Está en la página 1de 18

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep pengetahuan


2.1.1

Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Rogers (dalam Sunaryo, 2005) mengungkapkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yaitu:
a.

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b.

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c.

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya


stimulus tersebut bagi dirinya.

d.

Trial, dimana individu sudah mulai mencoba prilaku baru.

e.

Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2

Tingkatan Pengetahuan

10

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam


domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau

materi

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang


dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi

yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan


hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis

adalah

suatu

kemampuan

untuk

menjabarkan/

menguraikan atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke

11

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur


organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk


keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan

kriteria-kriteria

yang

telah

ada.

Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau Kuesioner yang


menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden.

2.2 Perawat
2.2.1

Definisi Perawat
Menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan
keperawatan.

Sedangkan

Tyalor

Lillis

Lemone

(1989)

12

mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat


atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit,
luka dan proses penuaan.
Menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang
memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita
sakit (Permenkes RI No. 1239, 2001).
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhnya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi
perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap
unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara
individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistemnya (Fatma dkk,
2008).
2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat
a. Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, yang
dapat di pengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran
perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan terdiri dari peran sebagai

13

pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator,


kolaborator, konsultan dan peneliti diantaranya:
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberi pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan.
2. Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lainn khususnya dalam pengambilan
keputusan atau persetujuan untuk tindakan medik
3. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan
4. Peran Koodinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisaikan

pelayanan

kesehatan

dan

tim

sehingga

memberikan pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai


dengan kebutuhan klien.
5. Peran Kolaborator

14

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim


kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain
lain yang berupaya mengidentifikasi pelayana keperawatan
6. Peran Konsultan
Peran

disini

adalah

sebagai

tempat

konsultasi

terhadap

permasalahan atau tinadakan keperawatan yang tepat untuk di


berikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan.
7. Peran pemberharuan
Peran

sebagai

mengandalkan

pemberharuan
perencanaan,

dapat

kerja

sama,

dilakukan

dengan

perubahan

yang

sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan


keperawatan.
b. Fungsi Perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi tersebut dapat berubah di sesuaikan dengan keadaan
yang ada. Dalam menjalankan peranya, perawat akan melaksanakan
berbagai

fungsi

diantaranya:

Fungsi

Keperawatan

mandiri

(independen), Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen), dan


Fungsi Keperawatan kolaboratif (interdependen) (Murwani, 2009).

2.3 Manajemen Praktik Keperawatan Profesional

15

2.3.1

Pengertian
Menurut Murwani (2009) keperawatan sebagai profesi merupakan
salah satu pekerjaan yang dalam menentukan tindakannya didasari pada
ilmu pengetahuan serta memiliki ketrampilan yang jelas dalam
keahliannya. Bentuk asuhan keperawatan sendiri merupakan suatu proses
dalam praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi
pada etik keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan.
Keperawatan selalu berupaya untuk memperbaiki dirinya secara
profesional dan fungsional sejak hasil karya tulis dari Nightingale yang
menyatakan bahwa tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk
menempatkan pasien dalam kondisi yang terbaik sehingga alam bertindak
terhadapnya (Potter and Perry, 2005).
Keperawatan profesional yang merupakan tanggung jawab seorang
perawat profesional yang selalu mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan. Perawat selalu dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar dan rasional yang baik atau etikal. Empat
faktor yang terkait dengan proses profesionalisme keperawatan adalah
pengembangan pendidikan tinggi keperawatan, pengembangan pusat
penelitian keperawatan, penataan standar praktek keperawatan profesional
dan pendayagunaan konsil keperawatan (Nursalam, 2009).

16

Menurut Hoffant & Woods dalam Wardani dkk (2003) Model Praktek
Keperawatan Profesional merupakan suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai

profesional)

yang

memungkinkan

perawat

profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk


menopang pemberian asuhan keperawatan. Berdasarkan MPKP yang
sudah dikembangkan di luar negeri oleh Hoffant dan Woods disimpulkan
bahwa model MPKP terdiri atas 5 sub-sistem yaitu nilainilai profesional
yang merupakan inti dari praktek keperawatan profesional, hubungan
yang profesional antar profesi, metode pemberian asuhan keperawatan,
kompensasi dan penghargaan.
Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien membutuhkan suatu metoda, dan sistem
tertentu termasuk sarana Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan
yang memadai, misalnya kualifikasi SDM keperawatan harus ada perawat
profesional (Pratiwi dan muhlisin, 2008).
Menurut Bimo T (2007) Model praktek keperawatan profesianal
(MPKP) adalah salah satu metode pelayanan keperawatan yang
merupakan

suatu

memungkinkan

system,

perawat

struktur, proses

profesional

dan

mengatur

nilai-nilai

pemberian

yang
asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan


tersebut.

17

2.3.2 Tujuan MPKP


MPKP telah dilaksanakan dibeberapa negara , termasuk rumah sakit di
Indonesia

sebagai

suatu

upaya

manajemen

rumah

sakit

untuk

meningkatkan asuhan keperawatan melalui beberapa kegiatan yang


menunjang kegiatan keperawatan profesional yang sistematik. Penerapan
MPKP menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas.
Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga keperawatan yang
berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penerapan
standar asuhan keperawatan (Bimo T, 2007).
Menurut Pratiwi dan Muhlisin (2008) Tujuan dari kajian model
MPKP ini adalah :
a. Mengetahui bentuk pengorganisasian penerapan MPKP
b. Mengetahui jumlah dan kualifikasi SDM dalam penerapan MPK
c. Mengetahui cara pendokumentasian dalam penerapan MPKP
d. Mengetahui cara operan dalam penerapan MPKP
e. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di ruang MPKP
2.3.3 Pilar-Pilar MPKP
Terdapat empat pilar dalam model praktek keperawatan profesional
yaitu (Sulandra, 2011) :
a. Pilar I : Pendekatan Manajemen Keperawatan (Management
approach)
b. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory reward)
c. Pilar III : Hubungan Profesional (Professional relationship)

18

d. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient care delivery


system).
Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
(management approach) sebagai pilar praktek professional yang pertama.
Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin
untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga
merupakan

praktek

yang

professional.

Dalam

pilar

pendekatan

manajemen keperawatan terdapat empat hal yang harus dikembangkan


agar model MPKP dapat berjalan di sebuah ruangan pelayanan kesehatan
yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi administratif yang menempatkan beberapa
resiko terhadap pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam
keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien
atau pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka
ingini dan membutuhkan serta bahwa pelayanan ini diberikan oleh
pekerjaan keperawatan yang memuaskan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk
tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manejer dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari
pengorganisasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnnya, baik
secara vertical maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk

19

mencapai objektif organisasi. Ada tiga hal yang harus dilaksanakan


kepala ruangan dengan model MPKP yaitu: struktur organisasi, jadual
dinas, daftar alokasi pasien
c. Pengarahan (Staffing)
Pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan,
proses interpersonal dimana personel keperawatan mencapai objektif
keperawatan. Pengarahan juga merupakan proses penerapan, rencana
manajemen, untuk mencapai tujuan perawatan. Didalam pengarahan
kepala ruangan dituntut untuk melaksanakan enam hal yang sesuai
dengan model MPKP : menciptakan iklim motivasi, manajemen
waktu, delegasi, supervisi, komunikasi efektif dalam organisasi,
manajemen konflik.
d. Pengawasan

dan

pengendalian

(Directing

and

Controlling)

Pengawasan dan pengendalian adalah suatu fungsi yang ters menerus


dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan aktivitas (Sulandra, 2011).
2.3.4 Pengelolaan MPKP
Model praktek keperawatan professional terdiri dari 4 komponen
utama, yaitu (Praditya, 2011) :
a. Ketenagaan Keperawatan
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan
tergantung pada : Jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien
(Douglas, 1984). Menurut Loveridge & Cummings (1996 Dalam

20

Praditya, 2011) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3


kategori, yaitu :
1) Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 6 jam/24 jam
b. Metoda pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan
pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada
sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam
pemberian asuhan keperawatan, yaitu:
1) Penugasan fungsional
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
2) Model fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama. Pada saat itu karena
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua
pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari
filosof keperawatan, perawat melaksnakan tugas (tindakan)
tertentu berdasarkan jawdwal kegiatan yang ada.

21

3) Penugasan tim
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan,

dimana

Kepala

Ruangan

membagi

perawat

pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh


seorang perawat professional/berpengalaman.
4) Penugasan primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari.

Tanggung

jawab

meliputi

pengkajian

pasien,

perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari


sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang
c. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam
pengambilan keputusan.
d. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik,
maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui
secara berkesinambungan (Praditya, 2011).

22

2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Nursalam (2006) penetahuan perawat dipengaruhi oleh pendidikan
berkelanjutan, pelatihan, kursus, dan seminar. Sedangkan menurut Notoatmodjo
(2003) pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, umur dan
informasi. Menurut Azwar (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh pedidikan,
pelatihan, informasi dan masa kerja.
2.4.1 Pedidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan tinggi keperawatan menimbulkan perubahan yang berarti
terhadap cara perawat memandang asuhan keperawatan beralih dari yang
semula berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang
berfokus pada asuhan keperawatan efektif dengan mengunakan pendekatan
holistic dan proses keperawatan (Nursalam, 2002).
Menurut Grossmann (2009), pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima
serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan
meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Agar perawat termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya, sebaiknya perusahaan menggunakan keterampilan sebagai
dasar perhitungan kompensasi. Kepada perawat juga perlu dijelaskan juga
bahwa kompensasi yang diberikan, dihitung berdasarkan keterampilan dan

23

kemampuannya menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada perawat.


Misalnya: perawat yang mampu dengan terampil menangani pasien
dehidrasi,dinilai lebih dari perawat yang mampu memberikan imunisasi.
Salah satu variable yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan
tentang kesehatan adalah tingat pendidikan. Variable ini mempengaruhi
pola pikir seseorang , selain itu kemampuan kognitif membentuk cara
berfikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti factor-faktor yang
berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan pengetahuan
tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan personal. Melalui
pendidikan seseorang dapat meningkatkan kamatangan intelektual
sehingga dapat dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak.
Tingkat

pendidikan

dipercaya

mempengaruhi

perilaku

seseorang

(Notoadmodjo, 2003).
Tingkat pendidikan dibagi 2 (dua) katagori: (Nursalam, 2008) tinggi
jika responden tamat D-III keperawatan/S-I keperawatan dan S2
keperawatan. Rendah jika responden tamat SPK
2.4.2 Masa Kerja
Masa kerja merupakan, masa yang di jalankan seorang dalam
melakukan pekerjaan, dihitung mulai pertama memulai pekerjan. Masa
kerja dapat meningkatkan pengalaman dan pengetahuan tentang pekerjaan
yang dilakukan, sehingga dapat mencari solusi terhadap suatu masalah
berdasarkan pengalaman pada tugas terdahulu (Rahmat, 2005).
Pengalaman akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan seseorang
karena semakin banyak seseorang mendengar, melihat dan melakukan
tindakan tertentu, maka semakin bertambah pengetahuannya tentang
subjek tersebut. Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan

24

seseorang. Pengalaman negatif seseorang terhadap subjek tertentu akan


mengajarkan dirnya untuk memperbaiki kesalahan yang sama dimasa yang
akan datang atau paling tidak akan meningkatkan pengetahuannya tehadap
resiko

tertentu.

Sebaliknya

pengalaman

positif

seseorang

akan

meningkatkan kemampuan dalam subjek tertentu. Menyatakan bahwa


pengalaman

yang

diperoleh

seseorang

dapat

mempengaruhi

kemampuannya (Taufik, 2001).


WHO (2003) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diturunkan
atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang
lain (Notoadmodjo, 2003).
Dimana pengalaman adalah sesuatu yang pernah dijalani, dirasa dan
ditanggung oleh seseorang. Lama bekerja merupakan pengalaman individu
yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2003)
Pengukuran menurut Husaini, (2007) Masa kerja dibagi 2 (dua)
katagori: Lama bekerja 5 tahun: telah menjadi Tenaga perawat lebih dari
5 tahun dihitung dari mulai bekerja smpai saat penelitian dilakukan. Belum
Lama bekerja < 5 tahun: telah menjadi Tenaga perawat kurang dari 5 tahun
dihitung dari mulai bekerja smpai saat penelitian dilakukan.
2.4.3 Informasi
Informasi adalah, keterangan pemberitahuan kabar atau berita tantang
suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio,
televise, poster dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang
digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang
pengetahuan. Berkaitan dengan penyediyaan informasi bagi managemen

25

dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas


(Tugiman, 2003) kualitas informasi tergantung tiga hal yaitu :
a. Akurat, bebas dari kesalahan, tidak bias atau menyesatkan.
b. Tepat waktu, informasi yang disampaikan tidak terlambat.
c. Relevan, informasi mempunyai manfaat bagi pemakaiannya.
Sumber informasi adalah individu ataupun kelompok yang memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam komunikasi. Sumber disebutkan
sebagai komunikator, yang memiliki syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai sifat yang positif untuk terjadinya komunikasi.
b. Pengetahuan tentang pesan yang akan disampaikan cukup memadai.
c. Latar sosial budaya, pendidikan cukup mendukung untuk terjadinya
proses komunikasi (Efendi, 2003).
Informasi yang baik dan berasal dari berbagai sumber akan
meningkatkan pengetahuan seseorang, informasi yang diterima merupakan
suatu dasar dari meningkatnya pengetahuan seseorang, semakin banyak
informasi

yang

didapatkan

maka

semakin

tinggi

pula

tingkat

pengetahuannya (Sarwono, 2005).


Menurut Notoadmodjo (2003) sumber informasi adalah orang atau
sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara lain dalam
bentuk, informasi atau lebih tepatnya disebut pesan (Massege) yang harus
disampaikan kepada pihak atau orang lain, dan diharapkankan orang atau
pihak lain tersebut memberikan respon atau jawaban. Apabila orang lain
atau pihak lain tersebut tidak memberikan respon atau jawaban, berarti
tidak terjadi komunikasi antara kedua variabel tersebut.
Menurut Dachlia (2000) variabel keterpaparan informasi diperoleh
dengan membuat indeks komposit, yaitu dengan menjumlahkan nilai (skor)
sejumlah pertanyaan yabg berkaitan dengan sumber informasi. Pertanyaan
terdiri

atas

kelompok

yang

bergradasi,

mulai

dari

kegiatan

26

diskusi/mengobrol diberi bobot lebih besar karena untuk dapat berdiskusi


orang harus mempunyai minat dan ketertarikan. Oleh karenanya diberikan
secara bergradasi, tingkat keterpaparan umum mempunyai bobot kecil dari
tingkat yang lebih tinggi. Adapun pengelompokan tingkat keterpaparan
secara bergradasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pertanyaan
Bobot
Terpapar melalui televisi
1
Terpapar melalui radio
2
Terpapar melalui Koran/Majalah
3
Terpapar melalui media lain, seperti poster, brosur, 4
billboard,dll
Terpapar melalui Diskusi
5
Dengan kriteria:
a. Cukup, jika responden memiliki sumber informasi mean
b. Kurang, jika responden memiliki sumber informasi < mean (Dahlia,
2001)

2.5 Kerangka Teoritis


Nursalam, 2002,
- Pendidikan

Rahmat, 2005
- Masa Kerja

Notoatmodjo (2003)
- Sumber Informasi

Pengetahuan perawat
tentang model praktek
keperawatan
profesional

También podría gustarte