Está en la página 1de 47

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama- sama pada suatu tempat. Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah
atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran
tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan
merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa
komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut juga
disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama pada lingkungan yang
sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai
gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan
suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh komunitas
tumbuhan adalah:
1. Mempunyai komposisi floristic yang tetap
2. Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
3. Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan habitatnya
Umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua
yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan
yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang
dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai
ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan
yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu
pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi
tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapatmenghambat praktek
budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitasakan menurun, karena biji gulma
tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. Kemudian kuantitas juga akan menurun,
karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh (hara, air, udara, cahaya, ruang gerak)
dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya
tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan untuk mengendalikan gulma.
Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan produktifitas tanaman.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh
mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya dan mengetahui komposisi jenis atau
spesies gulma, dan dominasi pada suatu vegetasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat
mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada
semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma
dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan
tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a) menurunkan produksi akibat
bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh; (b)
menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma; (c) mengeluarkan
senyawa alelopati (zat penghambat pertumbuhan) yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman; (d) menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman; (e)
mengganggu tata-guna air; dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani (Jumin,
1991).
Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau
SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo et al.
1984).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma
berdaun sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil
disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari
golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada
senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian
bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki
bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa
limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas
permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit
merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena
gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang
mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir,
2008).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis
gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah
percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD)
berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis
gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies
gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma
dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak
ekonomi dan ekologi (Masud, 2009).
Tujuan analisis vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1.

Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan.


Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.

2. Untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan
apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan pengendalian dengan cara tertentu.

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan yaitu lahan sawah dan sawah kering. Alat yang digunakan
yaitu alat Square Method ukuran 50cm x 50cm, buku deskripsi gulma atau herbarium,
kantong plastik, kantong keras, oven, timbangan elektrik dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Identifikasi
a. Petak contoh dibuat dengan ukuran 50 x 50 cm menggunakan alat square method
pada lahan kering.
b. Petak contoh tersebut di lempar sembarang kemudian gulma yang tumbuh pada
petak contoh tersebut dicabut, masukkan ke dalam kantong plastik.
c. Identifikasilah jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi atau
herbarium berdasarkan ciri morfologinya, dan tulislah nama spesies, morfologi
dan perkembangbiaknnya, daur hidup dan tempat tumbuhnya.
d. Jenis gulma dipisahkan berdasarkna golongan yaitu rumput, teki-tekian dan daun
lebar.
2. Analisis
a. Dibuat petak contoh dengan ukuran 50cm x 50cm dengan cara alat Square
Method diletakkan pada lahan sawah dan lahan kering sebanyak empat petak
contoh pada masing- masing lahan.
b. Diambil dan dicabut semua gulma pada petak contoh tersebut.
c. Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diidentifikasi.
d. Dihitung jumlah masing- masing gulma yang ada, kemudian dimasukkan dalam
kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70C sampai kering
konstan.
e. Masing- masing jenis gulma yang telah dikeringkan ditimbang.
f. Dihitung Kerapatan, Frekuensi, dan Dominasi masing- masing jenis gulma.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Terlampir

1.
2.
3.
4.
5.

B. Pembahasan
Menurut Radosevich (2007), gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada
tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit
dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada
dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat
buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia (Sastroutomo,
1990). Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga
keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh negatif
gulma yang penting adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai inang
penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat kelancaran
aktivitas pertanian.
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari
tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang
luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept),
untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping)
digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak
tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh
peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah,
topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas
kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain
sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan
analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan
perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Menurut Tjitrosoedirdjo (1984), dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu
atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara- cara ini:
Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
Walaupun gulma merugikan bagi tanaman yang sedang dibudidayakan, tetapi
ternyata gulma juga mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat gulma menurut
Sukman dan Yakup (1991) yaitu :
1. Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik
2. Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi
3. Bahan penutup tanah dalam bentuk mulsa
4. Sebagai media penanaman jamur merang
5. Sebagai bahan obat tradisional
6. Sebagai bahan makanan atau sayuran
7. Sebagai tanaman hias dan bahan kerajinan
Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau
metode Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi

dengan panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat Square
Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma yang
terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui jenis dari
gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma untuk membantu
memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan membandingkan ciri- ciri
morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku deskripsi gulma.setelah selesai
gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bagian tanaman dan
dikering anginkan yang kemudian dikeringkan untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan
dominasi masing- masing jenis gulma.
Dari praktikum yang telah dilakukan, ditemukan 9 jenis gulma, yaituDigitaria
longifera, Commelina diffusa Burm. F, Mikania
microntha H.B.K,Imperata cillindrica, Altenantera sp, Brachiaria eruciformis,
Digitaria satigera,Ageratum conyzoides, Dan Galinsoga parvifloro.

1. Digitaria longifera (Retz)


Anatomi dari Digitaria longifera yaitu gulma darat, berumbai, ramuan
tegak, perakaran pada kelenjar. Berakar serabut, putih atau coklat. Btang bulat,
berbulu. Kelenjar gundul. Stipula absen. Daun spiral alternative, sessile, linier, lebih
dari 2 cm panjang/ lebar, puncak akut, basis menggenggam, paralel-berurat. Daun
selubung ini. Ligule berselaput. Bunga biseksual. Dikelompokan bersama dalam
sebuah terminal malai,sessile, kuning, ungu, atau coklat, kelopak tidak terlihat. Buah
kacang.
Klasifikasi:
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
:Liliopsida
Ordo
: Cyperales
Famili
: Poaceae
Genus
: Digitaria
Spesies
: Digitaria longifera
2. Commelina diffusa Burm. F.
Akar Commelina diffusa Burm. F. termasuk kedalam system perakaran
serabut. Akar blambangan tumbuh menjalar. Memiliki banyak percabangan akar. Akar
aur-aur memiliki banyak rambut-rambuthalus atau bulu-bulu halus. Akar memiliki
warna coklat tua dan tumbuh di tanah yang lembab.
Batang tumbuh menjalar berbentuk bulat dan lunak. Batang aur-aur tidak
berambut, memiliki warna hijau muda bercorak ungu, buku-bukunya mengeluarkan
akar dantunas cabang, bagian ujung batang tegak atau melengkung dan tingginya 6-60
cm. Daun berbangun daun lanset, umumnya berukuran panjang kurang dari enam kali
lebarnya, permukaannya licin, pangkalnya berbentuk bundar dan tidak simetris,
ujungnya agak runcing, tepinya terasa kasar bila diraba, ukuran panangnya 2,5-8
cmlebarnya 0,75-2,5 cm dan tidak bertangkai. Bunga tumbuh sendiriann dari buku b
erhadapan dengan daun, dilindungi oleh braktea yang menyeruaidaun berbentuk
perahu, pangkalnya berbentuk bula dan melancip tajam.
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Commelinales
Family : Commelinaceae
Genus : Commelina
Spesies : Commelina diffusa Burm. F.
3.

Mikania micrantha H.B.K (Sembung Rambat)


Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan
cepat. Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh
hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa
sawit belum menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi seluruh
pelepah/tajuk kelapa sawit.
Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati berupa phenol dan flavon.
Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Viabilitas biji mencapai
lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai 95%.
Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan
ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada tiap ruas
terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun
berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13 cm dan lebar daun 29 cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. Bunga
tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6 mm, dan tumbuh dari
ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna
coklat kehitaman dengan panjang 2 mm.
Klasifikasi :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies: Mikania micrantha H.B.K

4. Imperata sillindrica
Imperata sillindrica atau alang-alang merupakan terna rumput, berumur panjang
(perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 - 180 cm. Akar rimpang, menjalar, berbukubuku, keras dan liat, berwarna putih. Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm,
beruas-ruas. Daun warna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang 12 - 80 cm, lebar 2 - 5
cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan
sejajar (parallel), permukaan atas halus, permukaan bawah kasap (scaber). Bunga
majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai
rambut putih sepanjang 8 - 14 mm, mudah diterbangkan angin. Buah bentuk biji
jorong, panjang +/- 1 mm, berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatif (akar rimpang).
Klasifikasi :
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Imperata
Spesies
: Imperata cylindrica
5. Alternanthera philoxeroides

Alternanthera philoxeroides (rumput aligator, bayam dempo) sebagian besar tumbuh di daerah lembab. Tinggi 50100 cm, daun sederhana dan melebar, bunga bertangkai, akar serabut, disetiap ruas batang mempunyai akar, batang
berselang-seling. Adalah suatu tumbuhan yang berhubungan dengan air dan terbenam. Gulma yang biasa disebut rumput
alligator ini berasal dari bagian Selatan Amerika, tetapi menyebar ke banyak bagian- bagian dari dunia. Dan diprediksi jenis
ini sudah berada di Australia, Austria, China, Selandia Baru, Thailand dan Amerika Serikat.
Alternanthera philoxeroides dapat berkembang dalam berbagai habitat, mencakup tanah kering, tetapi pada
umumnya ditemukan di dalam air. Biasanya membentuk interwoven keset besar di permukaan air atau sepanjang garis
pantai. Daunnya sederhana dan mempunyai garis tepi lembut. Rumput alligator berbunga sepanjang bulan yang
bertemperatur hangat sepanjang tahun. Rumput alligator dapat mengurangi erosi, tapi dapat juga mengurangi burung air dan
aktivitas ikan karena menyebabkan kematian ikan. Rumput alligator menciptakan suatu tempat yang baik untuk
perkembangbiakkan nyamuk.

Klasifikasi:
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Caryophyllales
: Amaranthaceae
: Alternanthera
: Alternanthera philoxeroides

6. Brachiaria eruciformis
Brachiaria eruciformis merupakan gulma tahunan yang batangnya merambat dan
ramping, panjangnya 10-60 cm. Daun berbentuk pisau linear atau lanset panjangnya 2-15 cm,
lebar 2-6 mm. Bunga terdiri dari tandan. Tandan 3-14; ditanggung sepanjang poros tengah,
unilateral, panjang 0,5-2,5 cm. bulir bulir terdiri dari 1 kuntum steril basal, 1 kuntum fertil,
tanpa perpanjangan rhachilla.
Kuntum steril berupa palea. Lemma dari floret steril rendah mirip
dengan glume atas, lonjong, panjang segabah, membran, 5-berurat, berbulu, atau
puber, atau vili; akut. Lemma Subur eliptik; 1,5-2,5 mm, mengeras, mengkilap. Lema
permukaan halus. tepi Lema rumit. ujung lemma tumpul. Palea rumit, mengeras,
tanpa keels. Gulma ini tersebar di berbagai belahan bumi seperti Eropa, Afrika,
Samudra Hindia Barat, Asia, Australasia, Pacific dan Amerika Selatan.
Klasifikasi :
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili: Poaceae
Genus: Brachiaria
Spesies: Brachiaria eruciformis
7. Digitaria satigera
Batang memiliki panjang 20-80 cm. Daun berbentuk pisau linear atau lanset, panjang
3-25 cm dan lebar 3-12 mm .Perbungaan perbungaan terdiri dari tandan. Tandan 3-15 ,atau
ditanggung sepanjang poros tengah , unilateral , panjang 4-15 cm. Bulir bulir terdiri dari 1
kuntum steril basal , 1 kuntum subur , tanpa perpanjangan rhachilla . Spikelets lanset , atau
elips , punggung dikompresi , 2-3 mm panjang, jatuh seluruh .
Glumes glumes tidak jelas , lebih pendek dari gabah , lebih tipis dari lemma subur.
Atas glume lonjong , atau bulat telur , panjang 0,1-0,25 gabah , membran tanpa batas.
Kuntum Basal kuntum steril tandus , tanpa palea signifikan . Lemma lebih rendah steril floret
elips , 1 panjang gabah, berurat dengan urat berjarak sama , atau dengan urat spasi merata ,
puber dan setose (kadang-kadang). Lemma Subur elips , 2-3 mm panjang tulang rawan lebih

tipis pada marjin , abu-abu, atau cokelat muda , tanpa lunas . Margin Lemma datar; meliputi
sebagian besar palea . Lemma puncak akut. Palea tulang rawan.
Klasifikasi :
Divisi :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies:

Magnoliophyta
Liliopsida
Cyperales
Poaceae
Digitaria
Digitaria setigera

8. Ageratum conyzoides
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota
suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil,
akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai
babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoatweed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini
mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Herba, 1 tahun, tinggi 10-120 cm. Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung
runcing, pangkal tumpul, tepi beringgit, panjang 3-4 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan
menyirip, tangkai pendek, hijau. Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu menjadi
karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm, tangkai berambut, ke'opak berbulu, hijau,
mahkola bentuk lonceng, putih atau ungu. Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau
berambut jarang, hitam. Kecil, hitam. Tunggang, putih kotor. Daun Ageratum conyzoides
berkhasiat sebagai obat luka baru dan obat wasir, Untuk obat luka baru dipakai + 5 gram daun
segar Ageratum conyzoides,dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditempelkan pada luka dan
dibalut.Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Klasifikasi:
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Ageratum
Spesies
: Ageratum conyzoides L.
9. Galinsoga parvifloro.
Galinsoga parviflora umumnya memiliki tinggi 0,6 m (2ft). Bunga tumbuh
dari Mei hingga Oktober. Bunganya hermaprodit (memiliki baik organ jantan dan
betina) dan diserbuki oleh serangga. merupakan tanaman semak dan semusim
dengantinggj 30-60 cm. Batang dari tanaman ini adalah tegak, lunak, bulat, beruasruas,bercabang, hijau. Jenis daun tunggal, berhadapan, duduk pada tiap buku,
bulattelur, ujung meruncing, tepi bergerigi, pangkal runcing, pertulangan
menyirip,panjang daun 3-5,5 cm, dan lebarnya 1,5-3,5 cm serta berwarna hijau.
Bentuk bunga yaitu bongkol, bulat dan terletak di ujung batang. Kelopak
berbentuk mangkok, ujung bertaju, berwarna hijau, benang sari berwarna kuning,
tangkai sarilepas, ujung putik bercabang dua dengan warna kuning, mahkota terdiri
dari limadaun mahkota dan berwarna putih. Jenis buahnya yaitu keras, berbulu
danberwarna ungu. Bentuk bijinya kecil, pipih dan berwarna hitam. Sedangkan
jenisakarnya yaitu tunggang dan berwarna putih.
Klasifikasi :

Divisi
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Spermatophyta
: Dicotyledonae
: Asterales
: Compositae
: Galinsoga
:Galinsoga parviflora

Dari semua gulma yang didapat, diketahui bahwa Imperata sillindricamemiiki nilai
KR yang paling tinggi ,yaitu 45,89%, Sedangkan gulma dengan nilai KR paling rendah
adalah Brachiaria eruciformis yaitu 0,48%. Nilai FR paling tinggi adalah Imperata
sillindrica yaitu 22,22% dan nilai FR terendah adalahMikania micrantha
H.B.K, Altenantera philoxeroides, dan Brachiaria eruciformisyaitu 5,56% . Gulma
dengan nilai DR tertinggi yaitu Imperata sillindrica dengan nilai DR sebesar 53,92%, dan
nilai DR terendah yaitu 0,51% pada gulmaBrachiaria eruciformis. Imperata
sillindrica mempunyai nilai NJD paling tinggi yaitu sebesar 40,67% dan Brachiaria
eruciformis dengan nilai NJD terendah yaitu sebesar 2,18%.
Pada praktikum kali ini, setelah dihitung, didapatkan data
KR : 99,97%, FR : 99,94%, DR : 99,98%, NJD : 99,94%

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada tempat
yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung
atau tidak langsung merugikan.
2. Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi ada 3 yaitu Line Intercept, Point
Intercept, dan Visual Estimation.
3. Manfaat gulma yaitu menambah kesuburan tanah, mencegah atau mengurangi
timbulnya erosi, bahan penutup tanah (mulsa), media penanaman jamur merang, bahan
obat tradisional, bahan makanan atau sayuran, tanaman hias dan bahan kerajinan.
4. Ada 9 gulma yang telah ditemukan yaitu Digitaria longifera, Commelina
diffusa Burm. F, Mikania microntha H.B.K, Imperata cillindrica,Altenantera sp,
Brachiaria eruciformis, Digitaria satigera, Ageratum conyzoides, Dan
Galinsoga parvifloro.
5. Nilai KR, FR, DR, dan NJD paling tinggi yaitu Imperata sillindrica sebesar45,89%,
22,22%, 53,91%, dan 40,67%
6. Didapatkan data KR : 99,97%, FR : 99,94%, DR : 99,98%, NJD :99,94%.

B. Saran
1. Harus teliti ketika mengamati morfologi gulma yang akan dicocokan dengan gambar
pasa buku indentifikasi gulma.
2. Penghitungan menggunakan kalkulator agar hasilnya lebih teliti.
3. Disediakan lebih banyak buku identifikasi gulma untuk efisiensi waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum).http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput-gajah-pennisetumpurpureum.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Budiono, E. 2013. Rumput Gajah (Deskripsi, Persebaran, Manfaat dan
Cara Tanam). http://rumah2hijau.wordpress.com/2013/03/29/rumput-gajah-deskripsipersebaran-manfaat-dan-cara-tanam/. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda.
Jakarta.
Jumin, Hasan Basri.1991. Dasar- Dasar Agronomi. CV. Rajawali. Jakarta.
Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. The Macmillan Co. New York.
Masud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada Pertanaman
Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Prawoto, A. A., dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Radosevich, S.R., J.S. Holt, and C.M. Ghersa. 2007. Ecology of Weeds and Invasive
Plants: Relationship to Agriculture and Natural Resource Management
3 Edition. John Wiley and Sons. New York.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Hijauan Rumput dan Legum Pakan Tropik
Cetakan I. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.
Universitas Brawijaya. Malang.
Sukman dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Rajawali.
Jakarta.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan Limbah Sagu sebagai Pengendalian Gulma
pada Lada Perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.
rd

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

RELATED POSTS:
Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman menyerbuk Sendiri
Laporan DPT: Koreasi Antara Dua Sifat
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
Pengantar Agribisnis : HAMBATAN YANG DIHADAPI PETANI NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) DALAM PEMASARAN HASIL
PANEN

PENGOLAHAN IKLIM PADA TANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)


Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang

Newer PostOlder PostHome


ENTRI POPULER
LABEL
ARSIP BLOG

LAPORAN OPT ANALISIS VEGETASI GULMA


I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang...

KULTUR JARINGAN TANAMAN : STERILISASI PERALATAN


LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN ACARA I STERILISASI PERALATAN I.

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang...

Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang


BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu popu...

Laporan DPT: Hibridisasi Tanaman menyerbuk Sendiri


BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu popu...

DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH : PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH


LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH ACARA I P ENGUJIAN KEMURNIAN BENIH I.

...

Laporan DPT: Kemajuan Seleksi


BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik. Dalam usaha...

Laporan DPT: Deskripsi Varietas


BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pendiskripsian suatu tanaman sangat membantu dalam dunia pemuliaan tanaman. Umumnya d...

Laporan DPT: Menentukan Bobot 1000 Biji


BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Biji merupakan alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup jenis (spesies) suatu tumbuha...

Kumpulan Judul Film Barbie

1. Barbie in the Nutcracker (2001)2. Barbie as Rapunzel (2002) 3. Barbie of Swan Lake (2003) 4. Barbie as The Princess and the Pauper (200...

JENIS-JENIS AWAN
Awan adalah massa ketek dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau tubuh planet lain. Benda pu...

TRANSLATE

Diberdayakan oleh

TOTAL PAGEVIEWS

20316
ABOUT ME

Terjemahan

Mimsin Yuda Kartika


View my complete profile
SUBSCRIBE ME

Subscribe via RSS FeedIf you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Enter your email...

Enter

Copyright 2014 Miyuka


Design by Evo Templates

laporan
Senin, 09 Januari 2012

laporan gulma 1

ANALISIS VEGETASI
( Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)
OLEH
KELOMPOK 3
Husna Fii Karisma Jannah ( 0914013026)
Eva Dwi Rahma ( 0914013022)
Metha Deviana (0914013039)
Wanty Pristiarini ( 0914013056)
Rezma nurmei winda (0714041050)
Maria teofani ( 0714041041)
Ardi M Sarasih (0814013089)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

I.
A.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan
kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa
titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain menggunakan metode kuadran, analisis vegetasi juga dapat dilakukan dengan metode titik dan metode garis.
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal
ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting,
karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
B.

Tujuan

1.
2.

Adapun tujuan dari percobaan ini, antara lain :


Agar mahasiswa dapat mengerti manfaat analisis vegetasi
Agar mahasiswa dapat melaksanakan analisis vegetasi tersebut dengan menggunakan metode yang umum dipakai

3.
4.

Untuk mengetahui populasi gulma dalam satuan luas secara kuantitatif


Melatih keterampilan mahasiswa untuk mengidentifikasi populasi gulma secara kuantitatif

5.

Mengetahui populasi gulma secara kuantitatif yang mendominasi pada pertanaman tertentu

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan
obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga
tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya
(Sebayang, 2005).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan gulma dari
golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges)
(Moenandir, 1993).
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan
material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci
identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dantidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai
sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu
(Sukman dan Yakup, 2002).
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan
untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan
komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh
petak dengan vegetai tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah,
topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan
lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi
(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis
vegetasi(Tjitrosoedirdjo et al. 1984).

Analisis vegetasi gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak percobaan. Nilai SDR didapat-kan dengan menghitung setiap jumlahspesies gulma
yang terdapat pada petak contoh. Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tjitrosoedirdjo dkk.(1934) dan Kusmana (1997)
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi
sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis
tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi
tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuhtumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang
berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang
berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang
berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan
metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik
(metode tanpa plot) (Syafei, 1990).

III.
A.

BAHAN DAN METODE

Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain kuadran segiempat berukuran
0,5m x 0,5 m dan alat tulis. Serta bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain gulma golongan rumput, teki, dan daun lebar

B.

Metode

1.
2.

Adapun prosedur kerja dengan menggunakan metode estimasi visual, antara lain :
Diduga parameter gulma yang akan diamati dengan cara melihat berdasarkan pengamatan visual
Dikelompokkan peubah tersebut dalam dominansi dan frekuensi

3.
4.

Diduga secara bersama dua atau tiga orang pada komunitas gulma tertentu
Dirata-ratakan hasil tersebut

1.
2.

Adapun prosedur kerja dengan menggunkan metode kuadrat. Antara lain :


Digunakan kuadran berukuran 0,5m x 0,5m
Diletakkan kuadran pada tiga tempat yang berbeda

3.
4.

Dilakukan pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing spesies gulma ( dominansi) yang terdapat pada kuadran
Dipotong gulma pada masing-masing kuadran tepat diatas permukaan tanah

5.
6.

Dipilah berdasarkan spesies yang ada dan dilakukan identifikasi gulma untuk masing-masing spesies
Ditimbang bobot basah dan kering untuk msing-masing spesies yang ditemukan pada tiap ulangan

7.
8.

Dihitung jumlah populasi masing-masing spesies gulma tersebut


Dilakukan perhitungan berdasarkan data tiga ulangan tersebut
Metode perhitungan :
KM

Imperata cylindrical
=
=

KM Asystasia sp

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

20 + 0 + 0
20

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

=
=
KM Gulma x

10 + 5 + 5
20

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 5+0+0
= 5
= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

KM Gulma y

=
=
KM Alcalypha virginica

3+0+0
3

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 3 + 10 + 0
= 13
= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

KM Eleusine indica

=
=
KM Mimosa sp

0 + 20 + 0
20

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 0+5+0
= 5
= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

KM Paspalum sp

=
=
KM Amaranthus sp

0 + 0 + 30
30

= kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 0 + 0 + 15
=

15

TOTAL KM seluruh gulma = 20 + 20 + 5 + 3 + 13 + 20 + 5 +30 +15


= 131

KN Imperata cylindrical

= KM : Total KM
= 20 : 131
= 0,15
= KM : Total KM

KN Asystasia sp

=
=
KN Gulma x

= KM : Total KM
= 5 : 131
= 0,04
= KM : Total KM

KN Gulma y

=
=
KN Alcalypha virginica

KN Eleusine indica

= 0,1
= KM : Total KM

DM Gulma x

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3

50 + 0 + 0
50

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 30 + 10 + 10
= 50
= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
=
=

DM Gulma y

0,12

Imperata cylindrical
=
=

DM Asystasia sp

30 : 131
0,23

= KM : Total KM
= 15 : 131
=

DM

0,04

= KM : Total KM
=
=

KN Amaranthus sp

20 : 131
0,15

= KM : Total KM
= 5 : 131
=

KN Paspalum sp

3 : 131
0,02

= KM : Total KM
= 13 : 131

=
=
KN Mimosa sp

20 : 131
0,15

10 + 0 + 0
10

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 5+0+0
=

DM Alcalypha virginica

DM Eleusine indica

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 5 + 20 + 0
= 25
= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
=
=

DM Mimosa sp

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 0 + 10 + 0
=

DM Paspalum sp

10

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


=
=

DM Amaranthus sp

0 + 60 + 0
60

0 + 0 + 70
70

= dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3


= 0 + 0 + 20
=

20

TOTAL DM seluruh gulma = 50 + 50 + 10 + 5 + 25 + 60 + 10 +70 +20


= 300

DN Imperata cylindrical

DN Asystasia sp

= DM : Total DM
= 50 : 300
= 0,17
= DM : Total DM
=
=

DN Gulma x

DN Gulma y

= DM : Total DM
= 10 : 300
= 0,03
= DM : Total DM
=
=

DN Alcalypha virginica

DN Eleusine indica

DN Paspalum sp

= 0,08
= DM : Total DM

= 0,03
= DM : Total DM
70 : 300
0,23

= DM : Total DM
= 20 : 300
=

FM Imperata cylindrical

60 : 300
0,2

= DM : Total DM
= 10 : 300

=
=
DN Amaranthus sp

5 : 300
0,02

= DM : Total DM
= 25 : 300

=
=

DN Mimosa sp

50 : 300
0,17

0,07

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Asystasia sp

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=3

FM Gulma x

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Gulma y

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Alcalypha virginica

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=2

FM Eleusine indica

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Mimosa sp

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Paspalum sp

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

FM Amaranthus sp

= Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3


=1

TOTAL FM seluruh gulma = 1 + 3 + 1 + 1 + 2+ 1 + 1+ 1+ 1


= 12
FN Imperata cylindrical

FN Asystasia sp

= FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
= FM : Total FM
=
=

FN Gulma x

FN Gulma y

= FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
= FM : Total FM
=
=

FN Alcalypha virginica

FN Eleusine indica

FN Paspalum sp

= 0,17
= FM : Total FM

= 0,08
= FM : Total FM
1 : 12
0,08

= FM : Total FM
= 1 : 12
=

NP Imperata cylindrical

1 : 12
0,08

= FM : Total FM
= 1 : 12

=
=
FN Amaranthus sp

1 : 12
0,08

= FM : Total FM
= 2 : 12

=
=
FN Mimosa sp

3 : 12
0,25

0,08

= KN + DN + FN
= 0,15 + 0,17 + 0,08
= 0,4

NP Asystasia sp

NP Gulma x

= KN + DN + FN
= 0,15 + 0,17 + 0,25
= 0,57
= KN + DN + FN
= 0,04 + 0,03 + 0,08
= 0, 15

NP Gulma y

NP Alcalypha virginica

= KN + DN + FN
= 0,02 + 0,02 + 0,08
= 0,12
= KN + DN + FN
= 0,1 + 0,08 + 0,17
= 0,35

NP Eleusine indica

NP Mimosa sp

= KN + DN + FN
= 0,15 + 0,2 + 0,08
= 0, 43
= KN + DN + FN
= 0,04 + 0,03 + 0,08
= 0,15

NP Paspalum sp

NP Amaranthus sp

= KN + DN + FN
= 0,23 + 0,23 + 0,08
= 0,54
= KN + DN + FN
= 0,12 + 0,07 + 0,08
= 0,27

SDR Imperata cylindrical

SDR Asystasia sp

= NP : Jumlah peubah nisbi


= 0,4 : 3
= 0.14 atau 14%
= NP : Jumlah peubah nisbi
=
=

SDR Gulma x

0,57 : 3
0.19 atau 19 %

= NP : Jumlah peubah nisbi

=
=
SDR Gulma y

0,15 : 3
0.05 atau 5 %

= NP : Jumlah peubah nisbi


= 0,12 : 3

SDR Alcalypha virginica

= 0.04 atau 4 %
= NP : Jumlah peubah nisbi
=
=

SDR Eleusine indica

0,35 : 3
0.12 atau 12 %

= NP : Jumlah peubah nisbi


= 0,43 : 3
= 0,14 atau 14%
= NP : Jumlah peubah nisbi

SDR Mimosa sp

=
=
SDR Paspalum sp

0,15 : 3
0.05 atau 5 %

= NP : Jumlah peubah nisbi


= 0,54 : 3
= 0.18 atau 18 %
= NP : Jumlah peubah nisbi

SDR Amaranthus sp

=
=

0,27 : 3
0.09 atau 9 %

IV.
A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data pengamatan

Jenis
gulma
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

Dominansi
Ulangan
1
2
3
50 30 10 10
10 5
5
20 60 10 70
20

Kerapatan
Ulangan
1
2
3
20 10 5
5
5
3
3
10 20 5
30
15

DM

DN

KM

KN

FM

FN

NP

SDR

Urutan
Ke-

50
50
10
5
25
60
10
70
20
300

0,17
0,17
0,03
0,02
0,08
0,2
0,03
0,23
0,07
1

20
20
5
3
13
20
5
30
15
131

0,15
0,15
0,04
0,02
0,1
0,15
0,04
0,23
0,12
1

1
3
1
1
2
1
1
1
1
12

0,08
0,25
0,08
0,08
0,17
0,08
0,08
0,08
0,08
0,96

0,4
0,57
0,15
0,12
0,35
0,43
0,15
0,54
0,27

0,14
0,19
0,05
0,04
0,12
0,14
0,05
0,18
0,09
1

4
1
7
9
5
3
8
2
6

Keterangan :
Jenis gulma 1
Jenis gulma 2

: Imperata cylindrica
: Asystasia sp

Jenis gulma 3
Jenis gulma 4

: Gulma x
: Gulma y

Jenis gulma 5
Jenis gulma 6

: Alcalypha virginica
: Eleusine indica

Jenis gulma 7
Jenis gulma 8

: Mimosa sp
: Paspalum sp

Jenis gulma 9
: Amaranthus sp
B.
Pembahasan
Dalam hal ini, lahan yang menjadi tempat pengambilan contoh adalah lapangan terbuka depan Laboratorium HPT. Gulma tertentu cenderung memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Hal ini memiliki hubungan yang erat dengan jenis gulma, dimana gulma
jenis tertentu mampu bekembang biak dengan cepat, misal selain dengan biji, ia juga dat berkembang dengan rimpang, lalu bijinya yang ringan dan kebutuhan
nutrisi yang toleran serta pertumbuhan yang cepat. Kemampuan gulma tersebut secara alami dapat membuatnya mampu mendominasi suatu lahan dalam
penyebaran yang rata maupun acak. Berdasarkan data, dapat terlihat dengan jelas spesies gulma Asystasia sp mendominasi dengan jumlah spesies 19% dari
total. Kemudian 18% dari total jumlah gulma didominasi oleh Paspalum sp.
Sedangkan spesies lainnya dapat dikatakan memiliki jumlah yang relatif teratur pada setiap pengulangan.

Dalam hal ini selain faktor genetik gulma yang mempengaruhi, umur gulma juga sangat menentukan. Sebab, dalam pengamatan yang dilakukan, tidak ada
batasan ukuran gulma untuk dapat dihitung sebagai satu spesies. Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh, spesies gulma Asystasia sp, Paspalum sp,
Eleusine indica, Imperata cylindrical, Alcalypha virginica, Amaranthus sp, merupakan spesies-spesies gulma yang mendominasi lahan yang menjadi tempat
pengambilan contoh dan sisanya adalah gulma x dan gulma y yang belum diketahui identitasnya, serta Mimosa sp. Dalam hal ini pengendalian gulma yang
diambil harus fokus pada bagaimana cara menekan pertumbuhanAsystasia sp terlebih dahulu. Apabila pengendalian dilakukan dengan menggunakan
herbisida, maka herbisida yang dipilih harus mampu mengendalikan Asystasia sp.
Dari table diatas terdapat data dominansi dan data kerapatan, dimana data dominansi diperoleh dengan cara menduga berapa persen populasi yang terdapat
dalam kuadran tersebut. Sedangkan data kerapatan diperoleh dengan cara menghitung jumlah masing-masing gulma yang berada di dalam kuadran tersebut.

V.

KESIMPULAN

1.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan tersebut adalah :


Bila pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida, maka dipilih gulma yang mendominasi lahan tersebut untuk segera di kendalikan

2.
3.

Gulma yang mendominasi pada lapangan terbuka depan laboratorium HPT adalah jenis gulmaAsystasia sp dengan SDR sebesar 19%
Manfaat dari analisis vegetasi ini adalah untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup

4.

Metode yang umum dipakai untuk analisis vegetasi adalah metode kuadran, karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya
berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar.

DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi .Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung GedePangrango
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold
Publishers.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut PertanianBogor. Bogor.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. UnitPenerbitan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan
Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH
Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas
Pertanian IPB.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
PT Gramedia, Jakarta
Tjitrosoedirdjo, S., Is Hidayat Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma
diPerkebunan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. pp 209
Diposkan oleh wanty pristiarini di 06.03

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:
1.

VIVIlianSARI15 November 2014 09.13


makasih ya kakak :)
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2012 (30)

Oktober (13)

Januari (17)

laporan gulma 7

laporan gulma 6

laporan gulma 5

laporan gulma 4

laporan gulma 3

laporan gulma 2

laporan gulma 1

laporan 9

laporan 8

laporan 7

laporan 6

laporan 5

laporan 4

laporan 3

laporan 3

laporan 2
Laporan

Mengenai Saya

wanty pristiarini
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Rintihan Rakyat Plosok


Selasa, 16 Desember 2014

laporan praktikum pengelolaan gulma analisis vegetasi


LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU GULMA

ACARA VI
ANALISA VEGETASI
OLEH
Nama

1. Rahmatika
NIM: C1M012146

Kelas/Kelompok : B

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
ACARA VI
ANALISA VEGETASI
A. Tujuan : Untuk mengetahui cara analisa vegetasi gulma
B. Tinjauan Pustaka
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan
ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua
kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum
tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan.
Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan tekitekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu
areal sebelum dan sesudah percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk
menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu
komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif
pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Masud, 2009).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana
tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya
menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman
memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya
gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak (Adi 2013).

B.1. Distribusi dan Penyebaran Gulma


Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar danberkelompok, stratifikasinya, perioditas, dan lain
sebagainya; sedang data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya.
Data kualitatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak-contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif di dapat dari hasil
pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas (Tjitrosoedirdjo dkk, 1984).

Penyebaran gulma biasanya tidak dikehendaki keberadaannya karena memiliki


pengaruh yang negatif terhadap tanaman pertanian.Tanaman gulma mempunyai daya
kompetisi yang sangat tinggi sehingga gulma dianggap sebagai tanaman yang
merugikan manusia karena daya kompetisinya tinggi yang dapat menurunkan hasil
panen.Kompetisi semacam ini dapat berupa kompetisi ruang, air, hara, maupun
cahaya.
Gulma sebagai rumah inang sementara dari penyakit atau parasit tanaman pertanian
yang disebabkan oleh banyak penyakit, parasit, dan hama yang tidak hanya hidup
pada tanaman pertanian saja, tetapi juga pada gulma khususnya yang secara
taksonomi erat kaitannya. Penyebaran dan pengendalian gulma dapat menyebabkan
kurangnya mutu hasil pasca panen. Beberapa bagian dari gulma yang ikut terpanen
akan memberikan pengaruh negatif terhadap hasil panenan (pasca panen). Misalnya
dapat meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, ataupun memberikan rasa dan
bau yang tidak asli.
Adanya tanaman gulma dalam jumlah populasi yang tinggi akan menyebabkan
kesulitan dalam melakukan kegiatan pertanian dan menghambat kelancaran aktivitas
pertanian. Misalnya pemupukan, pemanenan dengan alat-alat mekanis, dan lain-lain
(Nasution, 1986)
B.2. Perlunya Pengembangan Teknik Pengamatan Gulma yang Sederhana dan Tepat di Lapangan
Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya
waktu, tenaga dan dana. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan
populasi yang beragam (Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:

1.
2.
3.
4.

Pengambilan sampel secara langsung


Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
Pengambilan sampel bertingkat
Pengambilan sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati.

Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah
contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (creeping), digunakan metode titik (point intercept), dan untuk suatu survei daerah
yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah
berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya,
serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data kualitatif dn data
kuantitaif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain
sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya.
Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan
lapangan berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro, 1984).
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
(Tjitrosoediro, 1984).

1. Metode estimasi visual


Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang
tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran.

2. Metode kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m 2, cm2, dan
sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran.

3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi

4. Metode titik

Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga, akan
menjadi titik
Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain misalnya kebutuhan akan cahaya,
nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya, ruang dan lain sebagainya (Moerandir, 1988).
C. Tempat dan waktu Praktikum: Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 30 November 2014 bertempat di Halaman Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
D. Bahan dan Alat: Tali rafis,patok, meteran, gunting, buku identifikasi gulma, alat tulis-menulis.
E. Metode percobaan:
Metode Kuadrat. Yang dimaksud kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan kuadrat (m 2, cm2, dsb), tetapi bentuk
petak-contoh dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun lingkaran. Untuk vegetasi yang pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih
menguntungkan karena ukurannya dapat diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik
pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih efisien menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat,
karena kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran. Dengan kuadrat segi panjang akan lebih memungkinkan
memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak kelompok yang bisa diamati. Jika yang ditinjau distribusi suatu kelompok tumbuhan,
kuadrat lingkaran kurang efiasien dibanding semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan dibanding semua bentuk
geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk lingkaran juga paling cocok untuk
evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas dan bila menggunakan samplingestimasi visual.
Penentuan Luas/Jumlah minimal Petak Contoh
Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak
contoh yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh tunggal, luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/jumlah
petak-contoh minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan menyusun sebuah kurva-jenis.
Caranya:

1.

Pilih salah satu komunitas vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh acak, tentukan
batasnya.
2. Di tengah komunitas, letakkan sebuah petak-contoh 1x1m (p.c. 1) atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0.56m. luas petak contoh = 1m2.
3. catat jumlah jenis dalam p.c. 1 pada lembar data (daftar 9?) dengan sebuah tanda (X)
pada kolom
4. perluas dua kali lipat p.c. 1 (= p.c. 2) catat semua jenis dalam petak contoh 1 + 2.
5. Perluas seterusnya dua kali (p.c. 1+2+3), dan catat jumlah dan jenis yang diperoleh
tidak berarti.
6. Buat dan isi daftar data untuk kurva luas dan jumlah minimal petak contoh.
7. Buat gambar kurva luas dan jumlah petak contoh berdasarkan data pada tabel petak
contoh.
8. Gunakan data yang dilapangan yang digunakan untuk menghitung kerapatan nisbi, dan
summed dominance ratio (SDR) untuk setiap jenis gulma, cara menghitung nilai-nilai
sebagai berikut:
a. Kerapatan mutlak untuk suatu gulma (KM) = K = jumlah individu gulma X itu dalam
suatu petak contoh yang di ambil.
b. Kerapatan nisbi suatu jenis gulma (KN) = KN = (nilai kerapatan mutlak KM jenis
gulma X itu : jumlah KM semua jenis gulma) x 100%.
c. Frekuensi mutlak suatu jenis (FM) = (jumlah petak yang ditemukan jenis gulma X :
jumlah seluruh petak contoh) x 100%.
d. Frekuensi nisbi suatu jenis ( FN) = (nilai frekuensi mutlak FN jenis itu : jumlah nilai
frekuensi mutlak FN semua jenis) x 100%
e. Indek nilai penting (INP) = Kerapatan nisbi + Frekuensi nisbi
f. summed dominance ratio (SDR) : (Indek nilai penting INP: 2) atau gunakan rumus
templat di bawah ini :
Kerapatan Relatif (KR) =
Frekuensi(F) =
Frekuensi relatif(FR) =
Indek nilai penting (INP) KR + FR
Note : hasil perhitungan a f di sajikan dalam tabel
F. Hasil Pengamatan:
Tabel 1. Tabel Vegetasi Gulma

No

Jenis Gulma

Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Thyponium trilobatum
L
Cyperus compressus L
Bergia ammannioi des
Goodenia
koningebergeria
Oxalis cornikulata L
Murdannia blumei
Brachiaria reptans L
Euphorbia hirta
Glinus oppositifolius L
Euphorbia
hypericifolia L
Ipomea triloba L
Mandevilla sanderi

Dari lembar data petak contoh:


p.c. (1)

ditemukan 7 jenis

p.c. (1 + 2)

ditemukan 10 jenis

p.c. (1 + 2 + 3)

ditemukan 12 jenis

Kerapatan Nisbi suatu jenis gulma (KN)

1. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 16,30 %

2. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 62,02 %

3. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,70 %

4. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,23 %

5. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 4,34 %

6. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 1,17 %

7. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 14,42 %

8. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,12 %

9. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,23 %

10. Kerapatan (N) = X 100%

Petak 1
19

Petak 2
100

Petak 3
20

107
4
1

155
2
1

187
-

3
7
26
-

9
3
1
2
2

25
97
-

1
1

= X 100%
= 0,23 %

11. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,12 %

12. Kerapatan (N) = X 100%


= X 100%
= 0,12 %
Frekuensi Mutlak suatu jenis (FM)

1. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 100 %

2. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 100 %

3. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 66,67 %

4. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 66,67 %

5. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 100 %

6. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 66,67%

7. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 66,67%

8. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 33,33 %

9. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 33,33 %

10. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 33,33 %

11. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 33,33 %

12. Frekuensi (M) = X 100%


= X 100%
= 33,33 %
Frekuensi Nisbi suatu jenis

1. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 13,64%

2. Frekuensi (N) = X 100%

= X 100%
= 13,64%

3. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 9,09%

4. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 9,09%

5. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 13,64%

6. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 9,09%

7. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 9,09%

8. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 4,55%

9. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 4,55%

10. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 4,55%

11. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 4,55%

12. Frekuensi (N) = X 100%


= X 100%
= 4,55%
Indeks Nilai Penting (INP)

1. INP
2. INP
3. INP
4. INP
5. INP
6. INP
7. INP
8. INP
9. INP

Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi


= 16,30% + 13,64% = 29,93%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 62,02% + 13,64% = 75,65%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,70% + 9,09% = 9,79%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,23% + 9,09% = 9,33%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 4,34% + 13,64% = 17,97%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 1,17% + 9,09% = 10,26%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 14,42% + 9,09% = 23,51%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,12% + 4,55% = 54,66%
= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,23% + 4,55% = 4,78%
=

10. INP

= Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi


= 0,23% + 4,55% = 4,78%
11. INP = Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,23% + 4,55% = 4,78%
12. INP = Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi
= 0,23% + 4,55% = 4,78%
Summed Dominance Ratio

1. SDR
2. SDR
3. SDR
4. SDR
5. SDR
6. SDR
7. SDR
8. SDR
9. SDR
10. SDR
11. SDR
12. SDR

=
= = 14,97 %
=
= = 37,83 %
=
= = 4,90 %
=
= = 4,66 %
=
= = 8,99 %
=
= = 5,13 %
=
= = 11,76 %
=
= = 2,33 %
=
= = 2,39 %
=
= = 2,39 %
=
= = 2,33 %
=
= = 2,33 %

F. Pembahasan

Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati
suatu ekosistem. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di definisikan sebagai
suatu bentuk kehidupan yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan atau tanamtanaman. Istilah vegetasi dalam ekologi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam suatu ekosistem.
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma
berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan gulma dari golongan
dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang
berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges)
Dari hasil pengamatan di atas dapat kita lihat bahwa vegetasi tanaman,Tryponium
trilobatum L. dan Cyperus compressus L. lebih banyak terdapat pada contoh lahan
pengangambilan sampel di bandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya. Hal ini bisa
saja di sebabkan karena vegetasi dari tanaman tersebut memang banyak terdapat di
sekitar lahan tempat pengambilan sampel pengamatan yang di gunakan.
Akan tetapai tanaman-tanaman yang jumlahnya terdapat lebih sedikit bukan berarti
tanaman tersebut memiliki jumlah vegetasi yang sedikit di lahan tersebut, bisa saja
karena faktor-faktor lingkungan yang kurang mendukung, sehingga pertumbuhan dari
populasi tanaman tersebut menjadi kurang banyak.
E.

1.

Kesimpulan:

Dari hasil pembahasa di atas maka dapat di simpulkan bahwa:


Vegetasi merupakan jenis tanaman yang menempati suatu ekosistem.

2. Tanaman yang jumlah populasinya sedikit di suatu tempat bukan


berarti
vegetasinya sedikit, akan tetapi bisa jadi di pengaruhi oleh faktofaktor
lingkungan sekitar.

Daftar Pustaka
Adi. 2013. Vegetasi Gulma. http://arekpekalongan.blogspot.com/2013/10/vegetasi gulma.html diakses 12-12-2014.
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi .Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya
Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi,
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali

dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah


Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Press, Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta
Diposkan oleh Rahmatika Icha di 17.01
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2015 (4)

2014 (8)

Desember (5)

laporan praktikum pengelolaan gulma seed bank faku...

laporan praktikum pengelolaan gulma analisis veget...

tulisanku untuk PMII kom.Unram

Laporan praktikum tekben FP UNRAM


tanah surga???????????

November (3)
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Dunia Goresan membantu anda dan melayani anda terkait informasi yang anda butuhkan, kirimkan
komentar anda agar kami dapat memberikan pelayanan lebih baik lagi, terimakasih.
Submit
Selasa, 13 Desember 2011

Identifikasi dan Analisis Vegetasi Gulma

LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
(Identifikasi dan Analisis Vegetasi Gulma)

Nama
: Igar Riswanto
NIM
: A1L010116
Rombongan
: B2

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat
beragam tergantun kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya.
Contoh yang digunakan untuk mempelajari suksesi dan evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma. Pada area yang luas dengan vegetasi semak
rendah misalnya digunakan metode garis (line intercept), untuk
pengamatan sebuah peta dengan vegetasi yang tumbuh menjalar
(creeping) digunakan metode titik (point intetcept), dan untuk daerah
yang luas serta tidak tersedia waktu yang cukup digunakan metode
estimasi visual (visual estimation). Juga harus diperhatikan keadaan
geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada
sebelumnya, serta fasilitas kerja atau keadaan seperti peta, lokasi yang
dicapai, waktu yang tersedia, dan sebagainya. Kesemuanya untuk
memperoleh efisiensi pendataan vegetasi.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di
suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu
daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan
waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan merupakan suatu contoh
vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa komunitas
yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut
juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh
bersama pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan selalu
di dominasi oleh jenis tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas
tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan

suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat dasar yang dimiliki


oleh komunitas tumbuhan adalah:
a) Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b) Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
c) Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan
lingkungan habitatnya
Batasan gulma sampai saat ini masih bersifat kontroversi,
tergantung kepada konsepsi dan ruang kajiannya. Gulma sebagai
tumbuhan yang telah berhasil menyesuaikan diri dalam ekosistem yang
telah dikembangkan oleh manusia dalam membudidayakan tanaman
pada suatu lahan. Dalam ekosistem termasuk dalam ekosistem
pertanian (gulma agrestal), setiap spesies mampu berkembang biak
dengan cepat dan bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal
pemanfaatan unsure hara, air, ruang, CO2, dan cahaya baik di lahan
sawah maupun lahan kering. Akibat hal tersebut berpengaruh merugikan
terhadap tanaman budidaya, berupa penurunan hasil panen, inang bagi
hama dan penyakit, menyulitkan pekerjaan pemeliharaan tanaman dan
pemanenan, serta meningkatkan biaya produksi. Pengenalan spesies
gulma dan sifat-sifatnya sangat diperlukan untuk menentukan
pengendalian yang tepat.
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini ialah untuk mengetahui spesies gulma
yang mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak
diinginkan. Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga
termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat
tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu
singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion
dengan buahnya yang bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa
gulma akan terus menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut.
Di atas tanah, dari gulma kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat
setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika ditaruh disitu dan
tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga kuning
menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan
ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma yang seperti
konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang
tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru. (Sukman, 1991)
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsurunsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak
pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman
yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra danCynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.

7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan
selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes).
Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak
dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar
matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. (Moenandir, 1988)

Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang


tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Tumbuh pada
tempat yang tidak dikehendaki manusia, hal ini dapat berarti tumbuhan
tersebut merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung atau
bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau
kegunaannya.(Tjitrosoedirdjo, 1984).
Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit
dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan
dana. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel
harus dapat mewakili atau menggambarkan populasi yang beragam
(Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1. Pengambilan sampel secara langsung
2. Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
3. Pengambilan sampel bertingkat
4. Pengambilan sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil
yang lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang
luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode
garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan
vegetasi tumbuh menjalar (creeping), digunakan metode titik (point
intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia
cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat
digunakan oleh peneiliti yang sudah berpengalaman. Juga harus
diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang
mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti
peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya
(Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi
atas dua golongan yaitu data kualitatif dn data kuantitaif. Data kualitatif
menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam
kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data
kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis,
luas daerah yang ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil
penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif
didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas
atau hasil penelitianaotecology (Tjitrosoediro, 1984).
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu
estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
(Tjitrosoediro, 1984).
1. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya,
misalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada
petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa
dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran.

Metode kuadrat
Yang dimaksud kuadrat di sini adalah suatu ukuran luas yang
dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m2, cm2, dan sebagainya)
tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat), segi
panjang, atau sebuah lingkaran.
3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang,
diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi
4. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika sebuah
kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga, akan menjadi titik
Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh
seperti halnya tanaman lain misalnya kebutuhan akan cahaya, nutrisi,
air, gas CO2 dan gas lainnya, ruang dan lain sebagainya (Moerandir,
1988).
Penanggulangan gulma terbaik dilakukan dengan mempraktekkan
pengendalian terpadu. Disamping itu, upaya menjaga agar populasi
gulma tidak melampaui ambang ekonomi, perlu didukung oleh
kesadaran, pengamatan dan pendidikan para pelaku usaha tani
(Rukmana, 1999).
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua jenis,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang
menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan
berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang
menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas
daerah yang ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan
bagi tanaman budidaya. Pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi
yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat
menjadi inang hewan predator bagi hama hama yang merusak
tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop)
(Iskandar, 2009).
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara
generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang
halus, ringan, dan berjumlag sangat banyak dapat disebarkan oleh angin,
air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi
karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk
tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga,
bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan
bertunas dan membentuk tumbuhan baru (Barus,2003).
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan
(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan
pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau
sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi
beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain
dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin
dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada
2.

klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari


beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih
maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut
hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja
yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama. (Anonim,2009)
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi
pertumbuhan populasi gulma sehingga penurunan hasil yang
diakibatkannya secara ekonomi menjadi tidak berarti. Cara pengendalian
gulma berbeda berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit
tanaman pada umumnya. Pestisida adalah racun untuk membunuh
serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematoda dan lain-lain
hama dan penyakit pengganggu rumah (Wudianto, 1990).Herbisida
adalah salah satu jenis pestisida yang merupakan bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan
tanaman pengganggu/gulma (Purba, 2009)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Alat tulis
Kantong plastik
Buku deskripsi gulma atau herbarium
Alat square method
Kantong kertas
Oven
Timbangan elektrik
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Lahan sawah atau lahan kering
Gulma yang diperoleh
B. Prosedur Kerja
1. Identifikasi
a. Buat atau ambil petakan contoh ukuran 50 cm x 50 cm
dengan alat sguare method pada lahan sawah (lahan basah )
dan lahan kering.
b. Lempar petakan tersebut secara sembarang, ambil atau cabut
jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut, masukkan ke
dalam plastik ulangi hingga petak ke 5. lakukan prosedur
tersebut pada lahan kering dan lahan basah.
c. Identifikasilah jenis gulma yang ada dengan menggunakan
buku deskripsi berdasarkan cirri morfologinya, dan tulislah nama
spesies, morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidup dan
tempat tumbuhnya.
d. Pisahkan jenis gulma berdasarkan golongannya.
2. Analisis Vegetasi
a. Buat petak contoh dengan ukuran 50x50 cm dengan cara
meletakkan alat square method pada lahan sawah dan lahan

kering sebanyak lima petak contoh pada masing-masing jenis


lahan.
b. Diambil atau dicabut semua gulma yang tumbuh pada petak
contoh tersebut
c. Jenis gulma yang ada dipisahkan dan diindentifikasi
d. Masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian
dimasukkan kedalam kantong kertas dan dikeringkan dalam
oven pada suhu 70C sampai kering konstan
e. Masing-masing gulma yang telah dikeringkan atau di oven
kemudian ditimbang
f. Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing-masing
jenis gulma
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua
jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data
yang menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan
berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang
menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas
daerah yang ditumbuhinya (Soekisman, 1984).
Tabel 1. Jenis gulma saat Kondisi Lahan Setelah 2 Minggu

CK

= 2W
x 100%
W: nilai SDR tekecil
a+b
a : nilai total SDR lahan basah
= 2x5,31
x 100%
b : nilai total SDR lahan kering
100 + 100
= 5,31%
Tabel 2. Jenis gulma saat pertama.
Keterangan :
K
: kerapatan/jumlah
Kr : kerapatan relatif
F
: frekuensi
Fr : frekuensi relatif
D
: bobot kering
Dr : bobot kering relatif

BAB V
PEMBAHASAN
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada
lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh
tanaman produksi.
Menurut morfologinya biasanya orang membedakan gulma ke dalam
tiga kelompok. Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri
yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.
a. Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu
bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur
fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai'
areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang
batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki
daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki
lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua
anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki
ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus
moritimus.
b. Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi
memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk
jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh gulma kelompok
ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
c. Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk
dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa
budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya.
Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap
kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan
bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta
titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis
angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut
(Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan
perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu
dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan:
1. Jenis gulma dominan
2. Tumbuhan budidaya utama
3. Alternatif pengendalian yang tersedia
4. Dampak ekonomi dan ekologi
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi
pengendalian gulma terpadu untuk mengontrol pertumbuhan gulma.
Menurut Soekisman, gulma dapat diidentifikasi dengan menempuh
satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah
diidentifikasi di herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.

3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.


4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkan dengan illustrasi yang berbeda.
Berikut merupakan identifikasi dari gulma yang ditemukan pada
lahan yang diamati :
1. Cynodon dactylon L. (Grinting/kakawatan)

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cynodon
Spesies : C. Dactylon
a. Ekologi
Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di daerah
cerah matahari < 1 1650 m.Rumput menahun dengan tunas
menjalar yang keras, tinggi 0.1 0.4 m
b. Morfologi
Batang : langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil.
Daun : daun sempit kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat
pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran,
berambut atau gundul, 2.5 15 kali 0.2 0.7 cm. Bulir 3 9,
mengumpul, panjang 1.5 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak
bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke
satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting,
duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali
keungu-unguan. Sekam 1 2 yang terbawah tetap tinggal.
Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu,
muncul di tengah-tengah anak bulir.
1. Cyperus Brevifolius (Jukut pendul)

a. Klasifikasi

Kerajaan
: Plantae
(tidak termasuk): Monocots, Commelinids
Klass
: Liliopsida
Ordo
:Poales
Division
: Magnoliophyta
Famili
:Cyperaceae
Genus
:Kyllinga
Spesies
:K. brevifolia
b. Morfologi
Bunga: Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpangyang
pendek dan merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan
tanah
Batang: tegak persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat
pangkalnya.
Daun: daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai
berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan
panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua.
Bunga dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan
warna hijau muda dengan ukuran 4-8 mm.
2. Alternathera philoxeroides
a. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta

(Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Hamamelidae
ordo: Caryophyllales
Famili: Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus: Alternanthera
Spesies: Alternanthera philoxeroides (Mart.) Griseb
b. Ekologi
Umumnya dikenal sebagai gulma Alligator, ini berasal dari
Amerika Selatan, tetapi telah menyebar ke berbagai belahan
dunia dan dianggap sebagai spesies invasif di Australia, Cina,
Selandia Baru, Thailand dan Amerika Serikat. Buaya gulma dapat
tumbuh di berbagai habitat, termasuk lahan kering, tapi biasanya
ditemukan di dalam air. Mungkin bentuk jalinan tikar besar di
atas air atau di sepanjang pantainya. Buaya gulma batang
panjang, bercabang, dan hampa.

c. Morfologi
Daun yang sederhana, elips, dan memiliki margin halus.
Buaya menyiangi bunga selama bulan-bulan yang hangat
tahun dan telah keputih-putihan, tipis berbentuk bola-bunga
yang tumbuh pada batang.
4.

Digitaria ciliaris (Jalamparan)

A. Klasifikasi
Kingdom
:Plantae
Divisi
:Magnoliophyta
Kelas
:Liliopsida
Sub Kelas
:Commelinidae
Ordo
:Cyperales
Famili
:Poaceae
Genus
:Digitaria
Spesies
: Digitaria ciliaris
b. Ekologi
Rumput yang berumpun, yang pada pangkalnya kerap kali
dengan batang yang merayap; tinggi 1-1,2 m. Tumbuhtumbuhan agak mudah berubah tumbuh pada segala macam
keadaan tanah pada ketinggian 1- 1800 m.
c. Morfologi
Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga.
Pelepah daun terletak jadi satu pada batang. Lidah sangat
pendek.
Daun :Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis,
bertepi kasar, keunguan.
Bunga : Bulir 2-22 per karangan bunga, tertancap pada
ketinggian yang tidak sama. Poros bulir bertunas, panjang 221 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri
sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak
sama panjang, ellips memanjang, rontok bersama-sama,
panjang 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada masaknya
buah saling menjauh.Benang sari 3, kepala sari kuning atau
ungu. Tangkai putik 2. Kepala putik muncul dekat ujun
daripada anak bulir, ungu merah.

5. Alternathera sessilis (L.) DC (Kremeh)

a. Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta(Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi : Tracheobionta(Tumbuhan
berpembuluh)
: Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)

Divisi

Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil
Sub Kelas :Hamamelidae
Ordo
Famili

:Caryophyllales
:Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)

Genus
Spesies

:Alternanthera
: Alternanthera sessilis (L.)

b. Ekologi
herba menahun, berumpun kuat, tinggi 0.2 0.5 m. Tumbuh pada ketinggian 5 1600 m. Buah di Jawa tidak
berkembang dengan sempurna.
c. Morfologi

Batang : berambut tipis yang merata.

Daun: bentuk solet sampai memanjang, kerapkali kemerah-merahan atau bernoda.


Bunga dalam tongkol duduk, kadang-kadang seolah-olah bertangkai, tidak berduri tempel; dalam ketiak dan
garpu. Daun pelindung kecil, runcing, bertepi semacam selaput. Daun tenda bunga 5, runcing, keputih-putihan
serupa selaput, panjang kurang lebih3 mm, bertulang daun 3, dari luar berambut. Benang sari 5. tangkai sari
pada pangkalnya bersatu seperti mangkok yang pendek. Kepala sari berganti-ganti degnan taju yang berbentuk
pita pada ujung yang berbagi dalam umbai. Tangkai putik pendek, kepala putik berbentuk tombol.

6. Ageratum conyzoides (Babadotan)


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Orde
: Asterales
Family
: Asteraceae/Compositae
Trive
: Eupatorieae
Genus
: Ageratum
Spesies
: Ageratum conyzoides
Nama Latin : Ageratum conyzoides
Nama Lokal : Babadotan
b. Ekologi
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu
di sawah-sawah yang mengering,ladang, pekarangan, tepi jalan,

tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan


hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun
dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu
tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di
perkebunan. (sastroutomo, 1990)
c. Morfologi
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian
anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika
tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar
di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau
babadotan (Sd.), wedusan (Jw.), dus-bedusan (Md.), serta
Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam
bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau
yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Batang: Tumbuhan ini mempunyai batang tegak atau
berbaring, tinggi hingga 120 cm, batang gilig dan berambut
jarang, sering bercabang-cabang.
Daun: Daun-daun bertangkai, 0,55 cm, terletak berseling atau
berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian
daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 210
0,55 cm, dengan pangkal agak-agak seperti jantung,
membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing;
bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya
berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga: Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul
dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau
lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 68 mm
panjangnya, berisi 6070 individu bunga, di ujung tangkai
yang berambut, dengan 23 lingkaran daun pembalut yang
lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung
sempit, putih atau ungu.
Buah: Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm;
berambut sisik 5, putih.
7. Brachiaria reptans
a. Ekologi
Berasal di Afrika, ini gulma telah mencapai tropis dunia Baru dan
Lama seperti di Timur tengah, India dan Asia Tenggara
subcontinents, Cina, Filipina, Indonesia Australia dan Kepulauan
Pasifik. Ia lebih suka yang agak lembab untuk tanah agak kering
bidang (menghilang setelah banjir), sepanjang jalan-sisi,
ketinggian sampai 1200 m dan sawah dataran tinggi.
b. Morfologi
Batang: Lurus, 10-30 cm
diatas dasar merayap, node berbulu, 1,2-2,5 mm diameter 19 cm, 4-12 mm
lebar, berbentuk hati dan Ciliata padaberombak di
pangkalan; selubung Ciliata pada marjin, lebih pendek
dari ruas

8.

Bunga majemuk , biasanya alternatif pada


sumbu utama, 0,5-3 cmPanjang; rambutpanjang panjang mm
, 1 mm, gundul; glume menit lebih rendah, 1/41/5 asalkan spikelet, membran, memotong atau bulat, atau s
amar-samar veinless,
5-7-berurat ; lebihrendah lemma 5-berurat, hampir
sepanjang spikelet, teliti berkerut; anter ca. 0,8 mm panjang
.daun : lebar dan berbulu
Hymenachne acutigluma (Rumput

colok)
a. Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledinae
Ordo
: Cyperales
Famili
: Poaceae
Genus
: Hymenachne
Spesies
: Hymenachne acatigluma
b. Ekologi
Parit, Tumbuhan muncul. Tanaman ini umumnya
memiliki penampilan
yang hijau gelap merupakan rumputdiperkenalkan
dari Amerika Selatan dan diuji sebagai spesies
untuk ponded padang rumput.
Hymenachne asli ditemukan pada tanah liat retak hitam di rawarawa permanen, pada margin permanen air-lubang
dan didataran pesisir sungai dan sub-pesisir Top Akhir dari
PB dimana banjir terjadi selama 6-12 bulan dalam
setahun. Ini tidak tumbuh di daerah di mana banjir
musiman dangkal, yaitu kurang dari 1 meter. tumbuhan ini
ditemukan berdiri tebal dimana ketinggian banjir musim
hujan minimal 4 meter di
atas permukaan dataran. Di perairan, berakar di atas garis air
rendah dan batang hanyut keluar ke air. Variasi musiman dalam
airmendalam meningkatkan kepadatan
dan penyebaran tanaman.
c. Morfologi
batangnya boleh mencapai ketinggian 100 cm.
Daun linear dengan panjang 15 hingga 40 cm dan lebar 1
hingga 3 mm. Infloresen berbentuk silinder dengan panjang
10 hingga 40 cm. Spikelet berwarna hijau.

Biji: Kepala benih adalah lonjakan 8-10 cm. Benih yang


kecil (1-2 mm).

9. Hedyotis carymbosa (Rumput mutiara)


a. klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil)
Sub Kelas : Asterida
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus
: Hedyotis
Spesies
: Hedyotis corymbosa L. Lamk
b. ekologi
Rumput tumbuh rindang berserak, agak lemah, tinggi 15 50
cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir
selokan, mempunyai banyak percabangan.
c. Morfologi
Batang: bersegi
Daun: berhadapan bersilang, tangkal daun
pendek/hampir duduk, panjang daun 2 5 cm, ujung
runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun
mempunyal rambut yang pendek.
Bunga: ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti
payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5,
tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 5
10 mm.
Buah: built, ujungnya pecah-pecah.
10. Bergia capansil L.
a. Klasifikasi
Kindom
: plantae
(tidak termasuk) : angioespermae, eudicots, risids
Order
: malpighiales
Famili
: elatinacce
Genus
: Bergia L
b.
ekologi
Tahunan Herbal, 15-30 cm. Stem bersujud dan

b. Morfologi
Akar: perakaran di bagian bawah, silinder, sedikit
berdaging, gundul; cabang tegak. Stipules bundartelur/bentuk segitiga, membran, marjin gyrus-sinuate;
Batang: tangkai 1-5 mm, diratakan
Daun: berbentuk lonjong-lanset, lanset obovate-, atau
obovate, 1-4 0,2-1 cm, tipis, acuminate dasar, marjin
teliti bergigi kecil atau subentire, apeks akut atau
menipis.
Bunga diatur menjadi kecil, cymes ketiak, atau dengan
singkat subsessile 1-5 mm, sangat kecil. Sepal tegak,
lanset sempit mm, 1-2. Kelopak bunga merah muda,
lonjong atau subspatulate, subequaling atau sedikit
melebihi sepal. Benang sari 10, bebas, filamen filiform,
basis sedikit melebar. gaya lurus atau
melengkung. Kapsul subglobose, ca. 1,8 mm diameter,
membujur 5-berlekuk., 5-septicidal. Benih lonjong, menit,
sudut atau melintang striate.
Pada lahan kering, dilakukan perhitungan mengenai:
1). Kerapatan mutlak suatu jenis = jumlah individu jenis itu dalam petak
contoh:
Kerapatan nisbi suatu jenis =
2). Frekuensi relative =
3). Dominasi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau nilai
luas basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis itu. Kelindungan
dapat dihitung dengan rumus
dibagi dengan luas
petak contoh, yaitu d1 dan d2 adalah diameter proyeksi tajuk suatu
jenis.
Dominasi relative =
4). Nilai Jumlah Dominasi (NJD)
NJD menunjukkan jumlah niali penting dibagi jumlah besaran NJD,
biasanya dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga
mudah diinterpretasikan.
NJDsuatujenis
Komposisi masing-masing spesies dapat dilihat di tabel dengan Nilai
jumlah Dominasi/Sum of Domination Ratio (SDR). Dari daftar SDR tampak
bahwa spesies gulma yang paling dominan adalah lahan kering,
spesies Cyperus Brevifolius dengan perolehan 22,09
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa gulma yang ada di
lahan awal dan lahan setelah 2 minggu adalah tidak sama atau berbeda,
akan tetapi dengan adanya nilai CK sebesar 5,31% menunjukan

sebagian gulma di kedua lahan ada yang sama, yaitu pada


spesies Cynodon dactylon, Cyperus Brevifolius, Digitaria cilliaris,
Ageratum conyzoides, Brachiaria Capansi L. Khususnya
spesies Cyperus Brevifolius lebih Dengan demikian, adanya suatu hasil
dalam mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma dan domimasi
pada suatu vegetasi diperoleh suatu evaluasi penggendalian gulma
seperti: perubahan flora (Shifting), akibat metode pengendalian
tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk menentukan aktifitas
sesuatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma yang dapat
mempengaruhi tanaman budidaya, seperti Padi
Gulma pada lahan sebelum dilakukan perlakuan secara fisik dan
secara mekanik nilai SDR nya relative lebih tinggi dibanding lahan
sesudah dilakukan perlakuan tersebut. Contohnya besarnya nilai
SDR Digiitaria cilliaris 13,02% sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah
dilakukan perlakuan besarnya SDR nya 6,13%.
Menurut (Moenandir, 1988) persaingan akan lebih ketat lagi apabila
bahan yang diperebutkan jumlahnya tidak mencukupi untuk
dipergunakan bersama. Persaingan antar dua tumbuhan dapat terjadi
jika tumbuh-tumbuhan tersebut tumbuh secara berdekatan sehingga
menimbulkan interaksi.
Analisis vegetasi sendiri juga merupakan salah satu cara untuk
mempermudah untuk mengendalikan gulma, Karena pada analisis
vegetasi itu sendiri ada pengovenan yang berguna untuk mengeringkan
kandungan air di dalam gulma tersebut. Tujuan dihilangkannya
kandungan air itu sendiri adalah untuk menghitung SDR gulma, hingga
bisa menghitung CK yang nantinya akan menentukan keragaman gulma
di lahan
Tujuan analisis vegetasi gulma adalah untuk mengetahui komposisi
spesies-spesies yang membentuk komunitas gulma yang tumbuh
bersama, pada suatu waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Metode
analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual
(visual estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan
pencacatan macam spesies gulma beserta skor kelebatan
pertumbuhannya masing-masing atau metode kuadrat (Sukman, 1991)
. Jika ternyata di dapatkan hasil perhitungan > 80% maka, daerah
tersebut memiliki keragaman gulma yang cukup tinggi. Perhitungan ini
dilakukan biasanya untuk mengukur kebutuhan penggunaan herbisida di
lahan.Ketika angka semakin besar maka kebutuhan herbisida juga
semakin besar, karena akan makin banyak keanekaragaman.
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan nilai CK < 80%,
sehingga menunjukkan bahwan dalam lahan tersebut keaneragaman
gulma tidak terlalu besar yang akan menentukan untuk penghitungan
kebutuhan herbisida
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
beberapa hal mengenai identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu
sebagai berikut :

1.

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada


lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh
tanaman produksi.
2. Gulma diidentifikasi berdasarkan ciri morfologinya, kemudian ditulis
nama spesies, morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidup dan
tempat tumbuhnya.
3. Hasil Coefisien Komunitas (CK) adalah 5,31%. Perhitungan ini
dilakukan biasanya untuk mengukur kebutuhan penggunaan
herbisida di lahan
4. Pengidentifikasian gulma dengan herbisida dapat dilakukan dengan
metode herbisida secara mekanik, kontak dan sistemik. Perlakuan
tersebut terjadi perubahan karena jumlah gulma yang tumbuh telah
berkurang akibat perlakuan. Nilai SDR pun relative lebih tinggi
sebelum perlakuan di banding sesudahnya
B. Saran

Praktikum harus dilakukan dengan cermat dan tepat


Pengidentifikasian tanaman gulma dan penghitungan nilai SDR
harus dilakukan dengan teliti sehingga didapatkan nilai SDR yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Klasifikasi Tumbuhan. www.plantamor .com diakses
tanggal 18 Oktober 2011
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius:
Yogyakarta.
Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma
Kuantitatif (online).http://riskaiskandar.blogspot.com/2009/02/analis
is-vegetasi-gulma-kuantitatif.html. Diakses pada tanggal 17oktober
2011
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma
(Ilmu Gulma Buku 1). Rajawali Press : Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung:
Trigenda
Karya.
Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengandalian
Gulma Mengatasi Populasi Gulma dan Toleran Herbisida. Jurnal
USU.
Rukmana, Rahmat, Suganda Saputra. 1999. Gulma dan Tehnik
Pengendalian.Kanisius : Yogyakarta.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, Soekisman dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan. PT.Gramedia : Jakarta
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Diposkan oleh Igar Riswanto di 18.50

También podría gustarte