika Paris Green pertamakali digunakan di Amerika Serikat untuk memberantas
hama kumbang "Colorado" kentang Leptinotarsa decemliniata . Perkembangan
penggunaan bahan kimia semakin meningkat sejak ditemukannya senyawa DDT pada
tahun 1878 oleh Zeidler, dan kemudian diketahui bahwa DDT mempunyai sifat sebagai
insektisida pada tahun 1930 oleh Paul Muller dari Swiss, sampai saat ini penggunaan
pestisida masih dianggap sebagai pemberantas OPT yang lebih "ampuh". Peningkatan
penggunaan pestisida sampai sekarang cukup beralasan karena bahan tersebut sangat
46
efektif untuk memberantas OPT dibandingkan dengan cara lain. Pestisida dapat digunakan
di berbagai lingkungan, apakah pada lingkungan lembab, kering, dataran rendah, tinggi.
Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh, selain efektifitasnya, bekerja cepat, dapat
digunakan setiap waktu, juga dapat diperoleh pada setiap tempat dan setiap saat.
Berdasarkan sifat-sifat ini pestisida sangat tepat untuk mengatasi eksplorasi (outbreak)
OPT sebagai hama dan penyakit tanaman. Selain keuntungan yang relatif banyak diperoleh
dengan penggunaan pestisida, kelemahannya juga ada. Pestisida dapat mengakibatkan
timbulnya resistensi, resurgensi hama, yang semula sudah dapat ditekan pada akhirnya
meledak kembali dengan tingkat serangan yang lebih tinggi. Tumbuhnya hama sekunder,
pengaruh negatif terhadap populasi musuh alami serta organisme non-target lainnya,
keracunan terhadap manusia, ternak, dan mengurangi kualitas buah dan sayuran akibat
residu pestisida.
47

Pertimbangan Ekonomis
dalam Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman

Salahsatu strategi yang cukup penting dalam pelaksanaan penanggulangan hama


adalah perhitungan ekonomis. Apakah usaha pengendalian hama dilakukan menguntung-
kan atau malah merugikan. Secara ekonomis diperhitungkan bahwa hasil yang diperoleh
harus lebih besar dari nilai atau biaya operasionalnya. Persamaan perhitungan nilai
keuntungannya adalah sebagai berikut;

Fi = Y - ( X + C )

Fi adalah Nilai keuntungan (rp)


Y adalah hasil bila dilakukan usaha pengendalian (rp)
X adalah hasil bila tidak dilakukan usaha pengendalian (rp)
C adalah biaya operasional penanggulangan (rp)

Beberapa pertimbangan yang dilakukan untuk tujuan ekonomis adalah;


1. Pengendalian Hama dan Penyakit secara ekonomis harus menguntungkan, segala
tindakan yang dilakukan harus ekonomis, artinya bahwa segala tindakan harus
diperhitungkan sesuai dengan standart keuntungan. Paling tidak biaya yang
dikeluarkan untuk pengendalian harus lebih sedikit dari hasil yang diperoleh.
2. Dapat dilaksakan. Pada analisis ekonomis dikatakan bahwa usaha pengendalian harus
menguntungkan, dapat dilaksanakan dengan efektif.
3. Mengetahui alternatif cara pengendalian. Usaha pengendalian hama dan penyakit
tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengetahuan akan berbagai usaha
pengendalian harus dapat dilakukan dengan berbagai alternatifnya.
4. Mengetahui jenis hama dan atau penyakit serta kepentingannya. Anjuran usaha
pengendalian dilakukan atas dasar mengetahui pentingnya hama dan penyakit,
khususnya terhadap nilai ekonomis, organisme penyebab, dan kondisi lingkungannya.

Walaupun sudah diketahui bahwa serangan hama dan penyakit tumbuhan


menyebabkan kehilangan hasil baik secara kualitas dan kuantitas, namun secara khusus
belum diketahui kepastian nilai kehilangan hasilnya. Kehilangan hasil untuk setiap
komoditi pertanian, pada setiap daerah dan saat terjadi kerusakan mempunyai perbedaan
atau variasi. Dengan demikian sampai saat sekarang masih sulit bagaimana menilai atau
meramalkan kerugian secara ekonomis akibat serangan hama maupun penyakit pada
beberapa tanaman.
48
Timbulnya hama dan penyakit pada berbagai jenis tanaman tentunya harus dapat
diprediksi dan dinilai sampai sejauhmana nilai kehilangan hasil. Predikasi kehilangan hasil
perlu diketahui sebelum strategi pengendalian dilakukan. Penilaian strategi utamanya
adalah pertimbangan ekonomis dan efisisensinya. Perhitungan nilai keuntungan dan
kerugian dalam usaha pengendalian dapat diduga dan dilaksanakan berdasarkan persamaan
tersebut di atas, dimana nilai Fi hendaknya tidak kurang atau sama dengan nol.

Berdasarkan pada data penilaian besarnya kerusakan tanaman dapat dipastikan


apakah hama atau penyakit tersebut penting atau tidak, dalam arti perlu dikendalikan atau
tidak. Terdapat dua strategi penilaian kerusakan tanaman akibat serangan hama atau
penyakit, yaitu berdasarkan data atau penilaian kuantitatif atau kualitatif. Secara kuantitatif
lebih mudah dilakukan, yaitu didasarkan banyaknya perbandingan perolehan hasil yang
diperoleh dari contoh tanaman yang menderita kerusakan dan hasil yang diperoleh dari
contoh tanaman sehat.

Terdapat empat metode penilaian tanaman sakit dan pengaruhnya terhadap hasil
normal, adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui kunci stadia perkembangan tanaman secara deskriptif, kronologis
suatu jenis tanaman secara spesifik.
2. Mengetahui metode penilaian untuk menentukan derajad kerusakan tanaman.
3. Menilai dan menentukan nilai kehilangan hasil secara kuantitas dan kualitas.
4. Menghitung nilai ekonomi, dari beaya yang digunakan dan diperoleh
sehubungan dengan pelaksanaan pengelolaan kerusakan akibat serangan hama
penyakit tanaman.
49

PENUTUP

Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman akan saling tinggi dengan


bertambahnya jumlah populasi penyebab hama maupun penyakit, karena perubahan
kondisi lingkungan. Selain itu karena pula akibat cara-cara intensifikasi dan ekstensifikasi
budidaya pertanian yang kurang tepat. Putusnya rantai makanan dari kehidupan baik
sebagai penyedia maupun pengguna yang secara alami akan berpengaruh terhadap pola
keseimbangan alam kehidupan (balance natural).
Perlindungan tanaman terhadap kehilangan hasil akibat gangguan faktor alam
akan berpengaruh terhadap produksi hasil baik kuantitatif maupun kualitatif. Telah
banyak contoh-contoh klasik diketahui bagaimana peranan hama maupun penyakit yang
secara ekonomis mempengaruhi produksi hasil tanaman pertanian. Berbagai usaha
bagaimana melindungi tanaman terhadap adanya gangguan dari faktor alam baik yang
biotik maupun yang abiotik. Dari metode yang ada sudah menjadi banyak pertimbangan
karena adanya kelemahan dan kelebihan dari masing-masing metode yang digunakan.
Pada prinsipnya usaha pengendalian hama dan penyakit adalah menghindari dari adanya
dampak yang kurang baik baik dalam waktu yang singkat maupun dalam kurun waktu yang
lama.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam usaha perlindungan tanaman terhadap
gangguan hama maupun penyakit, yaitu efektif, efisien dan ekonomis. Walaupun metode
konvensional masih banyak digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit
memberikan hasil yang baik, disini masih perlu dicari bagaimana metode yang lebih baik
harus dilakukan. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
diantaranya adalah mencari data melalui percobaan-percobaan, monitoring, dengan tujuan
untuk memberi penilaian metode mana yang baik dalam upaya pengendalian hama dan
penyakit

Program pengelolaan hama dan penyakit tanaman (Pest management) masih harus
ditingkatkan dapal upaya memperoleh hasil yang baik. Program ini berprinsip pada nilai-
nilai ekosistem. Pendekatan ekosistem secara komprehensif diperlukan untuk mengatasi
masalah hama dan penyakit tanaman. Kebijakan ini merupakan usaha pengendalian hama
penyakit secara terpadu untuk mengatasi masalah timbulnya hama dan penyakit pada suatu
saat dan tempat tertentu.
50
Kelestarian atau kesinambungan sumberdaya alam termasuk sumberdaya
keanekaragaman hayati menuntut prasyarat yang sama pentingnya yaitu,
1. Kepastian sumber (lahan maupun apa yang tumbuh di atas nya).
2. Kontinyuitas produksi dalam pemanfaatannya.
3. Ekosistem terjaga dan dipertahankan.
4. Manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat terjamin.
Usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah usaha manusia untuk
meningkatkan produksi tanaman. Dengan memperhatikan kelestarian alam dan terjadinya
keseimbangan keanekaragaman hayati perlu dilakukan program pengelolaan hama dan
penyakit tanaman, yaitu dengan cara;

1. Pencegahan timbulnya pencemaran, termasuk munculnya masalah baru seperti


organisme pengganggu tanaman baru, yang sebelumnya tidak ada.
2. Memulihkan dan mempertahankan keterpasuan ekosistem.
3. Melestarikan keseimbangan alam hayati secara berkesinabungan.
4. Menjamin bahwa sumberdaya alam dapat digunakan dalam kurun waktu yang lebih
lama dan berkelanjutan.

También podría gustarte