Está en la página 1de 100

ANALISIS PENGUNJUNG

ٍMUSEUM JAWA TENGAH RONGGOWARSITO

DAN PROYEKSINYA TAHUN 2006

TUGAS AKHIR

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Studi Diploma III

untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

oleh :

Nama : Nor Sa’idah

NIM : 4151302655

Prodi : D3 Staterkom

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

i
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Tugas Akhir Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada

hari : Selasa

tanggal : 9 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam Supardi, M.S. Drs. Supriyono, M.Si.

NIP.130781011 NIP.130815345

Penguji I Penguji II

Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Drs. Wardono, M.Si.

NIP.130604211 NIP.131568905

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. Wardono, M.Si. Drs. Amin Suyitno, M.Pd.

NIP.131568905 NIP.130604211

ii
ABSTRAK

Nor Sa’idah. 2005. Analisis Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito


dan Proyeksinya Tahun 2006. Tugas Akhir. Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Pengunjung, Proyeksi, Dekomposisi.

Tugas akhir ini berisi tentang aplikasi proyeksi/peramalan dalam bidang


pariwisata, yaitu pengunjung museum. Proyeksi ini dilakukan dengan
mempertimbangkan banyaknya pengunjung pada tahun-tahun sebelumnya yang
dianalisis dengan metode Dekomposisi untuk mengetahui jumlah pengunjung
museum tahun 2006.
Permasalahan yang dirumuskan dalam tugas akhir ini adalah: berapa
jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2000-2004,
faktor apa yang mempengaruhi pengunjung datang ke museum, dan bagaimana
hasil proyeksi jumlah pengunjung museum tahun 2006.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah:
untuk mengetahui jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
tahun 2000-2004, faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung datang ke
museum, dan hasil proyeksi jumlah pengunjung museum tahun 2006 dengan
menggunakan metode Dekomposisi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interview,
observasi, dan literatur. Untuk menganalisis data jumlah pengunjung museum,
digunakan metode Dekomposisi untuk menentukan proyeksi jumlah pengunjung
dengan cara mengalikan nilai trend dengan indeks musim (F = T x M).
Dari data yang ada diketahui bahwa jumlah pengunjung Museum Jawa
Tengah Ronggowarsito tiap kuartal dari tahun 2000-2004 adalah : untuk tahun
2000 kuartal I sebanyak 12.937 orang, kuartal II sebanyak 10.694 orang, kuartal
III sebanyak 14.961 orang, kuartal IV sebanyak 8.137 orang. Pada tahun 2001
untuk kuartal I sebanyak 7.864 orang, kuartal II sebanyak 16.394 orang, kuartal
III sebanyak 10.924, dan kuartal IV sebanyak 8.321 orang. Sedangkan untuk
tahun 2002 pada kuartal I pengunjung museum sebanyak 6.634 orang, kuartal II
sebanyak 15.842 orang, kuartal III sebanyak 10.292 orang, dan kuartal IV
sebanyak 10.495 orang. Adapun jumlah pengunjung museum pada tahun 2003
untuk kuartal I sebanyak 7.770 orang, kuartal II sebanyak 21.374 orang, kuartal
III sebanyak 7.640 orang, dan kuartal IV sebanyak 11.176 orang. Jumlah
pengunjung museum tahun 2004 untuk kuartal I sebanyak 9.922 orang, kuartal II
sebanyak 20.688 orang, kuartal III sebanyak 6.393 orang, dan kuartal IV sebanyak
11.945 pengunjung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung
datang ke museum terdiri dari lokasi, publikasi, pameran, promosi, musim
liburan, dan biaya/harga tiket masuk museum. Dengan menggunakan metode
Dekomposisi, hasil proyeksi jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah
Ronggowarsito tahun 2006 sebanyak 49.637 pengunjung, dengan rincian kuartal I
sebanyak 8.749,54 atau jika dibulatkan 8.749 pengunjung, kuartal II sebanyak

iii
18.231,97 atau 18.231 pengunjung, kuartal III sebanyak 11.220,50 atau 11.220
pengunjung, dan kuartal IV sebanyak 11.437,89 atau 11.437 pengunjung. Dengan
demikian, pada tahun 2006 jumlah pengunjung museum mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hal-hal yang dapat penyusun sarankan adalah hendaknya faktor penarik
bagi masyarakat untuk datang ke Museum Jawa Tengah Ronggowarsito terus
ditingkatkan. Faktor penarik tersebut meliputi pelayanan, pemanduan pengunjung
saat kunjungan ke museum berlangsung, promosi, publikasi, pameran keliling,
atraksi/pagelaran di museum, serta kegiatan-kegiatan lain yang dapat menarik
minat masyarakat untuk mengunjungi museum, serta perlunya pengelola museum
memperluas kegiatan menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah, perguruan
tinggi, instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang selalu melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Pengunjung Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito dan Proyeksinya Tahun 2006” disusun dalam rangka

menyelesaikan Program Studi D3 Statistika Terapan dan Komputasi Jurusan

Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang.

Atas terselesaikannya Tugas Akhir ini, penyusun mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Dr. H. Ari Tri Sugito, S.H, M.M, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam Supardi, M.S, selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Puji Joharnoto, M.Pd, selaku Pimpinan Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito yang telah memberikan izin penelitian.

5. Drs. Djoko N. Witjaksono, M.A, selaku Kepala Seksi Pelayanan dan Tata

Pameran Museum Jawa Tengah Ronggowarsito yang telah memberikan

informasi tentang Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

6. Drs. Wardono, M.Si, selaku Pembimbing Utama yang senantiasa memberikan

bimbingan dan saran hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

v
7. Drs. Amin Suyitno, M.Pd, selaku Pembimbing Pembantu yang selalu

memberikan bimbingan dan nasihat yang dapat penyusun jadikan pegangan

hidup.

8. Seluruh pegawai Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan Tugas Akhir ini.

Penyusun berdoa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta membalas amal baik mereka. Amin.

Akhirnya, penyusun berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat,

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dari pembaca

senantiasa penyusun harapkan untuk perbaikan pada kesempatan penulisan

mendatang.

Semarang, Juli 2005

Penyusun

vi
MOTTO

“Life is Struggle”

PERSEMBAHAN

♥ Bapak, Ibu dan keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

♥ Calon imamku, M 453 KO yang slalu setia menemaniku.

♥ Ayah, Bunda, de’ Andy, de’ Dewi atas segala perhatian, pengertian, dukungan, dan

cinta kasihnya.

♥ Kagem Mbah wonten ing Borobudur.

Teman-teman di “BALI COST” atas kebersamaan yang pernah ada.

SLANKERS di “Neo Tazkiya” atas motivasi dan

bantuannya. PEACE MAN!!!

DAFTAR ISI

vii
HALAMAN JUDUL............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii

ABSTRAK .........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................vii

DAFTAR ISI....................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...............................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasannya......................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Kegiatan ....................................................... 7

D. Sistematika Penulisan Tugas Akhir............................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 10

A. Sejarah Singkat Museum Jawa Tengah Ronggowarsito ............. 10

B. Penetapan Nama Ronggowarsito................................................. 12

C. Manajemen Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.................... 14

D. Organisasi dan Ketatalaksanaan Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito ............................................................................ 15

E. Aktivitas Museum Jawa Tengah Ronggowarsito dalam

Melaksanakan Tugas dan Fungsinya........................................... 17

F. Strategi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito di Era Ke

Depan .......................................................................................... 21

viii
G. Pariwisata .................................................................................... 22

H. Museum ...................................................................................... 45

I. Pengunjung (Wisatawan) ............................................................ 51

J. Peramalan/Proyeksi/Forecasting ................................................ 57

K. Data Time Series.......................................................................... 58

L. Forecasting dengan Metode Dekomposisi.................................. 61

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 67

A. Ruang Lingkup ............................................................................ 67

B. Variabel dan Pengambilan Data .................................................. 68

C. Metode Analisis Data .................................................................. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA ........................ 72

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 72

B. Pembahasan ................................................................................ 77

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 82

A. Simpulan...................................................................................... 82

B. Saran............................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

ix
Tabel 1 : Sesanti Ronggowarsito Bait ke-2 dan ke-7...................................... 13

Tabel 2 : Unsur-unsur Utama Hierarki Kebutuhan Maslow ........................... 54

Tabel 3 : Klasifikasi Murray mengenai Kebutuhan Manusia

yang Bisa Diterapkan pada Perilaku Wisatawan ............................. 54

Tabel 4 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Kuartal Tahun 2000-2004........................................................ 72

Tabel 5 : Perhitungan Trend dengan Metode Least Squares .......................... 73

Tabel 6 : Perhitungan Nilai X untuk Trend Kuartalan Tahun 2000-2004 ...... 74

Tabel 7 : Perhitungan Trend Kuartalan........................................................... 74

Tabel 8 : Perhitungan Persentase Nilai Riil terhadap Nilai Trend.................. 75

Tabel 9 : Indeks Musim .................................................................................. 75

Tabel 10 : Perhitungan Nilai X, Trend, Indeks Musim, dan Forecast

Tahun 2005-2006 ............................................................................. 76

Tabel 11 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Bulan dari Tahun 2000-2004 ................................................... 77

Tabel 12 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Kuartal dari Tahun 2000-2004................................................ 78

DAFTAR GAMBAR

x
Gambar 1 : Gerakan Jangka Panjang atau Trend........................................... 60

BAB I

PENDAHULUAN

xi
A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) semakin dirasakan

kegunaannya oleh manusia. Hal tersebut terjadi karena hasil kemajuan Iptek

yang ada saat ini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

kebutuhan manusia itu sendiri.

Secara garis besar, matematika dapat dibagi menjadi dua yaitu

Matematika Terapan (Apllied Mathematics) dan Matematika Murni (Pure

Mathematics). Matematika Murni memperkaya dirinya dengan kumpulan

teori-teori deduktif yang aksiomatis, sehingga simpulan yang diambil

sangatlah logis dan terstruktur secara sistematis. Sedangkan Matematika

Terapan banyak digunakan di bidang yang lain, termasuk bidang pariwisata.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika matematikawan selalu ingin

meningkatkan ilmu pengetahuannya. Matematika Terapan banyak berperan

dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata yang sukar

diselesaikan dalam sistemnya. Matematika merupakan alat untuk

menyederhanakan penyajian dan pemahaman masalah. Dengan menggunakan

bahasa matematika, suatu masalah menjadi lebih sederhana untuk disajikan,

dipahami, dianalisis, dan dipecahkan.

Dalam ilmu ekonomi, matematika merupakan ilmu yang besar

peranannya dalam melakukan analisis. Dengan menggunakan matematika

untuk menganalisis peristiwa atau gejala-gejala ekonomi, maka hubungan

antar berbagai faktor ekonomi bisa dinyatakan secara lebih singkat dan jelas,

serta perubahan-perubahannya mudah dilukiskan dan dihitung. Penerapan

xii
matematika pada teori ekonomi dapat menunjukkan kemungkinan-

kemungkinan yang ada pada perkembangan ekonomi.

Salah satu sektor yang mempunyai peranan cukup penting dalam

pembangunan perekonomian nasional adalah pariwisata. Pembangunan

kepariwisataan nasional dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan

sektor-sektor pembangunan lainnya, dengan tetap menjaga terpeliharanya

kepribadian bangsa, kelestarian, serta kualitas lingkungan hidup.

Banyak sekali jenis wisata yang selama ini digalakkan, antara lain

wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata

industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian,

wisata bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, dan wisata

bulan madu (A. Hari Karyono, 1997:17-19).

Saat ini, di Indonesia terdapat lebih dari 200 museum, baik yang

didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat. Di Jawa Tengah lebih dari 36

museum telah didirikan. Museum Jawa Tengah Ronggowarsito merupakan

museum yang didirikan oleh Pemerintah Pusat, yang merupakan rangkaian

dari program pendirian museum di setiap propinsi. Jika museum-museum lain

dikategorikan sebagai museum lokal kabupaten/kota dan atau museum

khusus, maka Museum Jawa Tengah ini bersifat regional atau propinsi. Jadi

selain museum ini, di setiap propinsi juga memiliki museum regional sejenis,

selain museum lokal dan museum khusus (Puji Joharnoto, dkk, 2003:2).

Pimpinan museum sering terlibat pada persoalan yang mengharuskan

membuat dan menggunakan ramalan perkembangan museum dilihat dari

jumlah pengunjung yang masuk. Dalam waktu tertentu, jumlah pengunjung

xiii
akan semakin bertambah banyak, dan pada situasi lain mungkin akan terjadi

sebaliknya. Untuk meningkatkan fasilitas pelayanan bagi para pengunjung,

perlu adanya proyeksi banyaknya pengunjung yang akan datang untuk tahun

ke depannya. Proyeksi ini dilakukan dengan mempertimbangkan banyaknya

pengunjung pada tahun-tahun sebelumnya yang dianalisis dengan cara-cara

tertentu. Proyeksi banyaknya pengunjung memegang peranan penting karena

proyeksi ini merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan untuk

membuat perencanaan demi majunya suatu tempat pariwisata.

Menyusun rencana (planning) dan membuat proyeksi atau ramalan

(forecasting) lebih merupakan suatu pekerjaan otak daripada pekerjaan fisik,

sehingga memerlukan keahlian. Peramalan memberikan sumbangan yang

sangat berharga bagi pimpinan dalam pembuatan rencana, karena keadaan

masa depan yang akan dilalui setidak-tidaknya dapat dilihat atau digambarkan

(Sulistyabudi, 1986:8). Gambaran di masa mendatang biasanya diperoleh

melalui ekstrapolasi terhadap keadaan sekarang dan masa lampau. Terbukti

bahwa ramalan telah banyak digunakan dan membantu dengan baik dalam

berbagai manajemen sebagai dasar perencanaan, pengawasan, dan

pengambilan keputusan. Salah satunya adalah peramalan jumlah pengunjung

museum ini.

Ada dua pokok yang harus diperhatikan agar suatu ramalan menjadi

akurat, yakni tersedianya data yang relevan dan penggunaan teknik peramalan

yang tepat. Data yang relevan dengan permasalahan merupakan hal pokok

dalam proses peramalan. Dari data yang sudah ada kemudian dipelajari,

dianalisis menggunakan teknik yang tepat dan akhirnya ditarik suatu

xiv
simpulan. Suatu data dapat ditinjau menurut jenisnya, sifatnya dan sumbernya.

Data menurut jenisnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu data kuantitatif

yang dapat dinyatakan dalam angka-angka, dan data kualitatif yang

kemungkinan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka.

Pemilihan teknik peramalan yang tepat sangat mempengaruhi

kesuksesan menentukan forecast yang dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu

karakteristik data, jangka waktu, biaya, dan tingkat akurasi yang diinginkan

(Indriyo Gitosudarmo dan Mohamad Najmudin, 2001:5). Karena adanya

pengaruh faktor waktu tersebut, pimpinan dihadapkan pada ketidakpastian

yang nantinya akan terdapat faktor akurasi yang harus diperhitungkan. Yang

jelas, tidak akan selalu ditemukan hasil ramalan dengan tingkat akurasi 100%.

Oleh karena itu, dalam membuat forecast penyimpangan keadaan sosial pada

umumnya dan bidang ekonomi pada khususnya tidak mungkin pasti adanya

karena dipengaruhi oleh tingkah laku manusia. Dalam bidang sosial ekonomi,

meskipun tidak bisa membuat forecast yang sama persis dengan kenyataan,

tetapi bukan berarti bahwa forecast ini tidak penting. Forecast sangat penting

sebagai pedoman dalam pembuatan rencana. Kerja yang menggunakan

forecast akan jauh lebih baik daripada tanpa forecast sama sekali (Pangestu

Subagyo, 2002:3).

Ada dua teknik peramalan yang dapat digunakan, yakni teknik

peramalan kualitatif dan kuantitatif. Teknik peramalan kualitatif lebih

menitikberatkan pada pendapat (judgement) dan intuisi manusia dalam proses

peramalan. Data historis yang ada tidak begitu penting dalam teknik ini.

Sebaliknya, teknik peramalan kuantitatif sangat mengandalkan pada data

xv
historis yang dimiliki. Teknik ini biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu

Teknik Statistik dan Teknik Deterministik. Teknik Statistik menitikberatkan

pada pola data, perubahan pola, dan faktor gangguan yang disebabkan oleh

pengaruh random. Termasuk dalam teknik ini adalah Teknik Smoothing

(pelicinan), Dekomposisi (pemecahan), dan Teknik Box-Jenkins. Teknik

Deterministik mencakup identifikasi dan penentuan hubungan antara variabel

yang akan diperkirakan dengan variabel-variabel lain yang akan

mempengaruhinya, termasuk dalam teknik ini adalah Teknik Regresi

Sederhana, Regresi Berganda, Auto Regresi, dan Model Input-Output.

Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Pengelola museum menggunakan statistika untuk menilai hasil

pengelolaan masa lalu dan juga untuk membuat rencana masa datang.

Pengelola museum mengambil manfaat dari kegunaan statistika untuk

melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan dalam menjalankan

tugasnya, diantaranya perlukah mengangkat pegawai baru, apakah perlu

membeli sarana dan prasarana baru, apakah perlu menambah koleksi museum,

dan lain sebagianya.

Metode Dekomposisi sering disebut juga sebagai metode time series

atau data berkala. Data berkala adalah sekumpulan hasil observasi yang terjadi

menurut urutan kronologis, biasanya dalam interval waktu yang sama secara

berkala (Sudjana, 1989:253). Keunggulan metode ini dibandingkan dengan

metode lainnya adalah pola atau komponen-komponen tersebut dapat dipecah

(didekomposisi) menjadi sub pola yang menunjukkan tiap-tiap komponen

deret berkala secara terpisah dan pemisahan tersebut seringkali membantu

xvi
meningkatkan ketepatan peramalan dan membantu pemahaman atas perilaku

deret data secara lebih baik (Spyros Makridakis, 1993:123).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun mengambil judul

”Analisis Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito dan

Proyeksinya Tahun 2006”.

B. Rumusan Masalah dan Pembatasannya

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, msalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut.

a. Berapa jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

tahun 2000-2004?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengunjung datang ke

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito?

c. Bagaimana hasil proyeksi jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah

Tahun 2006?

2. Batasan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini, permasalahan terbatas pada jumlah pengunjung

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2000-2004, faktor-faktor

yang mempengaruhi jumlah pengunjung, dan proyeksi jumlah pengunjung

tahun 2006 dengan menggunakan metode Dekomposisi.

C. Tujuan dan Manfaat Kegiatan

1. Tujuan Kegiatan

xvii
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito tahun 2000-2004.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung

datang ke Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

c. Untuk mengetahui hasil proyeksi jumlah pengunjung Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito tahun 2006 dengan menggunakan metode

Dekomposisi.

2. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Penyusun

Membantu dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

b. Bagi Jurusan Matematika

Agar dapat dijadikan sebagai bahan studi kasus dan acuan bagi

mahasiswa serta referensi bagi pihak perpustakaan sebagai bahan

bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

c. Bagi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat

dalam membut perencanaan, pengawasan, pengelolaan, pelayanan,

dan mengambil keputusan kaitannya dengan jumlah pengunjung tahun

2006.

xviii
D. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Tugas Akhir ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bagian Pendahuluan,

Bagian Isi, dan Bagian Penutup.

1. Bagian Pendahuluan, terdiri dari Halaman Judul, Persetujuan Pembimbing,

Halaman Pengesahan, Halaman Pernyataan, Abstrak, Kata Pengantar,

Motto dan Persembahan, Daftar Isi, Daftar Tabel, dan Daftar Gambar.

2. Bagian Isi, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah dan Pembatasannya, Tujuan dan Manfaat Kegitan,

dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan Sejarah Singkat Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito, Penetapan Nama Ronggowarsito,

Manajemen Museum Jawa Tengah Ronggowarsito,

Organisasi dan Ketatalaksanaan Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito, Aktivitas Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsinya,

Strategi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito di Era ke

Depan, Pariwisata, Museum, Pengunjung (Wisatawan),

Peramalan/Proyeksi/Forecasting, Data Time Series, dan

Forecasting dengan Metode Dekomposisi.

BAB III METODE PENELITIAN

xix
Bab ini terdiri dari Ruang Lingkup, Variabel dan

Pengambilan Data, dan Metode Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang Hasil Penelitian, dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari Simpulan dan Saran.

3. Bagian Penutup, terdiri atas Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II

KAJIAN TEORI

xx
A. Sejarah Singkat Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Berdirinya Museum Jawa Tengah Roggowarsito mulai dirintis sejak

tahun 1975 oleh Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Permuseuman Jawa

Tengah, Kabin Permuseuman dan Kepurbakalaan. Perwakilan Departemen P

dan K Propinsi Jawa Tengah. Pembangunannya dilakukan secara bertahap,

dimulai dari pengadaan tanah dan pengumpulan koleksi sampai dengan

pembangunan fisik, berupa gedung perkantoran dan satu gedung ruang pamer.

Dengan adanya kesiapan fisik, terutama telah siapnya satu gedung

pameran tetap gedung C, ditunjang dengan kekayaan koleksi yang dimiliki,

maka pada tahun 1983 mulai difungsikan dengan nama Museum Persiapan.

Peresmiannya dilakukan pada hari Sabtu Pahing tanggal 2 April 1983, oleh

Gubernur Jawa Tengah, Soeparjo Roestam. Tata penyajiannya mengacu pada

konteks eksistensi manusia Jawa Tengah dan lingkungannya. Konteks ini

selanjutnya dijadikan acuan dalam penataan koleksi berikutnya.

Penentuan rencana induk bangunan museum ini diperoleh dari hasil

sayembara yang dimenangkan oleh tim mahasiswa UNDIP yang dipimpin

oleh Totok Rusmanto dengan rancangan bangunan museum untuk standar

museum di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, secara fisik Museum Jawa Tengah

merupakan museum terbesar, dibandingkan dengan bangunan-bangunan

museum propinsi lain di Indonesia. Arsitekturnya memadukan Gaya Klasik

Jawa dengan Gaya Arsitektur Post Modern. Luas bangunannya 5.435 m2,

mancakup pendapa, gedung pertemuan, gedung pameran tetap, perpustakaan,

labratorium, perkantoran, gedung deposit koleksi (storage), dan berdiri di atas

lahan seluas 2 hektar lebih.

xxi
Setelah pembangunan fisik selesai, maka statusnya ditingkatkan

menjadi Museum Propinsi yang ditandai dengan pembukaan secara resmi dua

gedung pameran tetap yaitu gedung A dan B oleh Mendikbud, Prof. Dr. Fuad

Hassan pada hari Rabu Wage Tanggal 5 Juli 1989. Sementara itu, gedung C

yang telah difungsikan sejak tahun 1983 ditutup untuk direnovasi tata

ruangnya. Dua tahun berikutnya dilakukan pembukaan dua gedung yaitu

gedung C dan D oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Ismail pada tanggal 1

Oktober 1991.

Mengingat semakin meningkatnya kekayaan koleksi yang dimiliki,

maka pada tahun-tahun berikutnya dibangun pula gedung karantina koleksi.

Selain itu, untuk menampung kekayaan koleksi emas dan logam mulia, maka

dibuka ruang pamer khusus koleksi emas dan logam mulia. Peresmiannya

dilakukan pada hari Senin Pahing tanggal 14 Oktober 1996 oleh Direktur

Jenderal Kebudayaan, Prof. Dr. Edy Sedyawati. Dengan demikian, secara fisik

Museum Jawa Tengah telah siap melaksanakan fungsinya memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Dilihat dari sudut pandang tata kota, posisi Museum Jawa Tengah

cukup strategis karena terletak di jalur simpang yang menghubungkan ke

berbagai tujuan. Dari sudut pandang kepariwisataan juga menguntungkan

karena berdekatan dengan objek-objek wisata, seperti Bandar Udara Ahmad

Yani, Taman Puri Maerakaca, Klenteng Sam Poo Kong, Gedong Batu,

Pelabuhan Tanjung Emas, dan tempat rekreasi alam Goa Kreo (Puji

Joharnoto, dkk, 2003:3-4).

xxii
B. Penetapan Nama Ronggowarsito

Menjelang peresmiannya Museum Persiapan menjadi Museum Negeri

Propinsi berdasarkan surat Kepala Kanwil Dekdikbud Propinsi Jawa Tengah

Nomor 1007/I03/J/88 Tanggal 21 Juni 1988 mengusulkan tiga nama kepada

Gubernur Jawa Tengah, yaitu (a) Museum Negeri Ronggowarsito,(b) Museum

Negeri Raden Saleh, dan (c) Museum Negeri Propinsi Jawa Tengah.

Selanjutnya Gubernur Jawa Tengah melalui surat balasannya bernomor

431/17938 Tanggal 8 Juli 1988, menyetujui nama Ronggowarsito dan

mengusulkan kepada Mendikbud untuk menetapkan nama tersebut. Akhirnya

dengan surat bernomor 0223/O/1990, Mendikbud menetapkan Museum Jawa

Tengah dengan nama Museum Negeri Propinsi Jawa Tengah Ronggowarsito.

Setelah adanya otonomi daerah, melalui Perda Nomor 01/2002 Tanggal 2

April 2002 ditetapkan nama Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

Untuk mempertegas identitasnya, maka melalui bantuan proyek pusat

dilakukan pemasangan patung Ronggowarsito karya Suhartono dari Direktorat

Kesenian Jakarta. Peresmiannya dilakukan pada Tanggal 22 Mei 1992 oleh

Kepala Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah, Bapak Soewardi.

Selanjutnya diteruskan dengan pemasangan cuplikan sesanti

Ronggowarsito bait ke-2 dan ke-7 yang digubah ke dalam bentuk tembang,

dari karya yang diberi judul Kalathida (zaman tak menentu). Ide pemasangan

sesanti ini dikemukakan oleh A. Marsudi, perancang penataan Museum Jawa

Tengah. Berikut cuplikan sesanti tersebut.

Tabel 1 : Sesanti Ronggowarsito Bait ke-2 dan ke-7

xxiii
Pupuh ke-2 Bait ke-2

Ratune ratu utama, (8-a) Kepala negara (ratu) orang yang berbudi

luhur,

Patihe patih linuwih, (8-i) Pelaksana pemerintahannya (patih)

memiliki kelebihan,

Pra nayaka tyas raharja, (8-a) Para menteri ahli di bidangnya,

Panekare becik-becik, (8-i) Aparat pemerintah yang menjalankan

kewajiban dengan baik,

Paradene tan dadi, (7-i) Meskipun demikian yang terjadi,

Paliyase kalabendu, (8-u) Tidak mampu menolak datangnya era

yang tidak menentu,

Malah sangkin andadra,(7-a) Dan semakin menjadi-jadi,

Rubeda kan ngeribedi,(8-i) Berbagai kejadian semakin mengacaukan

keadaan,

Beda-beda hardane,(7-e) Pandangan yang berbeda-beda,

Wong sanagara, (5-a) Terjadi pada setiap orang.

Pupuh ke-7 Bait ke-7

Kamenangi jaman edan, (8-a) Mengalami kehidupan di zaman edan

(gila),

Ewuh aya ing pambudi, (8-i) Serba ragu di dalam berpikir,

Melu edan nora tahan, (8-a) Ikut edan tidak sampai hati,

Yen tan melu hanglakoni,(8-i) Tetapi jika tidak mengikuti,

Boya kaduman melik,(7-i) Tidak ikut merasakan kesenangan,

xxiv
Kaliren wekasanipun, (8-u) Akhirnya malah menderita kelaparan,

Dilalah karsa Allah, (7-a) Tetapi (sebenarnya) di luar itu ada

keadilan Tuhan,

Begja-begjane kang lali, (8-i) Biar bagaimana pun bahagianya orang

yang lupa diri,

Luwih begja kang eling, (7-e) Lebih bahagia orang yang masih sadar,

Lawan waspada.(5-a) Dan waspada.

Di era-era berikutnya, muncul pemikiran untuk menambah

kewibawaan tampilan Museum Jawa Tengah, maka dilakukan pemasangan

beberapa akesoris, yaitu pemasangan pada open stage (8 dari 14 temuan

meriam kolonial), hasil penggalian di sekitar Gereja Gedangan Semarang, dan

pemasangan duplikat/replika patung Dwarapala. Di era kepemimpinan Agus

Dono Karmadi, dilakukan penambahan aksesoris berupa pembuatan patung

Karna Tanding dari kisah Mahabarata, karya seniman Jhony Srihadi (Puji

Joharnoto, dkk, 2003:5-6).

C. Manajemen Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Keberadaan museum di Indonesia dilindungi hukum, berupa Undang-

undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kep. Men),

maupun Peraturan Daerah (Perda). Hukum yang melindungi tersebut adalah

UU No.05/1992, PP No.10/1993, dan PP No.19/1993. Khususnya Museum

Jawa Tengah dilindungi oleh Perda No.01/2002.

xxv
UU No.05/1992 tanggal 21 Maret 1992 yaitu UU tentang Benda Cagar

Budaya (BCB), Tambahan Lembaran Negara No.3470, PP 10/1993 tanggal 19

Februari 1993 tentang Pelaksanaan UU No.05/1992, tentang Perawatan BCB

di Museum. Selain itu, Perda No.01/2002, merupakan Peraturan Daerah

tentang pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan

Dinas-Dinas Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (Puji Joharnoto, dkk, 2003:2).

Adapun Visi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito adalah

membangun manusia dan lingkungan alam Jawa Tengah yang maju dan

berwawasan budaya tinggi. Sedangkan Misi Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito adalah melestarikan dan mengkomunikasikan kekayaan

warisan budaya dan membantu proses pembelajaran generasi penerus bangsa.

Etos kerja pengelola Museum Jawa Tengah Ronggowarsito adalah bangga

peduli bangsa.

D. Organisasi dan Ketatalaksanaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Puji Joharnoto, dkk (2003:7) menjelaskan mengenai organisasi

ketatalaksanaan Museum Jawa Tengah yang mula-mula mengacu pada

keputusan Mendikbud Nomor 001/O/1991, dengan Struktur Kepala Museum

dibantu oleh seorang Kepala Subbag Tata Usaha dan Kelompok Kerja Teknis

yang membidangi tugas-tugas Studi Koleksi, Konservasi dan Preparasi, serta

Bidang Pelayanan Bimbingan Edukatif Kultural. Kelompok kerja teknis ini

diarahkan ke depan untuk menjadi tenaga fungsional khusus

kepamongbudayaan dengan nama jabatan Pamong Budaya.

xxvi
Penetapan sruktur ini berbeda dengan struktur museum-museum

propinsi lain yang telah lebih dahulu diresmikan. Mereka menggunakan acuan

Keputusan Mendikbud Nomor 093/O/1979, dengan Struktur Kepala Museum

dibantu oleh seorang Kepala Subbag Tata Usaha bersama dengan tiga orang

kepala seksi, masing-masing Kepala Seksi Konservsi dan Preparasi, Kepala

Seksi Koleksi, dan Kepala Seksi Bimbingan Edukasi.

Bersama dengan pemberlakuan UU Nomor 22/1999 dan PP Nomor

25/2000, selanjutnya melalui Perda Nomor 01/2000 tanggal 2 April 2000,

Sruktur Organisasi Ketatalaksanaan Museum Jawa Tengah berubah menjadi

Kepala Museum dibantu oleh seorang Kepala Subbag Tata Usaha bersama

dengan dua orang Kepala Seksi, yaitu Kepala Seksi Pengkajian dan

Pelestarian Koleksi, dan Kepala Seksi Pelayanan dan Tata Pameran, serta

beberapa Tenaga Fungsional khusus yang pembidangan tugasnya mencakup

Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, dan Permuseuman. Struktur ini

memiliki 12 tugas pokok dan fungsi, sesuai dengan Pasal 3 Keputusan

Gubernur Jawa Tengah Nomor 54/2003 tanggal 7 Februari 2003 tentang

Penjabaran Tupoksi serta Tata Kerja Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

pada Dinas P dan K Propinsi Jawa Tengah, dan Lembaran Daerah Tahun 2003

Nomor 57 adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan rencana teknis operasional permuseuman.

2. Pengkajian dan analisis teknis operasional permuseuman.

3. Pelaksanaan kebijakan operasional permuseuman.

4. Melaksanakan pendataan, pengumpulan, dan pendokumentasian koleksi.

xxvii
5. Melaksanakan penelitian koleksi, penerbitan, dan publikasi hasil penelitian

koleksi.

6. Melaksanakan konservasi benda budaya secara preventif dan kuratif.

7. Melaksanakan restorasi dan rekonstruksi benda budaya.

8. Melaksanakan renovasi tata pameran museum.

9. Melaksanakan reproduksi dan pengamanan benda budaya.

10. Melaksanakan layanan edukatif kultural kapada masyarakat.

11. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas dinas.

12. Pengelolaan ketatausahaan.

E. Aktivitas Museum Jawa Tengah Ronggowarsito dalam Melaksanakan

Tugas dan Fungsinya

1. Kegiatan yang Bersifat Bimbingan Edukatif Kultural

a. Pengkajian Ilmiah Tentang Kebudayan dan Permuseuman

Kegiatan yang dilakukan berupa diskusi, ceramah, seminar, dan

sarasehan. Kegiatan ini dilaksanakan tidak kurang dari tiga kali dalam

satu tahun, bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan

tentang kebudayaan dan permuseuman.

b. Kegiatan Penelitian Koleksi dan Bimbingan Karya Tulis

Penelitian koleksi bertujuan untuk mendata dan mengkaji benda-benda

warisan budaya agar dapat diketahui deskripsi, karakteristik, dan

tingkat keunikannya. Kegiatan ini dilaksanakan secar internal dan

hasilnya dijadika dokumen atau dipublikasikan kepada masyarakat.

Sedangkan kegiatan pembimbingan karya tulis bertujuan memberikan

xxviii
pelatihan dalam menjaring dan menelaah informasi yang bersumber

dari benda warisan budaya di museum.

c. Penyediaan Bahan Kepustakaan

Kegiatan ini merupakan kegiatan pelayanan informasi yang bersumber

dari bahan-bahan pustaka, baik yang sudah dipublikasikan maupun

hasil-hasil penelitian yang masih tersimpan dalam bentuk dokumen

penelitian.

d. Penyelenggaraan kegiatan pelestarian dalam bentuk lomba,

sayembara, maupun festival, yang bertujuan untuk meningkatkan

motivasi masyarakat dalam pelestarian kebudayaan.

e. Melakukan pengenalan dan publikasi dalam bentuk temporer yang

mengundang masyarakat. Publikasi kebudayaan juga dilakukan

melakui berbagai media publikasi, baik cetak maupun

elektronik.

f. Menyelenggarakan pagelaran dan atraksi seni dan budaya untuk

meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya

yang dapat mempertebal wawasan jati diri.

g. Menyediakan sarana berkreasi bagi masyarakat yang aktif dalam

kegiatan pelestarian dan pengembangan seni dan kebudayaan.

h. Mengundang siswa untuk datang dan memanfaatkan museum sebagai

sumber belajar.

Selain kegiatan yang bersifat internal, juga diciptakan kegiatan

yang bersifat cultreach programe, misalnya melakukan kegiatan pameran

keliling, memberikan bantuan teknis pengembangan permuseuman, dan

xxix
melakuakan kunjungan ke tengah-tengah masyarakat. Salah satu bentuk

kunjungan yang sudah diprogramkan secara rutin yaitu kunjungan ke

sekolah-sekolah yang jauh lokasinya dari museum.

Adapun jadwal pelayanan yang diberikan Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito dimulai pada pukul 08.00-15.30 WIB, dengan jenis

layanan sebagai berikut.

a. Pameran Tetap, buka setiap hari, termasuk akhir pekan dan libur

nasional, dengan tiket untuk dewasa Rp.2.000,00 dan anak-anak

Rp.1.000,00 (berdasarkan Keputusan Kepala Dinas P dan K Jawa

Tengah No.425.1/20990 tanggal 10 Nopember 2004).

b. Layanan Studi Koleksi, Konservasi, Koleksi, dan Perpustakaan.

2. Kegiatan Pelestarian Koleksi

a. Survei dan Pengadaan Koleksi

Kegiatan ini menitik beratkan pada studi kelayakan terhadap benda-

benda warisan budaya yang memiliki prioritas untuk dijadikan

koleksi. Penentuan prioritasnya didasarkan pada nilai historis dan atau

tingkat kelangkaan benda. Selain itu, dipertimbangkan pula segi-segi

pengamatannya di lapangan dan tingkat kebutuhan penambahan

materi koleksi yang dimiliki. Sebagian besar koleksi tersebut

pengadaannya melalui pemberian imbalan. Tetapi beberapa

diantaranya berupa hibah dari masyarakat.

b. Studi Koleksi

xxx
Kegiatan studi koleksi mencakup beberapa tahapan kegiatan, mulai

dari mengiventaris, mengkatalog, mendokumen, dan mendeskripsi

koleksi. Kegitan ini memerlukan ketelitian dalam penanganannya.

Hasil dari kegiatan ini berupa data koleksi yang setiap saat diperlukan

oleh masyarakat, baik untuk kepentingan penelitian, membantu proses

pembelajaran, maupun untuk kepentingan menambah referensi dan

atau wawasan tentang benda-benda warisan budaya. Namun karena

keterbatasan tenaga, belum semua koleksi yang dimiliki berhasil

diidentifikasi.

c. Kegiatan Konservasi dan Restorasi Koleksi

Kegiatan ini merupakan kegiatan merawat, memelihara, dan

mempertahankan/melestarikan koleksi dari faktor kerusakan alam,

bakteri, maupun manusia. Tindakan preventif mencakup kegiatan

pengaturan dan pengendalian kelembapan dan suhu udara dalam ruang

penyimpanan koleksi. Sedangkan teknik penanganan kuratif ditempuh

melalui perawatan dan pengawetan, fumigasi, dan restorasi koleksi.

Khusus untuk restorasi koleksi, kegiatannya berupa memperbaiki,

merekonstruksi, dan mereproduksi koleksi yang sudah tidak utuh,

rusak, atau langka. Dalam praktiknya, masih banyak koleksi yang

memerlukan penanganan kegiatan restorasi ini (Puji Joharnoto,

dkk,2003:35-38).

F. Langkah-langkah Museum Jawa Tengah Ronggowarsito di Era ke Depan

xxxi
1. Perluasan Jaringan Kerja

Untuk mengikuti persaingan di bidang pelayanan publik di era

yang akan datang, museum diarahkan untuk menjadi lembaga yang

progresif dan terbuka dalam menciptakan jaringan kerja. Pernyataan ini

mengandung pengertian bahwa pola-pola lama yang menempatkan

museum sebagai lembaga yang bersifat statis dan bekerja dalam lingkup

yang dikelilingi benteng akan ditinggalkan. Target perluasan jaringan

kerja tidak saja mengarah kepada peningkatan mekanisme pembentukan

pangsa pasar tetapi juga menentukan metode yang bersifat multi media.

Pangsa pasar museum yang selama ini baru berupa potensi, akan terus

menerus dibina agar menjadi pasar yang nyata.

2. Pemberdayaan

Untuk mengubah stigma museum sebagai suatu lembaga yang

statis maka perlu diupayakan suatu pemberdayaan, baik internal maupun

eksternal. Pemberdayaan internal mencakup peningkatan kualitas sumber

daya manusia (man power) dan peningkatan kualitas sarana, prasarana,

dan fasilitas, sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi. Dengan

demikian, penyediaan fasilitas website untuk menyediakan informasi

malalui jaringan internet, penyediaan sarana mobilitas untuk melakukan

program belajar di luar kelas (out door study) bagi siswa dan anak-anak,

dan penyediaan berbagai sarana kegiatan belajar di museum bagi pelajar

dan masyarakat, bukan lagi dipandang sebagai barang yang mewah dan di

luar kemampuan museum. Adapun website Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito adalah www.museumronggowarsito.org. Sedangkan untuk

xxxii
menampung aspirasi masyarakat, baik berupa saran atau kritik, dapat

dialamatkan melalui e-mail : museum_ronggowarsito@yahoo.com.

Pemberdayaan eksternal dititikberatkan pada upaya meningkatkan

kuantitas kelompok masyarakat pecinta dan pelestari budaya yang

memanfaatkan keberadaan museum sebagai sarana meningkatkan

ekspresi.

3. Cultural Industry

Target akhir dari upaya peningkatan jaringan kerja dan

pemberdayaan adalah menjadikan museum sebagai media untuk

menumbuhkan industri kebudayaan (Cultural Industry) yang di dalamnya

mengandung pengertian mampu melestarikan warisan budaya dan

mempertahankan jati diri bangsa (Puji Joharnoto, dkk, 2003:39).

G. Pariwisata

1. Sejarah Pariwisata di Indonesia

a. Sebelum Perang Dunia II

1) Tahun 1910

Kegiatannya menyelenggarakan perjalanan wisata bagi orang-

orang Belanda di Indonesia. Objek wisata pada waktu itu adalah

Brastagi, Danau Toba di Sumatra Utara, Bogor, Lembang,

Pengalengan, dan Bandung (Parjis van Java) di Jawa Barat,

Sarangan, Tawangmangu, Tretes di Jawa Timur, Bali dan

sebagainya.

2) Tahun 1926

xxxiii
Didirikan beberapa hotel, misalnya Hotel des Indes dan Hotel der

Nederlander di Batavia (Jakarta), Hotel Savoj Human dan Grand

Hotel Preanger di Bandung, Hotel Simpang di Surabaya, Hotel de

Boer di Medan, Hotel Bali di Denpasar, serta losmen dan

pesanggrahan lainnya.

3) Tahun 1936

Pemerintah Belanda mendirikan perusahaan perjalanan Lissonne

Lindeman (LISLIND) di Batavia.

b. Setelah Kemerdekaan

1) Tahun 1947

Di daerah Yogyakarta, Solo, Madiun, Sarangan, Malang,

Purwokerto, Pekalongan, Cirebon, dan Sukabumi, terdapat

beberapa hotel milik Belanda. Untuk mengelola hotel-hotel

tersebut, pemerintah mendirikan Perusahaan Negara “Hotel

Negara dan Tourisme” (Hornet) di bawah Kementrian

Perhubungan.

2) Tahun 1953

Beberapa pengusaha hotel swasta mendirikan “Serikat Gabungan

Hotel dan Tourisme Indonesia” (Sergahti).

3) Tahun 1955

Berdiri “Yayasan Tourisme Indonesia” (YTI) yang diprakarsai dan

dipimpin oleh Prof. Dr. Hendarmin (Ketua), Wongsonegoro

(Wakil Ketua), dan R.M. Hartojo (Sekretaris). Pihak Pemerintah,

Bank Industri Negara mendirikan National Hotels and Tourisme

xxxiv
Ltd. (Natour Ltd) yang mengelola Hotel Simpang di Surabaya,

Bali Hotel di Denpasar, Kuta Beach Hotel di Kuta Bali, Sindhu

Beach Hotel di Sanur Bali, dan Hotel Numbai di Jayapura Irian

Jaya.

4) Tahun 1956

Pemerintah menyelenggarakan Pekan Raya di Jakarta yang disebut

1956 Tourism and Entertainment Fair dipimpin oleh Ny.

Fatmawati Soekarno.

5) Tahun 1957

Pada Tanggal 12-14 Januari 1957 di Tugu Bogor diselenggarakan

“Musyawarah Nasional Tourisme I” yang melahirkan “Dewan

Tourisme Indonesia” (DTI) sebagai pengganti Yayasan Tourisme

Indonesia (YTI) dengan status semi pemerintah. Adapun

pengurusnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Ketua), Sri

Boedjono (Wakil Ketua), dan M.S. Haris (Sekretaris).

c. Tahun 1958-1964

1) Tahun 1958

Di Tretes Jawa Timur diselenggarakan “Musyawarah Nasional

Tourisme II”, menghasilkan istilah pariwisata sebagai pengganti

istilah tourisme. Istilah pariwisata diperoleh dari budayawan

intelektual atas permintaan Presiden Soekarno kepada Sri Sultan

Hamengku Buwono IX selaku Ketua DTI (Dewan Tourisme

Indonesia). Istilah pariwisata lahir dari bahasa Sansekerta yang

komponen-komponennya terdiri dari

xxxv
pari : penuh, lengkap, berkeliling

wis (man) : rumah, properti, kampung, komunitas

ata : pergi terus-menerus, mengembara.

Bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata,

yang berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung)

berkeliling terus-menerus. Dalam operasionalnya, istilah

pariwisata sebagai pengganti istilah asing tourism atau travel

diberi makna oleh Pemerintah Indonesia, mereka yang

meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari

nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati

kunjungan mereka.

2) Tahun 1959

Dewan Tourisme Indonesia (DTI) mengadakan riset dan survei

kepariwisataan di Indonesia.

3) Tahun 1960

Diterbitkan SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi

dan Telegrap Nomor H.2/3/10 tanggal 14 Maret 1960, menetapkan

Dewan Tourisme Indonesia sebagai satu-satunya badan yang

bertanggung jawab penuh untuk mengatur dan menyelenggarakan

segala kegiatan tourisme di Indonesia.

4) Tahun 1961

xxxvi
Dengan lahirnya istilah paiwisata, maka Dewan Tourisme

Indonesia (DTI) resmi tampil dengan nama Dewan Pariwisata

Indonesia (DEPARI) pada tanggal 16 Agustus 1961, dirayakan di

Jalan Diponegoro 25 Jakarta Pusat sebagai Kontor Pusat DEPARI.

d. Tahun 1965- sekarang

1) Tahun 1965

Pengembangan kepariwisataan di Indonesia ditangani oleh

Departemen Pariwisata dengan Menteri Sri Sultan Hamengku

Buwono IX.

2) Tahun 1966

Dibentuk Lembaga Kepariwisataan Republik Indonseia

(GATARI) menggantikan Departemen Pariwisata. Berdasarkan

Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 103/Kep/1966

tanggal 7 Desember 1966, Lembaga Kepariwisataan Republik

Indonesia diubah menjadi Lembaga Pariwisata Nasional (LPN)

yang diketuai oleh Brigadir Jenderal Subroto Kusmardjo.

3) Tahun 1969

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1969 tanggal

22 Maret 1969, dibentuklah Dewan Pertimbangan Kepariwisataan

Nasional (Deparnas) yang bertugas membantu presiden dalam

menetapkan kebijakan umum di bidang kepariwisataan.

Selain itu, dibentuk juga Badan Pegembangan Kepariwisataan

Daerah (Bapparda) sebagai Badan Konsultatif Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I di bidang Kepariwisataan kepada Daerah

xxxvii
Tingkat I Dinas Pariwisata Daerah (Diparda). Pembentukan dewan

ini berdasar pada Inpres Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus

1969.

4) Tahun 1979

Diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang

Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang

Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat I.

5) Tahun 1980

Diadakan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Direktorat

Jenderal Pariwisata, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM.164/OT/002/PHB-80 tanggal 14 Juli 1980.

(A.Hari Karyono, 1997:79-84).

2. Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah aktivitas yang dilibatkan oleh orang-orang yang

melakukan pejalanan (Robert Christie Mill, 2000:21). A. Hari Karyono

(1997:15) mendefinisikan istilah pariwisata sebagai berikut.

a. Definisi yang Bersifat Umum

Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan

wisatawan.

b. Definisi yang Lebih Teknis

Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah

negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan

xxxviii
menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang

diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat

mewujudkan keinginan wisatawan.

3. Bentuk-bentuk Pariwisata

Nyoman S. Pendit dalam A. Hari Karyono (1997 :16),

mengemukakan bahwa bentuk-bentuk pariwisata dapat dibagi menurut

beberapa kategori sebagai berikut.

a. Menurut Asal Wisatawan

1) Dari dalam negeri, disebut juga pariwisata domestik atau

pariwisata nusantara.

2) Dari luar negeri, disebut pariwisata internasional atau pariwisata

mancanegara.

b. Menurut Akibat terhadap Neraca Pembayaran

1) Kedatangan wisatawan ke dalam negeri memberi efek positif

terhadap neraca pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut

pariwisata aktif.

2) Sebaliknya, warga negara yang keluar negeri memberikan efek

negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri atau disebut

pariwisata pasif.

c. Menurut Jangka Waktu

1) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke

suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja.

2) Pariwisata jangka panjang, apabila wisatawan yang berkunjung ke

DTW waktunya sampai berbulan-bulan.

xxxix
d. Menurut Jumlah Wisatawan

1) Pariwisata tunggal, apabila wisatawan yang bepergian hanya

seorang atau satu keluarga.

2) Pariwisata rombongan, apabila wisatawa yang bepergian satu

kelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai dengan 20

orang atau lebih.

e. Menurut Alat Angkut yang Digunakan

1) Pariwisata udara

2) Pariwisata laut

3) Pariwisata kereta api

4) Pariwisata mobil

4. Jenis-Jenis Pariwisata

a. Wisata Budaya

Seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk

mempelajari adat-istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat,

dan kebiasaan yang terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi.

b. Wisata Kesehatan

Disebut juga Wisata Pulih Sembuh, artinya seseorang melakukan

perjalanan dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk

memulihkan kesegaran jasmani dan rohani.

c. Wisata Olahraga

xl
Seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mengikuti

kegiatan olahraga, misalnya Olympiade, Thomas Cup, dan Sea Games.

d. Wisata Komersial atau Wisata Bisnis

Wisatawan yang masuk dalam jenis wisata ini adalah mereka yang

melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersial atau

dagang.

e. Wisata Indusri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa

untuk berkunjung ke suatu industri yang besar guna memperlajari atau

meneliti industri tersebut.

f. Wisata Politik

Seseorang yang berkunjung ke suatu negara untuk tujuan aktif dalam

kegiatan politik.

g. Wisata Konvensi

Seseorang yang melakukan perjalanan dan berkunjung ke suatu daerah

atau negara dengan tujuan untuk mengikuti konvensi atau konferensi.

h. Wisata Sosial

Kegiatan wisata sosial adalah kegiatan wisata yang diselenggarakan

dengan tujuan non profit atu tidak mencari keuntungan.

i. Wisata Pertanian

Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi

pertanian, perkebunan untuk tujuan studi, dan riset atau studi banding.

j. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

xli
Wisata bahari ini sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti

berselancar, menyelam, berenang, dan sebagainya. Objeknya adalah

pantai, laut, danau, sungai, kepulauan, termasuk taman laut. Karena

kegiatannya di air, wisata ini disebut juga Wisata Tirta.

k. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini adalah berkunjung ke daerah cagar alam. Disamping

untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka, juga untuk

tujuan menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam.

l. Wisata Buru

Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi berburu ini

tentu saja yang telah dimaklumkan oleh pemerintah sebagai daerah

perburuan.

m. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, kepercayaan, ataupun adat-

istiadat dalam masyarakat. Wisata pilgrim ini dapat dilakukan oleh

perseorangan maupun rombongan. Berkunjung ke tempat-tempat suci,

makam-makam orang suci atau orang-orang terkenal, dan pemimpin

yang diagungkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan restu, berkah,

kebahagian, dan ketentraman.

n. Wisata Bulan Madu

Orang yang melakukan wisata ini adalah orang yang sedang berbulan

madu atau pengantin baru.

(A. Hari Karyono, 1997 :17-19).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lokasi Pariwisata

xlii
a. Matahari, Laut, dan Kawasan Wisata Pantai

Faktor paling penting yang menjelaskan koleksi dan fasilitas atraksi

bagi wisatawan adalah faktor fisik.

b. Pemandangan Alam

Pemandangan alam dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk tanah, air,

dan tanaman.

c. Berburu dan Memancing

Di lain pihak banyak orang melakukan perjalanan untuk melihat

binatang di alam bebas, yang lain datang untuk memburunya.

d. Spa dan Resor untuk Kesehatan

Kemajuan dalam bidang pengobatan dan karena semakin menurut

kepercayaan orang akan kekuatan air mineral, menyebabkan

menyurutnya peran spa. Akan tetapi tetap ada banyak orang yang

percaya akan kemampuan menyembuhkan dengan spa.

e. Atraksi Perkotaan

Banyak kota mempunyai ciri dan atmosfer khusus. Keadaan ini

dihasilkan oleh kombinasi arsitektur yang berbeda, jalan-jalan yang

menyenangkan, makanan dan minuman yang lezat, dan gaya hidup

orang-orang yang tinggal di sana.

f. Atraksi Pedesaan

Atraksi alam pedesaan cenderung mempunyai daya historis. Atraksi

tersebut bisa berupa kastil/penjara, istana, biara, atau medan

peperangan. Pada negara-negara yang sedang membangun atraksi

alam seperti ini biasanya merupakan reruntuhan peradaban kuno.

xliii
g. Pesta Olahraga

Pesta olahraga dapat mendatangkan banyak orang ke suatu tempat

tujuan wisata. Pesta olahraga itu biasanya hanya berlangsung singkat

tetapi publisitas yang diberikan dapat membangkitkan kesadaran

masyarakat akan kawasan itu.

h. Atraksi yang Sengaja Dikembangkan

Atraksi ini cenderung mengkapitalisasi pada sebuah lokasi di suatu

kawasan. Iklim yang baik dapat menjamin kegiatan sepanjang tahun.

Pada kasus yang lain atraksi yang dikembangkan tentang kebudayaan

atau sejarah kawasan itu.

(Robert Christie Mill, 2000:61-68).

6. Prisip-prinsip Perjalanan/Wisata

a. Jarak

Semakin jauh jarak tempat pariwisata makin sedikit perjalanan ini

dilakukan. Akan tetapi pada sejumlah kasus, jarak justru menjadi daya

tarik tersendiri.

b. Hubungan

Negara-negara tertentu mempunyai landasan ekonomi, historis, atau

ikatan budaya yang kuat. Ikatan ini memperkuat kemungkinan

kegiatan pariwisata antara dua tempat.

c. Sifat Atraktif

xliv
Sifat atraktif sebuah tempat tujuan wisata bagi penduduk tempat lain

adalah berdasarkan ide bahwa sesuatu yang berlawanan itu menarik.

d. Biaya

Biaya kunjungan pada suatu tempat wisata yang bisa diketahui atau

yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya

perjalanan wisata. Semakin mahal sebuah perjalanan wisata akan

semakin sedikitlah permintaannya. Tapi pada sejumlah kecil kasus,

ada relasi inversi antara biaya dan permintaan yaitu semakin tinggi

biayanya, semakin tinggi permintaannya.

e. Kesempatan Penghambat

Kesempatan penghambat merujuk pada pengaruh atraksi dan fasilitas

yang ada di antara tempat asal dan kawasan tujuan wisata yang

mempergaruhi para pelancong dalam membuat keputusan untuk

singgah dan bahkan mungkin menyebabkan kembalinya si wisatawan

ke daerah asal.

f. Peristiwa Khusus

Kegiatan khusus menawarkan tempat tujuan wisata bagi sebagian

besar orang. Hal ini memungkinkan mereka mendapatkan jutaan orang

yang potensial. Itu juga berarti bahwa fasilitas yang dibangun untuk

pariwisata khusus tersebut bisa digunakan untuk kepentingan

pariwisata.

g. Karakter Nasional

xlv
Bangsa-bangsa tertentu mempunyai ciri-ciri yang memepengaruhi

permintaan wisatawan. Karakter nasional sebuah bangsa dapat

menunjukkan jenis liburan apa yang penting bagi mereka.

h. Citra

Orang mengunjungi tempat tujuan wisata berdasarkan citra yang

mereka punyai tentang tempat wisata itu.

(Robert Christie Mill, 2000:68-70).

7. Dampak-dampak Pariwisata

a. Pengaruh Wisata terhadap Ekonomi

Kepariwisataan sebagai fenomena ekonomi dapat diartikan sebagai

perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang-orang yang ekonominya

sudah mapan. Dalam arti bahwa ada hubungan antara kemampuan

membayar suatu perjalanan wisata dengan kemampuan ekonomi

seseorang. Kondisi ekonomi seseorang memungkinkan bisa tidaknya

ia melakukan perjalanan pariwisata.

1) Mendapatkan Mata Uang Asing (Devisa)

Neraca pembayaran bagi suatu negara adalah hubungan antara

pembayaran yang harus dilakukan terhadap negara-negara lain

yang diterima dari negara-negara lain. Semua negara berusaha

keras agar mencapai neraca pembayaran yang positif atau surplus.

Karena sebagian besar negara tersebut mengalami kesulitan dalam

melakukan hal ini, maka menarik kedatangan wisatawan sangat

didorong sebagai sebuah cara mencapai neraca pembayaran yang

positif.

xlvi
2) Peningkatan Pendapatan

Pariwisata dapat berperan sebagai penyumbang pendapatan

pemerintah melalui tiga cara, yaitu dari pajak langsung yang

dikenakan pada para karyawan serta pajak langsung atas

pembelian barang dan jasa; pajak tidak langsung atas pembelian

barang dan jasa; pajak tidak langsung seperti pembayaran bea dan

cukai; dan dari pendapatan yang dihasilkan oleh bisnis milik

pemerintah sendiri.

3) Pekerjaan

Diperkirakan bahwa lebih dari 60 juta kesempatan kerja di seluruh

dunia ditingkatkan secara langsung atau tidak langsung oleh

wisatawan. Contoh pekerjaan tersebut adalah karyawan hotel,

pengemudi taksi, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur,

karyawan restoran, dan lainnya. Ada beberapa hal yang bisa

dicatat dalam hal ini, yaitu

a) ada hubungan erat, meskipun tidak sempurna antara pekerjaan

dan pendapatannya;

b) kegiatan wisatawan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan

yang bisa ditingkatkan;

c) jenis tenaga terampil yang tersedia mempengaruhi peningkatan

pekerjaan;

d) keuntungan yang didapat oleh pekerjaan dalam bidang

pariwisata tidak terlihat atau samar;

xlvii
e) sifat alami pariwisata yang tergantung pada musim liburan

hendaknya diperhatikan.

4) Pengembangan Usaha Kecil

Banyak bisnis pariwisata berskala kecil dimiliki oleh keluarga.

Bisa jadi bisnis itu berbentuk toko cinderamata, rumah makan,

atau jasa transportasi. Banyak para wisatawan yang mencari

sesuatu yang asli ketika mereka melakukan perjalanan.

b. Pengaruh Wisata terhadap Masyarakat

Banyak pengaruh pariwisata terhadap orang-orang sebagai akibat

interaksi antara tuan rumah dan tamunya.

1) Densitas Wisatawan

Untuk sejumlah peristiwa tertentu sebagian besar wisatawan

berkumpul pada suatu waktu tertentu. Bagi sebagian besar

kawasan wisata terkonsentrasi pada kawasan tertentu selama

beberapa bulan saja. Ada dua pendekatan untuk menyikapi

masalah densitas wisatawan ini, yaitu

a) menyebarluaskan keberadaan wisatawan secara geografis atau

menyebarkannya sepanjang waktu di seluruh kawasan tujuan

wisata yang ada;

b) mengembangkan “kantong-kantong wisatawan”, yaitu sebuah

kawasan yang khusus dibangun untuk para wisatawan.

2) Efek Demonstrasi

xlviii
Efek demonstrasi adalah istilah yang diberikan untuk usaha

penduduk setempat yang mencoba menyamai cara atau tingkah

laku tamu-tamu mereka. Wisatawan bersikap berbeda ketika

mereka sedang berlibur dibandingkan dengan kebiasaan yang

mereka lakukan di rumah. Bagi penduduk setempat, semua yang

mereka lihat adalah tingkah laku selama liburan. Hal ini dapat

menjadi model bagi kedua belah pihak.

3) Migrasi

Secara ekonomi, dalam rangka ikut serta mengambil keuntungan

dari kedatangan wisatawan, penduduk setempat di banyak

kawasan tujuan wisata yang kurang berkembang meninggalkan

tanah mereka dan terjun ke pekerjaan jasa ini.

4) Kebiasaan Mengkonsumsi

Bersamaan dengan meningkatnya pariwisata, usahawan lokal

mengimpor barang-barang untuk menarik wisatawan. Usahawan

lokal mungkin melihat berang-barang impor berkualitas lebih

tinggi dibandingkan dengan barang-barang produksi dalam negeri.

5) Rasa Memiliki Identitas

Dalam pemasaran kita diajarkan untuk mengidentifikasi kebutuhan

dan keinginan wisatawan serta meningkatkan produksi barang dan

jasa agar bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan itu. Bagi

sebuah komunitas, tugas ini bisa dikerjakan dengan tetap berusaha

memepertahankan identitas mereka sendiri. Dalam usaha

xlix
menyesuaikan diri dengan pasar, penduduk setempat bisa

kehilangan wawasan akan budaya mereka sendiri yang unik.

6) Sikap Moral

Sikap moral dalam hal ini adalah kejahatan. Hubungan antara

pariwisata dengan kejahatan benar-benar ada. Adanya sejumlah

orang yang memiliki banyak uang untuk dibelanjakan, menarik

para pelaku kejahatan. Akibat utama yang tampaknya sangat

mungkin muncul di kawasan wisata adalah perampokan,

pencurian, kebrutalan, penyalahgunaan obat-obatan, mabuk-

mabukan, dan lain sebagainya.

Pariwisata tidak hanya mempengaruhi cara bagaimana orang-

orang hidup dan bekerja, tetapi juga bagaimana mereka berpikir,

berpakaian, bertindak. Di Polinesia Perancis, banyak proyek

bangunan pariwisata dilakukan hanya untuk mendapatkan uang

dari pemerintah. Sejumlah proyek tersebut tidak pernah

diselesaikan, dan banyak uang dicuri atau dibawa lari oleh

kontraktor-kontraktor yang tidak jujur (Dennisl Roster, 2000:36).

c. Pengaruh Wisata terhadap Budaya

Budaya suatu bangsa mengandung kepercayaan, nilai, sikap, dan

tingkah laku yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat

dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya

berkembang dan berubah secara alami, sebagaimana tuan rumah pun

beradaptasi ke dunia yang selalu berubah. Pariwisata mempercepat

proses tersebut karena pariwisata menyebabkan hubungan langsung

l
antara dua masyarakat yang berbeda budayanya (Robert Christie Mill,

2000:184).

Kebudayaan nampak dalam tingkah laku manusia dan hasil

karyananya, culture is manifest in act and artifact (R. G. Soekadijo,

2000:228). Manifestasi kebudayaan itulah yang dihadapkan kepada

wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Ada beberapa

manifestasi kebudayaan sebagai berikut.

1). Ada yang berupa peninggalan kebudayaan yang selalu berupa

artifact dan biasa disebut tourist heritage, seperti Borobudur,

keris, dan lainnya.

2). Ada manifestasi kebudayaan yang masih hidup, artinya masih

dibuat dan masih dikerjakan, baik yang berupa artifact, seperti

lukisan modern maupun yang berupa tingkah laku, seperti

kehidupan di pasar, cara bergaul orang dalam masyarakat, dan

sebagainya.

3). Ada manifestasi hidup yang bersifat tradisional baik yang berupa

artifact seperti pakaian adat, arca, maupun tari-tarian dan ada juga

yang berupa tingkah laku, seperti cara perkawinan adat, dan yang

lainnya.

Keuntungan dari pariwisata dalam bidang budaya adalah sebagai

berikut.

1). Kesadaran lintas budaya, maksudnya dengan pariwisata dapat

meningkatkan rasa pengertian antara bangsa-bangsa dari negara

dan latar belakang budaya yang berbeda.

li
2). Kesempatan untuk bertukar pengetahuan, cita-cita, dan tradisi

lebih terbuka lebar.

3). Disamping hanya sekadar memuaskan rasa ingin tahu pariwisata

juga mempromosikan keinginan baik secara internasional dan

pertukaran nilai-nilai budaya (Dennisl Roster, 2000:35).

Selain keuntungan di atas, R. G. Soekadijo (2000:288-291),

menjelaskan keuntungan pariwisata atas kebudayaan, bahwa

pariwisata melestarikan kebudayaan sehingga memelihara identitas

masyarakat setempat. Ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk

memperkaya khasanah kebudayaan nasional, dalam arti memelihara

keanekaragaman kebudyaan naisonal. Akan tetapi keuntungan itu

tidak murni, karena ada segi yang merugikan. Apa yang menurut nilai

dipandang sebagai hiburan atau pertunjukan atau sebagai dagangan,

manifestasinya dapat disuguhkan kepada wisatawan tanpa perubahan.

Akan tetapi banyak manifestasi kebudayaan tradisional yang

mengandung nilai upacara, kepercayaan, sakral. Kalau manifestasi

kebudayaan yang demikian disuguhkan kepada wisatwan akan terjadi

pergeseran nilai sakral menjadi tontonan. Pergeseran nilai itu sering

dianggap sebagai sesuatu yang merusak kebudayaan, dalam hal ini

terjadilah kerugian kebudayaan yang sering disebut “komersialisasi”.

Akan tetapi, adakalanya pergeseran nilai itu diterima dalam

kebudayaan. Nilai sakral berganti menjadi nilai komersial, contohnya

upacara adat perkawinan. Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa

masyarakt lokal telah menerima sesuatu nilai baru, contohnya di

lii
Lembah Baliem penduduknya sudah meninggalkan kebiasaan

memakai koteka. Kecuali yang tersebut di atas manifestasi

kebudayaan yang disuguhkan kepada wisatawan itu banyak

kehilangan sifat seni dan kekhasannya.

d. Pengaruh Wisata terhadap Lingkungan

Pembangunan pariwisata sama halnya seperti pembangunan bidang

lainnya, mempunyai pengaruh terhadap lingkungan. Untuk kawasan

yang belum berkembang, pembangunan pariwisata dapat

meningkatkan lingkungan bagi wisatawan maupun penduduk setempat

melalui peningkatan sanitasi, sistem pembuangan dan perumahan.

Untuk kawasan yang sudah berkembang, pembangunan pariwisata

tampaknya diperhatiakan segi negatifnya seperti polusi dan kemacetan

lalu lintas.

Lingkungan yang alami adalah daya tarik utama bagi wisatawan.

Wisatawan cenderung tertarik pada kawasan yang berpanorama indah,

beriklim menyenangkan dan mempunyai pemandangan yang berbeda.

Agar dapat memenuhi selera wisatawan, berberapa pengembangan

diperlukan, dengan jalan harus dibangun agar kawasan wisata tersebut

mudah dicapai rumah penginapan dan restoran juga harus tersedia.

Pariwisata mempunyai pengaruh positif terhadap pelestarian

lingkungan. Pariwisata merangsang rehabilitasi temapat-tempat

bersejarah, bangunan-bangunan dan monumen-monumen. Selain itu

pariwisata memberikan dorongan bagi pembangunan bangunan-

bangunan tua menjadi objek pariwisata yang baru. Lebih jauh lagi,

liii
pariwista mendorong pelestarian sumber-sumber alam akhirnya

pengembangan pariwisata menghasilkan pengendalian kawasan tujuan

wisata yang memang dirancang untuk melindungi lingkungan.

Beberapa orang mengatakan bahwa pariwisata mendorong apresiasi

terhadap alam dan sejarah, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

tekanan yang diberikan pariwisata terhadap lingkungan menyebabkan

pertentangan antara keduanya. Akibat tersebut dapat dilihat melalui

cara berikut ini.

1). Meningkatkan tingkat pencemaran dan kemacetan.

2). Perubahan lahan dan keseimbangan ekologi makluk hidup.

3). Biaya yang semakin besar untuk mengatasi kemacetan dan

pencemaran.

4). Biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi hilangnya kawasan

alami.

5). Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyiapkan daerah suaka

pada daerah-daerah tertentu.

6). Biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai proyek-proyek

yang memikat wisatawan.

7). Biaya yang harus dikelurkan untuk melestarikan peninggalan

sejarah atau budaya.

(Robert Christie Mill, 2000:188-291).

liv
8. Strategi Pengembangan dan Pembangunan Pariwisata di Indonesia

a. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Pariwisata

Penyusunan RIP di setiap propinsi diperlukan untuk pengembangan

dan pembangunan pariwisata di daerah secara terencana dan

terprogram baik bagi daerah yang sudah populer maupun yang belum.

b. Sebagai Prioritas Pembangunan di Daerah

Bidang pariwisata hendaknya diprioritaskan sebagai bidang yang

ditangani secara serius dengan tetap memberikan porsi pada bidang-

bidang yang lain, terutama yang telah menjadi ciri khas suatu daerah.

c. Pembangunan Sarana dan Prasarana

Strategi ini dapat dilakukan dengan membangun jalan dan jembatan,

penerangan, prasarana air minum, hotel, sarana transportasi dan sarana

terdidik.

d. Pengadaan Tenaga Administrasi

Karena semakin ramainya bisnis pariwisata, maka banyak diperlukan

tenaga terdidik, terampil dan siap kerja di bidang industri pariwisata,

termasuk di dalamnya adalah :

a. akomodasi;

b. restoran dan catering;

c. biro perjalanan;

d. pramuwisma;

e. cinderamata;

f. angkutan wisata jalan raya;

g. kapal pesiar;

lv
h. dan sebagainya.

e. Promosi Pariwisata

Bentuk-bentuk kegiatan ini adalah melalui partisipasi Indonesia pada

bursa-bursa pariwisata di luar negeri. Selain itu, pariwisata Indonesia

aktif dalam banyak kegiatan sales mission di Asia, Eropa dan

Amerika, yang diselenggarakan dengan pihak swasta (A. Hari

Karyono, 1997:105-108).

Strategi lain yang telah tertuang dalam RUU RI tentang

Kepariwisataan Bab III Pasal 6, diberikan peringatan bahwa pembangunan

objek dan daya tarik wisata sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan

hal-hal berikut ini.

a. Kemampuan untuk mendorong meningkatkan perkembangan

kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

b. Nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang

hidup dalam masayarakat.

c. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

d. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri

(R. G. Soekadijo, 2000:296).

H. Museum

1. Sejarah Museum di Indonesia

Sejarah Museum di Indonesia dirintis pada tahun 1648 oleh G.E.

Rumphius, seorang pegawai kompeni Belanda di Ambon. Untuk

melengkapi isi museum yang didirikannya, ia mengangkut banyak buku

lvi
dari Nederland pada tahun 1663. Ia meninggal di Ambon tanggal 15 Juni

1702. Hingga kini, namanya dilestarikan dalam kegiatan ekspedisi

kelautan di Indonesia.

Bangunan museum yang didirikannya telah lenyap, dulu bernama

Het Ambonsche Rariteiten Kabinet (Ruangan Penyimpanan Benda-benda

Aneh atau Langka dari Ambon), yang tinggal hanyalah buku-buku hasil

karyanya. Buku-buku itu diterbitkan pada tahun 1700-an dan kini orang

dapat membacanya di perpustakaan yang besar, antara lain di

Perpustakaan Nasional Jakarta.

Pemerintah peralihan Inggris ketika berkuasa di Jawa telah

menempatkan Stamford Raffles sebagai wakilnya di Indonesia. Meskipun

hanya sekitar lima tahun ia tinggal di Jawa, namun banyak yang telah

dilakukannya di bidang kebudayaan, antara lain dipindahkannya museum

dan perpustakaan tersebut ke Harmoni. Kini bekas gedung itu terkena

pelebaran jalan protokol, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Namun

namanya tidak berubah, letaknya di ujung Jalan Majapahit.

Perang Inggris-Belanda berlangsung dari tahun 1795-1814. Setelah

perang berakhir, maka jajahan Belanda dikembalikan. Pulau Jawa jatuh

pada tahun 1811 dan dikembalikan kepada Belanda pada tahun 1814. Pada

saat penjajahan Belanda, bangunan Museum Jakarta dipindahkan dan

dibuat lebih besar untuk menyimpan koleksi yang lebih banyak. Bangunan

museum itu teletak di tengah kota Jakarta, tepatnya Jalan Medan Merdeka

Barat 12 Jakarta Pusat, sekarang terkenal dengan nama Museum Nasional.

lvii
Orang sering menyebutnya Gedung Gajah. Pada tahun 1868, museum itu

dibuka untuk umum.

Sejak museum itu didirikan, maka secara berkala diterbitkan buku-

buku dan majalah ilmu pengetahuan yang dikirimkan ke museum-museum

di luar negeri. Isinya meliputi kebahasaan, geografi, etnologi, arkeologi,

dan kesejarahan. Hingga sekarang buku-buku dan majalah terbitan

museum masa lalu, merupakan sumber informasi yang penting, baik bagi

orang awam maupun bagi para pelajar dan mahasiswa.

2. Definisi Museum

A.C. Parker, seorang museolog Amerika Serikat dalam Moh. Amir

Sulaarga (1962:18) menyatakan bahwa a museum, in the modern sense, is

an institution actively devoted to the task of interpreting the world of man

and nature, yang dapat diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa

Indonesia, museum dalam arti modern adalah suatu lembaga yang secara

aktif melakukan tugasnya di dalam hal menerangkan dunia manusia dan

alam.

Untuk menegaskan bahwa arti dan tugas museum itu benar-benar

luas, Gertrud Rudolf-Hille, seorang wanita ahli museum di Jerman

mengatakan sebagai berikut.

a. Museum bukan saja mengumpulkan barang-barang antik atau barang-

barang bagi penyelidikan ilmu pengetahuan, tetapi barang-barang itu

adalah warisan kebudayaan dan segala hubungannya harus

dipamerkan kepada umum.

lviii
b. Museum bukan tempat atau ruangan-ruangan untuk kepentingan para

peminat atau kaum sarjana saja, ia pun harus terbuka dan dapat

menambah pengetahuan semua orang, teristimewa para pemuda.

(Moh. Amir Sulaarga, 1962:18).

3. Perkembangan Museum

Pada pertengahan kedua abad ke-19, timbul spesialisasi di bidang

ilmu pengetahuan, yang sampai sekarang kita kenal sebagai ilmu-ilmu

kebudayaan dan ilmu-ilmu alam. Pada tahun 1950-an didirikan sebuah

badan yang bernama Konjnklije Natuurkunde Vereniging

(perkumpulan/lembaga ilmu alam). Badan ini bekerja erat dengan Kebun

Raya Bogor, yang berada dalam kawasan Istana Bogor. Kebun Raya

Bogor dibuka pada tahun 1817 oleh Reinward. Di tempat itu dibangun

pula sebuah herbarium dan museum zoologi. Sejak tahun 1819 diterbitkan

pula berbagai macam dokumen tentang tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat

obat.

Dewasa ini, pengelolaan kebun raya, herbarium, dan museum

zoologi ditangani oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Sejak

dahulu, sama halnya dengan Museum Bataviaaasch Genotscap Jakarta,

Kebun Raya Bogor terkenal sebagai kebun botani yang terbesar di seluruh

Asia Tenggara. Museum lain yang terkenal adalah Musem Geologi di

Bandung, yang dibangun sebelum perang dunia ke-2. Museum ini adalah

satu-satunya museum di Asia Tenggara yang berfungsi sebagai sumber

bukti mengenai bahan-bahan tambang dan batu-batuan yang terdapat di

bumi nusantara.

lix
Pada tahun 1830-an, timbul keinginan dari beberapa pihak untuk

mendirikan museum-museum kecil di daerah. Di Yogyakarta, pada tahun

1885 telah berdiri Perkumpulan Arkeologi yang merupakan adik Museum

Nasional Jakarta. Pada awal berdirinya, para Ilmuwan Purbakala telah

sibuk dengan tugas-tugas penelitian di dataran Prambanan yang kaya

warisan budaya. Kota Yogyakarta diharapkan memiliki museum khusus

benda-benda purbakala khas Jawa. Banyak benda-benda candi yang hilang

menjadi koleksi perkumpulan.

Pada awal abad ke-20, mulai didirikan Museum Ngesti Mulyo di

Tegal, Museum Sri Wedari di Solo, yang mengawali koleksinya dengan

benda-benda langka temuan di daerah setempat. Kemudian diperkaya

dengan benda-benda etnografis dan purbakala. Kota Kediri mulai

membuka museum dengan mengumpulkan benda-benda antik, sehingga

Museum Jakarta dapat dibuka kembali untuk umum, meskipun tidak

semua koleksi yang hilang akibat perang (sekitar tahun 1945) dapat

dikembalikan. Sementara itu beberapa museum telah rusak dan akhirnya

hilang, seperti Museum Karo di Brastagi yang dibangun oleh Dr. J.H.

Neuman, dan museum lokal di Banjarmasin yang didirikan oleh seorang

ilmuwan Belanda yang bernama Dr. Mallinkrodt, seorang pakar adat suku-

suku Dayak pada masa lalu.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945 hingga 1950-an

tidak terjadi perubahan yang berarti di bidang permuseuman namun pada

tahun-tahun berikutnya, terutama setelah pelaksanaan Pelita,

perkembangan bidang museum sungguh luar biasa.

lx
Pemerintah Indonesia menaruh perhatian sangat besar terhadap

lembaga permuseuman. Pada tahun 1964, dibentuk Direktorat Museum

yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah RI menunjuk Drs. Moh. Amir

Sulaarga, yang pernah studi bidang museografi di Rijksmuseum voor

Kenkunde di Belanda, untuk menjabat Direktorat Museum yang pertama.

Sementara itu, pada bulan Agustuts 1962 pusat lembaga

kebudayaan Indonesia yang semula bernama Koninklijk Bataviaasch

Genootschap secara resmi meyerahkan pengelolaan Museum Pusat dan

Museum Jakarta kepada pemerintah Indonesia. Museum dan

perpustakaannya merupakan modal berdirinya Museum Nasional dan

Perpustakaan Nasional sekarang ini.

4. Pemanfaatan Museum Lokal

Pada saat peresmian Museum Sonobudoyo Yogyakarta Prof. Dr.

Hoesein Djajadiningrat berkata bahwa tujuan pendirian museum daerah

tidak hanya untuk memelihara warisan budaya. Museum juga memberikan

latihan kepada para pengrajin muda. Supaya generasi muda mampu

mengusai seni kebudayaan bangsanya kemudian menciptakan seni kreasi

baru, kelestarian dan keseimbangan kebudayaan bangsa. Guna keperluan

itu, museum menyediakan ruang-ruang ketrampilan di samping gedung

utama.

Koleksi museum lokal menjadi sumber ilham bagi para pemuda.

Dari sana akan timbul kreasi baru tanpa meninggalkan kepribadian

aslinya. Oleh karena itu, pemerintah secara teratur mengadakan pameran

lxi
antar museum, dengan memamerkan benda-benda khas daerah setempat.

Dengan demikian, diharapkan dapat membuat manusia Indonesia penuh

kesadaran budaya. Bermodal daya kreatif dan kesadaran budaya yang

teguh, para pemuda akan mampu mengatasi akses akulturasi. Museum

lokal dapat menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah sehingga

museum menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat, dan merupakan

lembaga tetap pewaris dan penerus kebudayaan khas setempat.

I. Pengunjung ( Wisatawan)

1. Definisi Pengunjung (Wisatawan)

Menurut Cohen dalam Glenn F. Ross (1998:5), wisatawan

diartikan sebagai seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas

kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja, dengan harapan

mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami

selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.

Menurut Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1937, dalam Robert

Chiristie Mill (2000:21), yang dianggap sebagai wisatawan adalah sebagai

berikut.

a. Orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan, karena alasan

keluarga, untuk alasan kesehatan, dan sebagainya.

b. Orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan, atau

dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan,

administrasi, diplomat, keagamaan, atletik dan sebagainya).

c. Orang yang melakukan perjalanan karena alasan-alasan bisnis.

lxii
d. Orang yang tiba dengan kapal laut, bahkan meskipun mereka tinggal

kurang dari 24 jam (yang terakhir ini hendaknya dianggap sebagai

kelompok yang terpisah, tanpa menghiraukan tempat tinggal yang bisa

meraka gunakan).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

1990 tentang Kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan

2, dirumuskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sementara itu, wisatawan

didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan wisata.

2. Jenis dan Macam Wisatawan

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalanan dilakukan,

wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Foreign Tourist (Wisatawan Asing)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, datang memasuki

suatu negara lain, bukan merupakan negara di mana ia biasanya

tinggal disebut Wisatawan Asing, yang disebut juga Wisatawan

Mancanegara atau disingkat Wisman.

b. Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara

karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di

mana ia tinggal.

lxiii
c. Domestic Tourist

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata

dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan

negaranya. Wisatawan ini disebut juga Wisatawan Dalam Negeri atau

Wisatawan Nusantara (Wisnu).

d. Sidigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu yang karena tugasnya atau

jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan

melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

e. Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara

tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu

pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis, bukan wisata

tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang

utama selesai.

(A. Hari Karyono, 1997:21).

3. Motivasi Wisatawan

Robert Cristie Mill (2000:48) menjelaskan bahwa orang berlibur

karena mereka merasa dengan melakukan kegiatan itu akan bisa

memenuhi beragam kebutuhan dan keinginan. Abraham Maslow

mengidentifikasi seperangkat kebutuhan universal yang disusun dalam

bentuk hierarki. Secara singkat, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan

lxiv
manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau

jenjang peringkat.

Tabel 2 : Unsur-unsur Utama Hierarki Kebutuham Maslow

Kebutuhan Fisiologis Lapar, haus, seks, tidur, udara,

dan lain-lain.

Kebutuhan Rasa Aman Bebas dari ancaman atau bahaya,

lingkungan yang aman, teratur

dan dapat diperkirakan.

Kebutuhan Cinta Rasa memiliki, hubungan mesra,

persahabatan, anggota kelompok.

Kebutuhan Penghargaan Harga diri, kebersihan,

kepercayaan diri, reputasi,

pengakuan, martabat.

Kebutuhan Mewujudkan Jati Diri Kepuasan diri, mewujudkan

kemampuan.

(Glenn F. Ross, 1998:28)

Sementara Klasifikasi Murray mengenai kebutuhan manusia yang

bisa diterapkan pada perilaku wisatawan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 : Klasifikasi Murray Mengenai Kebutuhan Manusia

yang Bisa Diterapakan pada Perilaku Wisatawan

Pelestarian Mengumpulkan, memperbaiki, membersihkan dan

melestarikan sesuatu.

Keberhasilan Mengatasi rintangan; menjalankan kekuasaan;

lxv
berjuang melakukan sesuatu yang sulit sebaik dan

secepat mungkin.

Pengakuan Memberikan pujian dan saran; menuntut rasa hormat;

membanggakan dan memperlihatkan keberhasilan;

mencari perbedaan, gengsi sosial, rasa hormat atau

jabatan tinggi.

Pamer Menarik perhatian seseorang; menyenangkan hati,

mengejutkan, menggairahkan orang lain; membesar-

besarkan diri.

Dominasi Mempengaruhi atau mengendalikan orang lain;

mengajak, melarang, mendikte, mengendalikan;

mengarahkan perilaku kelompok.

Otonomi Menolak pengaruh atau paksaan; menentang

kekuasaan atau mencari kebebasan di tempat baru;

memperjuangkan kemerdekaan.

Perbedan Bertindak berbeda dari orang lain; menjadi unik;

memilih sisi sebaliknya; menganut pandangan yang

tidak lazim.

Agresi Menyerang atau melukai orang lain; membunuh;

mengecilkan hati, menyakiti, menyalahkan, menuduh

atau menertawakan orang lain dengan kejam;

menghukum dengan kejam; sadisme.

Kerendahan Menyerahkan diri; menaati dan menerima hukuman;

lxvi
diri minta maaf, mengaku, bertobat; merendahkan diri.

Berkelompok Menciptakan persahabatan dan perkumpulan;

memberi salam, bergabung dan hidup dengan orang

lain; mencintai bergabung dengan kelompok.

Permainan Mengendurkan saraf, menyenangkan seseorang,

mencari keragaman dan hiburan; bersenang-senang,

bermain, tertawa, bercanda dan gembira;

menghilangkan ketegangan yang serius.

Pengetahuan Menyelidiki; mengajukan pertanyaan; memuaskan

rasa ingin tahu; melihat, mendengar, menyelidiki;

membaca dan mencari pengetahuan.

(Glenn F. Ross, 1998:30).

Menurut Dann dalam Glenn F. Ross (1998:31), ada dua faktor atau

tahap keputusan untuk melakukan perjalanan, yaitu

a. faktor pendorong adalah faktor yang membuat kita ingin bepergian;

b. faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi ke mana kita akan

pergi setelah ada keinginan awal untuk bepergian.

Faktor-faktor itu manarik kita ke tempat tertentu setelah kita

didorong untuk ingin bepergian. Oleh karena itu, faktor penarik harus

didahului oleh kebutuhan untuk bepergian.

lxvii
J. Peramalan/Proyeksi/Forecasting

1. Definisi Peramalan/Proyeksi/Forecasting

Indriyo Gitosudarmo dan Mohamad Najmudin (2001:1)

berpendapat bahwa proyeksi adalah suatu cara atau pendekatan untuk

menentukan ramalan/perkiraan mengenai sesuatu di masa yang akan

datang. Ramalan yaitu memperkirakan besaran atau jumlah pada waktu-

waktu mendatang berdasarkan data masa lampau yang dianalisis secara

ilmiah, khususnya menggunakan metode statistika (Sudjana, 1989:254).

Menurut Pangestu Subagyo (2002:1), forecasting adalah

peramalan/perkiraan mengenai suatu yang belum terjadi. Forecasting is

the art and science of prediting future events (Roger G. Schroeder,

1989:48).

Proyeksi ini dilakukan dengan mempertimbangkan data-data pada

tahun-tahun sebelumnya dapat dipakai untuk meramalkan pada tahun

berikutnya.

Kesuksesan melakukan forecast dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu

karakteristik data, jangka waktu, biaya, dan tingkat akurasi yang

diinginkan. Karena adanya pengaruh faktor waktu tersebut, kita

dihadapkan dengan ketidakpastian yang nantinya akan terdapat faktor

akurasi yang harus diperhitungkan. Dalam membuat ramalan diupayakan

dapat meminimumkan pengaruh ketidakpastian tersebut.

2. Tujuan Peramalan/Proyeksi/Forecasting

Forecasting bertujuan untuk mendaptkan forecast yang

meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur

lxviii
dengan mean square error (MSE), mean absolute error (MAE), dan

sebagainya (Pangestu Subagyo, 2002:1).

3. Hubungan Peramalan/Proyeksi/Forecasting dengan Rencana (Planning)

Terdapat perbedaan antara forecasting dengan rencana.

Forecasting adalah perkiraan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan

datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan

pada waktu yang akan datang (Pangestu Subagyo, 2002:3).

Menyusun rencana (planning) dan membuat proyeksi atau ramalan

(forecasting) lebih merupakan suatu pekerjaan otak daripada pekerjaan

fisik, sehingga memerlukan keahlian. Peramalan memberikan sumbangan

yang sangat berharga dalam pembuatan rencana, karena keadaan masa

depan yang akan dilalui setidak-tidaknya sudah dapat dilihat atau

digambarkan (Sulistyabudi, 1986:8). Gambaran di masa mendatang

biasanya diperoleh melalui ekstrapolasi terhadap keadaan sekarang dan

masa lampau.

K. Data Time Series

Time series is a set of observed values for a sequentially ordered

series of time periods (Leonard J. Kazmier, 2004:296). A time series is based

on a sequence of evenly spaced (weekly, monthly, quarterly, and so on) (Jay

Heizer and Barry Render, 1990:145).

Time series adalah suatu kelompok nilai/angka dari beberapa

variabel yang diperoleh melalui pengamatan secara periodis (Basu Swastha,

1999:350). Rangkaian waktu tidak lain adalah serangkaian pengamatan

lxix
terhadap sesuatu peristiwa, kejadian, gejala atau variabel yang diambil dari

waktu ke waktu, dicatat secara teliti menurut urut-urutan waktu terjadinya dan

kemudian disusun sebagai data statistik (Sutrisno Hadi, 1968:432).

Data time series adalah data yang dikumpukan dari waktu ke

waktu, untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan (J. Supranto,

1987:274). Analisis data time series memungkinkan untuk mengetahui

perkembangan suatu/beberapa kejadian serta hubungannya/pengaruhnya

terhadap kejadian lainnya. Dengan kata lain, apakah perubahan suatu kejadian

mempengaruhi kejadian lainnya, kalau memang mempengaruhi berapa

besarnya pengaruh tersebut secara kuantitatif.

Secara matematis suatu data time series diberi simbol Y1, Y2,…,

Yi, …, Yn sebagai nilai dari variabel. Y1 = data pada waktu pertama, Y2 = data

pada waktu kedua, Yi = data waktu ke-i, dan Yn = data pada waktu ke-n. Y

merupakan fungsi dari waktu, Y = f (X), dimana X = waktu.

Gerakan atau variasi data time series terdiri dari empat macam

pola/komponen sebagai berikut.

1. Gerakan Jangka Panjang atau Trend

Gerakan jangka panjang atau trend adalah suatu yang

menunjukkan arah perkembangan secara umum yaitu kecendruangan naik

(trend positif) atau kecenderungan turun (trend negatif).

lxx
Gambar 1 : Gerakan Jangka Panjang atau Trend

Y= f(X) Y = f(X)

turun

naik
X X

Waktu Waktu

2. Gerakan/Variasi Siklis

Gerakan/variasi siklis merupakan perubahan sesuatu hal yang

berulang kembali lebih sari satu tahun. Variasi siklis dinyatakan dalam

bentuk indeks siklis. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui

indeks siklis adalah metode residual. Cycles are patterns in the data that

occur every several years (Jay Heizer and Barry Render, 1990:145).

3. Gerakan/Variasi Musiman

Variasi musim merupakan variasi pasang surut yang berulang

kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. Seasonality is a data

pattern that repeats itself after a periode of days, weeks, months, or

quarters (Jay Heizer and Barry Render, 1990:145).

4. Gerakan/Variasi Random

Variasi random merupakan perubahan suatu hal yang terjadi secara

tiba-tiba dan sukar diperkirakan. Rangkaian waktu variasi ini

menunjukkan gerakan yang tidak teratur. Random variations are “blips”

in the data caused by chance and unusual situations; they follow no

discernible pattern (Jay Heizer and Barry Render, 1990:146).

lxxi
L. Forecasting dengan Metode Dekomposisi

Dengan menggunakan metode dekomposisi, tiap-tiap komponen

dipecah menjadi subpola yang menunjukkan deret berkala secara terpisah.

Pemisahan tersebut seringkali membantu meningkatkan ketepatan peramalan

dan membantu pemahaman atas perilaku deret data secara lebih baik (Spyros

Makridakis, 1993:123). Metode dekomposisi didasarkan pada kenyataan

bahwa biasanya apa yang telah terjadi itu akan berulang kembali dengan pola

yang sama (Pangestu Subagyo, 2002:31). Artinya yang dahulu selalu naik,

pada waktu yang akan datang biasanya akan naik juga; yang biasanya

berkurang akan berkurang juga; yang biasanya berfluktuasi akan berfluktuasi

juga; dan yang biasanya tidak teratur akan tidak teratur juga. Perubahan suatu

hal itu biasanya mempunyai pola yang agak kompleks, misalnya ada unsur

kenaikan, fluktuasi, dan tidak teratur. Agar pola tersebut dapat dianalisa dan

diramal sekaligus sangat sulit, sehingga biasanya diadakan dekomposisi atau

pemecahan ke dalam empat komponen/pola perubahan yaitu trend (T),

fluktuasi musim (M), fluktuasi siklis (S), dan perubahan-perubahan yang

bersifat random (R). Masing-masing pola perubahan akan dicari satu per satu,

setelah ditemukan kemudian digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran, atau

ramalan.

Dalam hal ini digunakan cara penggabungan dengan mengalikan

komponen-komponen yang ada, atau dapat ditunjukkan dengan persamaan

X = T x M x S x R dimana X merupakan nilai (data) yang terjadi sebenarnya.

lxxii
1. Trend

Trend atau disebut Secular Trend adalah rata-rata perubahan dalam

jangka panjang. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk

menentukan trend, yaitu trend linier, trend parabolik, dan trend

exponential. Dalam Tugas akhir ini, penyusun menggunakan metode trend

linier. Beberapa metode yang bisa digunakan untuk membuat trend linier,

yiatu trend bebas, trend setengah rata-rata, trend dengan metode kuadrat

terkecil (least squares), trend moment. Penyusunan trend pada Tugas

Akhir ini menggunakan metode kuadrat terkecil (least squares).

Dikatakan sebagai metode least squares karena persamaan yang

diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan forecast kuadrat terkecil kalau

dibandingkan dengan metode yang lain.

a. Mencari Persamaan Trend

Dengan metode least squares penentuan trend menjadi semakin jelas

dan mudah. Pada metode ini tahun dasar berada di tengah, dan

persamaan trend-nya adalah sebagai berikut.


Y = a + bX

dimana :

a=
∑Y dan b =
∑ XY
n ∑X 2


Y = Nilai trend (forecast)

a = Bilangan konstan

b = Slope atau koefisien kecondongan garis trend

lxxiii
X = Waktu (Tahun)

(Pangestu Subagyo, 2002:33).

b. Mengubah Bentuk Persamaan Trend


Y pada persamaan trend yang dibuat di atas menyatakan jumlah

pengunjung museum setiap tahun. Persamaan tersebut dapat diubah

sebagai berikut.

1) Memindah Tahun Origin

Dalam memindah tahun origin yang diganti hanya nilai

konstantanya (a). Nilai a yang baru sebesar nilai trend pada tahun

yang menjadi origin baru.

2) Trend Rata-rata

Dari persamaan trend tahunan dapat diubah menjadi persamaan

trend rata-rata tiap bulan, dilakukan dengan cara a dibagi 12 dan b

dibagi 12. Kalau dijadikan trend rata-rata tiap kuartal baik a

maupun b masing-masing dibagi 4. Kalau disubstitusikan nilai X


pada tahun yang bersangkutan akan didapatkan nilai trend ( Y )

yang merupakan trend rata-rata.

3) Persamaan Trend Bulanan dan Kuartalan

Trend bulanan adalah trend dari bulan satu ke bulan berikutnya,

menunjukkan perkiraan kenaikan atau perubahan setiap bulannya.

Sedang trend kuartalan adalah trend yang menunjukkan perubahan

dari kuartal ke kuartal. Kalau akan mengubah persamaan trend

tahunan dengan satuan X satu tahun menjadi trend bulanan maka a

lxxiv
dibagi 12 dan b dibagi 122, sedang kalau dirubah menjadi

persamaan kuartalan maka a dibagi 4 dan b dibagi 42. Kalau dari

persamaan trend tahunan yang satuan X-nya setengah tahun dan

akan diubah menjadi trend bulanan a dibagi 12 dan b dibagi

(122)/2, sedang kalau akan diubah menjadi trend kuartalan a dibagi

4 dan b dibagi (42)/2.

2. Gelombang atau Fluktuasi Musim

Gelombang musim adalah gelombang pasang surut yang berulang

kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. Dalam forecasting

gelombang musim ini biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu

yang disebut indeks musim. Hubungan antara komponen-komponen

perubahan biasanya dinyatakan dengan rumus X = T x M x S x R, artinya

data yang terjadi itu (X) dapat dihitung dengan mengalikan nilai trend

dengan indeks musim, indeks siklis, dan perubahan–perubahan yang

bersifat random.

Untuk mengetahui variasi tersebut perlu diketahui berapa indeks

musimnya. Metode yang bisa digunakan adalah metode setengah rata-rata,

metode persentase terhadap trend, dan metode persentase terhadap rata-

rata bergerak. Dalam Tugas Akhir ini variasi musim dibuat dengan

metode persentase terhadap trend.

Adapun langkah-langkah untuk mencari indeks musim dengan

metode persentase terhadap trend adalah sebagai berikut.

a. Carilah nilai trend pada setiap periode.

b. Carilah persentase nilai riil terhadap nilai trend.

lxxv
c. Cari median tiap kuartal dengan tidak memandang kapan terjadinya.

d. Hitung rata-rata dari median-median tersebut.

e. Hitung indeks musim dengan cara median dibagi rata-rata median

dikalikan 100.

3. Variasi Siklis

Variasi siklis adalah perubahan atau gelombang pasang surut

sesuatu hal yang berulang kembali dalam waktu lebih dari satu tahun.

Adapun langkah-langkah untuk mencari indeks siklis adalah sebagai

berikut.

a. Susunlah data tiap kuartal ke bawah.

b. Cari nilai trend tiap kuartal dengan mensubstitusikan nilai-nilai X

sesuai dengan kuartal dan tahun yang bersangkutan.

c. Cantumkan indeks musimnya.

d. Kalikan trend dengan indeks musim (dalam persen), hasilnya disebut

“Normal”.

e. Variasi Siklis dan Random (S x R) diperoleh dari data riil dibagi

dengan Normal dikalikan 100.

T xM xS xR
x100 = S x R
T xM

f. Untuk menghilangkan perubahan random, cari jumlah tertimbang

bergerak (weigthed moving total) dari variasi siklis dan random,

misalnya digunakan weigth 1, 2, 1 artinya jumlah data selama tiga

kuartal dengan weigth kuartal sebelumnya 1, kuartal yang

bersangkutan 2, dan kuartal sesudahnya 1.

lxxvi
g. Hitung rata-rata tertimbang, dengan cara angka-angka pada jumlah

bergerak tertimbang dibagi dengan jumlah tertimbangnya (1+2+1 = 4).

4. Variasi Random

Variasi random adalah gelombang pasang atau surutnya suatu hal

yang terjadi secara tiba-tiba dan sukar untuk diperkirakan. Biasanya

terjadi secara kebetulan dan sukar diramalkan.

Pada metode dekomposisi, forecasting dilakukan dengan

menggabungkan komponen-komponen yang telah diperoleh yaitu trend,

indeks musim, harusnya dengan indeks siklis dan perubahan-perubahan

random. Tetapi gerak siklis sukar diperkirakan polanya karena faktor yang

mempengaruhinya banyak sekali, demikian juga gerakan random. Oleh karena

itu, forecasting biasanya hanya menggunakan trend (T) dan gerakam musiman

(M) saja, sehingga forecast dapat dibuat dengan rumus F = T x M (Pangestu

Subagyo, 2002:61).

lxxvii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penelitian ini adalah Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito yang terletak di Jalan Abdulrahman Saleh 1,

Telp./Fax. (024) 7602389 Semarang 50149. Untuk memberikan gambaran

secara visual tentang tata penyajian yang mengacu pada konteks eksistensi

manusia Jawa Tengah dan lingkungannya maka pola penyajian koleksi ditata

sebagai berikut.

1. Gedung A

a. Ruang Geologi (Lantai I)

1) Lukisan Gunungan Blumbungan;

2) Lukisan Alam Semesta;

3) Koleksi Kosmologi;

4) Koleksi Geologi dan Geografi;

5) Koleksi Ekologi.

b. Ruang Paleontologi (Lantai II)

1) Kelompok Paleobotani ;

2) Kelompok Paleozologi ;

3) Kelompok Paleoantropologi.

2. Gedung B

a. Peninggalan dari Zaman Peradaban Batu (Lantai II);

b. Peninggalan dari Zaman Peradaban Logam;

lxxviii
c. Peninggalan Peradaban Polinesia;

d. Peninggalan dari Peradaban Hindu/Budha (Lantai II dan I);

e. Peninggalan dari Zaman Pengaruh Islam;

f. Peninggalan dari Zaman Kolonial.

3. Gedung C

a. Ruang Sejarah Perjuangan Bersenjata (Lantai I);

b. Ruang Koleksi Teknologi dan Kerajinan Tradisional (Lantai II) .

4. Gedung D

a. Ruang Kesenian (Lantai II);

b. Ruang Pembangunan (Lantai I);

c. Ruang Intisari.

5. Gedung Koleksi Emas

B. Variabel dan Pengambilan Data

Variabel yang diteliti dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah

jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito Tahun 2000-2004.

Data yang diambil adalah sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya. Dalam hal ini adalah Msueum Jawa Tengah Ronggowarsito.

Adapun pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut.

a. Metode Interview

Metode ini dilaksanakan melalui wawancara/tanya jawab dengan

pihak yang telah ditunjuk oleh pimpinan museum untuk dipercaya

lxxix
dalam rangka memberikan informasi yang dibutuhkan penyusun.

Dalam hal ini adalah Kepala Seksi Pelayanan dan Tata Pameran, Drs.

Djoko N. Witjaksono, M.A. pada hari Kamis tanggal 7 Juli 2005 di

ruang kerja beliau.

b. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara survei langsung ke Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito untuk mengetahui data pengunjung museum

tersebut dari tahun 2000-2004 sekaligus mengetahui tata letak

penyajian koleksi museum. Pengumpulan data ini dilakukan sebelum

interview berlangsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi data yang diperoleh dengan

mengumpulkan terlebih dahulu teori yang relevan dengan masalah yang

dikaji. Data-data yang dikumpulkan diperoleh melalui studi kepustakaan,

yaitu dengan menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan

peramalan, kepariwisataan, dan permuseuman.

C. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data jumlah pengunjung museum ini

dilakukan pengkajian data yang diperoleh berdasarkan teori-teori yang ada,

khususnya yang berkaitan dengan penggunaan metode untuk meramalkan

jumlah pengunjung museum. Dalam hal ini adalah metode dekompisisi.

Adapun Langkah-langkah peramalan jumlah pengunjung Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito dengan metode dekomposisi adalah sebagai berikut.

lxxx
1. Menyusun Data Jumlah Pengunjung Tiap Kuartal

Sebelum melakukan proses peramalan terhadap jumlah pengunjung

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006, terlebih dahulu yang

harus dilakukan adalah menyusun data bulanan jumlah pengunjung

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2000-2004 menjadi tiap

kuartal.

2. Mencari Persamaan Trend

Trend adalah rata-rata perubahan dalam jangka panjang.

Penyusunan trend pada Tugas Akhir ini menggunakan metode kuadrat

terkecil (least squares).

Dikatakan sebagai metode least squares karena persamaan yang

diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan forecast kuadrat terkecil kalau

dibandingkan dengan metode yang lain. Dengan metode least squares

penentuan trend menjadi semakin jelas dan mudah. Pada metode ini tahun

dasar berada di tengah, dan persamaan trend-nya adalah sebagai berikut.


Y = a + bX dimana : a =
∑Y dan b =
∑ XY
n ∑X 2


Y = Nilai trend (forecast)

a = Bilangan konstan

b = Slope atau koefisien kecondongan garis trend

X = Waktu (Tahun)

(Pangestu Subagyo, 1984:33).

lxxxi
3. Mengubah Bentuk Persamaan Trend


Y pada persamaan trend yang dibuat di atas menyatakan jumlah

pengunjung museum setiap tahun. Karena persamaan trend pada langkah

kedua menyatakan persamaan tahunan, maka harus diubah menjadi

persamaan trend kuartalan dengan rumus sebagai berikut.


a b
Y= + 2 X
4 4

4. Menentukan Indeks Musim dengan Metode Persentase terhadap Trend

Adapun langkah-langkah untuk mencari indeks musim dengan

metode persentase terhadap trend adalah sebagai berikut.

1) Carilah nilai trend pada setiap periode.

2) Carilah persentase nilai riil terhadap nilai trend.

3) Cari median tiap kuartal dengan tidak memandang kapan terjadinya.

4) Hitung rata-rata dari median-median tersebut.

5) Hitung indeks musim dengan cara median dibagi rata-rata median

dikalikan 100.

5. Menghitung Forecast Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito Tahun 2006.

Setelah persamaan trend, nilai kuartal tiap tahun, dan indeks

musimmya diketahui, maka langkah selanjutnya dalam menganalisis data

adalah menghitung besarnya hasil ramalan jumlah pengunjung Museum

Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006. Forecast dapat dibuat dengan

rumus F = T x M (Pangestu Subagyo, 1984:61).

lxxxii
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah penjabaran dari analisis data. Dengan

menggunakan langkah-langkah yang telah dikemukakan pada Bab III, maka

dalam bab ini akan ditentukan hasil forecast jumlah pengunjung Museum

Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006. Adapun proses peramalannya

sebagai berikut.

1. Menyusun Data Jumlah Pengunjung Tiap Kuartal

Dari data jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito tiap bulan dari tahun 2000-2004, terlebih dahulu data

tersebut disusun menjadi data jumlah pengunjung museum tiap kuartal.

Tabel 4 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Kuartal Tahun 2000-2004

Tahun
Kuartal
2000 2001 2002 2003 2004
I 12.937 7.864 6.634 7.770 9.922
II 10.694 16.394 15.842 21.374 20.688
III 14.961 10.924 10.292 7.640 6.393
IV 8.137 8.321 10.495 11.176 11.945
Jumlah 46.729 43.503 43.263 47.960 48.948

2. Mencari Persamaan Trend

Dengan berpedoman pada tabel 4 di atas, maka akan dihitung

∑ Y , ∑ XY , dan ∑ X 2
untuk mencari nilai a dan b sekaligus menentukan

persamaan trend-nya. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

lxxxiii
a. Data dan nilai X disusun sesuai urutan tahun (tahun dasar/origin

berada di tengah).


b. Hitung nilai XY, X2 , dan Y, kemudian carilah

∑ Y , ∑ XY , dan ∑ X 2
.

Tabel 5 : Perhitungan Trend dengan Metode Least Squares

X2

Tahun Y X XY
Y
2000 46.729 -2 -93.458 4 44.302
2001 43.503 -1 -43.503 1 45.191
2002 43.263 0 0 0 46.081
2003 47.960 1 47.960 1 46.970
2004 48.948 2 97.896 4 47.860
Jumlah 230.403 0 8.895 10 230.403

c. Selanjutnya carilah nilai a dan b dengan rumus berikut.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa :

∑ Y = 230.403, ∑ XY = 8.895, dan ∑ X 2


=10

sehingga

a=
∑ Y = 230.403 = 46.080,6 dan b = ∑ XY = 8.895 = 889,5
n 5 ∑ X 10 2


d. Masukkanlah nilai a dan b pada persamaan Y = a + bX . Sehingga


diperoleh persamaan Y = 46.080,6 + 889,5 X (Y = pengunjung setiap

tahun, satuan X = satu tahun, origin tahun 2002).

3. Mengubah Bentuk Persamaan Trend


Y pada persamaan trend yang dibuat di atas menyatakan jumlah

pengunjung museum setiap tahun. Karena persamaan trend di atas

lxxxiv
menyatakan persamaan tahunan, maka harus diubah menjadi persamaan

trend kuartalan dengan rumus sebagai berikut.

∧ a b 46.080,6 889,5
Y= + 2 X = + 2 X = 11.520,15 + 55,59 X
4 4 4 4

(Y = pengunjung dalam satu kuartal, satuan X = satu kuartal, origin

kuartal II – III tahun 2002).

Tabel 6 : Perhitungan Nilai X untuk Trend Kuartalan Tahun 2000-2004

Tahun Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV


2000 -9,5 -8,5 -7,5 -6,5
2001 -5,5 -4,5 -3,5 -2,5
2002 -1,5 -0,5 0,5 1,5
2003 2,5 3,5 4,5 5,5
2004 6,5 7,5 8,5 9,5

4. Menentukan Indeks Musim dengan Metode Persentase terhadap Trend

Langkah-langkah untuk mencari indeks musim dengan metode

persentase terhadap trend adalah sebagai berikut.

a. Carilah nilai trend pada setiap periode.

Dari perhitungan nilai X pada tabel 6, kemudian dihitung nilai trend


kuartalan dengan persamaan Y = 11.520,15 + 55,59 X .

Tabel 7 : Perhitungan Trend Kuartalan

Tahun
Kuartal
2000 2001 2002 2003 2004
I 10.992 11.214 11.437 11.659 11.882
II 11.048 11.270 11.492 11.715 11.937
III 11.103 11.326 11.548 11.770 11.993
IV 11.159 11.381 11.604 11.826 12.048

lxxxv
b. Carilah persentase nilai riil terhadap nilai trend.

Persentase nilai riil terhadap nilai trend diperoleh dengan rumus

Nilai Riil
x 100% .
Nilai Trend

c. Cari median tiap kuartal dengan tidak memandang kapan terjadinya.

d. Hitung rata-rata dari median-median tersebut.

Tabel 8 : Perhitungan Persentase Nilai Riil terhadap Nilai Trend

Tahun
Kuartal Median
2000 2001 2002 2003 2004
I 117,69 70,12 58,01 66,64 83,51 70,12
II 96,80 145,47 137,85 182,45 173,31 145,47
III 134,74 96,45 89,12 64,91 53,31 89,12
IV 72,92 73,11 90,45 94,50 99,14 90,45
Jumlah 395,16
Rata-rata 98,79

e. Hitung indeks musim dengan cara median dibagi rata-rata median

dikalikan 100.

Tabel 9 : Indeks Musim

Indeks
Kuartal
Musim
I 70,98
II 147,25
III 90,22
IV 91,55

5. Menghitung Forecast Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito Tahun 2006.

Setelah persamaan trend, nilai kuartal tiap tahun, dan indeks

musimmya dikethui, maka langkah selanjutnya adalah menghitung

besarnya forecast jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah

lxxxvi
Ronggowarsito tahun 2006. Besarnya forecast diperoleh dari perkalian

nilai trend dengan indeks musim (F = T x M).


Persamaan trend-nya adalah Y = 11.520,15 + 55,59 X , dengan

nilai-nilai X, nilai trend, indeks musim, dan forecast tiap kuartal untuk

tahun 2005-2006 sebagai berikut.

Tabel 10 : Perhitungan Nilai X, Trend, Indeks Musim, dan Forecast

Tahun 2005-2006

Indeks
Tahun Kuartal Nilai X Nilai Trend Forecast
Musim
I 10,5 12.103,88 70,98 8.591,69
II 11,5 12.159,48 147,25 17.904,52
2005
III 12,5 12.215,07 90,22 11.019,88
IV 13,5 12.270,67 91,55 11.234,30
I 14,5 12.326,26 70,98 8.749,54
II 15,5 12.381,85 147,25 18.231,97
2006
III 16,5 12.437,45 90,22 11.220,50
IV 17,5 12.493,04 91,55 11.437,89

Sementara itu, untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi pengunjung datang ke Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito diperoleh melalui interview dengan pihak museum. Berikut

hasil wawancara tersebut.

1. Lokasi
Museum terletak sekitar 4 Km dari pusat kota. Karena letaknya tidak di

pusat kota, maka akses transportasi agak sulit, kecuali dari arah Semarang

Barat.

2. Publikasi
Kegiatan ini dilakukan melalui pengenalan museum kepada masyarakat,
khususnya guru dan siswa lewat Dinas P dan K.

lxxxvii
3. Pameran
Kegiatan pameran dilakukan secara keliling di 35 kabupaten/kotamadya se
Propinsi Jawa Tengah sebanyak empat kali dalam setahun.
4. Promosi
Promosi dilakukan melalui media cetak dan elektronik, yaitu TV
Borobudur, Suara Merdeka, Radar Semarang, dan RRI.
5. Musim liburan sekolah berpengaruh terhadap jumlah pengunjung museum.
6. Biaya/Tiket Masuk
Tiket masuk tidak terlalu berpengaruh karena tidak terlalu mahal.
(secara lengkap lihat di halaman 78-80).

B. Pembahasan

Setelah melakukan penelitian, penyusun akan menjawab

permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan pada Bab I sebagai

berikut.

1. Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2000-

2004

Tabel 11 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Bulan dari Tahun 2000-2004

Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004
Januari 3.234 1.340 1177 2588 5.262
Februari 5.710 985 1.463 1.668 2.766
Maret 3.993 5.539 3.994 3.514 1.894
April 1.481 3.285 2758 5.543 5.362
Mei 1.777 3.995 5.654 4.990 3.740
Juni 7.436 9.114 7.430 10.841 11.586
Juli 4.436 5.606 5.284 3.324 2.754
Agustus 2.299 1.355 1.730 1.199 1.316
September 8.226 3.963 3.278 3.117 2.323
Oktober 3.192 3.993 8.314 8.111 9.918
Nopember 3.935 3.583 1.183 673 788

lxxxviii
Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004
Desember 1.010 745 998 2.392 1.239
Jumlah 46.729 43.503 43.263 47.960 48.948

Untuk mempermudah perhitungan, data pengunjung di atas diubah

menjadi data pengunjung tiap kuartal seperti berikut.

Tabel 12 : Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito

Tiap Kuartal dari Tahun 2000-2004

Tahun
Kuartal
2000 2001 2002 2003 2004
I 12.937 7.864 6.634 7.770 9.922
II 10.694 16.394 15.842 21.374 20.688
III 14.961 10.924 10.292 7.640 6.393
IV 8.137 8.321 10.495 11.176 11.945
Jumlah 46.729 43.503 43.263 47.960 48.948

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengunjung Datang ke Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak museum, penyusun

memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pengunjung datang ke Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Faktor-

faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Lokasi

Dalam melakukan perjalanan wisata, semakin jauh jarak tempat

pariwisata, makin sedikit perjalanan tersebut dilakukan. Hal ini

berlaku pula bagi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito yang terletak

sekitar 4 Km dari pusat kota. Walaupun begitu, jika dilihat dari sudut

pandang tata kota, posisi museum ini cukup strategis karena terletak di

lxxxix
jalur simpang yang menghubungkan ke berbagai tujuan. Dari sudut

pandang kepariwisataan juga menguntungkan karena berdekatan

dengan objek-objek wisata, seperti Bandar Udara Ahmad Yani, Taman

Puri Maerakaca, Klenteng Sam Poo Kong, Gedong Batu, Pelabuhan

Tanjung Emas, dan tempat rekreasi alam Goa Kreo.

b. Publikasi

Agar museum lebih dikenal dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,

museum juga mempublikasikan keberadaan dan kegiatannya melalui

Dinas P dan K masing-masing kabuapten/kotamadya kepada guru dan

siswa di sekolah-sekolah yang ada.

c. Pameran

Untuk memamerkan koleksi yang ada di museum, pengelola Museum

Jawa Tengah Ronggowarsito mengadakan pameran keliling di

masing-masing kabupaten/kotamadya yang ada di seluruh propinsi

Jawa Tengah, yakni sebanyak 35 kabupaten/kotamadya. Kegiatan ini

dilakukan secara bergilir tiap 3 bulan sekali.

d. Promosi

Dengan semakin banyaknya publikasi suatu tempat pariwisata, maka

tempat tersebut akan lebih dikenal masyarakat. Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito telah melakukan kegiatan promosi (terutama ketika

museum mengadakan kegiatan khusus) melalui beberapa media, baik

media cetak maupun elektronik, seperti RRI, TVB, Suara Merdeka,

Wawasan, Radar Semarang.

xc
e. Musim liburan sekolah

Waktu liburan sekolah membuat mayarakat terutama siswa dan guru

ingin menikmatinya dengan kegiatan yang jarang dilakukan agar tidak

ditemukan kejenuhan atas aktivitas sehari-hari. Museum adalah salah

satu tujuannya. Selain untuk menghilangkan kejenuhan, dengan

mengunjungi museum dapat meningkatkan pengetahuan kebudayaan

para siswa dan guru. Karena di museum Jawa Tengah Ronggowarito

ini terdapat beberapa koleksi yang berkaitan dengan materi sejarah di

sekolah.

f. Biaya

Biaya kunjungan pada suatu tempat tujuan wisata yang bisa diketahui

atau yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi kemungkinan

terjadinya perjalanan wisata. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas P

dan K Jawa Tengah No.425.1/20990 tanggal 10 Nopember 2004, tiket

masuk museum untuk dewasa Rp.2.000,00 dan anak-anak

Rp.1.000,00.

3. Hasil Proyeksi Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Tahun 2006

Berdasarkan hasil perhitungan penelitian data pengunjung Museum

Jawa Tengah Ronggowarsito, diperoleh persamaan trend


Y = 46.080,6 + 889,5 X (Y = pengunjung setiap tahun, satuan X = satu

tahun, origin tahun 2002). Karena jumlah pengunjung dibuat tiap

kuartal/triwulan, maka persamaan trend tersebut menjadi


Y = 11.520,15 + 55,59 X (Y = pengunjung dalam satu kuartal, satuan X =

xci
satu kuartal, origin kuartal II – III tahun 2002). Persamaan trend kuartalan

tersebut dimaksudkan untuk meramalkan banyaknya jumlah pengunjung

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006.

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan forecast jumlah

pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006 sebagai

berikut : kuartal I sebanyak 8.749,54 atau jika dibulatkan 8.749

pengunjung, kuartal II sebanyak 18.231,97 atau 18.231 pengunjung,

kuartal III sebanyak 11.220,50 atau 11.220 pengunjung, dan kuartal IV

sebanyak 11.437,89 atau 11.437 pengunjung.

Dengan melihat hasil perhitungan-perhitungan di atas, jumlah

pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito mengalami naik turun.

Hal ini dipengaruhi olah faktor musim. Faktor musim ini biasanya

dipengaruhi oleh waktu liburan sekolah, menjelang hari arya, tahun baru,

minat masyarakat, dan sebagainya. Dengan adanya keadaan seperti itu,

pimpinan harus dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

di masa mendatang. Selain melihat forecast jumlah pengunjung, seorang

pimpinan juga harus memperhatikan banyak hal, misalnya etos kerja

karyawan, kegiatan promosi dan publikasi, pelayanan terhadap

pengunjung, koleksi museum, maupun hal-hal lainnya.

xcii
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Dari data jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tiap

bulan, diketahui bahwa jumlah pengunjung Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito tiap kuartal dari tahun 2000-2004 adalah : untuk tahun

2000 kuartal I sebanyak 12.937 orang, kuartal II sebanyak 10.694 orang,

kuartal III sebanyak 14.961 orang, kuartal IV sebanyak 8.137 orang. Pada

tahun 2001 untuk kuartal I sebanyak 7.864 orang, kuartal II sebanyak

16.394 orang, kuartal III sebanyak 10.924, dan kuartal IV sebanyak 8.321

orang. Sedangkan untuk tahun 2002 pada kuartal I pengunjung museum

sebanyak 6.634 orang, kuartal II sebanyak 15.842 orang, kuartal III

sebanyak 10.292 orang, dan kuartal IV sebanyak 10.495 orang. Adapun

jumlah pengunjung museum pada tahun 2003 untuk kuartal I sebanyak

7.770 orang, kuartal II sebanyak 21.374 orang, kuartal III sebanyak 7.640

orang, dan kuartal IV sebanyak 11.176 orang. Jumlah pengunjung

museum tahun 2004 untuk kuartal I sebanyak 9.922 orang, kuartal II

sebanyak 20.688 orang, kuartal III sebanyak 6.393 orang, dan kuartal IV

sebanyak 11.945 pengunjung.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung datang ke Museum Jawa

Tengah Ronggowarsito terdiri dari lokasi, publikasi, pameran, promosi,

musim liburan, dan biaya/harga tiket masuk museum.

xciii
3. Dengan menggunakan metode Dekomposisi, hasil proyeksi jumlah

pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito tahun 2006 sebanyak

49.637 pengunjung, dengan rincian kuartal I sebanyak 8.749,54 atau jika

dibulatkan 8.749 pengunjung, kuartal II sebanyak 18.231,97 atau 18.231

pengunjung, kuartal III sebanyak 11.220,50 atau 11.220 pengunjung, dan

kuartal IV sebanyak 11.437,89 atau 11.437 pengunjung.

B. Saran

1. Dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung museum, hendaknya

faktor penarik bagi masyarakat untuk datang ke Museum Jawa Tengah

Ronggowarsito terus ditingkatkan. Faktor penarik tersebut meliputi

pelayanan, pemanduan pengunjung saat kunjungan ke museum

berlangsung, promosi dan publikasi, pameran keliling, atraksi/pagelaran di

museum, serta kegiatan-kegiatan lain yang dapat menarik minat

masyarakat untuk mengunjungi museum.

2. Kegiatan menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah, perguruan tinggi,

instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta, harus terus ditingkatkan

guna memperluas jaringan kerja.

xciv
DAFTAR PUSTAKA

Gitosudarmo, Indriyo dan Najmudin, Muhamad. 2001.Teknik Proyeksi Bisnis.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1968. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Heizer, Jay and Render Barry. 1990.Production and Operations


Management:Strategies and Tactics. USA: Allyn and Bacon.

Joharnoto, Puji, dkk. 2003: Panduan Mengenal Museum Jawa Tengah


Ronggowarsito. Semarang: Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: PT Grasindo.

Kazmier, Leonard J. 2004. Theory and Problems of Business Statistics. Singapore:


McGraw-Hill.

Makridakis, Spyros, dkk. 1993.Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta:


Erlangga.

Mill, Robert Christie. 2000.Tourism The International Business (Edisi Bahasa


Indonesia). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:


PT Pradnya Paramita.

Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Roster, Dennisl. 2000. An Introduction to Travel and Tourism. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Schroeder, Roger G. 1989. Operations Management Decision Making in the


Operations Function. Singapore: McGraw-Hill.

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Subagyo, Pangestu. 2002. Forecasting Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

Sudjana. 1989. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: Tarsito.

Sulaarga, Moh. Amir. 1962. Persoalan Museum di Indonesia. Jakarta:


Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan.

xcv
Sulistyabudi. 1986. Perencanaan dan Ramalan Perusahaan dengan
Mikrokomputer. Jakarta: PT Multi Media-Gramedia Grup.

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta:


Salemba Empat.

Supranto, J. 1987. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Swasta, Basu, dkk. 1999. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Lampiran 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung datang ke Museum Jawa Tengah


Ronggowarsito (berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan

xcvi
dan Tata Pameran, Drs. Djoko N. Witjaksono, M.A. pada tanggal 7 Juli 2005 di
ruang kerja beliau) adalah sebagai berikut :
7. Lokasi
Museum terletak sekitar 4 Km dari pusat kota. Karena letaknya tidak di pusat
kota, maka akses transportasi agak sulit, kecuali dari arah Semarang Barat.
8. Publikasi
Kegiatan ini dilakukan melalui pengenalan museum kepada masyarakat,
khususnya guru dan siswa lewat Dinas P dan K.
9. Pameran
Kegiatan pameran dilakukan secara keliling di 35 kabupaten/kotamadya se
Propinsi Jawa Tengah sebanyak empat kali dalam setahun.
10. Promosi
Promosi dilakukan melalui media cetak dan elektronik, yaitu TV Borobudur,
Suara Merdeka, Radar Semarang, dan RRI.
11. Musim liburan sekolah berpengaruh terhadap jumlah pengunjung museum.
12. Biaya/Tiket Masuk
Tiket masuk tidak terlalu berpengaruh karena tidak terlalu mahal.

Semarang, 28 Juli 2005

Mengetahui,
Kepala Seksi Pelayanan dan Tata Pameran Interviewer
Museum Jawa Tengah Ronggowasito

Drs. Djoko N. Witjaksono, M. A. Nor Sa’idah


NIP. 132001736 NIM. 4151302655

xcvii
Lampiran 2

Grafik Jumlah Pengunjung Museum Jawa Tengah Ronggowarsito


Tiap Kuartal Tahun 2000-2004

JUMLAH PENGUNJUNG MUSEUM


TIAP KUARTAL TAHUN 2000-2004

25000

20000 KWARTAL I

JUMLAH 15000 KWARTAL II


10000 KWARTAL III
5000
KWARTAL IV
0
1 2 3 4 5
TAHUN

Grafik Hasil Forecast Jumlah Pengunjung


Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
Tahun 2006

xcviii
HASIL FORECAST JUMLAH PENGUNJUNG MUSEUM
TAHUN 2006

20,000
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
KWARTAL I KWARTAL II KWARTAL III KWARTAL IV

xcix
c

También podría gustarte