Está en la página 1de 8

kan terjalinnya transformasi nilai substansi pendidikan agar

Bab V sampai pada level pemahaman para murid dengan indikasi


HUBUNGAN GURU DAN MURID terpenuhinya kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik pada
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Selain itu proses perembesan nilai dominan tersebut tentu-
nya menyebar dan mendapat reaksi aktif dari para peserta didik
A. Makna Kerja Guru terhadap Murid
dengan beragam kemampuan, identitas, karakter individu mau-
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang
pun kelompok serta unsur sosial lain yang ikut terlibat dalam
memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak
atmosfir orientasi edukatif rupanya berhasil menciptakan kera-
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari sese-
gaman pola hubungan beserta aneka ragam hasil dari interaksi
orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendi-
belajar mengajar antara guru dan murid di dalam lingkungan
dikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam proses
belajarnya. Semua proses itu merupakan konsekuensi logis atas
belajar-mengajar. Sebab seluruh proses, aktivitas orientasi serta
terbentuknya dunia sekunder aktivitas sekelompok manusia ber-
relasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan pendi-
nama lingkungan pendidikan yang di dalamnya mencakup kom-
dikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta didik
pleksitas aktivitas individu, kelompok dan sub-kultur lain yang
sebagai aktor pelaksana. Hal itu sudah menjadi syarat mutlak atas
ikut terlibat. Sehingga apapun yang terlaksana juga mengikut-
terselenggaranya suatu kegiatan pendidikan. Dengan menda-
sertakan jaring-jaring nilai, peran, status, hak dan kewajiban serta
sarkan pada pengertian bahwa pendidikan berarti usaha sadar
implikasi-implikasi sosial lainnya.
dari pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas
peserta didik, terkandung suatu makna bahwa proses yang Sebagai salah satu sistem organisasi aktivitas manusia, dunia
dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabila pendidikan memiliki perangkat-perangkat sistemik yang mengi-
tidak hadir pendidik dan peserta didik dalam rangkaian kegiatan kutsertakan unsur internal maupun eksternal guna membantu
belajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidik dan upaya pencapaian tujuan kelembagaannya. Dalam dimensi sosial,
peserta didik merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas lembaga pendidikan merupakan bagian dari pranata sistem sosio-
pendidikan. kultural masyarakat luas yang secara spesifik bertugas meme-
lihara kelangsungan hasil kerja peradaban masyarakat agar
Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang
dirangkai menjadi ragam aktivitas belajar-mengajar demi menja-
dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional
min kelestarian produk masyarakat serta kualitas manusia-manu-
dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendi-
sia penerus kebudayaan. Hakikat hubungan pendidikan dengan
dikan. Masing-masing posisi yang melekat pada kedua pihak
masyarakat ini mempengaruhi eksistensi serta dinamika antar-
tersebut mewajibkan kepada mereka untuk memainkan seperang-
komponen dalam wilayah internal lembaga pendidikan. Sehingga
kat peran berbeda sesuai dengan konstruksi struktural lingkungan
untuk hal yang lebih khusus, hubungan guru dan murid tidak
pendidikan yang menjadi wadah kegiatan mereka. Antara pendi-
lepas dari jaring pengaruh komponen lain di wilayah kelembaga-
dik dan peserta didik terikat oleh suatu tata nilai terpola yang
anya juga kekuatan-kekuatan eksternal yang secara laten ikut ter-
menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi
libat aktif mewarnai dinamika interaksi guru dan murid.
yang diperankan. Semenjak penyusunan perencanaan pengajaran
sampai kepada evaluasi pengajaran telah melibatkan proses Sedikit ilustrasi tersebut dapat menegaskan bahwa makna
hubungan timbal balik antara guru dan murid baik secara lang- kerja guru terhadap murid dalam ruang pendidikannya bukanlah
sung maupun tidak langsung demi mencapai tujuan kegiatan. sekadar aktivitas sederhana yang terisolasi dari konteks pemben-
Tentu saja melihat ciri khas tujuan tersebut mengindikasikan tuk serta keanekaragaman implikasi sosialnya. Menyadari hal
bahwa iklim dan orientasi belajar - mengajar selalu mengupaya- demikian, kiranya dapat dipahami bahwa aktivitas belajar-menga-

32
jar antara guru dengan murid merupakan salah satu gejala sosial Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan
yang memiliki keterkaitan erat dengan rangkaian latar belakang tujuan pendidikan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalah
serta konsekuensi sosialnya. Oleh sebab itu, dalam kerangka ter- suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak
sebut segi-segi hubungan guru dan murid menjadi salah satu didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
topik bahasan dalam sosiologi pendidikan. Dalam hal ini, kaca- Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengan-
mata sosiologi pendidikan akan meneropong segala hal yang dung sejumlah norma. Semua norma itulah yang harus guru
berkaitan dengan interaksi edukatif antara guru dan murid dalam transfer kepada anak didik. Oleh karena itu, wajarlah bila interaksi
konteks sosialnya. edukatif tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh
makna. Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan
B. Arti Interaksi Edukatif persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan, yang mengan-
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan keha- tarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang
diran manusia lain. Keberadaan manusia selain diri kita menye- diterima anak didik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
babkan proses hubungan timbal-balik terjadi secara alamiah. Pro- interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan
ses jalinan hubungan antar individu maupun kelompok terjadi anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk
dalam rangkaian upaya memenuhi kebutuhan. Motif saling mem- mencapai tujuan pendidikan.
butuhkan yang berbeda-beda jenis kebutuhan membuat manusia
saling melayani kebutuhan manusia lain. C. Beberapa Ciri Interaksi Edukatif
Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses
komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa seba-
dan perbuatan. Oleh karena ada aksi dan reaksi, maka interaksi gai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar,
pun terjadi. Oleh karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih. antara siswa dan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendu-
Ilustrasi tentang interaksi diatas adalah interaksi manusia kung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edu-
yang lazim terjadi dalam masyarakat. Hal itu berbeda dengan katif. Komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya pro-
interaksi edukatif, interaksi tersebut dilakukan secara alamiah ses belajar-mengajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Perlu ditegas-
tanpa dilandasi pedoman tujuan yang mengikat. Mereka mela- kan bahwa proses belajar-mengajar yang dikatakan sebagai proses
kukan interaksi dengan tujuan masing-masing. Oleh karena itu, teknis ini, juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya. Segi
interaksi antara manusia selalu mempunyai motif-motif tertentu normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar.
guna memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing- Sehubungan dengan uraian di atas, maka interaksi edukatif
masing. yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar-
Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia mengajar itu, memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan
dapat diubah menjadi “interaksi yang bernilai edukatif”, yakni bentuk interaksi lain. Djamarah (1980) merinci ciri-ciri interaksi
interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah belajar mengajar tersebut yaitu:
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai 1. Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk mem-
pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi bantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang
edukatif”. dimaksud interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, dengan
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempu-
arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga nyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.

33
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar konkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib ini akan
dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melaku- terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jagi langkah-langkah yang
kan interaksi perlu adanya prosedur atau langkah-langkah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.
sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembela- Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelang-
jaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membu- garan disiplin.
tuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai con- 7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ter-
toh misalnya tujuan pembelajaran agar siswa dapat menun- tentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu
jukkan letak Kota New York, tentu kegiatannya tidak cocok menjadi salah-satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap
kalau disuruh membaca dalam hati, dan begitu seterusnya. tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus
3. Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan sudah tercapai.
materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sede- Di samping beberapa ciri seperti telah diuraikan di atas,
mikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah unsur penilaian adalah unsur yang amat penting. Dalam kaitan-
barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen- nya dengan tujuan yang telah ditetapkan maka untuk mengetahui
komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang apakah tujuan proses belajar- mengajar (interaksi edukatif) sudah
merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiap- atau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian..
kan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi
D. Berbagai Bentuk Interaksi Edukatif
bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa meru-
pakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar- Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai nor-
mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik mau- matif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan
pun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman ke
CBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan inte- arah mana akan dibawa proses belajar mengajar. Proses belajar
raksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya pasif saja. Sebab mengajar akan berhasil bila hasilnya mampu membawa peruba-
para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus han dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap-
melakukannya. sikap dalam diri anak didik.
5. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pem- Interaksi belajar mengajar dikatakan bernilai normatif karena
bimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guru di dalamnya ada sejumlah nilai. Jadi, adalah wajar bila interaksi
harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar itu dinilai bernilai edukatif? Guru yang dengan sadar berusaha
terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai untuk mengubah tingkah laku, sikap, dan perbuatan anak didik
mediator dalam segala situasi proses belajar-mengajar, menjadi lebih baik, dewasa, dan bersusila yang cakap adalah sikap
sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan dan tingkah laku guru yang bernilai edukatif.
akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan Ada tiga bentuk komunikasi antara guru dan anak didik
lebih baik bersama siswa”) sebagai designer akan memimpin dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi,
terjadinya interaksi belajar-mengajar. komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
6. Di dalam interaksi belajar-mengajar membutuhkan disiplin. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menem-
Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai patkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai pene-
suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut rima aksi. Guru aktif, dan anak didik pasif. Mengajar dipandang
ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

34
Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua
arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. c. Pola guru-anak didik-anak didik
Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa
pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan Interaksi optimal antara guru dan anak
G didik dan antara anak didik (komu-
terjadi dialog.
nikasi sebagai transaksi, multiarah).
Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak
arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik.
Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya
guru, dapat berfungsi sebagai sumber balajar bagi anak didik lain. A A A
Usman (2000) berpendapat bahwa kegiatan interaksi belajar
mengajar sangat beraneka ragam bentuk coraknya, mulai dari d. Pola guru-anak didik, anak didik-guru, anak didik-anak didik
kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri
yang dilakukan oleh anak didik. Hal ini tentu saja sangat G Interaksi optimal antara guru
bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan dan anak didik dan antara anak
interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi bentuk interaksi didik dengan anak didik
mutlak harus dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar (komunikasi sebagai transaksi,
A A multi arah)
tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam
mencapai tujuan.
Pola interaksi guru (G) - murid (A) menurut Usman (2000),
dapat diklasifikasikan stidaknya atas 5 (lima) jenis, yaitu sebagai A A
berikut.

a. Pola guru-anak didik e. Pola melingkar


Setiap anak didik mendapat giliran
G Komunikasi sebagai aksi (satu arah) G untuk mengemukakan sambutan atau
jawaban, tidak diperkenankan berbi-
A A cara dua kali apabila setiap anak didik
belum mendapat giliran.
A A
A A A A
b. Pola guru-anak didik-guru Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar ter-
jadi dalam berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komu-
nikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai untuk mengaktifkan
G Ada balikan (feed back) bagi guru, tidak potensi siswa/murid bisa jadi sangat tergantung situasi dan kebu-
ada interaksi antarsiswa (komunikasi
tuhan yang dikembangkan oleh guru, atau bisa jadi merupakan
sebagai interaksi).
gabungan dari banyak pola interaksi di atas.

A A A

35
E. Kedudukan Guru a. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang
1. Tugas Guru hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikate-
Dalam lingkup profesi guru memiliki beberapa tugas, baik gorikan sebagai suatu profesi,
yang terikat oleh profesinya maupun di luar tugas formalnya. b. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan
Secara garis besar tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga sejumlah teknik dan prosedur yang unik,
yakni tugas profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyara- c. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum
katan. orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional,
Sebagai salah satu profesi resmi kedudukan guru memer- dan
lukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan d. Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melin-
oleh sembarang orang di luar bidang pekerjaannya. Terkait dungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar,
dengan hal tersebut Usman (2000) menegaskan bahwa tugas guru juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu
sebagai profesi mencakup beberapa persyaratan: berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.
teori ilmu pengetahuan yang mendalam, Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu harus ditempuh melalui jenjang pendidikan khusus yang mem-
sesuai dengan bidang profesinya, persiapkan jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, ditempuh melalui pendidikan pre service education di lembaga
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pendidikan tenaga kependidikan ( LPTK).
pekerjaan yang dilakukannya, dan Dua tokoh ilmu sosial yakni Etzioni dan Leggart sebagaimana
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika dijelaskan oleh Robinson (1981) mengemukakan pandangannya
kehidupan. terhadap profesi guru dalam kancah dunia pekerjaan. Menurut
Etzioni pada tahun 1969, guru dapat dimasukan dalam kategori
Selain persyaratan tersebut, sebetulnya masih ada persya- “semi profesi” yang di dalamnya juga tercakup profesi pekerja
ratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong sosial dan juru rawat. Sementara Leggart pada tahun 1970, lebih
ke dalam suatu profesi antara lain yaitu, suka menggunakan istilah “profesi birokrasi” dengan alasan
a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas bahwa ciri-ciri khusus pekerjaan mengajar timbul dari citra kerja
dan fungsinya, di dalam organisasi-organisasi. Kriteria semiprofesi dimaksudkan
b. Memiliki klien atau obyek layanan yang tetap seperti dokter bahwa dalam kedudukan tingkat profesi, semiprofesi merupakan
dengan pasiennya, guru dengan muridnya, dan tingkat profesional kedua, dan menuntut tanggung jawab agak
c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di penuh dibandingkan dengan tingkat profesi penuh. Dalam posisi
masyarakat. tersebut, guru di satu sisi terikat secara total dan ketat dengan
aturan serta tata laksana profesinya dari struktur organisasi yang
Sebagai bahan perbandingan, berikut ini disajikan pula ciri-
ciri keprofesian yang dikemukakan oleh D. Westby Gibson ,1965 ( mengelola profesi pekerjaannya, penentuan kurikulum nasional,
dalam Usman , 2000) secara rinci adalah sebagai berikut, anggaran dana dari Departemen Pendidikan serta ketentuan-
ketentuan luar yang mengikat kerja profesinya. Namun dalam
melaksanakan pekerjaannya guru juga memiliki otoritas pribadi
untuk menentukan pendekatan pengajaran, serta serangkaian
kegiatan interaksi belajar mengajar di ruang kelas sesuai dengan
kebutuhan dan situasi yang dihadapi.

36
Uraian di atas menjelaskan latar belakang tugas guru sebagai
pengajar dan pendidik. Tugas guru sebagai suatu profesi menun- Meneruskan dan me-
TUGAS GURU ngembangkan nilai-
tut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri se- MENDIDIK nilai hidup.
suai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar
dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.
Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengem- Meneruskan dan
bangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai PROFESI MENGAJAR mengembangkan
ilmu pengetahuan
pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu penge- dan teknologi
tahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai
pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerap- MELATIH Mengembangkan
kannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. keterampilan dan
Tugas kemanusiaan juga menjadi salah satu segi dari tugas penerapannya
guru. Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat
Menjadi orang tua
dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru
harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.
Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetia- Auto-pengertian
kawanan sosial. KEMANUSIAAN - homoludens
- homopuber
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus - homosapiens
dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Transformasi diri
Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi moti-
vasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penam-
Autoidentifikasi
pilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para
Mendidik dan mengajar
siswanya. Para siswa akan enggan mengahadapi guru yang tidak masyarakat untuk
menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan menjadi warga negara
masyarakat (homo ludens, homopuber, dan homosapiens) dapat KEMASYARAKATAN yang bermoral Pancasila
mengerti bila menghadapi guru.
Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga Mencerdaskan bangsa
tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas Indonesia
mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Bagan 1 : Tugas-tugas Guru
Indonesia yang baik (yaitu yang bermoral Pancasila). Memang Menurut Uzer Usman, 2000
tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak didik sama hal-
nya guru juga bertugas mencerdaskan bangsa secara keseluruhan. Selain itu, T. Raka Joni (dalam Sardiman, 2001) merumuskan
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding tiga kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang guru
sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan profesional. Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan sebutan
masyarakat. Secara singkat tugas guru dapat digambarkan melalui “tiga kompetensi” yaitu (1) kompetensi profesional, (2) kompe-
bagan berikut. tensi personal, dan (3) kompetensi sosial. Penjelasan untuk
masing-masing adalah sebagai berikut:

37
a. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memiliki masing-masing komponen yang berpengaruh dalam interaksi
pengetahuan yang luas serta mendalam tentang bidang studi belajar.
yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti Dari segi komponen guru, kualitas pembelajaran akan
memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih meto- bervariasi sesuai dengan karakter pribadi gurunya. Guru adalah
de yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses manusia. Manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spsifikasi
belajar mengajar. sendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan itulah terlahir situasi
b. Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki pembelajaran yang unik. Selain itu kualitas pembelajaran akan
sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi bervariasi sesuai dengan waktu seorang guru bekerja. Situasi
sumber intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah pembelajaran yang tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari
bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti waktu ke waktu. Oleh karena itu unsur “waktu” dalam bagian ini
yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro yaitu “Ing ngar- akan lebih tepat jika diperluas menjadi unsur “konteks”.
so sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri han- Kelompok siswa yang menjadi subyek didik juga memberi
dayani”. pengaruh optimalnya pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang
c. Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus memiliki berbeda, akan tercipta suasana kelas yang berbeda pula. Respon
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid- yang berbeda antarkelompok siswa di kelas tertentu dibanding
muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala dengan kelompok siswa di kelas lain akan mempengaruhi
sekolah, dengan pegawai tata usaha, dan tidak lupa dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada pertengahan tahun
anggota masyarakat di lingkungannya. 1960-an Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson sebagaimana
diterangkan Robinson (1981) mengadakan eksperimen yang
2. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran tujuannya menguji pernyataan bahwa dalam kelas tertentu anak
yang oleh gurunya diharapkan bisa mencapai perkembangan
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, orang selalu berusaha
kecerdasan yang lebih besar, akan menunjukkan pertumbuhan
untuk meningkatkan prestasi belajar subjek didik. Di dalam proses
yang lebih besar pula. Setting penelitian yang dilakukan di San
pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat penting.
Fransisco ini dengan mengambil sampel murid Sekolah Dasar
Untuk dapat diharapkannya hasil maksimal dari perannya, perlu
menunjukkan hasil yang seperti diduga sebelumnya. Bagi sekolah
mencermati perilaku guru, konteks, siswa, kurikulum, metode,
secara keseluruhan, anak-anak yang oleh gurunya diharapkan bisa
dan sarana. Keenam unsur ini dapat berpengaruh terhadap
mencapai hasil yang lebih besar, memang bisa menunjukkan hasil
kualitas pembelajaran. Namun di antara keenam unsur tersebut,
yang lebih besar. Dengan kata lain, tingginya pengharapan guru
guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah
tampaknya memungkinkan anak-anak bisa meningkatkan
unsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang
kemampuan yang cukup tinggi pula.
lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru merupakan unsur yang Kualitas pembelajaran bervariasi sesuai dengan kurikulum
mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran, yang disajikan. Sebenarnya yang dimaksud dengan kurikulum
menurut kualitas yang dikehendaki. bukan sekadar materi pelajaran saja tetapi juga metode, strategi,
pengelolaan siswa, dan lain-lain aspek kurikulum. Disisi lain jenis
Dengan cara membandingkan berbagai situasi pembelajaran,
dan variasi metode yang digunakan juga ikut mempengaruhi
yakni melakukan analisis komponen-komponen situasi pembela-
keberhasilan pengajaran.
jaran itu jika berganti-ganti unsur seperti guru, siswa, kurikulum,
metode, sarana dipandang sebagai satu variabel yang diekslusif- Jika deretan contoh di atas disimpulkan maka yang dapat kita
kan. Keterangan tersebut dapat dijelaskan dengan uraian fungsi ketahui dengan mantap adalah suatu bukti bahwa untuk
memperoleh pembelajaran yang berkualitas agar menghasilkan

38
prestasi belajar yang berkualitas pula, maka perlu diperhatikan beraneka ragam suasana kepemimpinan guru – murid, yang dapat
unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan berlangsung- diterapkan atau dimodifikasi juga oleh guru-guru yang lainnya.
nya proses pembelajaran tersebut, yang penting adalah guru, Eksperimen itu adalah sebagai berikut:
siswa, kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnya
kontekstual. a) Kepemimpinan Otoriter
Tujuan umum, kegiatan khusus dan prosedur kerja kelompok
semuanya didikte oleh pemimpin. Di dalam kelas pemimpin
Guru tetap menjaga jarak dari anggota. Partisipasi aktif hanya
dilayani apabila menyangkut masalah tugas-tugas formal.
Siswa
KUALITAS
PEMBELAJARAN b) Kepemimpinan Demokratis
Kurikulum Semua kebijakan, kegiatan dan prosedur kerjanya ditetapkan
oleh kelompok secara keseluruhan pemimpinnya ikut aktif
dan berusaha menjadi anggota biasa dengan semangat tanpa
Sarana melakukan banyak kegiatan.

Faktor c) Kepemimpinan Laissez-faire


Dalam gaya kepemimpinan ini ada kebebasan sepenuhnya
Gambar 5 bagi kelompok maupun individu untuk menetapkan kepu-
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran tusan, dengan sedikit partisipasi.

3. Kepemimpinan Guru terhadap Murid


Mengajar didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara
orang-orang yang berperan selaku guru dengan orang yang ber-
peran sebagai murid, yang tujuannya untuk mengubah keadaan
kognitif dan afektif murid, maka pembahasan sosiologi pendidik-
an mengenai peran guru terhadap peserta didiknya menitik-
beratkan pada makna status guru dalam keterlibatannya dengan
murid, yaitu guru memimpin murid dalam proses belajar mereka.
Dalam studi sosiologi pendidikan sendiri selama tahun 1940-
an dan 1950-an diselenggarakan penelitian terkenal guna
menelaah “gaya kepemimpinan” guru terhadap murid. Oleh
karena penerapannya pada pendidikan, asumsi dasarnya menya-
takan bahwa kualitas guru selaku pemimpin, termasuk bagaimana
ia mengontrol situasi kelas, menentukan semangat dan penam-
pilan murid. Dalam salah satu penelitiannya Lewin dan Lippit,
1940 sebagaimana ditulis Faisal dan Yasik (1985) mengadakan
serangkaian eksperimen. Dalam eksperimen tersebut dibuatlah

39

También podría gustarte