Está en la página 1de 3

1.

Lingkungan hidup

Indonesia jadi negara nomor dua paling


banyak buang sampah di laut!
Merdeka.com - Pencemaran lingkungan, terutama perairan,
sepertinya sudah mencapai titik yang menakutkan. Ironisnya,
negara kita, Indonesia, diklaim sebagai salah satu yang
berkontribusi besar dalam pencemaran lautan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga
penanggulangan pencemaran global, Shoddy, sekitar 8 juta ton
lebih sampah baru yang didominasi oleh plastik telah dibuang
kelautan sejak 2010 silam.
Dikutip dari Business Insider (12/02), Shoddy juga merilis negaranegara yang paling 'berjasa' mengotori lautan. Lima besar negara
itu adalah China, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Ya, dari sekitar 192 negara yang mempunyai pantai di seluruh
dunia, Indonesia menempati urutan kedua. Tentu saja ini adalah
prestasi yang jauh dari kata membanggakan.
Menurut Jenna Jambeck, ilmuwan dari Universitas Georgia, negaranegara yang tengah berkembang pesat seperti Indonesia cenderung
menjadi penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Hal itu
diperparah dengan minimnya sarana daur ulang yang memang
kurang mendapat perhatian masyarakat.
Celakanya, jumlah sampah plastik yang dibuang ke lautan diprediksi
bakal meninggkat dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang.
"Ini masih bisa bertambah parah. Jika kita berasumsi bila kehidupan
ekonomi masih akan terus berkembang seperti saat ini, jumlah
penduduk terus bertambah, maka jumlah sampah plastik yang
memenuhi lautan bakal meningkat dua kali lipat di tahun 2025,"
ujar Jambeck.
Perlu diketahui, 8 juta ton sampah plastik jika diletakkan di lautan
akan membentuk sebuah pulau raksasa dengan luas hingga 2,5 kali
luas provinsi DKI Jakarta!
2. kebudayaan

Menag Menilai Imlek Mengajarkan Kedamaian dan


Keberkahan
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin memandang Imlek 2566
bukan sekadar pergantian tahun semata, melainkan juga ada esensi besar di
dalamnya berupa ajaran perdamaian, keberkahan dan kesejahteraan."Tentu

harapan kita Imlek membawa keberkahan dan kedamaian dan kesejahteraan


bagi semua kita," ujar Lukman saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/2/2015).
Menurut Lukman, dengan menginspirasi Imlek sebagai sebuah tradisi yang
sudah lama membaur dalam tradisi Nusantara, sudah sepatutnya nilai yang
terkandung di dalamnya bisa tetap dijaga.Untuk itu sangat tepat apabila
perayaan yang dilakukan dengan penuh khidmat, ini tidak dinodai dengan hal
yang bertolak belakang dan negatif."Jangan kita menodai apa yang ingin
diusung oleh mereka yang mewarisi tradisi yang sangat baik ini," kata
politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.Lebih lanjut Lukman
menjelaskan, saat ini masyarakat di Indonesia sudah cukup dewasa untuk
menghargai keberagaman. Ini akan menjadi modal penting untuk dapat
menjadikan bangsa Indonesia besar dan disegani oleh bangsa lain."Saya pikir
masyarakat kita sudah sangat toleran, meskipun banyak yang tidak
memperingati Imlek, tapi tetap mereka bisa menghormati menghargai sesama
saudaranya yang merayakan Imlek," tukasnya.
3. ekonomi

JurusMenteriPerdaganganSikat
MafiaBeras
Liputan6.com, Jakarta - Harga beras melambung di saat stok
memadai terjadi akibat ulah para mafia beras. Mata rantai
penyaluran beras dari Bulog sampai ke pedagang perlu diaudit
untuk memberantas mafia beras yang sangat merugikan konsumen.
Hal ini diakui Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel
saat Operasi Pasar Beras Bulog di Rumah Susun Penjaringan, Jakarta
Utara, Minggu (22/2/2015).
"Karena sistemnya yang menciptakan ini (mafia beras). Kenapa
setiap tahun harus terjadi seperti ini, lebih mahal. Harga BBM naik,
barang-barang ikut naik, tapi pas turun, justru malah lebih tinggi. Ini
artinya ada yang salah dengan sistemnya," ujar dia.
Rachmat pun mengaku, praktik mafia beras dalam pusara
perdagangan komoditas bahan pokok ini ditemukan saat inspeksi
mendadak di Cakung. Mantan komisaris di PT Indosat Tbk ini
mendapati gudang beras yang menimbun beras Bulog.
"Beras Bulog dan merek dagang lain dioplos, lalu dijual dengan
merek dagang tersebut dan didistribusikan ke daerah lain. Itu
berarti ada mafia beras," jelasnya.
Untuk menyikat para mafia beras ini, kata Mendag Rachmat,

pihaknya bersama dengan Perum Bulog akan mengaudit atau


mengevaluasi dari mulai keluarnya beras dari gudang, penentuan
pedagang mana yang menjadi distributor beras hingga sistem
maupun distribusi yang mereka lakukan.
"Kami juga minta peran koperasi agar bisa menyalurkan beras
langsung ke masyarakat, selain lewat upaya operasi pasar oleh
Perum Bulog. Saat ini sudah ada 10 koperasi yang siap
bekerjasama," papar dia. (Fik/Ahm)

También podría gustarte