Está en la página 1de 6

ZULFI 19 punya...

arti hidup didunia fana... moga ZULFI => ZU hud, a L


im, F athonah, I slami
 Home
 CyberMQ

Sebab-sebab Naik-turunnya Iman dan Cara


Meningkatkan Keimanan
On 09 Agustus 2009

CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :

1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits

a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya


Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan
masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian
ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari
kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang
pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-
orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)

b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.


Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan
Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan
gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha
Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat
sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah
untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha
Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang
karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi
keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan
beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah,
kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah
engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai
Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya
semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya
Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan
bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai
para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah
satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara
terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.

d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam


Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya,
perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan
ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket
yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada
adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk
berhubungan suami -istripun ada aturannya.

e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para


sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang
yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia
zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung
Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya
ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya.
Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan
Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih
dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali
berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap
doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan
hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.

2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)


Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam
ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan
alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai
dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an
adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap
namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari”
disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari
dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak
12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan
sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata
itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah.
Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya
yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat
lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang
sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah,
bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu
yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan
menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam
semesta ini.

3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas


Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui
lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan
keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga
kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan
Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim
salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan,
melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah,
perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid
(khususnya bagi pria).

SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :

Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :

1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat
jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia
tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia
tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya,
mengatur musibah dan rezekinya.

2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan


Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang
hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi
tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya
tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa
(tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan
pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu
telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan)
dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5),
dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari
sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih
banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan
semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada
Allah.

3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa


Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap)
perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap,
misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian
berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan
proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar.
Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.

4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat


Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni
jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling
bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang
lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa
meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya
menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi
petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa
yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli
merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita
berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi
(muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang
ada dalam tubuh kita.

Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :

1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan
orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah
maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak
patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-
Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita
lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga,
seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari
kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau
dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan
hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu.
Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat.
Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang.
Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit
porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.

3. Pergaulan yang buruk


Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya,
sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil
teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah,
karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada
kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan
sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan
manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam.
Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak
merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa
bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh.
Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk
menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak
melakukan sholat.

Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak
usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan
(syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang
yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-
sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita
dengan menyebarkan tulisan ini.

Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

untuk dapat beriman kepada allah maka kita harus pasrah kepada allah. sekarang mustail
jika kita mengatakan beriman namun tidak mengenal dan pasarah kepada allah. pasrah ini
sebagai bentuk kita menemui ALlah secara praktis. dengan pasrah kepada allah maka kita
akan menemui nya dan dari menemui ini akan terjadi proses interaksi. semakin sering
terjadi interaksi dansemain dalam proses interaksi ini maka iman akan meningkat dengan
pesat.

También podría gustarte