Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Makalah
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh :
Kelompok 5 (Lima)
Ade Rahma Yuly
1080910000
Zakiyah 108091002981
Kelas : 2 A
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi
perbincangan berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat
bawah sampai masyarakat kelas elit seperti kalangan elit politik, birokrat
pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya masyarakat,
cendikiawan, mahasiswa dan kaum professional lainnya. Pada berbagai
kesempatan mulai dari obrolan warung kopi sampai dalam forum ilmiah
seperti seminar, lokakarya, symposium, diskusi publik dan sebagainya.
Semarak perbincangan tentang demokrasi semakin memberikan
dorongan kuat agar kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat menjungjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
Seperti di akui oleh Moh. Mahfud MF, bahwa ada dua alasan dipilihna
demokrasi sebagai dasar dalam bernegara. Pertama, hampir semua
Negara di dunia telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan yang secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertinggi.
2
kehidupan bersama ?
4. Bagaimana sejarah demokrasi?
5. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia?
3
BAB II
DEMOKRASI
4
perjuangan kompotitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan di
mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung
atau tidak langsungdidasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi
sebagai suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh
warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil merekayang telah
terpilih.
d. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik
merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
Sedikit berbeda dengan pandangan para ahli di atas, pakar politik
Indonesia Affan Gaffar memaknai demokrasi dalam kedua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan empirik (demokrasi
empirik). Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak
dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah
demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Namun demikian, di luar perbedaan pengertian demokrasi di kalangan
ahli demokrasi, terdapat titik temu pada beragam pengertian demokrasi
tersebut yakni bahwa sebagai landasan hidup bermasyarakat dan
bernegara demokrasi meletakan rakyat sebagai komponen penting dalam
proses dan praktik-praktik demokrasi. Dengan demikian negara yang
menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai
5
suatu sistem bermasyarakat dan bernegara hakikat demokrasi adalah
peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain,
sebagai pemerintahan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal:
pemerintahan dari rakyat (government of the people); pemerintahan oleh
rakyat (government by the people); dan pemerintahan untuk rakyat
(government for the people).
Tiga faktor ini merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan
yang demokratis. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung
pengertian bahwa suatu pemerintah yang sah adalah suatu
pemerintah yang mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas
rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) memiliki
pengertian bahwa suatu pemerintah menjalankan kekuasaanya atas
nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elit Negara atau elit
birokrasi.
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung
pengertian kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah
harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum
harus dijadikan landasan utama kebijakan sebuah pemerintah yang
demokratis.
Demi terciptanya proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah
pemerintah demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, pemerintah
berkewajiban untuk membuka saluran-saluran demokrasi. Selain saluran
demokrasi formal lewat DPR dan partai politik, untuk mendapat masukan
dan kritik dari warga negara. Pemerintahan demokratis berkewajiban
menyediakan dan menjaga saluran-saluran non-formal dalam bentuk
penyediaan fasilitas-fasilitas umum atau panggung publik (public sphere)
untuk berintraksi sosial, seperti stasion radio dan televisi, taman,
lapangan, kafe, pengajian dal lain-lain. Sarana publik ini dapat digunakan
oleh semua warga negara untuk menyalurkan pendapatnya secara bebas
6
dan aman.
Hal lainnya yang menunjang kebebasan berekspresi dan berorganisasi
adalah dukungan pemerintah terhadap kebebasaan pers yang
bertanggung jawab. Pers bebas bertanggung jawab adalah sistem pers
dengan iklim pemberitaan yang obyektif dan seimbang dan tersedianya
jalur dan mekanisme hukum bagi siapa saja yang merasa dirugikan oleh
suatu pemberitaan surat kabar atau media elektronik.
II. Demokrasi : Pandangan dan tatanan kehidupan bersama
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya dalam kedidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena itu, demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan
perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai
manifestasi dari suatau mind set (kerangka berfikir), dan setting social
(rancangan masyarakat). Bentuk kongkrit dari manifestasi tersebut
adalah dijadikannya demokrasi sebagai way of life (pandangan hidup)
dalam seluk beluk sendi kehidupan bernegara baik oleh rakyat
(masyarakat) maupun oleh pemerintah.
Menurut Nurcholis Madjid, norma-norma yang menadi pandangan
hidup demokratis :
1. Pentingnya kesadaran dan pluralisme.
Ini tidak saja sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat
yang majemuk. Lebih dari itu, kesadaran akan kemajemukan
menghendaki tanggapan yang positif terhadap kemajemukan itu
sendiri secara aktif.
2. Musyawarah.
Internalisasi makna dan semangat musyawarah menghendaki atau
mengharuskan adanya keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan
tulus menerima kemungkinan kompromi atau bahkan “kalah suara ”.
3. Pertimbangan moral.
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa
cara haruslah sejalan dengan tujuan.
7
4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.
Suasana masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan
menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat guna
mencapai pemufakatan yang juur dan sehat.
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.
Dari sekian banyak unsur kehidupan bersama ialah terpenuhinya
keperluan pokok (pangan, sandang dan papan). Warga masyarakat
demokratis ditantang untuk mampu menganut hidup dengan
pemenuhan kebutuhan secara berencana, dan harus memiliki
kepastian bahwa rencana-rencana itu benar-benar sejalan dengan
tujuan dan praktek demokrasi.
6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai I’tikad
baik masing-masing.
Kemudian jalinan dukunganmendukung secara fungsional antar
berbagai unsur kelembagaan kemasyarakat yang ada, merupakan
segi penunjang efisiensi untuk demokrasi.
7. Pandangan hidup demokrasi harus dijadikan unsure yang menyatu
dengan system pendidikan.
Pendidikan demokrasi menyatu dalam interaksi dan pergaulan social
baik dikelas maupun diluar kelas.
Dalam konteks ini Pancasila sebagai ideology Negara harus ditatap
dan ditangkap sebagai ideology terbuka, yaitu lepas dari kata literalnya
dalam Pembukaan UUD 45.Penjabaran dan perumusan presepts-nya
harus dibiarkan terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat
dan pertumbuhan kualitatifnya, tanpa membatasi kewenangan penafsiran
hanya pada suatu lembaga resmi seperti di negara komunis.
Titik kuat suatu ideologi yang ada pada suatu Negara ketika
berhadapan dengan demokrasi adalah ruang keterbukaan. Karena
demokrasi, dengan segala kekurangannya ialah kemampuannya untuk
mengoreksi dirinya sendiri melalui keterbukaanya itu. Jadi bila ingin
demokrasii tumbuh dan berkembang dalam Negara Indonesia yang
8
mempunyai ideology pancasila mensyaratkan ideology tersebut sebagai
ideology terbuka.
9
demokrasi di Barat, setelah sempat tenggelam pada abad pertengahan.
Gerakan reformasi adalah gerakan revolusi agama di Eropa pada abad
ke-16. tujuan dari gerakan ini adalah gerakan kritis terhadap kebekuan
doktrin gereja yang nantinya gerakan ini dikenal dengan gerakan
Protestanisme. Gerakan ini diprakarsai oleh Martin Luther yang
menyerukan kebebasan bepikir dan bertindak.
Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang
dikuasai tidak lepas dari dua filosof Eropa, John Locke (Inggris) dan
Montesquieu (Perancis). Pemikiran keduanya telah mempengaruhi ide
dan gagasan pemerintah demokrasi. Menurut Locke, hak-hak politik
rakyat meliputi hak atas hidup, kebebasan, dan hak memiliki (live,
liberal,and property). Sedangkan menurut Montesquieu, sistem pokok
yang dapat menjamin hak-hak politik tersebut adalah trias politica. Trias
politica adalah suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam negara menjadi
tiga bentuk kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
10
jumlah korupsi yang tinggi dan kurang demokratis.
Terlepas dari itu semua, setidaknya penting bagi kita untuk
mengetahui bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia.
Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi 4 periode, yaitu:
1. Periode 1945 – 1959 (Demokrasi Parlementer)
Keadaan Indonesia yang baru mendapatkan angin kemerdekaan,
dengan kegamangan akan peristiwa-peristiwa lain yang akan
menunggu, serta masih mudanya pengetahuan para pelaksana partai-
partai politik akan pelaksanaan demokrasi, membuat penerapan
sistem demokrasi parlementer tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh rakyat akan pembawa perubahan.
Budaya demokrasi yang belum diketahui oleh rakyat awam,
membuat hawa demokrasi serasa hanya dimiliki oleh para
cendekiawan yang memang berkecimpung di dunia perpolitikan,
sehingga rakyat Indonesia seperti hanya dapat menerima apa yang
disampaikan oleh para pemikir dan kaum politik tanpa mengerti apa
hakikat dari demokrasi itu. Sehingga lahirlah fragmentasi politik
berdasarkan afiliasi kesukuan dan agama. Persaingan tidak sehat
yang terjadi antara fraksi-fraksi politik dan kondisi pemberontakan
yang masih terjadi di beberapa daerah semakin mengancam
berjalannya demokrasi. Ditambah dengan kegagalan partai-partai
dalam majelis konstitusi untuk mencapai konsensus mengenai dasar
negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk memberlakukan
kembali UUD 1945.
11
kebijakan lain yang menyimpang dari isi UUD 1945. Sebagai contoh,
saat Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum yang telah dengan jelas tertulis dalam UUD bahwa
Presiden tidak memiliki wewenang sama sekali untuk membubarkan
DPR. Serta pemusatan kekuasaan hanya pada diri pemimpin,
sehingga tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif pada eksekutif.
Peran politik Partai Komunis Indonesia yang berkembang dengan
pesat, tidak bisa diterima begitu saja oleh kalangan militer (TNI), yang
juga merupakan komponen pemerintahan yang sangat penting. Hal ini
menyebabkan terjadi perseteruan politik-ideologis antara PKI dan TNI
yang dikenal dengan peristiwa G30S PKI. Pembunuhan massal orang
Indonesia berhubungan dengan G30S PKI ini. Pembantaian itu terjadi
setelah pembunuhan enam pejabat tinggi Angkatan Darat.
Sampai sekarang tidak jelas siapa dalang pembunuhan enam
perwira itu. Ada yang menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI), ada
juga yang menuduh badan intelijen AS (CIA). Sangat jelas bahwa
hanya Washington yang menarik keuntungan dari G30S. AS pada
waktu itu sedang terlibat dalam perang dingin Uni Soviet dan perang
panas Vietnam dan takut sekali Indonesia akan jatuh ke tangan
komunisme.
Dalam enam bulan setelah peristiwa G30S, banyak anggota dan
pendukung PKI, ormas buruh dan petani lain dibunuh atau
dimasukkan ke kamp-kamp tahanan di mana sebagian mereka disiksa
sampai mati. Juga banyak orang yang hanya dianggap sebagai
anggota atau simpatisan PKI dan juga warga Tionghoa dibantai. Di
samping itu, ada orang yang menuduh tetangganya sebgai PKI hanya
untuk meraih istri atau hartanya, atau membalas dendam.
Semua orang itu dibunuh tanpa perkara pengadilan. Semuanya
dibantai tanpa bukti-bukti bahwa mereka sudah melakukan kejahatan.
Banyak di antara mereka, kaum buruh atau petani, yang tidak tahu
12
siapa Karl Marx atau apa komunisme itu, apalagi tentang G30S.
Kebanyakan korban pembantaian tidak pernah melakukan kejahatan
apa-apa terhadap pemerintah atau masyarakat.
Sampai hari ini jumlah korban pembunuhan massal tidak jelas.
Diduga setidak-tidaknya satu juta orang atau lebih menjadi korban
dalam malapetaka itu. Jika begitu, jumlah korban pembantaian selama
enam bulan pasca-G30S lebih banyak dari jumlah korban
pembantaian oleh kolonialis Belanda selama tiga setengah abad.
Itulah trauma sejarah Indonesia paling berat yang juga mempersulit
konsolidasi demokrasi di negara ini.
13
f. Monolitisasi ideologi negara
g. Inkorporasi lembaga non pemerintah
BAB III
KESIMPULAN
suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh
14
diwujudkan di indoneisa, maka Indonesia akan kembali berada dalam rezim
DAFTAR PUSTAKA
Tim ICCE, 2007. Pendidikan Kewargaan. Cet. Ke-3, Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah
Tim PUSLIT, 2000. Pendidikan Kewargaan. Cet. Ke-1, Jakarta: IAIN Jakarta
Press
15