Está en la página 1de 5

Jurnal Dinarnib Pertanian Volume XYIcNornor 2 Agurtus 2006 (127 -131) ISSN 0215-2525

PERTUMBUHAN BIJI EBONI PADA PEMAKAIAN BERBAGAI DOSIS HORMON


INDOLE BUTYRIC ACID (IBA)
The Growth of Ebony Seeds on Various Cpncentrations of IBA Hormone

Nurul Sumiasri dan Dody Priadi


Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, JI. Raya Bogor Km 46, Cibinong 16911
Telp: 021.8754587, Fax: 021-8754588

ABSTRACT
Study on the growth of ebony seeds on various concentrations of IBA (Indole Butyric Acid)
was carried out at the Research Centre for Biotechnology LIPI, Cibinong. The seeds were collected
from Serpong Botanical Garden, Banten. The experiment was arranged by Randomized Block Design
(RBD) with 3 replications and each sample consisted of 10 seeds. The media used were sands mixed
with compost at the ratio 1:l. Various concentrations of IBA hormone used in this experiment were
1.0; 1.5 and 2.0 mgll with control (0 mg/l). Parameters observed were growth percentage, plant height,
number of leaves, number of roots and root length. The results show that the best concentration of IBA
was 3 mg/l IBA. The application of IBA at various concentrations showed significant at 5% level of
DMRT.

Key words: Growth, seeds, ebony, IBA, various concentrations

PENDAHULUAN dilakukan upaya budidaya tanaman tersebut se-


Ehoni (Diospyros celebica Bakh) yang cara besar-hesaran pula (Masano, 1990).
mempunyai beberapa nama lokal yaitu kayu Biji eboni bersifat rekalsitran (Sutamo
hitam dan kayu arang tergolong ke dalam suku dkk., 1977) oleh karena itu perlu dicari teknik
Ebenaceae, mempakan tanaman kayu hutan yang perbanyakan biji yang tepat. Oleh karena itu
penting dan pusat seharannya adalah Sulawesi. penelitian pertumbuhan biji eboni pada pe-
Di daerah seharannya tersebut, perbedaan tempat makaian berbagai dosis hormon IBA (Indole
tumbuhnya mempengaruhi kualitas kayunya Butyric Acid) dilakukan. Hormon tumbuh me-
(Asdar, 2001). Tanaman ini tumbuh di daerah mpakan salah satu zat yang dapat memacu per-
dataran rendah hingga pada ketinggian 540 meter tumbuhan biji (Hartmann et al., 1995). Selain itu
dari permukaan laut (Prosea, 1995). Secara alami hormon tumbuh juga dapat berfungsi mematah-
eboni tumhuh di hutan primer basah di dataran kan doransi biji (Akbar, 1992).
rendah dan tidak menggugurkan daun. Di Jawa Adapun tujuan penelitian adalah untuk
eboni dapat tumbuh apabila tanaman jati memacu pertumbuhan perkecambahan hiji eboni,
(Tectona grandis) juga tumhuh (Sutamo dkk., dengan pemberian herbagai konsentrasi hormon
1977). IBA. Data yang diperoleh diharapkan dapat di-
Kayu eboni dikenal sebagai kayu yang gunakan sebagai masukan untuk perbanyakan
mempunyai nilai ekonomi dan mempakan salah tanaman ehoni pada khususnya.
satu jenis kayu perdagangan dengan kualitas
ekspor. Kayu terasnya benvarna hitam, berat BAHAN DAN MJCTODE
jenisnya 1,9, kelas kuat 1, kelas awet 1, Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian
tergolong jenis kayu mewah (Mattawijaya dkk., Bioteknologi LIPI, Cibinong. Penelitian dimulai
1981). Kayu eboni selain dimanfaatkan untuk bulan Desemher 2005 hingga Maret 2006.
bahan hangman juga untuk mebel setta bahan Biji eboni dikoleksi dari Kebun Botani
kayu ukir-ukiran dan selain itu juga untuk bahan Puspiptek Serpong, Banten. Setelah hiji dipanen
pembuatan perahu (Suhartati, 2000). Namun sifat dari pohon, biji tersebut dibersihkan dari daging
kayunya sulit dikejakan.(Heyne, 1987). buah kotoran lainnya, kemudian hiji-biji tersebut
Adanya eksploitasi hutan secara besar- dikeringanginkan pada suhu kamar selama 12
besaran yang diberitakan akhir-akhir ini, menye- jam. Setelah itu biji disemai pada gelas plastik
babkan turunnya populasi eboni di alam, oleh tran-paran dengan ukuran 220 ml yang telah diisi
karena itu untuk mengatasi ha1 tersehut perlu
Pe~fumbuhanBiji Eboni Pnda Pemakaiart Berbagai Dosis Hormon Indole Bufyric Acid (IBA)

dengan media tanah yang dicampur pasir pada belum masak, hambatan mekanik kulit biji. Ber-
perbandingan 1:1 sesuai dengan perlakuan. dasarkan pada tipe perkecambahannya, biji eboni
Penelitian ini menggunakan Rancangan termasuk tipe epigeal yang mana pada saat ber-
Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan kecambah keping biji terangkat ke atas per-
dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuannya mukaan tanah. Pada kasus biji eboni ini keping
adalah aplikasi hormone LBA pada A=O (kontrol), biji terangkat hingga 5 cm di atas permukaan
B=l mg/l, C=2 mg/l dan D=3 mgll. Parameter tanah (Gambar 1). Yang dimaksud dengan tipe
pertumbuhan yang diamati terdiri dari: perkecambahan epigeal adalah munculnya
persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, radikel diikuti oleh memanjangnya hipokotil
jumlah akar dan panjang aka. secara ke-seluruhan dan memhawa serta
Biji yang telah dipersiapkan direndam kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah
dalam larutan hormon uada konsentrasi sesuai (Sutouo. 1984).
dengan percobaan yaituicontrol (tidak direndam
hormon); 1,O mgl; 1,5 mg/l dan 3 mg/l.
Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Biji eboni berdasarkan penyimpanannya,
termasuk biji rekalsitran maksudnya adalah biji '

tersebut akan mati kalau kadar aimya diturunkan


sebelum mencapai kering dan tidak tahan di-
simpan di tempat yang bersuhu rendah (Sutamo,
1977). Sehubungan dengan sifatnya tersebut
pada penelitian ini setelah biji dipetik dari pohon,
biji tersebut kemudian dibersihkan dan
selanjutnya disimpan dalam suhu kamar (28" C)
selama 12 jam dan setelah itu langsung
disemaikan supaya viabilitasnya tidak &.
Untuk dapat meng-hasilkan pertumbuhan biji Gambar I. Tipe Perkecambahan Biji Eboni
yang baik, Sadjad (1995) menyatakan bahwa (Epigeal). Berturu-Turut dari Kanan
diperlukan biji yang bermutu fisik tinggi, ke K i n A = Kontrol, B = 1 mg/l
maksudnya adalah biji yang bersih, tidak IBA, C = 2 mg/l IBA dan D = 3 mg/l
tercampur kotoran fisik seperti pasir, tanah, IBA
tangkai atau dam kering dan bersih dari
campuran biji yang abnormal fisik. Biji yang Persentase Tumbuh
bermutu fisik tinggi juga menunjukkan per- Sutopo (1984) menyatakan bahwa proses
wujudan yang seragam baik bentuk, ukuran, perkecambahan biji mempakan suatu rangkaian
berat dan volumenya. Selain itu biji barus komplek dari pembahan morfologi, fisiologi dan
beraroma baik karena kalau aromanya apek maka biokimia. Tahap pertama dimulai dari
memberi kesan bahwa biji tersebut mati. Biji penyerapan air oleh biji, melunaknya kulit biji
juga hams mem-punyai mutu fisiologi dan hidrasi oleh protoplasma. Tahap kedua
maksudnya men-cenninkan kemampuan biji dimulai dari kegiatan sel dan enzim-enzim serta
untuk bisa hidup normal dalam kisaran keadaan naiknya ting-kat respirasi biji. Dan tahap ketiga
alam yang cukup luas, mampu tumbuh cepat d m penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,
merata dan juga mampu untuk disimpan. lemak dan protein menjadi bentuk terlarut dan
Faktor yang berpengaruh terhadap perke- ditrans-lokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap ke
cambahan biji menurut Akbar (1992) adalah: empat adalah asimilasi dari baban-bahan yang
pengambilan contoh (sampling dan ukuran con- telah diuraikan di daerah enzimatik ke daerah
toh), sifat fisik (ukuran, kadar air, permiabilitas meris-tematik untuk menghasilkan energi dari
kulit biji) dan ukuran biji, media perkecambahan kegiatan pembentukan komponen dan
dan dormansi biji. Berbagai macam dormansi biji pembentukan sel-sel baru dan tahap kelima
antara lain disebabkan oleh: dormansi embrio, adalah pertumbuhan dari kecambah melalui
dormansi kulit biji, dormansi sekunder, embrio proses pembelahan dan pem-besaran. Sementara
daun belum berfungsi untuk organ fotosintesis
Pertumbuhan Biji Eboni Pado Pemnkaian Berbagai Dosis Hormo,tI~rlolcButyric Acid (IBA)

biji membuka dan terbentuk daun yang masih tumbuhan akar pada berbagai perlakuan kon-
menutup (kuncup daun). Setelah kuncup daun sentrasi hormon IBA ditunjukkan pada Gambar 4.
terbentuk, 4 hari kemudian d a m terbuka dan ber-
wama hijau muda. Pettumbuhan daun paling Panjang Akar
awal ditunjukkan oleh perlakuan pemakaian ~emakaiah bormon IBA berpengaruh
dosis 2 mgll IBA. Setelab dianalisa secara nyata terhadap panjang akar. Dengan semakin
statistik menunjukkan bahwa rataan jumlah daun meningptnya panjan dosis hormon IBA yang
tertinggi (2,s helai) ditunjukkan oleh perlakuan digunakan, jumlah akarpun semakin meningkat
yang menggunakan IBA 3 mgil, sedangkan (Tabel 1). Jumlab akar terpanjang (8,4 cm) di-
terendah (0,Xhelai) ditunjukkan oleh kontrol tunjukkan oleh perlakuan 3 mgil IBA, sedangkan
(tidak diberi perlakuan hormon) (Tabel 1). terendah (4,l cm) ditunjukkan oleh kontrol (ti-
Dengan meningkat-nya jumlah dosis hormon dak dipacu hormon).
yang diberikan jumlah daun yang terbentuk
semakin moningkal pula. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jumlah Akar Berdasarkan analisis sidik ragam (uji F), me-
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan nunjukkan bahwa berbagai dosis hormon IBA
bahwa semakin meningkatnya dosis bormon IBA belpengarub nyata terhadap semua parameter
yang digunakan, menunjukkan bahwa semakin yang diamati.. Perbedaan yang nyata pada setiap
meningkatnya pula jumlah akar yang dihasilkan aplikasi dosis hormon IBA ditunjukkan oleh
(Tabel 1). Hal ini didukung oleh penelitian parameter jumlab clan panjang akai Pada
Hanson et al. (2005) yang menyatakan bahwa parameter pertumbuhan dimaksud angka rataan
pemakaian hormon IBA pada Diospyros samo- tertinggi jumlah akar (10,O) dan panjang akar 8,4
ensis A. Gray dapat meningkatkan jumlah akar cm) ditunjukkan oleh perlakuan aplikasi 3 mgil
secara signifikan. Secara statistik ha1 ini me- IBA, sedangkan terendah jumlah akar (2,5) dan
nunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5%. Hal panjang akar (4,l cm) ditunjukkan oleh kontrol.
ini didukung oleh penelitian lain menyatakan Perlakuan terbaik adalah konsentrasi IBA 3 d l .
babwa pemakaian honmon IBA pada konsentrasi
2 mgil dapat memicu pembentukan kalus dan Saran
akar pada tanaman kedelai yang diperbanyak Konsentrasi IBA 3 mgil dapat dire-
secara in vibo (Liu et al., 1998). komendasikan sebagai dosis optimal untuk per-
banyakan eboni melalui biji.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. 1992. Aspek-aspek Penting Uji Per-
kecambahan Benih Pohon Menurut
ACFTSC. Jurnal Penelitian dan Pengem-
bangan Kehutanan, Badan Litbang Ke-
hutanan, Bogor, hal. 5-10.
Asdar, M. 2001. Struktur Anatomi Kayu Eboni
(Diospyros celebica Bakh) dari Kabupaten
Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Buletin
Penelitian Kehutanan BPK Ujung Pandang,
7(1): 1-9.
Gambar4. Pengarub IBA Pada Pertumbuhan Hanson, D. E., J. D. Nichols and 0. C. Steele.
Akar Tanaman Eboni yang Dike- 2005. Methods of Propagation for Some
cambahkan Melalui Biji A = Kontrol, Important Samoan Timber Tree Species,
B = 1 mgil IBA, C = 2 mg/l IBA dan Journal of Tropical Forest Science, 17(2):
D = 3 mg/l IBA 315-318.
Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. Davies.
Jumlah akar tertinggi (10) ditunjukkan 1990. Plant Propagation: Principle and
oleh perlakuan 3 mgil IBA dan terendah (2,5) Practices. Prentice Hall International Inc.,
ditunjukkan oleh kontrol. Penampilan per- New Jersey, 647 p.

También podría gustarte