Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Gempa bumi
Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.
Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi
suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama
periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan
alat Seismometer. moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa
Bumi terjadi untuk seluruh dunia.skala rickter adalah skala yang di laporkan oleh
observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.
kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau
lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi
menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman
gempa.
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Berdasarkan Kedalaman
Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum.
Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 47 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan
oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Indonesia adalah negara yang sering dilanda bencana alam gempa bumi, hal ini dikarenakan
Indonesia terletak dilempengan bumi yang relatif labil (penyebab gempa tektonik) dan Indonesia
juga berada didalam ring of fire (penyebab gempa vulkanik). Salah satu gempa bumi yang
pernah terjadi di Indonesia dan menelan banyak korban jiwa antara lain Gempa Jogja (2006)
Lepas dini hari di Yogyakarta, Sabtu Wage 27 Mei 2006. Matahari telah terbit menyinari pagi,
orang-orang sudah pulang dari salat subuh berjamaah di masjid, ibu-ibu sibuk di dapur, lainnya
bersiap bekerja, tapi tak sedikit yang masih terlelap di ranjang. Saat jarum jam menunjuk ke
angka 05.53 WIB, bumi berguncang hebat. Gempa 'hanya' 57 detik, namun dampaknya luar
biasa.
"Aku terjatuh dari tempat tidur akibat guncangan dahsyat. Furnitur berjatuhan, puing bangunan
mulai ambrol di kamar hotel tempatku berada. Orang-orang berlarian panik, sebagian
mengandalkan sprei untuk menutupi tubuh," kata Brook Weisman-Ross, saksi gempa, seperti
dikutip dari BBC.
Kekuatannya mencapai 5,9 skala Ritcher, atau menurut data Badan Survei Geologi Amerika
Serikat (USGS), magnitude-nya 6,3 SR dengan kedalaman 7,5 km. Gempa terjadi di dekat
permukaan di sepanjang patahan di Lempeng Sunda, sekitar 20 km selatan-tenggara Yogyakarta.
Lindu tak sampai memicu tsunami.
Akibatnya, nelangsa. Rumah-rumah di wilayah selatan rata dengan tanah, memerangkap orangorang -- terutama anak-anak dan lansia -- yang ada di dalamnya.
Banyak manusia bergelimpangan di pinggir jalan. Luka, lainnya tak lagi bernyawa. Korban
terbanyak jauh di wilayah Bantul. Pada hari terjadinya gempa, setidaknya 3.000 nyawa melayang
di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta -- dari total 6.234 hidup manusia yang terampas.
Para korban dilarikan ke rumah sakit, menggunakan bus, mobil, atau berjalan kaki. Ambulans
terbatas, juga dokter dan perawat yang jumlahnya tak sebanding dengan mereka yang datang.
Gempa susulan memaksa paramedis memindahkan ruang perawatan di halaman, di tengah hujan
yang kerap mengguyur.
Jaringan listrik dan komunikasi terputus, warga takut kembali ke rumah. Sebagian karena isu
tsunami yang dihembuskan pihak tak bertanggung jawab. Mereka mengungsi ke masjid, gereja,
dan rumah sakit. Jumlah pengungsi mencapai 200.000 orang.
Gempa yang mengguncang wilayah DIY dan sejumlah wilayah Jawa Tengah secara dahsyat itu,
tidak mengherankan jika akhirnya menimbulkan kepanikan dan kecemasan warga Yogyakarta,
menyusul berembusnya kasak-kusuk akan terjadi tsunami dengan kekuatan yang cukup besar.
Ribuan orang mengungsi sehingga di sejumlah ruas jalan keluar maupun masuk Yogyakarta
terjadi kemacetan yang amat parah. Meski Kepala Bidang Tsunami Badan Meteorologi
Yogyakarta, Dr Fauzi memastikan gempa tektonik tidak akan menimbulkan tsunami namun
penjelasan tersebut tetap saja belum bisa meredam ketakutan warga.
Kepanikan warga yang melakukan pengungsian karena takut akan terjadi tsunami, ternyata
dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Di sejumlah tempat yang dilanda
gempa terjadi aksi penjarahan harta benda milik warga.
Bisa dimaklumi, dalam menyikapi akibat bencan yang amat parah tersebut, DPRD Provinsi DIY
mendesak Gubernur DIY Sultan HB X segera mengeluarkan maklumat. Isinya menyatakan
Provinsi DIY dalam situasi darurat akibat bencana.
Penanganan dan bantuan
Pada saat kita mendengar atau melihat suatu kejadian bencana alam atau tragedi kemanusiaan,
sudah barang tentu kita sebagai manusia yang memiliki jiwa sosial akan turut prihatin dan
berusaha membantu semampu kita. Namun akibat jauhnya jarak serta kesibukan kita sehari-hari
membuat kita untuk datang langsung dan membantu korban langsung dengan tangan kita sendiri.
Aneka ragam bentuk bencana alam seperti tsunami, banjir, kebakaran, tanah longsor, angin ribut,
gempa bumi, dan lain-lain. Bencana tragedi kemanusiaan seperti huru-hara, kecelakaan maut,
kelaparan, kekeringan, dan lain sebagainya juta tak kalah memperihatinkan dibandingkan dengan
bencana yang diakibatkan oleh alam. Semua membutuhkan bantuan dan perhatian dari kita
semua. Bayangkan jika kitalah yang menjadi korban. Sudah pasti kita akan berteriak minta
tolong dari semua orang yang ada di seluruh dunia dan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Terkadang bantuan bagi korban bencana didomplengi oleh berbagai kepentingan seperti
kepentingan politik, kepentingan penyebaran agama, kepentingan bisnis, dan lain sebagainya
yang membuat suatu bantuan menjadi seperti tidak ikhlas. Kunjungan pejabat-pejabat yang lebih
mengedepankan pencitraan diri pun marak. Padahal bantuan yang diberikan biasanya tidak
banyak, tidak menyeluruh dan cenderung terlambat.
Di Bawah ini adalah daftar bantuan atau pertolongan yang sangat dibutuhkan oleh para korban
bencana alam / tragedi kemanusiaan dari kita semua yang beruntung tidak ikut menjadi korban,
sebagai berikut :
1. Bantuan Relokasi Sementara
Bagi yang kehilangan tempat tinggal atau yang tidak memungkinkan tinggal di
rumahnya, maka perlu diberi tempat tinggal sementara yang layak. Misalkan saja di
setiap kota dan kabupaten dibuat suatu apartemen atau mess khusus untuk tempat
mengungsi bagi korban bencana. Tentu saja di tempat asal korban tetap dibuat tempat
pengungsian layak bagi kepala rumah tangga dan laki-laki yang ingin menjaga aset yang
di lokasi bencana.
2. Bantuan Kebutuhan Pokok
Kebutuhan pokok sehari-hari harus dapat dipenuhi dengan baik seperti makan minum,
mandi cuci kakus (mck), sandang pakaian, dan tempat tinggal. Kegagalan memenuhi
kebutuhan pokok ini akan membawa dampak buruk seperti penyebaran penyakit
berbahaya, perkelahian, kerusuhan, perampasan, penjarahan, bahkan kematian.
3. Bantuan Peralatan Darurat
Banyak sekali peralatan dan perlengkaan yang dibutuhkan korban bencana untuk dapat
bertahan hidup seperti tenda darurat, peralatan masak, genset listrik, lampu darurat, alatalat berat untuk evakuasi korban, pompa air darurat, peralatan medis, selimut, peralatan
makan minum, dan lain sebagainya.
4. Bantuan Perbaikan Fisik
Segala kerusakan aset pribadi (rumah) dan fasilitas umum (jalan, jembatan, jaringan
listrik, jaringan telepon, saluran air, dan lain sebagainya harus kita bantu semaksimal
mungkin untuk mendapatkan perbaikan yang cepat, terutama fasilitas umum dan fasilitas
sosial. Dengan kembalinya fasum, fasos dan rumah warga maka kehidupan dapat kembali
normal.
5. Bantuan Bimbingan Konseling, Rohani dan Moral
Dengan adanya bencana bisa menyebabkan orang menjadi stres, depresi dan juga gila.
Yang tidak stress pun juga harus kita berikan dukungan moril agar dapat membantu
meningkatkan semangat para korban bencana agar kuat menghadapi cobaan dan siap
kembali hidup seperti sedia kala.
6. Bantuan Transportasi
Untuk menyalurkan bantuan untuk korban bencana, untuk memindahkan korban bencana
dari satu tempat ke tempat lain, untuk membawa peralatan serta perlengkapan bencana
dibutuhkan para korban, dan lain sebagainya butuh alat transportasi yang efektif. Jika
jalan darat dan air rusak dan tertutup, maka harus bisa melewati jalur udara.
7. Bantuan Tim Penolong
Untuk menyelamatkan para korban bencana yang masih terperangkap di dalam
reruntuhan, dibutuhkan tim khusus seperti tim sar beserta tim medis. Tim penolong akan
membantu korban-korban yang butuh bantuan segera dengan bermodalkan keterampilan
yang telah dikuasai.
8. Bantuan Pengamanan
Polisi harus datang dan sigap membatu mengamankan aset-aset para korban bencana
alam dan juga aset-aset milik pemerintah yang ada di wilayah bencana. Tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya penjarahan masal, perampokan, pencurian, pengrusakan,
dan lain-lain. Akan percuma bila tidak ada yang menjaga ketertiban para korban bencana
karena bisa merusak kegiatan bantuan korban bencana yang telah ada.
9. Bantuan Kesehatan
Setelah bencana alam terjadi biasanya akan muncul orang-orang yang terluka baik secara
fisik maupun mental. Mereka butuh pertolongan medis yang memadai. Jika tidak mampu,
maka perlu dirujuk ke rumah sakit. Kondisi kesehatan lingkungan yang biasanya buruk di
tempat pengungsian juga perlu ditanggulangi agar tidak menyebabkan penyebaran
penyakit yang berbahaya.
10. Bantuan Modal
Untuk kembali bisa memulai hidup yang baru pasca bencana alam/ tragedi kemanusiaan,
para korban bencana perlu diberikan suatu bantuan finansial agar bisa mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan lainnya seperti dulu sebelum terjadinya bencana.
Para korban yang kehilangan mata pencaharian pun juga perlu dimodali atau diberi
pekerjaan agar bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Penanganan bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 2006 dapat menjadi acuan
berbagai penanganan bencana alam di Indonesia.