Está en la página 1de 29

c c

   




 c  
Karbohidrat diambil dari bahasa Jerman yaitu   dan dari bahasa
Perancis yaitu     .Nama lain karbohidrat adalah sakarida,
berasal dari baahasa arab yaitu    yang artinya gula.Karbohidrat adalah
senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O). Karbohidrat juga merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton
yang apabila di hidrolisis akan menghasilkan salah satu komponen aldosa atau
ketosa. Rumus umum dari karbohidrat Cn(H2 O)m. Dari rumus tersebut di dapat
glukosa (C6 H12O6 ), sukrosa (C12H22 O11), dan selulosa (C6 H10O5 )n.
Karbohidrat dibagi menjadi tiga bagian yaitu monosakarida, oligosakarida atau
biasa dikenal dengan disakarida, dan polisakarida.Monosakarida terdiri dari satu
monomer yang sejenis.Oligosakarida atau disakarida terdiri dari dua atau lebih
monomer penyusun monosakarida, sedangkan polisakarida adlah kumpulan dari
sepuluh atau lebih monomer penyusun monosakarida.Polisakarida juga biasa
disebut glikan. Menurut jenis monomer penyusunnya, polisakarida dibagi dalam
dua jenis yaitu : heteropolisakarida atau heteroglikan dan homopolisakarida atau
homoglikan. Heteropolisakarida atau heteroglikan tersusun atas monomer-
monomer yang berbeda jenis, sedangkan homopolisakarida atau homoglikan
tersusun dari monomer-monomer yang sejenis.Ikatan antara monomer-monomer
disebut sebagai ikatan glikosidik.
Karbohidrat berasal dari bahan pangan nabati maupun hewani. Pangan.
Karbohidrat dari pangan nabati terbentuk dari hasil fotosintesis, sedangkan dari
pangan hewani terbentuk dari jumlah yang kecil melalui biosintesa glikogen dan
sintesa secara kimiawi.Setiap karbohidrat mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda yang dapat di uji secara kulitatif dan kuantitatif .uji kualitatif dapat
mengidentifikasi jenis-jenis karbohidrat yang terkandung berdasarkan reaksi yang
spesifik., sedangkan uji kuantitatif mengidentifikasi jumlah monomer yang
terkandung di dalamnya. Uji kualitatif dilakukan dengan cara uji Molisch, uji
I/KI, uji Benedict, uji Barfoed, uji Bial, dan uji Seliwanoff. Uji kuantitatif
dilakukan dengan cara menghidrolisis karbohidrat.Hasil dari hidrolisis
karbohidrat dapat dihitung dengan metode penetapan gula sederhana.

ÿ  
Mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif jenis-jenis karbohidrat yang
digunakan dalam sampel.
c c
ÿ  ÿ 



!"#
Uji Molisch adalah uji umum yang biasa di pakai untuk mengidentifikasi
adanya karbohidrat pada suatu sampel. Beberapa prinsip dasar dari uji Molisch
antara lain, proses dehidrasi heksosa atau pentosa oleh karena adanya pengaruh
asam sulfat pekat sehingga membentuk furfural, dan beraksinya kondensasi
aldehida dengan Į-naftol akan membentuk senyawa yang berwarna hanya pada
golongan polisakarida dan disakarida. Pengujian ini memiliki tiga tahapan proses
yaitu, hidrolisis polisakarida dan disakarida yang menghasilkan heksosa atau
pentosa, kemudian dilanjutkan dengan proses dehidrasi dan di akhiri dengan
proses kondensasi. Pada pengujian Molisch pereaksi yang dipakai adalah pereaksi
Molisch yang terdiri dari 5% Į-naftol dalam 95% alkohol yang diikuti dengan
penambahan 2 mL H2SO4 atau asam sulfat pekat yang berfungsi untuk
mendehidrasi heksosa dan pentosa. Dalam pengujian ini sampel yang hendak di
identifikasi di masukan dua tetes pereaksi Molisch kemudian di masukan 2 mL
H2SO4 pekat. Hasil yang didapat jika sampel positif memiliki karbohidrat sebagai
penyusunya akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada bagian antara kedua lapisan
tersebut akan terlihat seperti cincin yang berwarna ungu kemerahan, sedangkan
jika hasil yang didapat sampel negatif atau tidak memiliki senyawa karbohidrat di
dalamnya larutan akan tampak berwarna hijau ataupun tidak berwarna. Selain
diapakai untuk mengidentifikasi karbohidrat pada suatu sampel, pengujian ini
juga dapat dipakai sebagai tes untuk mengetahui pengaruh asam terhadap
sakarida.(Sumardjo,2008)
 ambar 2.1 : Hasil positif pada sampel dalam uji Molisch
Sumber : Anonim1(Tanpa, tahun)

 c# 
Uji Benedict adalah uji yang umum dilakukan bagi karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atau keton yang bebas seperti yang ada di maltosa dan laktosa. Uji
Benedict ini melibatkan proses oksidasi dan reduksi sebagai prinsip dasar
pengujian yang juga dapat mengindikasikan adanya gula pereduksi. Pada
pengujian Benedict reagen yang dipakai sebagai pereaksi adalah reagen Benedict
yang merupakan campuran dari 17,3 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sulfat,
dan 100 gram natrium karbonat di dalam air. Dalam proses pengujian sampel
dipanaskan selama ± 2 menit dengan tujuan mempercepat terjadinya hidrolisis
pada maltosa maupun laktosa, sedangkan natrium sulfat dan natrium karbonat
yang terdapat pada reagen benedict akan membuat larutan sampel menjadi bersifat
basa lemah yang kemudian akan direduksi. Pada dasarnya reagen Benedict hanya
merupakan modifikasi dari reagen Fehling terlihat dari reaksinya yang hampir
sama pada proses reduksi dan oksidasi. Pada uji ini terjadi reduksi Cu2+ menjadi
Cu+, proses reduksi dilakukan oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas kepada larutan-larutan tembaga yang berkeadaan alkalis.
Reduksi ini menghasilkan suatu endapan kupro oksida (Cu2O) yang memiliki
warna merah bata sehingga dapat dengan mudah di identifikasi.Pengamatan yang
dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan mengamati perubahan
warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-macam
tergantung dari konsentrasi karbohidrat ayng dipakai, larutan dapat berwarna
hijau, hijau kebiruan , dan kuning. Pada uji Benedict terhadap glukosa dan
fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di
dalamnya yang menandakan pengujian positif, sedangkan pada maltosa dan
laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa endapan merah bata hal ini
menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya, tetapi pada
pengujian terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan
bahwa hasil uji negatif mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki
gula pereduksi yang dapat mereduksi reagen benedict. Selain sebagai uji umum
karbohidrat uji Benedict juga di aplikasikan untuk mengetahui ada tidaknya
glukosa dalam urine penderita Diabetes melitus (kencing manis). Pada penderita
Diabetes melitus pada saat urine di reaksikan dengan reagen Benedict akan
terbentuk warna orange atau merah.(Smuardjo,2008)

 ambar 2.2 : Hasil pengujian Benedict


Sumber : Anonim2 (tanpa tahun)
 $c %
Uji Barfoed Pada dasarnya memiliki kemiripan dengan uji Benedict dan uji
Fehling, uji ini juga menggunakan prinsip oksidasi dan reduksi yang terjadi oleh
gula yang memiliki gugus aldehida atau keton. Reaksi yang membedakan uji
Barfoed dengan uji yang lainnya adalah uji ini berlangsung pada keadaan asam
(acidic) atau pH rendah dan dalam waktu tertentu sedangkan uji lainnya seperti
Benedict dan Fehling berlangsung pada keadaaan basa (alkaline) atau pH tinggi.
Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri dari tembaga asetat dan
asam asetat glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida merupakan agen
pereduksi yang lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen Barfoed
yang ada dalam keadaan asam, sedangkan monosakarida merupakan agen
pereduksi yang kuat dan mampu membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed
dalam keadaan asam karena itu uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan
disakarida pereduksi dengan monosakarida pereduksi dalam suatu sampel. Pada
proses pengujian, larutan dipanaskan, pemanasan terhadap sampel membantu
asam asetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang
kemudian akan mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada menjadi
indikasi perbedaan terhada monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi.
Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro
oksida (Cu2O) pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit
sedangkan disakarida pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah
bata kupro oksida (Cu2 O) dalam kurun waktu sepuluh sampai duabelas
menit.(Nigam,2007)

 ambar 2.3 : Hasil uji barfoed (endapan merah bata)


Sumber : Aninom3(tanpa tahun)

 & ' ()


Pada uji d d uji karbohidrat yang bereaksi dengan d d dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya karbohidrat, uji tersebut juga dilakukan untuk
mendeteksi polisakarida. Warna yang spesifik akan muncul saat d d diteteskan
pada polisakarida yang akan diuji. Amilum yang bereaksi dengan d dakan
membentuk warna biru, sedangkan dekstrin akan membentuk warna merah coklat
dan reaksi glikogen dengand d akan membentuk warna coklat. Uji d d ini
dilakukan untuk membedakan amilum dan glikogen (Rismaka, 2009).
Karbohidrat yang tersusun atas lebih dari 1 monomer akan bereaksi positif
terhadap uji KI/I. Selusosa dan karbohidrat sederhana tidak akan bereaksi
terhadap uji ini. Ê dakan teradsorbsi pada permukaan polisakarida pada saat
terikat pada ikatan antar monomer-monomernya sehingga terbentuk kompleks
warna yang spesifik. Uji ini dapat dilakukan sebagai uji kualitatif dan uji
kuantitatif (Anonim7, tanpatahun).

 *+ %%
Uji Seliwanoff adalah uji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula
ketosaheksosa separti fruktosa. Dalam pengujian ini golongan aldosa tidak
bereaksi, sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk memberikan
derivat furfuralnya yang kemudian akan mengalami kondensasi dengan resorcinol
dan membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah. Pada pengujian
dilakukan pemanasan pada larutan, pemanasan akan membantu proses hidrolisis
disakarida yang akan menghasilkan monosakarida ketosa, dan kemudian memberi
warna. Pengujjian Seliwanoff bereaksi positif pada saat sukrosa mengalami
hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Reagen yang digunakan pada Pengujian
Seliwanoff adalah reagen Seliwanoff yang terbuat dari 0,05% resorcinol (m-
hidroksi-benzena) di dalam 3 N HCl encer, keberadaan HCl dalam reagen pada
saat fruktosa yang berada dalam golongan ketosa bereaksi dengannya akan
menghasilkan warna merah cherry dengan struktur kimia yang kompleks.
Sebaliknya golongan disakarida seperti maltosa dan laktosa tidak bereaksi
(negatif) pada saat mereka dihidrolisis menjadi monosakarida aldosa, dengan kata
lain aldosa tidak bereaksi dalam uji Seliwanoff ini. Pada dasarnya uji ini memiliki
dua tahapan penting yang harus dilewati pada pendidihan yaitu, proses dehidrasi
yang dialami fruktosa oleh reagen Seliwanoff yang menghasilkan pembantukan
hidroksi metil furfural dan kondensasi hidroksi metil furfural dengan resorcinol
sehingga membentik senyawa kompleks berwarna merah cherry. Hasil yang
didapat pada uji ini dapat diidentifikasi dari warna larutan yang berubah pada saat
bereaksi, jika sampel berubah menjadi warna merah cherry menunjukan bahwa di
dalam sampel terdapat ketosa, tetapi jika sampel berwarna biru kehijauan atau
peach menunjukan bahwa sampel memiliki aldosa.(Nigam,2007)

 ambar 2.3 : Hasil uji Seliwanoff (merah cherry)


Sumber : Aninom4(tanpa tahun)
 &c 
Uji Bial merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula pentosa seperti
ribosa didalam keadaan asam dan panas menjadi senyawa furfural, yang
kemudian bereaksi dengan orsinol (3,5-hidroksitoluena) dan mengeluarkan warna
hijau. Reagen yang digunakan pada pengujian Bial ini adalah pereaksi Bial yang
mengandung 0,3% larutan orsinol dan FeCl3 di dalam HCl pekat. HCl yang
terdapat pada reagen akan mendehidrasi gula menjadi furfural. Jika dalam sampel
terdapat gula pentosa larutan akan berwarna hijau dala m kurun waktu sepuluh
menit. Seperti misalnya pada RNA yang memiliki ribosa yang adalah gula
pentosa sehingga akan bereaksi dengan orsinol dalam kondisi mendidih akan
berwarna hijau dan membentuk struktur yang kompleks dengan absorbansi
maksimum 665 mm. Sedangkan golongan heksosa ditandai keberadaanya jika
hasil uji larutan berwarna coklat sampai keabu-abuan. Pada umumnya uji Bial di
pakai untuk membedakan adanya pentosa atau heksosa dalam suatu sampel
larutan.(Sumardjo,2008)

 ambar 2.3 : Hasil uji Bi al (hijau , coklat, dan biru)


Sumber : Aninom5(tanpa tahun)

 *" 
Pisang adalah buah yang mudah dikonsumsi dari berbagai kalangan.Pisang
mempunyai banyak manfaat dari kandungan-kandungan yang terdapat
didalamnya. Kandungan gizi pisang, terdapat dalam pisang antara lain vitamin
B6, vitamin E, Potasium,  ula alami. Pisang juga mengandung energi karena
mengandung gula alami sebagai penambah energi. Kandungan yang teradapat
dalam pisang adalah 7% sukrosa, 2% glukosa, dan hanya 1% fruktosa. Fruktosa
merupakan gula yang paling manis diantara gula alami lainnya (Marshall, 2005).

 ," "-
Karbohidrat merupakan zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang
berbeda, tetapi memiliki kesamaan dari sudut kimia dan fungsinya.Monomer
penyusun karbohidrat ialah polisakharida.Polisakarida yang paling penting
disimpan didalam adalah pati bagi sel tanaman dan glikogen pada sel hewan.Pati
dan glikogen disimpan dalam bentuk gumpalan besar atau granula.Molekul pati
dan glikogen terhidrasi karena memiliki hidroksil yang terbuka.

 likogen merupakan polimer dari glukosa.Struktur glikogen sama dengan


amilopektin tetapi glikogen mempunyai lebih banyak cabang daripada
amilopektin (Anonim6, tanpa tahun).

 ambar 2.4 Struktur  likogen


Sumber : Anonim6, (tanpa tahun)

 ,"" " 
Metode yang digunakan untuk hidrolisis oleh asam adalah metode anthrone.
Metode anthrone adalah metode dimana anthrone (9,10-dihidro-9-oxoanthracene)
berfungsi sebagai penganalisis kuantitatif karbohidrat tetapi analisis ini hanya
dapat terjadi jika jenis gula dalam sampel telah diketahui, karena warna yang
dihasilkan juga sesuai dengan jenis gula didalamnya (Williams dan Steven, 2006)
Warna biru kehijauan akan terbentuk saat reagen anthrone bereaksi dengan
gula. Metode ini digunakan pada gula perduksi maupun gula non pereduksi. Asam
sulfat juga terkandung didalamnya sehingga dapat mengoksidasi.Dasar dari
metode ini adalan kondensasi turunan fulturaldehid yang terbentuk dari
karbohidrat.(Cui, 2006).

 .""/
Penggunaan enzim dalam proses hidrolisis pati merupakan hal yang biasa pada
pengolahan pangan. Pati tersusun dari campuran amilosa dan amilopectin. Amilo
pectin merupakan polimer glukosa memiliki percabangan. Sebagian besar
senyawa-senyawa dalam pati yang diproduksi digunakan dalam industri pangan
dalam pembuatan produk.Keberagaman hidrolisis menghasilkan bermacam-
macam produk hidrolisis dengan osmolaritas, viskositas dan tingkatkemanisan
yang berbeda. Terdapat tiga kelompok enzim yang digunakan dalam hidrolisis
pati, yaitu : pertama, Į-amilase (Į 1,4 glukon 4 glukanohidrolase), yaitu
kelompok enzim yang menghidrolisis ikatan Į 1,4 dan tidak memecah ikatan Į
1,6. Kedua, glukoamilase (amiloglukosidase, Į 1,4 glukanglikohidrolase),
menghidolisis ikatan Į 1,4 dan Į 1,6.Ketiga, palalanase enzim ini hanya
menhidrolisis ikatan a 1,6.Produk utama hidrolisis glukoamilase adalah glukosa.
Pada hidrolisis oleh enzim diperlukan larutan blanko sebagai penguji kualitatif
hasil yang di dapatkan. Dalam metode ini juga diperlukan larutan buffer yang
berguna untuk menetralkan pH sehingga enzim tidak mati dan tetap aktif.
Pengujian hidrolisis oleh enzim ini dibantu dengan uji benedict dan uji iodine
sehingga dapat terlihat hidrolisis sudah terjadi atau belum, karena itu pereaksi
yang dipakai adalah pereaksi benedict dan pereaksi iodine.(Anonim8,tanpa tahun)

 0/|º  "   
Tauge adalah biji kacang hijau yang berkecambah atau mengalami proses
perkecambahan atau germinasi. Selama proses tersebut, cadangan makanan
perkecambahan tidak aktif (terikat) sedangkan sesudah perkecambahan, zat gizi
tersebut diaktifkan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan. Zat gizi dalam
proses sebelum kembali sehinnga meningkatkan daya cerna manusia. Saat
perkecambahan berlangsung, terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak.
Senyawa-senyawa tersebut akan diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana
sehinnga mudah dicerna. Selama proses germinasi, jumlah protein dan vitamin
akan mengalami peningkatan dan penurunan terhadap kadar lemak.
(Astawan,2009)
Karbohidrat tersebut akan dirombak oleh enzim |ºamilase dan ü -amilase
´ang akan saling mengisi. |-amilase akan mengubah pati menjadi dekstrin,
sedangkan dekstrin akan dipecah ü-amilase menjadi maltosa. Selama proses
maltosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa kandungannyapun meningkat
menjadi sepuluh kali lipat dibandingkan sebelumnya. Kadar sukrosa meningkat
menjadi dua kali dan kadar galaktosa menghilang. Tauge terasa enak dan manis
karena adanya kandungan glukosa dan fruktosa disalamnya. (Astawan,2009)
c c
!ÿ 1 


$
   c  
 Alat yang digunakan pada praktikum Karbohidrat I dan Karbohidrat II
adalah sebagai berikut : tabung reaksi beserta rak tabung reaksi, penjepit kayu,
penangas air, gelas beaker, pipet mohr, bulb pump, lempeng porselin, blender
kering, tabung sentrifusi, Ñ  , vorteks,  dÑ, pipet tetes, pH meter.
Bahan yang digunakan pada praktikum Karbohidrat I adalah sukrosa,
fruktosa, maltosa, glukosa, galaktosa, laktosa, pati, pisang, reagen Molisch,
reagen Benedict, reagen Seliwanoff, reagen Barfoed, larutan I/KI, dan larutan
asam sulfat pekat. Bahan yang digunakan pada praktikum Karbohidrat II adalah
Hati sapi, pati, iodin, akuades, dan HCl 2M, dan NaOH 4N, amilase, TCA 5%,
etanol 95 %, buffer pH 5,7.

 "   
 
!"#
1. Sebanyak 2 mL sample ditambahkan dengan 2 tetes reagen molisch pada
tabung reaksi dandicampuran adukan.
2. Tambahkan sebanyak 2 mL H2SO4 pekat secara perlahan-lahan pada
dinding tabung dancampuran tidak boleh terkocok. Warna pada batas
bahan dan asam sulfat pekat yang terbentuk diamati.
  c# 
1. Masukkan 3 mL reagen Benedict dan 10 tetes sampel lalu dicampurkan
hingga merata pada tabung reaksi.
2. Tabung reaksi tersebut diletakkan pada penangas air yang mendidih
selama 2 menit dan amati warna yang terbentuk.
  $c %
1. Masukkan 5 tetes sampel dan 1 mL reagen Barfoed pada tabung reaksi.
2. Tabung reaksi tersebut diletakkan pada penangas air yang mendidih
selama 1 sampai 10 menit dan amati endapan dan warna yang terbentuk.
  &( 
1. Masukkan 2 tetes sampel danditambahkan 5 tetes larutan I/KI pada
lempeng porselin.
2. Amati perubahan warna yang terjadi.
  *+ %%
1. Masukkan 10 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2. Campurkan sebanyak 2 mL reagen Seliwanoff
3. Campuran dengan baik dan panaskan pada penangas air yang mendidih
selama 2,5 menit dan catat perubahan yang terjadi.
  ," "-
1. Sebanyak 150 gr hati sapi ditimbang dan dipotong kecil.
2. Hati ditambahkan dengan 300 ml TCA 5 % dingin dan dihaluskan dengan
menggunakan blender. Lalu diaduk dengan stirer selama 15 menit.
3. Larutan tersebut disaring dan filtratnya diambil. Filtrat tersebut
ditambahkan dengan 2x volum etanol 95 % dari jumlah filtrat.
4. Campuran tersebut diaduk sampai terlihat endapan. Lalu disentrifuge
dengan kecepatan 3500 rpm dengan suhu 40C selama 15 menit.
5. Endapan yang didapatkan, dicuci dengan10 ml etanol 95% yang dingin.
6. Sentrifuge dilakukan kembali seperti nomor 4.
7. Endapantersebut dikeringkan dan jumlah glikogen yang didapat ditimbang.
  .""  " 
1. Sampel sebanyak 2,5 mL pati ditambahkan 2,5 ml akuades. Dan
ditambahkan HCL 2 M sebanyak 2,5 mL dipanaskan.
2. Pada pemanasan 0menit diambil 2 tetes sampel dan ditambahkan 7 tetes
iodin.
3. Pada pemanasan 4 menit, setelah pemanasan diambil 1 ml dari sampel
ditambah dengan 0,5 ml NaOH dan berlaku untuk menit ke 8, 12, 16, 20.
4. Setelah pemanasan selama 4 menit, 8,12,16,20 dilakukan analisis iodine,
sedangkan pada menit ke 20 juga dilakukan analisis secara benedict.
5. Analisis iodine dilakukan dengan penambahan 2 tetes sampel dan 7 tetes
iodin. Sedangkan analisis benedict dilakukan dengan penambahan 10 tetes
sampel dan 3 ml benedict.
  .""2 /
1. Sampel sebanyak 2,5 mL pati ditambahkan 2,5 ml akuades, dan
ditambahkan HCL 2 M sebanyak 2,5 mL dipanaskan pada suhu 370 c.
2. Pada pemanasan 0 menit diambil 1 mL sampel dan ditambahkan 0,25 mL
NaOH dan dipanaskan 1000C selama 5-7 menit dan berlaku pada
pemanasan 4,8,16,30.
3. Setelah pemanasan selama 0 menit, 4, 8,16,30 dilakukan analisis iodine,
dan ditetesi benedict untuk dilakukan analisis secara benedict.
4. Pada pemanasan menit ke 4 sampai menit ke 30 juga dianalisis dengan ppt.
5. Analisis iodine dilakukan dengan penambahan 2 tetes sampel dan 7 tetes
iodin, sedangkan analisis benedict dilakukan dengan penambahan 10 tetes
sampel dan 3 ml benedict.
c c3
   !c   


&
   % "!  "    " 
Maltosa dan Laktosa adalah 2 jenis karbohidrat yang hampir mirip, untuk menguji
apakah sampel merupakan laktosa atau maltosa tidak cukup hanya dengan uji
barfoed, I / KI, benedict, seliwanoff dan uji molisch saja. Maltosa dan Laktosa
hanya dapat dibedakan melalui uji yang lebih spesifik, yaitu dengan menggunakan
Uji Ô 
Uji osazon ini adalah uji yang dapat membedakan glukosa dan galaktosa.Kita tahu
bahwa struktur maltosa dan laktosa hanya berbeda pada glukosa dan galaktosa
saja, Maltosa terdiri dari dua buah molekul glukosa dan laktosa terdiri dari
glukosa dan galaktosa maka dari itu, ini adalah salah satu uji yang bisa
membedakannya. Uji ini dilakukan dengan cara mereaksikan Fenilhidrazin yang
telah ditambahkan Na-asetat kering dengan sampel, kemudian memanaskannya
selama 30 menit lalu dinginkan larutan tersebut. Setelah dingin, amatilah larutan
itu, jika terbentuk kristal yang dinamakan kristal osazon, maka larutan tersebut
mengandung galaktosa. Larutan yang lain tidak akan bisa membentuk kristal
osazon ini.(Hill,2007)

&   "  2c "     


& 
  2

Tabel 4.1 Data Pengamatan Sampel
Uji Molisch Uji Benedict Uji I/KI Uji Barfoed Uji
Seliwanoff
Tidak Tidak ada Larutan Tidak ada Hijau bening
terbentuk endapan, menjadi perubahan >
cincin ungu warna tetap kuning (-) 10 mnt (-)
(-) (-)

Uji pertama yang dilakukan kepada Sampel I adalah uji molisch dengan hasil
negatif (tidak ada cincin ungu kemerahan) yang berarti sampel tidak mengandung
karbohidrat.Ini merupakan bukti bahwa sampel bukan karbohidrat. Uji kedua
adalah uji benedict dengan hasil yang negatif juga setelah dipanaskan di penangas
air mendidih selama dua menit yaitu tidak terbentuk endapan merah bata. Setelah
melakukan uji Benedict, dilakukan uji ke tiga, yaitu uji I / KI hasilnya negatif.Uji
Barfoed juga mengatakan negatif, begitupula dengan uji Seliwanoff.Diduga
bahwa Sampel I ini adalah Asam Oleat.Karena Uji Molisch hasilnya negatif, maka
ini adalah bukti yang kuat yang menunjukan bahwa sampel bukan termasuk
Karbohidrat.
&    2

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Sampel
Uji Molisch Uji Benedict Uji I/KI Uji Barfoed Uji
Seliwanoff
Terbentuk Ada Larutan Tidak ada Warna merah
cincin ungu endapan menjadi perubahan > cherry(
(+) merah bata kuning (-) 10 mnt (-) ketosa)
(+)

Perlakuan kepada sampel kedua ini adalah sama dengan sampel pertama.
Dilakukan uji Molisch untuk mengetahui apakah dalam Sampel II ini terdapat
kandungan karbohidrat atau tidak.Hasil uji nya adalah positif (terdapat cincin
merah dalam tabung reaksi), yang berarti sampel ini mengandung Karbohidrat.Uji
yang kedua adalah uji benedict, terdapat endapan merah bata pada sampel yang
diuji, menandakan bahwa hasil uji benedict ini adalah positif.Menandakan bahwa
di dalam sampel mengandung gula pereduksi.
Uji yang ke tiga adalah uji I / KI, pada uji ini sampel menunjukan hasil yang
negatif (larutan berubah menjadi warna kuning / mirip dengan warna reagen), ini
menunjukkan sampel 2 tidak mengandung amilum.Kemudian dilakukan uji
Barfoed kepada sampel.Hasilnya adalah negatif, dengan tidak terbentuk endapan
merah.Artinya, sampel 2 adalah karbohidrat yang tergolong dalam
monosakarida.Uji yang terakhir adalah uji Seliwanoff.Uji ini menunjukkan hasil
yang positif yaitu terbentuk warna merah 3  Diduga, sampel ini merupakan
Fruktosa.
&  $  2
Tabel 4.2 Data hasil pengamatan sampel
Uji Molisch Uji Benedict Uji I/KI Uji Barfoed Uji Seliwanoff
Terbentuk Ada endapan Larutan Tidak ada Tidak ada
cincin ungu merah bata menjadi perubahan > perubahan
kemerahan (+) (+) kuning (-) 10 mnt (-)

Seperti pada sampel yang sebelumnya, dilakukanlah uji Molisch untuk


membuktikan apakah sampel mengandung karbohidrat atau tidak, dan hasilnya
sampel mengandung karbohidrat yang dengan ditandainya cincin ungu
kemerahan. Setelah uji Molisch dilakukan, dilakukanlah uji benedict pada sampel
untuk mengetahui apakah di dalam sampel ada gula pereduksi atau tidak.
Ternyata, setelah melalui uji benedict, hasilnya positif atau dengan kata lain
sampel mengandung gula pereduksi.
Di sampel ini, uji I/KI menunjukkan hasil yang negatif, ini menunjukkan bahwa
sampel tidak mengandung pati, dekstrin dan glikogen.Uji berikutnya adalah uji
barfoed dengan hasil yang negatif, ini menunjukkan sampel adalah karbohidrat
yang tergolong dalam monosakarida.Uji yang terakhir adalah uji seliwanoff.Uji
seliwanoff ini menunjukkan hasil yang tidak ada perubahan.Setelah mendapat
semua data-data yang ada, diduga sampel ini adalah Maltosa / Laktosa.Untuk
membedakan maltosa dan laktosa dibutuhkan uji yang lebih spesifik terutama uji
untuk mendeteksi ada atau tidaknya galaktosa di dalam sampel bernama d
 .
&  &  23

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian
Uji Molisch Uji Benedict Uji I/KI Uji Barfoed Uji
Seliwanoff
Terbentuk Ada Larutan Tidak ada Warna merah
cincin ungu endapan menjadi perubahan > peach
kemerahan merah bata kuning (-) 10 mnt (-) (aldosa)
(+) (+)

Hal yang pertama dilakukan kepada sampel ke 4 ini adalah uji molisch.Hasil uji
ini adalah positif, dengan tanda terbentuknya cincin ungu pada tabung reaksi yang
berarti sampel 4 positif mengandung karbohidrat.Hasil uji Benedict yang
dilakukan juga positif, ini menandakan bahwa sampel 4 mempunyai gula
pereduksi.Hasil uji berikutnya, yaitu uji I/KI menunjukan hasil negatif (larutan
sampel hanya menjadi kuning), ini menunjukan bahwa sampel tidak mengandung
amilum, glikogen maupun dekstrin.
Berikutnya dilakukan uji Barfoed kepada sampel 4 yang menunjukkan hasil yang
negatif selama 2, 5, dan 10 menit. Dari hasil yang ada, menunjukkan bahwa
sampel 4 tidak mengandung monosakarida, disakarida maupun polisakarida
pereduksi. Uji terakhir yang dilakukan sampel 4 adalah uji Seliwanoff.Uji ini
dilakukan untuk mengetahui adanya gugus aldosa atau ketosa pada sampel.Uji
Seliwanoff menunjukan hasil yang positif (berwarna merah peach) yang berarti
bahwa sampel mengandung aldosa.Diduga sampel ini merupakan glukosa.

&  * 23


Pada tabel 4.1 dapat terlihat bahwa hasil pengujian sampel yang dilakukan pada
uji Molosch adalah terbentuknya cincin ungu kemerahan. Hasil tersebut
menunjukan bahwa sampel yang digunakan mengandung karbohidrat, karena
ketika sampel tersebut ditetesi pereaksi Molisch dan H2SO4 pekat dan sampel
tersebut berubah warna menjadi ungu violet, maka sampel tersebut terbukti
mengandung karbohidrat.
Pengujian selanjutnya ketika sampel dilakukan pengujian Benedict dan terbentuk
endapan merah bata, maka sampel ini terbukti mengandung gula pereduksi, maka
sampel ini bukan tergolong dalam sukrosa.Sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan
hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon
anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain.
Pengujian yang ketiga dilakukan pengujian KI/I dan hasil pengujian tersebut
menunjukan hasil negatif, larutan tidak mengalami perubahan warna dan tetap
berwarna kuning. Reagen lugol iodin yang digunakan berfungsi untuk
menentukan pati dan gikolgen terhadap polisakarida lain. Hasil tersebut
menunjukan bahwa sampel tidak memiliki kandungan pati.
Pengujian keempat dilakukan pengujian Barfoed terhadap sampel.Pengujian pada
2-3 menit pertama tidak mengalami perubahan begitu juga dengan menit ke-5 dan
menit ke-10. Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel tidak mengandung
monosakarida, karena jika sampel mengandung monosakarida, maka akan ada
endapat berwarna merah ketika sampel direaksikan dengan reagen Barfoed
tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sampel tidak memiliki kandungan
glukosa atau ribosa tetapi sampel mengandung maltosa (disakarida) dan pati
(polisakarida).
Pengujian yang terakhir adalah pengujian Seliwanoff.Hasil yang didapat pada
pengujian ini adalah adanya perubahan sampel menjadi warna merah 3 .Hasil
tersebut menunjukan bahwa sampel merupakan aldosa.Pengujian ini digunakan
untuk mendeteksi adanya gugus keton dalam sampel yang digunakan.
Kelima tahap pengujian yang dilakukan pada sampel menyimpulkan bahwa
sampel V tersebut bisa menunjukkan dua hasil yaitu maltosa dan laktosa. Hasil
tersebut belum dapat disimpulkan secara pasti karena sampel yang digunakan
sama, ketika dilakukan pengujian Molisch sampel merupajan karbohidrat, ketika
dilakukan pengujian Benedict sampel termasuk gula pereduksi, pada uji
Seliwanoff sampel menunjukkan hasil yang positif (+) bahwa sampel merupakan
aldosa, dan ketika dilakukan pengujian KI/I hasil yang didapatkan tidak sesuai.
Hasil yang didapat adalah sampel bukan termasuk dalam polisakarida.Seharusnya
sampel merupakan polisakarida, pada menit ke-10 perubahan warna seharusnya
terjadi pada sampel yang digunakan.Kesalahan tersebut dikarenakan suhu
pemanasan yang kurang tepat. Penentuan hasil yang spesific harus dilakukan
pengujian yang lebih lanjut untuk dapat menentukan apakah sampel yang
digunakan maltosa atau laktosa. Pengujian yang dapat menentukan untuk dapat
menentukan uji lebih lanjut adalah uji mucic acid atau uji osazone.
&  , 23
Pengujian Molisch yang dilakukan pada sampel VI mendapatkan hasil yang postif
(+), terbentuknya cincin ungu kemarehan menunjukkan bahwa sampel
mengandung karbohidrtat.
Uji Benedict pada sampel menghasilkan hasil yang negatif (-), karena tidak ada
endapan yang terbentuk dalam sampel.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel
tidak termasuk gula pereduksi.
Uji KI/I pada sampel menunjukkan hasil yang positif (+), larutan sampel
menunjukkan adanya perubahan menjadi warna biru kehitaman.Hal tersebut
terjadi karena adanya ikatan antara amilum dan iodium sehingga sampel yang
digunakkan mengalami perubahan warna.
Uji Barfoed yang dilakukan pada sampel tidak menunjukkan adanya perubahan
baik dari menit ke2-3, maupun menit ke-5 dan ke-10.Hal tersebut menunjukkan
bahwa sampel tidak mengandung monosakarida maupun disakarida.
Pada uji Seliwanoff sampel yang sudah diuji mengalami perubahan warna
menjadi warna merah 3 .Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel memiliki
kandungan aldosa.
Hasil yang didapat maupun uji yang sudah dilakukan menyimpulkan bahwa
sampel VI tersebut merupakan pati.Karena ketika dilakukan pengujian pati sampel
menunjukkan adanya perubahan warna, hal tersebut semakin memperkuat
pernyataan tersebut.
&  . 23
Pengujian Molisch pada sampel VII menunjukkan hasil yang (+), sampel
menunjukkan terebtnuknya cincin ungu kemerahan.Hal tersebut menunjukkan
bahwa sampel tersebut mengandung karbohidrat.
Pada uji Benedict, hasil yang didapat adalah negatif (-), tidak ada hasil yang
menunjukkan terbentuknya endapan merah mata pada sampel VII.Hal tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang digunakan tidak termasuk dalam gula
pereduksi.
Uji selanjutnya adalah uji KI/I, pada uji ini sampel tidak menunjukkan adanya
perubahan warna, sampel tetap berwarna kuning.Sampel VII menunjukkan hasil
yang negatif (-).Hasil tersebut menandakan bahwa sampel tidak memiliki
kandungan pati.
Pada uji Barfoed, pada menit ke-2 dan ke-3 tidak ada hasil posotif yang
terlihat, pada menit ke-5 dan ke-10, hasil yang tampak pada sampel juga tetap
negatif (-), hal tersebut menandakan bahwa sampel bukan monosakarida dan
disakarida perduksi.
Uji Seliwanoff yang dilakukan pada sampel menunjukkan perubahan warna yang
terjadi pada sampel menjadi merah 3  .Hal tersebut menjukan bahwa sampel
VII yang digunakan merupakan ketosa.
Uji diatas menunjukkan bahwa sampel merupakan sukrosa.Karena pada uji
Barfoed sampel bukan termasuk mono ataupun disakarida peredukasi.Hal tersebut
ditunjang dengan hasil pada pengujian Seliwanoff karena sampel merupakan
ketosa.
&  0 23
Tabel 4.4 Data hasil pengamatan sampel 
Uji Molisch Uji Benedict Uji I/KI Uji Barfoed Uji
Seliwanoff
Terbentuk Tidak ada Larutan Ada Warna
cincin ungu endapan (-) menjadi endapan < 5 menjadi
(+) kuning (-) menit (+) merah peach
(aldosa)

Pada uji Molisch, sampel terbukti memiliki kandungan karbohidrat, karena
adanya pembentukan cincin untu kemerahan dalam sampel. Sampel yang
mengandung karbohidrat akan bereaksi dan membentuk cincin ungu ketika
ditetesi pereaksi Molisch dan H2S04.
Uji Benedict pada sampel VIII, menunjukkan hasil yang negatif (-), karena tidak
adanya endapan merah bata yang terbentuk dalam sampel.Hal tersebut
menunjukkan bahwa sampel bukan termasuk dalam gula pereduksi.
Pada uji Barfoed, ketika menit ke-2 dan ke-3, sampel masih menujukkan hasil
yang negatif karena belum adanya endapan yang terbentuk pada sampel.Pada
menit ke-5 sampel VIII mengalami perubahan, adanya endapan yang terbentuk
pada dasar tabung reaksi.Pengujian dilanjutkan hingga menit ke-10, endapan
tersebut hilang.Ketika pati sudah berubah menjadi fruktosa hasil yang seharusnya
adalah adanya endapan dalam sampel. Karena pati yang termasuk dalam
polisakarida sudah berubah menjadi fruktosa gula pereduksi yang akan
mengendap ketika dilakukan pengujian Barfoed. Uji Barfoed merupakan uji yang
dapat menentukan kandungan monosakarida atau disakarida pada sampel.
Pengujian terakhir yang dilakukan pada sampel adalah uji Selowanoff.Sampel
VIII yang diuji menunjukkan hasil yang berwara merah 3 .Hal tersebut
menunjukkan bahwa sampel merupakan aldosa.
Seluruh uji yang sudah dilakukan pada sampel menunjukkan bahwa sampel yang
dipergunakan adalah pisang. Karena hasil uji Molisch menunjukan bahwa sampel
mengandung karbohidrat, beberapa pengolahan terhadap sampel membuat
kandungan pati pada sampel berkurang sehingga ketika uji Barfoed endapan yang
muncul masih nampak kurang jelas, hal tersebut juga dikarenakan karena suhu
pemanasan yang kurang stabil pada suhu 100 C.
& $"" " 
Hidrolisi pati oleh asam dilakukan dengan cara mengencerkan pati dengan
akuades terlebih dahulu kemudian ditetesi dengan HCL lalu diinkubasi dengan
penangas air mendidih. Setelah selesai, larutan di netralkan dengan menggunakan
NaOH dan ditentukan kadar gulanya dengan menggunakan metode anthrone.
Sebelum uji dilakukan, sampel diambil sedikit untuk ditetesi iodine, warna nya
adalah biru kehitaman, ini bukti bahwa sampel masih belum terhidrolisis.Pada
menit keempat saat sampel dipanasi, diambil sedikit sampel dan ditetesi iodine
untuk memeriksa apakah pati sudah terhidrolisis, hasilnya setelah ditetesi iodine,
sampel berwarna biru kehitaman, menunjukkan bahwa pati belum terhidrolisis.
Menit kedelapan, diambil lagi sedikit sampel dan ditetesi iodine, terlihat
perbedaan warna menjadi biru abu abu, menandakan bahwa proses hidrolisi
mulai jalan. Menit ke 12, sampel diambil sedikit lagi dan ditetesi iodine, masih
ada biru abu abu tapi mulai pudar warnanya.Menit ke 16, dilakukan hal yang
sama terhadap sampel seperti menit´ sebelumnya.Hasilnya menunjukkan
warnanya semakin pudar. Menit terakhir, yaitu menit yang ke 20, sampel diambil
sedikit dan ditetesi iodine, warna sampelnya tidak terlihat warna biru abu abu
lagi, melainkan warna kekuningan dari iodine, menunjukkan bahwa pati sudah
terhidrolisis.
Pada menit ke 16 dan menit ke 20, diambil lagi sedikit sampel untuk dilakukan uji
benedict, untuk mendeteksi adanya gugus aldehida atau gugus keton bebas yang
akan membentuk endapan berwarna merah bata. Uji Benedict ini dilakukan di
menit 16 dan 20 hanya untuk data duplo. Hasilnya, pada menit ke 16 dan 20 sama,
terdapat endapan merah bata yang menandakan adanya gugus aldehida atau gugus
keton di dalam sampel.

& &""/
Tabel 4.5 Hasil hidrolisis pati oleh enzim
Uji 0 menit 4 menit 8 menit 16 menit 30 menit
Iodine Biru Biru kehitaman Biru Biru Biru
kehitaman (++++) kehitaman kehitaman kehitaman
(+++++) (++++) (+++) (++)
Benedict Biru Biru kehijauan Hijau tua dan Hijau muda Hijau
dan endapan endapan dan endapan muda dan
kuning kuning kuning endapan
kuning
Hidrolisis enzim terhadap pati terjadi ketika sampel dimasukan bersama dengan
ÑÑ serta enzim amilase ke dalam erlenmeyer yang digunakan.Erlenmeyer
tersebut dipanaskan dengan suhu 37 C untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Enzim tidak akan dapat bekerja secara maksimal pada suhu yang terlalu rendah
dan terlalu tinggi, karena enzim dapat mengalami kerusakan.
Hasil yang didapat pada percobaan pertama kurang sesuai dengan literatur, hal
tersebut dikarenakan enzim yang digunakan saat praktikum bukan enzim aplha
amilase melainkan enzim yang diambil dari ekstrak tauge. Hal tersebut
menyebabkan harus adanya pengulangan praktikum yang digunakan sehingga
mendapatkan data seperti pada tabel 4.4
Pada menit ke-0, sampel ketika ditetesi oleh Iodine tetap berwarna biru
kehitaman, hal tersebut menandakan adanya kandungan pati pekat didalam
sampel, sehingga warna hasil yang didapat sangat pekat. Pada uji Benedict, hasil
yang didapat adalah warna biru.
Pada menit ke-4, ketika sampel ditetesi oleh Iodine wanra sampel tetap berwarna
biru kehitaman, hal tersebut menandakan adanya pati pekat dalam sampel.Ketika
ditetesi oleh Benedict, sampel menjadi biru kehijauhan dan memiliki endapan
kuning pada bagian bawah, adanya penghidrolisisan pati oleh enzim terjadi
didalamnya.
Pada menit ke-8, warna biru yang terjadi ketika sampel ditetesi oleh larutan Iodine
adalah tetap berwarna biru kehitaman, namun wana yang terjadi tidak sepekat
ketika dilakukan perlakuan pada menit ke-0 dan ke-4.Uji Benedict yang dilakukan
menghasilkan warna hijau tua dan memiliki endapan kuning. Hal tersebut
menandakan adanya proses hidrolisis namnun belum terjadi secara sempurna.
Pada menit ke-16, uji Iodine yang dilakukan pada sampel menyebabkan
adanya perubahan warna yang terjadi seperti pada tabel 4.4 .Uji Benedict yang
dilakukan menimbulkan warna hijau muda dan masih terdapat adanya endapan
kuning yang terjadi. Hal tersebut menunjukan bahwa enzim berhasil
menghidrolisis pati.
Pada menit ke-30, warna sampel berubah ketika adanya penetasan larutan Iodine
menjadi warna biru kehitaman yang sedikit pudar.Perlakuan uji Benedict
menunjukan sampel sampel dapat menghidrolisis pati secara merata karena warna
yang terjadi adalah hijau muda dan memiliki adanya endapan kuning.

& *ÿ  2 º  2   """


Pada prinsip dasarnya hidrolisis merupakan reaksi kimia yang terjadi pada saat
molekul H2O (air) terpisah menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksidanya
(OH-), sedangkan pada hidrolisis pati dapat dikatakan senyawa polimer pati di
pisahkan sampai keseluruh komponennya kembali ke monomer-monomernya
masing-masing dengan bantuan air dan senyawa katalis lainnya. Ada beberapa
tahapan dalam hidrolisis yang harus diperhatikan pada saat proses berlangsung
antara lain, tahap pertama penambahan senyawa asam dan air pada pati kering
yang bertujuan untuk memecah polimer pati dan air akan masuk ke polimer pati.
Pada percobaan hidrolisis pati oleh asam, pati di tambahkan dengan 1 mL HCl 2
M yang berfungsi untuk memecah rantai polisakarida yang tedapat didalam pati
menjadi monosakarida penyusunya, sekaligus mempercepat (katalis) proses.
Selain HCl, air juga ditambahkan didalam proses hidrolisis dengan tujuan di
dalam air proses hidrolisis bereaksi dalam waktu yang relatif lambat, tetapi
menjadi media dan solven yang baik karena pati dan asam klorida (HCl) larut di
dalam air. Asam dan air akan bekerjasama dalam menyerang ikatan glikosidik pati
sehingga polisakarida terpecah-pecah. Tahapan kedua yaitu proses kondensasi,
pada proses ini terjadi pengeringan dan pemberhentian proses hidrolisis sehingga
viskositas menjadi tinggi. Tahapan ketiga terjadinya proses transglukosidasi atau
dekstrinisasi yang adalah membentuknya kembali glukosa dan pengikatan glukosa
dengan sesamanya atau dengan polimernya sehingga ikatan glukosa terbentu dan
dapat bertukar satu dengan yang lainya, dan pada saat proses ini berlangsung
viskositas solute tidak berubah. Tahapan terakhir adalah tahap pembentukan
dekstrin, dimana dekstrin yang sudah terbentuk di netralkan dengan larutan basa
sehingga produk dekstrin yang di dapat tidak dalam keadaan asam. Berdasarkan
percobaan yang di lakukan perlakuan penetralan dilakukan dengan penambahan
0,5 mL NaOH 4 M ke dalam 1 mL sampel. Pada proses hidrolisis enzimatis
perbedaan hanya terdapat pada katalis yang di pakai, enzim Į-amilase 2% yang
termasuk kedalam golongan endoenzim ini dipakai untuk memotong dan
memecah ikatan glukosida dan amilopektin sehingga terpecah menjadi glukosa,
maltosa, atau oligosakarida. Penambahan larutan buffer sitrat sebelum di inkubasi
agar pH larutan sampel menjadi netral dan mempertahankan sehingga tidak
merusak proses hidrolisis. Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan
pada saat melakukan hidrolisis dengan asam maupun enzim antara lain, waktu
reaksi, suhu, dan juga katalisator (asam/enzim). Jika waktu pereaksian atau
pemanasan terlalu lama pati akan terus menerus dihidrolsis jika terlalu lama
hasilnya tidak baik. Sedangkan jika suhu pemanasan tidak konstan akan terjadi
pengurangan kekuatan pereaksi katalisator yang dapat menyebabkan reaksi
semakin memakan waktu yang lama. Jumlah katalisator yang di tambahkan
kedalam larutan juga sangat berpengaruh, jika terlalu banyak hasil akan sangat
tidak relevan. Karena itu memperhatikan ketiga faktor yang berpengaruh besar
dalam proses hidrolisis pati dan glikogen sangat penting
9 10
dilakukan.(Anonim ,Anonim , tanpa tahun)
& * "ÿ   ""/
Dalam hidrolisis secara enzimatis diperlukan kondisi yang optimum, karena
enzim merupakan senyawa yang mudah rusak. Beberapa faktor yang dapat
merusak aktifasi ataupun menghambat kerja enzim antara lain substrat yang akan
di bentuk, suhu lingkungan reaksinya, tingkat keasaman (pH), kofaktor dan
inhibitor. Dalam proses hidrolisis enzim amilase yang mengubah pati menjadi
glukosa memerlukan suhu yang cukup tinggi sebesar 85-100 oC. Konsentrasi
substrat yang dipakai ± sebesar 30% dan pada tingkat keasaman (pH) 5,7-netral
.Jenis enzim dan asal enzim juga berpengaruh kepada aktifasinya. Enzim yang
tidak cocok dipakai dengan substratnya tidak akan bereaksi dengan baik karena
enzim bekerja seperti teori kunci dan gembok dimana hanya enzim yang spesifik
yang dapat membentuk substrat yang spesifik juga. Sedangkan dari asalnya dapat
di perhatikan terdapat enzim yang belum aktif dan yang sudah, enzim yang
(kasar) dapat memiliki keaktifan ayng kurang baik sehingga dapat menghambat
reaksi hidrolisis, karena itu penting memperhatikan asal pengabilan enzim.Diluar
keadaan-keadaan yang optimum bagi enzim, enzim akan kehilangan aktifasinya
bahkan rusak, dan mengakibatkan enzim tidak dapat menghidrolisis pati dengan
baik. (Anonim11,Anonim12, tanpa tahun)
c c3
! 


Berdasarkan uji kualitatif yang telah dilakukan pada saat praktikum terhadap
delapan sampel yang harus diidentifikasi, maka dapat disimpulkan bahwa Sampel
I merupakan asam oleat, sampel II merupakan fruktosa, sampel III merupakan
disakarida (maltosa atau laktosa), sampel IV merupakan glukosa, sampel V
merupakan disakarida (maltosa atau laktosa), sampel VI merupakan pati, sampel
VII merupakan sukrosa, dan sampel VIII merupakan pisang.
Berdasarkan uji isolasi glikogen hati sapi berat glikogen pertama 0,1698
gram sedangkan berat glikogen kedua sebesar 0,0927 gram jadi berat totalnya
0.2625 gram. % berat glikogen dalam sampel setelah dikeringkan 0,1746 %.
Sedangkan pada hasil duplo, persentase berat glikogen dalam hati sebesar
0,14105%.
Berdasarkan uji hidrolisis pati oleh asam, pada menit ke 0 setelah sampel
ditetesi larutan iodin, sampel berwarna biru kehitaman. Pada menit ke 4
pemanasan dan ditetesi larutan iodin, warna sampel tetap biru kehitaman, Setelah
menit ke 8 pemanasan dan ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru keabuan
atau memudarnya warna biru kehitaman. Pada menit ke 12 pemanasan warna
sampel memudar menjadi biru keabuan setelah ditetesi iodin. Setelah melakukan
pemanasan 16 menit dan ditetesi iodine, warna sampel menjadi jernih, sedangkan
setelah ditetesi benedict dan dipanaskan, sampel timbul endapan merah bata.
Setelah menit ke 20, sampel berwana kekuning-kuningan pada campuran larutan
iodin.Pada campuran benedict, sampel yang dipanaskan timbul endapan merah
bata.
Berdasarkan uji hidrolisis pati oleh enzim, pada menit ke 0 setelah sampel
ditetesi larutan iodin, sampel berwarna biru kehitaman pekat, sedangkan ditetesi
dengan benedict berwarna biru. Pada menit ke 4 pemanasan dan ditetesi larutan
iodin, warna sampel tetap biru kehitaman, sedangkan dengan benedict berwarna
hijau biru dan ditetesi ppt berwarna kuning. Setelah menit ke 8 pemanasan dan
ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru kehitaman dengan benedict berwarna
hijau tua dan dengan ppt berwarna kuning. Pada pemanasan 16 menit dan ditetesi
iodine, warna sampel tetap berwarna biru kehitaman, sedangkan setelah ditetesi
benedict dan dipanaskan, sampel berwarna hijau terang dengan ppt berwarna
kuning. Setelah menit ke 30, sampel berwana kekuning-kuningan pada campuran
larutan iodin.Pada campuran benedict, sampel yang dipanaskan berwarna hijau
terang dan dengan ppt berwarna kuning.














 4ÿ 1ÿ 

Anonim1.    dÑ d 
d3  Homepage on-line available from
:http://1.bp.blogspot.com/_s6tOoXRKRX8/S9 PjiRTvJI/AAAAAAAA
AOo/xr8uU63WgR0/s1600/Copy+of+mol.jpg internet accessed 5
September 2010
2
Anonim    d
 d d3  Homepage on-line available from
:http://72.55.87.14/biology/jacobs/bio131/organic/images/benedicts.JP 
internet accessed 5 September 2010
Anonim3   d
 d  Ñ   Homepage on-line available from
:http://www.harpercollege.edu/tm-
ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/barf/barf.jpg internet accessed 5
September 2010
Anonim4.   d
 d 
d  ÑÑ  Homepage on-line available from
:http://www.harpercollege.edu/tm-
ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/seli/seli.htm internet accessed 5
September 2010
Anonim5.   d
 d d
  Homepage on-line available from
:http://2.bp.blogspot.com/_s6tOoXRKRX8/S8yl1LpvnNI/AAAAAAAA
AOQ/ZDzR9_BUOV8/s400/bial.jpg internet accessed 5 September 2010
Anonim6.³
3 ,´Home page on-line.Available from :
http://student.biology.arizona.edu/honors99/group7/background.html
Internet accessed 8 September 2010.
Anonim7.     dd dd 
dd  Ñ     
 dd Home page on-line. Available from
:http://74.125.153.132/search?q=cache:OM´BxehdZvMJ:web.mst.edu/~
nercal/documents/chem362/experiments/UNIT4%2520Expt1.doc+qualit
ative+testing+for+carbohydrates+iod+site:.edu&cd=6&hl=id&ct=clnk&
gl=id Internet accessed 8 September 2010.
Anonim8.³ d
dd 3  dd, ´Home page on-line. Available from:
http://coellas.multiply.com/journal/item/24 Internet accessed 19
September 2010.
Anonim9.      d
dd  Homepage on-line available from
:http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/31031012 internet
accessed 8 September 2010
Anonim10.   d
dd d Homepage on-line available from
:http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-
s2-2005-inyomanwid-1818 internet accessed 8 September 2010
Anonim11.   d
dd d Homepage on-line available from
:http://alvina.blog.uns.ac.id/2008/12/27/aplikasi-enzim/ internet accessed
19 September 2010
Anonim12.   d
dd d Homepage on-line available from
:http://lppm.ipb.ac.id internet accessed 19 September 2010
13
Anonim   dd dd d d3  Homepage on-line available from
:http://www.jbc.org/content/5/5/485.full.pdf internet accessed 5
September 2010
Anonim14.  dd dd d d3  Homepage on-line available from
:http://www.jbc.org/content/277/16/e5.full internet accessed 5 September
2010
Anonim15.  dd dd d d3  Homepage on-line available from
:www.scribd.com internet accessed 5 September 2010
Astawan, made.  33dddd.Jakarta:Penebar
Swadaya.,2009
Cui, Steve W, 2006.       d   d3
   d 

d3d . Boca Raton : CRC Press, 2005.
Dr. Shahrukh keki R.Pavri.d
 Ñd
dÊ 
   .New Delhi:Unisons Techno Financial Consultants (P)
Ltd,2001
Hill, Mc raw Tata.2007.  
 Ñ d 3 d . The Mc raw-Hills
Company. India
Jati, Bangun Murdijan. Ñ   d Home page on-line. Available
fromhttp://www.gealgeol.com/2009/4/23/manfaat-buah-pisang.html;
Internet; accessed 8 September 2010.
Malhotra Varun Kumar. 3d3
 d 3 d Ñ  .New Delhi:Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd,2003
Marshall, Janette. ³  . Jakarta : Erlangga. 2005.
Nigam Arti and Ayyagari Archana. 
 d d 3 d  Ê

 d 3 
. New Delhi:Tata Mc raw-Hill Publishing Company
Limited,2007
Rismaka.   d d
ddÑ Home page on-line.Available from
http://www.rismaka.net/2009/06/karbohidrat-pada-uji-kualitatif.html;
Internet; accessed 8 September 2010.
Stephen, Alistair M., Peter A. Williams,  lyn O. Philip .  
33  d
 d 
d3d . 2nd Ed. Boca Raton: CRC Press, 2006.
Sumardjo Damin. dd
d  d   
   ÊÑ
d .Jakarta:E C,2008.



También podría gustarte